• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Kebijakan Publik 1 Konsep Kebijakan Publik 1 Konsep Kebijakan Publik

MUTU JENISI

1.6 Kerangka Teori

1.6.1. Teori Kebijakan Publik 1 Konsep Kebijakan Publik 1 Konsep Kebijakan Publik

Dalam proses berjalannya sebuah negara dibutuhkan sebuah peran dari pemerintah untuk menata kehidupan masyarakat yang dipimpinnya. Peran pemerintah dalam hal ini adalah bagaimana pemerintah yang memiliki otoritas mengeluarkan sebuah aturan yang dapat menyelesaikan persoalan persoalan yang dialami oleh negara maupun masyarakat. Proses penyelesaian permasalahan biasanya dilakukan dengan mengeluarkan sebuah kebijakan publik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Banyak sekali definisi tentang kebijakan publik yang dikemukakan oleh para ahli:

William N. Dunn merumuskan kebijakan publik sebagai berikut : Kebijakan Publik (Public Policy) adalah pedoman yang berisi nilai-nilai dan norma norma yang mempunyai kewenangan untuk mendukung tindakan-tindakan pemerintah dalam wilayah yurisdiksinya.14 Sementara Konsep kebijakan publik menurut David Easton sebagai berikut : Alokasi nilai yang otoritatif untuk seluruh masyarakat akan tetapi hanya pemerintahlah yang dapat berbuat secara otoritatif untuk seluruh masyarakat, dan semuanya yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau untuk tidak dikerjakan adalah hasil-hasil dari alokasi nilai-nilai tersebut.15

Carl Frederich memandang kebijakan publik adalah suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seorang kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan - kesempatan

14

Wiliiam N. Dunn dalam Ibnu Syamsi. 1993. Diktat Kuliah Kebijaksanaan Publik dan Pengambilan

Keputusan. Fisipol UGM: Yogyakarta. hal 5 15

David Easton dalam Miftah Thoha. 1992. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu administrasi Negara.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hal 59-60

terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan atau suatu maksud tertentu16.

Pembagian kebijakan publik sangat banyak macamnya dari dasar pemikiran, dan jenis kebijakan publik namun demikian secara sederhana dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu:

1. Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum atau mendasar, yaitu: Undang-Undang dasar Negara Reoublik Indonesia tahun 1945, Undang – Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,Peraturan Pemeirntah,Peraturan Presiden dan Peraturan Daerah.

2. Kebijakan publik yang bersifat mesoatau menengah berupa penjelasan pelaksanaan. Kebijakan ini dapat berbentuk peraturan menteri, Surat Edaran Kebijakanya dapat pula berbentuk Surat Keputusan Bersama atau SKB antar Menteri, Gubernur dan Bupati atau Walikota.

3. Kebijakan Publik yang bersifat mikro adalah kebijakan yang mengatur kebijakanya adalah peraturan yang dikeluarkan oleh aparat publik di bawah Menteri, Gubernur ,Bupati atau Wali Kota17.

Ditinjau dari sifat kebijakannya, Lowi membagi kebijakan umum empat tipe, yaitu18 :

1. Kebijakan regulatif: kebijakan ini terjadi apabila mengandung paksaan dan akan diterapkan secara langsung terhadap individu. Artinya adalah bahwa kebijakan ini dibuat agar individu tidak melakukan suatu tindakan yang tidak diperbolehkan. Seperti undang-undang hukum pidana, undang-undang antimonopoli dan kompetisi yang tidak sehat dan berbagai ketentuan yang menyangkut keselamatan umum.

16

Budi Winarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publi. Jogjakara : Media Presindo. hal 16.

17

Riant Nugroho D. 2006. Kebijakan Publik Untuk negara-negara berkembang. Jakarta. Hal 31

18

Theodore J Lowi. 2005. American Government Power and Purpose. WW Norton & Company. Dalam buku Ramlan Surbakti. 2010. Memahami ilmu politik. Jakarta: PT. Grasindo. Hal. 246-247.

2. Kebijakan redistributif: kebijakan yang bersifat paksaan secara langsung kepada warga negara, tetapi penerapannya melalui lingkungan. Seperti pengenaan pajak secara progresif kepada sejumlah orang yang termasuk kategori wajib pajak untuk memberikan manfaat bagi orang lain melalui berbagai program pemerintah.

3. Kebijakan distributif: kebijakan yang pengenaannya dilakukan secara tidak langsung (jauh dari pengenaan paksaan secara fisik), tetapi kebijakan tersebut diterapkan secara langsung terhadap individu. Dalam kebijakan ini penggunaan anggaran belanja negara atau daerah untuk memberikan manfaat secara langsung kepada individu, seperti pendidikan dasar bebas biaya, subsidi energi BBM dan sebagainya. 4. Kebijakan konstituen: kemungkinan paksaan secara fisik sangat jauh

dari kebijakan tersebut. Kebijakan ini dapat dikatakan sebagai kebijakan sisa dari ketiga kebijakan diatas. Kebijakan ini mencakup dua lingkup bidang yaitu urusan keamanan nasional dan keamanan dan luar negeri.

Berdasarkan definisi-definisi kebijakan publik yang disebutkan di atas

termasuk ke dalam klasifikasi kebijakan sebagai keputusan karena definisi di atas menitikberatkan kepada pemerintah sebagai aktor yang memiliki otoritas untuk

membuat keputusan, baik keputusan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu yang berdampak pada kehidupan masyarakat.

1.6.1.2 Proses Pembuatan Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan dimulai dengan menganalisis masalah yang harus diselesaikan melalui pembuatan kebijakan. Mengamati sebuah masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam kebijakan menjadikan sebuah kebijakan menjadi tepat sasaran ataupun tidak menyimpang dari pemecahan permasalahan yang diinginkan pada awalnya. Kegiatan dalam proses pembuatan kebijakan

biasanya berkaitan dengan bagian politik dikarenakan lembaga – lembaga politik sangat sering bersinggungan dengan proses ini. Proses pembuatan kebijakan ditunjukkan melalui serangkaian tahap yang saling bergantung satu dengan yang lain yang diatur menurut sesuai dengan urutan waktu, antara lain19 :

1. Penyusunan agenda

2. Penyusunan formulasi kebijakan 3. Pengadopsian kebijakan

4. Implementasi kebijakan 5. Penilaian/Evaluasi kebijakan.

Proses – proses tersebut diataslah yang kemudian menjadi rangkaian kritis yang mengantarkan pembuatan kebijakan menjadi bisa diterima dan dilaksanakan oleh semua kalangan dalam jangka waktu yang sesuai dengan kondisi serta dalam lingkungan yang berbeda.

1.6.1.3 Analisis Kebijakan Publik

Suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupanya sehingga dapat memberi landasan dari para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan20. Didalam menganalisis sebuah kebijakan publik dapat diproses melalui sebuah proses untuk menguraikan dan mengkaji unsur-unsur penting dalam sebuah kebijakan. Selain itu analisis kebijakan publik juga untuk melahirkan sebuah alternatif baru yang dapat memberikan sebuah solusi atas persoalan persoalan yang belum diselesaikan dari kebijakan tersebut. Tindakan tindakan yang diambil dalam analisis kebijakan mungkin dapat dimulai dengan menguraikan isu-isu seputar permasalahan yang ada sampai dengan melakukan evaluasi terhadap suatu program kebijakan publik secara lengkap.Kebijakan publik diharapkam dapat menghasilkan informasi dan

19

Ibid. Hal 7

argumen-argumen yang memiliki dasar logika yang jelas dan mengandung 3 macam tolak ukur utama yaitu :

1. Nilai yang pencapainya mertupakan tolak ukur utama untuk melihat apakah masalah telah teratasi

2. fakta yang keberadaanya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai-nilai

3. tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai21.

Adapun pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan sesorang dalam menganalisis sehingga memiliki dasar logika yang kuat yaitu pendekatan empiris,valuatif dan normatif.

Pendekatan Dalam Analisis Kebijakan Publik Tabel 1.1

Pendekatan Pertanyan Utama Tipe Informasi

Empiris Adakah dan adakah

(fakta)

Deskriptif dan prediktif

Valuatif Apa manfaatnya (nilai) Valuatif

Normatif Apakah yang harus di

perbuat (aksi)

Preskriptif

Sumber : Analisis Kebijakan Publik. Wiliam N. Dunn Hal 98

Tabel diatas menjelaskan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam menganalisis sebuah kebijakan publik. Pendekatan empirisi menekankan penjelasan berbagai sebab dan akibat dari sebuah kebijakan publik. Pertanyaan utama di dalam pendekatan empiris bersifat faktual dan informasi yang dihasilkan bersifat deskriptif. Contohnya meramalkan, menjelaskan pengeluaran publik

untuk kesehatan, pendidikan atau jalan raya22. Sebaliknya, pendekatan valuatif lebih menekankan terhadap penentuan bobot atau nilai yang terkandung didalam kebijakan. Adapun pertanyaan dalam analisisnya adalah berapa nilai dan bobot yang terkandung di dalam kebijakan tersebut, sehingga informasi yang dihasilkan bersifat valuatif. Sebagai contoh, setelah memberikan informasi deskriptif mengenai berbagai macam kebijakan perpajakan, analisis dapat mengevaluasi berbagai cara yang berbeda dalam mendistribusikan beban pajak menurut konsekuensi etis dan moral mereka. Dan yang terakhir adalah pendekatan normatif yang menekankan terhadap rekomendasi serangkaian tindakan-tindakan yang akan datang yang dapat menyelesaikan masalah publik, pertanyaan dalam pendekatan ini adalah yang berkenaan dengan tindakan yang diaplilkasikan dari kebijakan publik tersebut. Sebagai contoh, kebijakan jaminan terhadap upah minimum tahunan buruh yang dapat direkomendasikan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah kesejahterahan buruh saat ini.

1.6.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembuatan Kebijakan

Dalam perumusan kebijakan publik paling tidak terdapat sebanyak enam faktor strategis yang biasanya mempengaruhi, factor-faktor tersebut meliputi :

1. Faktor Politik. Faktor ini perlu dipertimbangkan dalam perumusan suatu kebijakan publik, karena dalam perumusan suatu kebijakan diperlukan dukungan dari berbagai actor kebijakan (policy actors), baik aktor-aktor dari pemerintah maupun dari kalangan bukan pemerintah (pengusaha, LSM, asosiasi profesi, media massa, dan lain-lain).

2. Faktor ekonomi/financial. Faktro ini pun perlu dipertimbangkan terutama apabila kebijakan tersebut akan menggunakan atau menyerap dana yang cukup besar atau akan berpengaruh pada situasi ekonomi dalam suatu daerah.

22

Thomas Dye. 1976. Police Analysis: What Governments Do Why They do it, and what Diffrence

3. Faktor administratif/organisatoris. Dalam perumusan kebijakan perlu pula dipertimbangkan faktor administratif atau organisatoris yaitu apakah dalam pelaksanaan kebijakan itu benar-benar akan didukung oleh kemampuan administratif yang memadai, atau apakan sudah ada organisasi yang akan melaksanakan kebijakan itu.

4. Faktor teknologi. Dalam perumusan kebijakan publik perlu mempertimbangkan teknologi yaitu apakah teknologi yang ada dapat mendukung apabila kebijakan tersebut diimplementasikan.

5. Faktor sosial, budaya dan agama. Faktor ini pun perlu dipertimbangkan, misalnya apakah kebijakan tersebut tidak menimbulkan benturan sosial, budaya, dan agama atau yang sering disebut masalah SARA.

6. Faktor pertahanan dan keamanan. Faktor pertahanan dan keamanan ini pun akan berpengaruh dalam perumusan kebijakan, misalnya apakah kebijakan yang akan dikeluarkan tidak mengganggu stabilitas keamanan suatu daerah. .