• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi Sosial Buruh Gendong di Pasar Giwangan Yogyakarta Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang

METODE PENELITIAN

B. Data Hasil Penelitian

3. Interaksi Sosial Buruh Gendong di Pasar Giwangan Yogyakarta Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang

perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak badan atau sikap), perasan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Komunikasi yang terjalin antar sesama buruh gendong dan pedagang (juragan) di pasar Giwangan Yogyakarta menggunakan bahasa jawa ngoko apabila berkomunikasi dengan orang sebaya dan menggunakan bahasa jawa krama apabila berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan dengan para pedagang (juragan) karena mereka menghormati para pedagang atau pengguna jasa gendongan.

Berdasarkan hasil observasi diatas menunjukkan bahwa kontak sosial dan komunikasi merupakan kunci utama dalam interaksi sosial karena kontak sosial dan komunikasi merupakan syarat dari proses terjadinya interaksi sosial.

3. Interaksi Sosial Buruh Gendong di Pasar Giwangan Yogyakarta Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia jadi terdapat hubungan timbal balik. (Soerjono Soekanto, 2010: 55). Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial dimana didalamnya terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan

126   

sosial dan komunikasi.

Berdasarkan hasil observasi di objek penelitian yaitu di pasar Giwangan Yogyakarta, interaksi sosial para buruh gendong baik dengan sesama buruh gendong maupun dengan pedagang (juragan) sudah terjalin dengan baik. Hal ini tampak pada kehidupan sehari-hari para buruh gendong di Pasar Giwangan Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian, interaksi sosial yang dilakukan oleh endong-endong di pasar Giwangan Yogyakarta dapat membentuk dua pola yaitu:

a. Pola Asosiatif

Pola asosiatif berupa kerjasama, akomodasi dan asimilasi. Pola ini dapat dilihat dari berbagai aktivitas yang dilakukan para endong-endong di Pasar Giwangan Yogyakarta. Interaksi asosiatif yang dilakukan para endong-endong di Pasar Giwangan Yogyakarta yaitu :

1) Kerjasama

Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing. (Soerjono Soekanto, 2010: 65). Kerjasama dilakukan antara orang-perorangan, atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerjasama dilakukan atas dasar untuk memenuhi kebutuhan mereka bersama. Kerjasama yang terjadi adalah ketika endong-endong yang sudah lanjut usia yang tidak bisa lagi aktif untuk

127   

membantu menaikkan barang gendongan untuk diletakkan dipunggung biar lebih mudah saat digendong. Selain kerjasama yang dilakukan secara personal atau individu oleh buruh gendong terhadap.buruh gendong lainnya, mereka juga bekerjasama dalam kelompok. Banyak buruh gendong terutama yang dibagian buah yang melakukan kerjanya secara berkelompok. Anggota kelompok ini disesuaikan dengan lokasi kerja atau tempat mangkal antar endong-endong. Berdasarkan keterangan di atas jelas bahwa perilaku para

endong-endong di Pasar Giwangan baik terhadap antar sesama pekerja

endong-endong maupun dengan pedagang terwujud dalam bidang sosial

ekonomi yang ditunjukkan dalam sikap saling membantu, tolong menolong dalam kegiatan atau aktivitas perekonomian di Pasar.

2) Akomodasi

Dalam interaksi sosial para buruh gendong di Pasar Giwangan Yogyakarta tentunya banyak diwarnai dengan berbagai macam interkasi yang bersifat positif dan bersifat negatif. Interaksi sosial yang positif dapat mengarah dalam bentuk kerjasama sedangkan interaksi negatif dapat mengarah pada pertentangan atau persaingan. Perselisihan antar endong-endong di Pasar Giwangan Yogyakarta paling sering terjadi di bagian

sayur-mayur dari pada di bagian buah-buahan. Ketika interaksi sosial menghasilkan hal yang negatif, maka perlu melibatkan endong-endong untuk meredakan ketegangan-ketegangan yang terjadi diantara mereka dengan akomodasi.

128   

Penyelesainnya yaitu dengan cara para buruh gendong ini dikumpulkan di shelter milik Yasanti yang berada di sebelah timur pasar Giwangan untuk

dicarikan solusi atau jalan keluar dengan dibantu oleh pengurus dari Yasanti. 3) Asimilasi

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terlihat bahwa para endong-endong dan para pedagang di pasar Giwangan Yogyakarta untuk

dapat mengurangi atau menghindari pertentangan yang terjadi di antara endong-endong dan pedagang karena mereka juga menyadari bahwa mereka

adalah teman seprofesi yang sama-sama bekerja menjadi buruh gendong untuk mencari nafkah di Pasar Giwangan Yogyakarta. Dan dalam hubungannya dengan pedagang endong-endong berusaha untuk menghindari karena mereka mengganggap bahwa hubungan dengan pedagang bersifat buruh dan juragan. Hal ini ditandai dengan seringnya mereka yang mengungkapkan bahwa mereka bekerja pada pedagang dan yang memberi pekerjaan gendongan dari pedagang. Selain itu mereka juga menyadari berasal dari desa yang sama dan masih mempunyai hubungan kekerabatan sehingga tidak perlu untuk saling menonjolkan, ingin menang sendiri diantara endong-endong yang lain.

Proses asimilasi sebagai hasil tindak lanjut dari proses akomodasi para endong-endong dan para pedagang di pasar Giwangan Yogyakarta sudah

129   

menjaga keharmonisan dan keselarasan dalam hubungan sosial yang telah dibangun bersama.

b. Pola Disosiatif

Proses disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang cenderung menimbulkan konflik. (Soerjono Soekanto, 2010:81). Adapun bentuk interaksi sosial disosiatif yang terjadi dalam kehidupan sosial endong-endong di Pasar Giwangan Yogyakarta yaitu berupa persaingan dan konflik.

1) Persaingan

Persaingan merupakan bentuk interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yaitu suatu perjuangan melawan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, para endong-endong di Pasar Giwangan Yogyakarta melakukan persaingan.

Persaingan terjadi antar sesama endong-endong lainnya. Para endong-endong di pasar buah dan sayur Giwangan Yogyakarta bertemu dan berinteraksi setiap hari. Karena pada dasarnya pasar adalah tempat orang bersaing. Persaingan yang terjadi adalah persaingan untuk mendapatkan barang gendongan. Dengan meningkatnya jumlah endong-endong di pasar Giwangan Yogyakarta (banyak endong-endong baru yang masih muda dan fisiknya lebih kuat), persaingan semakin ketat, hingga sering terjadi perselisihan karena berebutan barang gendongan. Jika ada endong-endong yang berhasil menarik pedagang untuk menggunakan jasanya, hal ini bisa menimbulkan

130   

berikut :

“bentuk persaingan yang terjadi di pasar adalah saingan mendapatkan barang gendongan. Saya sendiri sering jengkel karena kadang barang yang harusnya saya gendong sudah direbut sama endong-endong yang lain mbak” (SMR, 17/04/13)

Selain endong-endong bersaing dengan sesama endong-endong, tak jarang mereka juga harus bersaing dengan para manol. Manol adalah sebutan untuk buruh gendong laki-laki yang ada di pasar Giwangan Yogyakarta. Ada kecenderungan barang-barang yang dikemas dengan dengan ukuran besar/berat, sehingga pedagang lebih banyak mengorderkan barang ke manol dari pada ke endong-endong sehingga menyebabkan kerugian karena pendapatan mereka berkurang.

2) Konflik

Berdasarkan hasil wawancara, konflik yang terjadi antar endong-endong di pasar Giwangan Yogyakarta adalah konflik antara endong-endong-endong-endong

dengan endong-endong di pasar Giwangan, antara endong-endong dengan pedagang atau pengguna jasa gendongan di pasar Giwangan Yogyakarta.

Konflik yang terjadi antar sesama buruh gendong di pasar Giwangan Yogyakarta merupakan kelanjutan dari persaingan dalam perebutan barang gendongan. Konflik yang terjadi masih dalam taraf kecil, tidak sampai pada konflik yang besar. Cara endong-endong yang berbeda-beda dalam menarik pedagang atau pembeli untuk menggunakan jasa gendongan sering menimbulkan rasa iri kepada mereka yang sudah berhasil mendapatkan

131   

wajar terjadi di antara mereka karena sama-sama mencari nafkah. Selama adu mulut dan menggendong barang dagangan itu selesai mereka menganggap masalah selesai, jadi konflik tersebut hanya bersifat sementara tidak berkepanjangan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu “JMN” sebagai berikut :

“...Kalau konflik dengan teman gendong pernah mbak, ya kalau bertengkar cuman marah-marah adu mulut terus udah nanti ya akur lagi mbak” (JMN, 10/04/13)

Begitu juga dengan konflik yang terjadi dengan pengguna jasa, endong-endong sering mendapatkan cacian, marah dari pengguna jasa

gendongan. Namun hal itu juga tidak menimbulkan konflik yang besar karena mereka memandang bahwa pedagang merupakan juragan mereka yang memberi pekerjaan atau gendongan. Dan kelanjutan dari konflik yang bersifat sementara itu tergantung juga pada individu masing-masing yang berkonflik. Jika individu tersebut masih merasakan suasana konflik, berarti yang selanjutnya terjadi adalah konflik internal yaitu konflik yang terjadi pada diri sendiri (konflik pribadi)

4. Dampak Yang Ditimbulkan Dari Perilaku Sosial Oleh Endong-endong