• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA DALAM PERATURAN PEMERINTAH NO.78 TAHUN 2015

3.3 Dampak Yang Muncul Dari Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015 .1 Dampak Ekonomi

3.3.2 Dampak Sosial

Dari pemaparan diatas dapat kita lihat dampak ekonomi secara nyata dari PP no.78 tahun 2015 terhadap kehidupan rill buruh, dimana kembali mengalami perampasan upah yang mengakibatkan kebutuhan ekonomistiknya tidak terpenuhi, dan PP no.78 tahun 2015 secara langsung merupakan skema sistematis dalam memiskinkan buruh.

3.3.2 Dampak Sosial

Selain dampak ekonomi , PP no.78 tahun 2015 juga mengakibatkan dampak sosial terhadap buruh/pekerja. Dampak sosial berhubungan dengan keadaan sosial yang dirasakan oleh buruh/pekerja dari kebijakan pengupahan berdasarkan PP no.78 tahun 2015. Secara mendasar persoalan yang muncul dalam aspek sosial merupakan persoalan yang lahir sebagai akibat dari munculnya persoalan politik dan terutama muncul dari persoalan ekonomi. Hal tersebut dapat

dilihat dari fenomena kehidupan buruh secara konkret dimana ketika “kenaikan

upah rendah maka kesejaerahan buruh akan semakin rendah. begitu juga

74

Hasil wawancara dengan salah satu buruh di PT.Pasifik Medan Industri Fahmi Nurdinhah pada tanggal 23 September 2016 pukul 17.30 Wib

sebaliknya ketika upah buruh tinggi maka kesejahterahan buruh akan semakin

meningkat”.

Menurut Nurachmad Much kesejahterahan adalah suatu pemenuhan kebutuhan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah baik didalam maupun diluar hubungan kerja, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat. Tujuan dari kesejahterahan adalah untuk menciptakan motivasi. Kesejahterahan merupakan alasan utama bagi pekera/buruh untuk bekerja dalam suatu perusahaan. Mengukur kesejahterahan buruh dapat menggunakan pendapatan yang diterima oleh pekerja/buruh . Dengan adanya kenaikan upah buruh atau pendapatan buruh maka kesejahterahan buruh akan meningkat. Hal ini disebabkan dengan pendapatan/upah yang naik, pekerja akan lebih mampu memenuhi kebutuhannya75.

Dalam kehidupan sosialnya upah merupakan komponen pendapatan permanen yang didapatkan oleh buruh ketika bekerja, upah yang diterima pekerja disebut upah nominal(nominal wage). Sementara upah rill (real wage) adalah upah yang telah diperhitungkan dengan daya beli dari upah yang diterima atau upah nominal. Harga barang dan jasa yang merupakan kebutuhan pokok buruh akan mempengaruhi daya beli dari pekerja. Bisa saja ketika upah mengalami kenaikan ditahun sebelumnya, tetapi karena biaya hidup naik maka daya beli dari upah yang diterima oleh pekerja/buruh menjadi lebih rendah dari tahun sebelumnya. Meskipun ada kenaikan tingkat upah tidak akan sebanding dengan kenaikan harga barang dari tahun sebelumnya. Dari hal tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa upah pekerja atau buruh akan mempengaruhi eksistensi kehidupan sosial dari para pekerja/buruh. Jadi semakin besar upah yang diterima oleh pekerja maka tingkat kesejahterahan sosial dalam hal ini adalah kualitas

75

Much, Nurachmad. 2009. Cara menghitung upah pokok,uang lembur, pesangon, dan dana pensiun untuk pegawai dan perusahaan: Transmedia pustaka. Hal 42

hidup semakin meningkat. Sebaliknya ketika upah pekerja semakin kecil maka tingkat kemakmuranya semakin rendah pula.

Begitu juga halnya yang terjadi dari kebijakan pengupahan berdasarkan PP no.78 tahun 2015 , dimana kenaikan upah minimum pekerja tidak sesuai dengan pengeluaran atas kebutuhan hidup rill buruh/pekerja. Maka mengakibatkan kesejahterahan buruh semakin rendah. Akibatnya adalah terjadi penurunan kualitas hidup buruh/pekerja. Sementara dalam pemenuhan kebutuhan sosial pekerja seperti pendidikan anak, kesehatan, rekreasi, dan kebutuhan alat komunikasi dsb akan sangat sulit dipenuhi ketika kenaikan upah buruh tidak sesuai dengan kenaikan harga barang.

“Dengan penghasilan kami yang rendah dalam sebulan , mau tak mau

kami harus cari jalan lain untuk menambah penghasilan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup yang terus meningkat. Salah satunya memperbanyak kerja lembur di perusahaan. Sehingga lebih banyak kami habiskan waktu di perusahaan daripada bersosialisasi dengan masyarakat. Bahkan dengan keluargapun jarang bersosialisasi karna sepulang bekerja udah capek dan butuh istirahat76”.

Ketika upah yang didapatkan buruh tidak sesuai dengan pemenuhan kebutuhan pokok secara ekonomistik seperti makanan, minuman, pakaian, maka akan berdampak pada pemenuhan atas kebutuhan sosialnya. Meskipun dalam PP no.78 tahun 2015 sudah dicantumkan jaminan sosial dan kesehatan dalam bentuk JHT dan BPJS, akan tetapi dalam pelaksanaanya JHT dan BPJS adalah bentuk pemotongan terhadap upah buruh, yang kembali lagi mengurangi angka nominal upah buruh tersebut. Karena dalam UUK no.13 tahun 2003 jaminan sosial adalah sebagai hak yang harus dipenuhi oleh perusahaan bukan sebagai beban yang dilimpahkan kepada pekerja/buruh.

Pemaparan diatas juga senada dengan hasil wawancara terhadap salah satu pimpinan serikat buruh GSBI pusat yang merujuk pada laporan perkembangan

76

Hasil Wawancara dengan Yogi Saputra salah satu buruh di PT.Oleo Champ Indusstri Kawasan Industri Medan II pada tanggal 28 September pukul 15:20 Wib

keadaan ekonomi,sosial, politik buruh didaerah dari dampak pelaksanaan PP no.78 tahun 2015. Menyatakan :

“Penerapan PP Pengupahan no.78 tahun 2015 secara langsung berdampak

pada keadaan sosial buruh. Hal ini berkaitan dengan dampak ekonomi yang dirasakan buruh. Ketika kenaikan upah buruh tidak sesuai dengan kebutuhan hidup rill buruh maka kebutuhan akan sosial buruh juga akan sulit dipenuhi. Dampaknya banyak buruh yang harus mencari pekerjaan sampingan untuk mampu memenuhi kebutuhannya. Bahkan buruh harus bekerja lembur yang sangat panjang untuk meningkatkan pendapatan diluar upah pokoknya. Ditambah lagi dibeberapa daerah yang padat industri yang kebutuhan hidupnya lebih tinggi banyak pekerja perempuan

yang harus menjadi PSK akibat minimnya upah yang didapat”.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa dampak sosial yang dialami buruh dari penerapan PP no.78tahun 2015 mengakibatkan kualitas hidup buruh semakin rendah, masih jauh dari hidup sejahterah. Ditambah lagi PP no,78 tahun 2015 mempengaruhi keadaan sosial buruh, baik dalam bersosialisasi dalam masyarakat akibat intensitas kerja yang semakin tinggi ,maupun tindakan tindakan yang melanggar norma sosial.