• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA DALAM PERATURAN PEMERINTAH NO.78 TAHUN 2015

3.2 Keterlibatan Buruh Dalam Penetapan Upah Berdasarkan PP No.78 tahun 2015 tahun 2015

3.2.1 Peran Dewan Pengupahan Berdasarkan UUK No.13 tahun 2003

Dalam sila ke (4) Pancasila dikatakan bahwa “Kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Secara sederhana dapat diartikan bahwa dalam pengambilan keputusan haruslah mengandung unsur Musyawarah dan keterwakilan dari beberapa pihak. Supaya kebijakan yang dikeluarkan menampung semua aspirasi dari semua pihak yang terlibat sehingga mewujudkan sebuah kebijakan yang demokratis. Begitu juga halnya dengan kebijakan pengupahan di Indonesia. Dibutuhkan keterlibatan semua pihak baik itu pengusaha, pekerja/buruh,dan pemerintah. Hal ini ditempuh untuk menciptakan sebuah aturan yang mampu mewakili aspirasi semua pihak. Ditambah lagi ketika semua pihak terlibat dalam penetapan upah maka dapat meminimalisir unsur kepentingan sepihak atau individu yang nantinya dapat merugikan pihak lain. Di Indonesia kebijakan penetapan upah yang diatur berdasarkan UU no.13 tahun 2003 melibatkan sebuah lembaga non struktural

yang bersifat “tri partit” yang disebut dengan dewan pengupahan. Dewan

pengupahan terdiri dari :

1. Dewan Pengupahan Nasional. 2. Dewan Pengupahan daerah Provinsi.

3. Dewan Pengupahan daerah Kabupaten/Kota.

Dewan pengupahan nasional dibentuk oleh Presiden, dewan pengupahan nasional bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerinatah dalam rangka perumusan kebijakan pengupahan dan pengembangan system pengupahan nasional. Dewan pengupahan daerah Provinsi dibentuk oleh Gubernur dan dewan pengupahan Kabupaten/Kota dibentuk oleh Bupati/Walikota,dewan pengupahan

Provinsi bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Gubernur dalam rangka menetapkan UMP atau menetapkan sistem pengupahan di tingkat provinsidan tugas lainnya menyiapkan bahan rumusan pengembangan sistem pengupahan nasional, dewan pengupahan nasional dan daerah bekerja sama dengan instasi pemerintahatau swasta untuk menjalankan tugasnya. Dewan pengupahan Kabupaten/Kota sama dengan dewan pengupahan sebelumnya, hanya saja disesuaikan dengan tingkatan birokrasinya. Keanggotaan dewan pengupahan terdari dari unsur pemerintahan, organisasi pengusaha, serikat buruh, perguruan tinggi dan pakar dengan komposisi perbandingan 2:1:1. Dapat dilihat bahwa pemerinatah mempunyai peranan besar dalam menetapkan upah mulai dari pembuatan kebijakannya, melaksanakan kebijakan tersebut dan menetapkan upah tiap tahunnya. Kemudian setelah penyelenggaran UU no.13 tahun 2003 dimana upah minimum telah dibagi atas Upah minimum provinsi dan Upah minimum minimum kabupaten/kota maka dibentuklah dewan pengupahan daerah yang mengacu kepada UU no 13 tahun 2003 Pasal 98 ayat (1), (2), (3) dan (4) yang menyatakan bahwa :

a. Untuk memberikan saran, pertimbangan, dan merumuskan kebijakan pengupahan yang akan ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk pengembangan sistem pengupahan nasional dibentuk Dewan Pengupahan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

b. Keanggotaan Dewan Pengupahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari unsur pemerintah, organisasi pengusaha, serikat pekerja/-serikat buruh, perguruan tinggi, dan pakar.

c. Keanggotaan Dewan Pengupahan tingkat Nasional diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, sedangkan keanggotaan Dewan Pengupahan Provinsi, Kabupaten/Kota diangkat dan diberhentikan oleh Gubenur/ Bupati/Walikota

d. Ketentuan mengenai tata cara pembentukan, komposisi keanggotaan, tata cara pengangkatan dan pemberhentian keanggotaan, serta tugas dan tata

kerja Dewan Pengupahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Keputusan Presiden.

Kemudian dalam aturan turunan pembentukan dewan pengupahan daerah mengacu kepada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 107 Tahun 2004 Tentang Dewan Pengupahan. Dimana pada pasal 21 menyatakan bahwa Dewan Pengupahan Provinsi (Depeprov) bertugas :

a. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Gubernur dalam rangka :

 Penetapan Upah Minimum Provinsi (UMP).

 Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

 Upah Minimum Sektoral (UMS).

b. Penerapan sistem pengupahan di tingkat Provinsi.

c. Menyiapkan bahan perumusan pengembangan sistem pengupahan nasional.

Pasal 23 angka (1), (2), (3) dan (4) menyatakan sebagai berikut :

1. Keanggotaan Depeprov, terdiri dari unsur Pemerintah, Organisasi Pengusaha, Serikat Pekerja/Serikat Buruh, Perguruan Tinggi, dan Pakar. 2. Keanggotaan Depeprov dari unsur Pemerintah, Organisasi Pengusaha, dan

Serikat Pekerja/Serikat Buruh dengan komposisi perbandingan 2:1:1. 3. Keanggotaan Depeprov dari unsur Perguruan Tinggi dan Pakar jumlahnya

disesuaikan menurut kebutuhan.

4. Keseluruhan anggota Depeprov sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) berjumlah gasal.

Pasal 24 menyatakan bahwa Susunan keanggotaan Depeprov terdiri dari :

a. Ketua, merangkap sebagai anggota dari unsur Pemerintah.

b. Wakil Ketua, merangkap sebagai anggota dari unsur Perguruan Tinggi/Pakar.

c. Sekretaris, merangkap sebagai anggota dari unsur Pemerintah yang mewakili Satuan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.

d. Anggota

Pasal 27 menyatakan bahwa :

“Anggota Depeprov diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul

Pimpinan Satuan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi yang bertanggung jawab

di bidang ketenagakerjaan”

Pasal 30 angka (1), (2), (3), (4), (5) menyatakan bahwa :

1. Calon anggota Depeprov dari unsur Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) diusulkan oleh Pimpinan Satuan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi terkait kepada Gubernur.

2. Calon anggota Depeprov dari unsur serikat pekerja/serikat buruh ditunjuk oleh Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang memenuhi syarat keterwakilan untuk duduk dalam kelembagaan ketenagakerjaan yang bersifat tripartit. Ketentuan mengenai keterwakilan unsur Serikat Pekerja/Serikat Buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri. 3. Calon anggota Depeprov dari unsur organisasi pengusaha ditunjuk dan

disepakati dari dan oleh organisasi pengusaha yang memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Calon anggota Depeprov dari unsur Perguruan Tinggi dan Pakar ditunjuk oleh Gubernur.

Dalam pasal 21 ayat 1 Kepres RI Nomor : 107Tahun 2004 Tentang Dewan Pengupahan dijelaskan bahwa dewan pengupahan hanya sebagai pemberi saran gubernur dalam menentukan KHL setelah melakukan survey, sementara ayat 2 menyatakan bahwa dewan pengupahan daerah adalah sebagai wujud penerapan sistem pengupahan nasional atau dengan kata lain depeda hanya sebagai wujud pelengkap otonomi di daerah. Dewan pengupahan daerah tidak memiliki

legitimasi ,hanya sebagai upaya pemerintah dalam menghegemoni dengan seolah-olah melibatkan serikat buruh dan pengusaha dalam mendamaikan hubungan industrial khususnya tentang upah.

Sementara peran dewan Pengupahan berdasarkan PP No.78 Tshun 2015