• Tidak ada hasil yang ditemukan

Darunnajah Cipining di Jepang

Ahmad Kholil (Alumni TMI tahun 2002)

Assalamualaikum wr wb.

Kabar Saya Alhamdulillah baik, sehat. Waktu tidak terasa berlalu begitu cepat. Rasanya tinggal di Jepang baru saja kemaren. Tetapi setelah dihitung-hitung, satu tahun 10 bulan, 670 hari. Mudah-mudahan Allah menganpuni dosaku yang telah berbuat zhalim terhadap waktu. Insya Allah Saya akan berusaha terus untuk berbuat adil

padanya.

Saya tinggal di apartement yang berwarna merah, sangat mencolok ketika dilihat dari kejauhan dibandingkan dengan apartemen sekitar yang berwarna putih keramik. Matsuda Manshon orang menyebut apartment itu.

Alamat lengkapnya, shigaken otshusi shukinowa, ichome 10_3A 162 matsuda manshon. Japan. Alamat perusahaannya (perusahaan manufaktur terbesar sepropinsi). Metal art, shigaken kusatsushi no jicho 1350 japan. Otshu dan Kusatsu adalah machi/kota kecil di pinggiran danau Biwako (danau terbesar di Jepang) yang terletak tidak jauh (15 menit dengan kereta) dari Kyoto, ibukota Jepang sebelum pindah ke Tokyo. Keduanya (Tokyo dan Kyoto) memiliki eki (stasiun) yang sama, gedung yang mirip dan selalu ramai dan sibuk. Arus manusia jalan seperti jajaran semut yang pindah sarang. Jangan salah ketika jalan kemudian berhenti mendadak, maka akan terjadi tabrakan manusia beruntun.

Jarak apartemen dengan perusahaan kira- kira 1 kilometer, 10 menit dengan mengayuh sepeda, melewati tiga lampu bangjo, pacingko (salah satu jenis tempat judi), tempat parkirnya 4 kali lebih luas dari bangunannya, sangat luas dan selalu penuh. Karena memang tempat seperti itulah tempat hiburan mereka. Saya ingat nasihat pak kyai. Tiga kebiasaan masyarakat negara maju, termasuk Jepang: pergaulan bebas, minum- minuman keras dan daging babi serta judi. Itu memang benar. Dan, tidak beragama. Karena ketika tukar pikiran dengan rekan kerja tentang agama, mereka bingung agama apa yang mereka anut.

Saya bersyukur sebelum ke Jepang telah belajar di Darunnajah Cipining. Juga berkat doa dari antum, para ustadz, saya masih tetap menjaga ibadah kepada Allah SWT.

Di samping pacingko, ada sebuah toko pernak-pernik, barang-barang antik, bahkan patung. Di depan toko terdapat tulisan; jalan-jalan, Bali; karena pada umumnya orang Jepang lebih mengenal Bali daripada Indonesia atau Jakarta.

Setelah melalui jembatan sungai kecil yang bersih, sampailah di perusahaan metal art di mana kami magang. Metal art perusahan manufaktur terbesar di Shigaken, memiliki 10 unit mesin pres (otomatis, manual dan pres dingin). Perhari bisa menghasilkan puluhan ribu barang.

Status Saya di Jepang bukan kursus, akan tetapi magang kerja. Yang terdiri dari dua tahapan: kenshu dan jishu.

Kenshu/kenhusei adalah belajar sambil bekerja. Di mana peserta masih diarahkan dengan teori di classmeet kemudian dilanjutkan di gemba (lapangan kerja), dan pengarahan tentang anzen

alam Edisi kali ini, WARDAN punya cerita santri dan alumni

D

Darunnajah Cipining yang sedang

berada Amerika Serikat dan Jepang. Yusep Supriatna adalah santri Cipining keempat yang lulus seleksi pertukaran pelajar Indonesia-Amerika melalui program Youth Exchange Student (YES). Sedangkan Ahmad Kholil merupakan alumni Darunnajah yang sempat mengajar di Darunnajah selama 4 tahun kemudian mengikuti seleksi program pemagangan kerja di Jepang dan lulus. Berikut cerita mereka:

Kisah Santri *

Darunnajah Cipining

di Amerika Serikat

* Yusep Supriatna (kelas V TMI/kelas XI MA)

Gimana nih perasaan Yusep selama di Amerika?

Alhamdulillah selama saya di sini keadaan saya baik-baik saja dan makin lama makin kangen sama segala sesuatu yang Yusep tinggal, pengen cepet- cepet ketemu orang tua, guru, sama teman-temen.

Gimana tinggalnya Yusep disitu, alamatnya di mana?

Rumah pribadi. Yusep tinggal di 9508 Chaton Road, Laurel City MD State (Maryland) 20723.

Apa aja yang dipelajari disitu, katanya kan bawa misi budaya Indonesia tuh, gimana misinya, berhasil gak?

Karena satu-satunya orang Indonesia yang baru datang di kota kecil ini, jadi Yusep jaga akhlak sama orang-orang sini. Yang saya pelajari antara lain bagaimana cara mereka mengatakan “ Hi” dan “ Thank you” . “ Hi” mereka kadang selalu menyapa siapapun, walaupun mereka tak kenal satu sama lain. Adapun kata “ Thank you” , sedikit pun pertolongan merupakan suatu penghargaan yang harus dibalas, seperti sekadar mengambil kertas yang jatuh dari tangan, pasti orang yang punya bilang “ thank you” .

Trus Yusep ikut kegiatan apa aja, belajar formal, atau nonformal juga, eh ada pramukanya gak?

Tadinya mau ikutan sports, tapi kata mereka sudah terlambat, dan mereka dah punya tim sports dari sebelumnya....tapi bukan berearti Yusep diam dan duduk di bangku aja...

Di sekolah: Islamic Culture Club; Asian Student

Union; Chess Club (this one so much fun).

Non Formal: Boy Scout Of America (Troop 62 in Laurel); Badminton Club; Climbing.

Pramuka merupakan kegiatan luar sekolah, dan tidak harus bersangkutan dengan sekolah. Pelatih- pelatih pramukanya itu berbeda-beda latar belakang, (guru, military ataupun yang dulunya mereka aktif di Pramuka). Andikanya juga tidak harus berasal dari sumber (satu sekolah, misalnya - red) yang sama, siapa pun yang mau bergabung... Orang tua merupakan salah satu dari keberhasilan dalam menjalin andika yang sukses.. Mereka selalu bekerja sama dalam membantu anak-anak mereka....

Seminggu sekali mereka berkumpul.... Dua bulan sekali camping...

Apa yang paling mengesankan disitu?

Yang paling mengesankan, antara lain: berhasil mengunjungi gedung putih USA ( White House), bagian yang terpenting “ West side of White House” ; pertama kali Camping di negri orang; wall climbing trip free for 7 months; Aimish Country in Philadelphia (don't believe in modernity/electricity, they believe it can make a family to be apart from each other); awal mula melihat, menyentuh, dan merasakan dinginnya salju (tiap hari pakai 3 lapis baju); jalanan selalu bersih; mayoritas dari mereka menghargai kelebihan-kelebihan orang lain; tidak pernah mencuci sepatu selama-lamanya (he..he..he..); dan masih banyak lainnya.

Katanya sebentar lagi selesai yah, kapan tuh balik ke Cipining-Indonesia?

Dengar kabar dari local coordinator, meninggalkan rumah orang tua angkat tanggal 30 Juni, dan kita harus orientasi internasional selama tiga hari di Washington, DC. Pulang ke negara masing-masing kira-kira tanggal 4 Juli 2008 ini.

Ini yang penting, makannya apaan nih, masih nasi apa udah pindah selera, kalau ada yang beda makanannya ntar dibungkusi, buat oleh-oleh yah, tapi by the way mudah gak cari makanan halal disitu?

Ibu ortu angkat Yusep beragama Yahudi, jadi dia juga tidak makan Babi. Alhamdulillah mereka selalu mencarikan makanan yang halal buat Yusep... Dan kadang mereka membelikan makanan dari restoran Mexico “ vegetarian” ...

Satu hal yang sangat lucu...

Selama seminggu di rumah orang tua angkat Yusep tidak pernah makan nasi, makannya selalu ikan,

Alumni & Kader

Alumni & Kader

ayam, kambing, dan sayur-sayuran. Dan Yusep juga bosen sama makanan yang seperti itu. Tidak pernah makan nasi rasanya seperti tidak pernah makan sama sekali...

Akhirnya Yusep “ Speak up” kepada mereka.Yusep bilang “ kalau di Indonesia itu....dibilang makan, kalau kita makan nasi” (In English)....

Ehhhh...setelah tiga hari kemudian mereka bilang....” there you go Yusep, your rice here” tapi mereka tetep ngga makan nasi bareng sama Yusep... Tapi lama-kelamaan mereka akhirnya mencoba juga untuk makan nasi... Dan jadi makanan hampir setiap hari sampai akhir ini.. Mudah2an mereka tetep makan nasi...

Sholat gimana, mudah gak, trus cerita juga dong komunitas muslim dan perkembangaanya disitu?

Alhamdulillah shalat lancar. Di sekolah, shalat Zhuhur bersama anggota Islamic Culture Club. Jarang sekali shalat Jum'at, tapi kalau misalnya ketika ada waktu libur pas hari Jum'at Yusep pergi ke masjid terdekat, dan kebanyakan hari Jum'at itu sekolahan suka tutup karena guru-guru suka kumpul. Puasa yang sangat sulit, menahan dahaga di sela-sela orang yang memegang makanan ketika di sekolah, tapi alhamdulillah Bagian Perpustakaan sekolah mengizinkan anak-anak muslim untuk menghabiskan waktu makan siang di perpustakaan.

-alhamdulillah Iedul Adha dan Fitri tidak kelewat.

Thank's. Eh mau nitip salam buat siapa nih?

Salam buat Pak Kiyai; keluarga Yusep tercinta; para guru, terutama orang-orang yang sudah berusaha membantu Yusep; temen-temen Yusep (angkatan XV, dan adik-adik kelas Yusep)

Maaf apabila ada kata yang kurang enak didengar. Wassalammu'alaikum.

Kisah Alumni *

Darunnajah Cipining

di Jepang

Ahmad Kholil (Alumni TMI tahun 2002)

Assalamualaikum wr wb.

Kabar Saya Alhamdulillah baik, sehat. Waktu tidak terasa berlalu begitu cepat. Rasanya tinggal di Jepang baru saja kemaren. Tetapi setelah dihitung-hitung, satu tahun 10 bulan, 670 hari. Mudah-mudahan Allah menganpuni dosaku yang telah berbuat zhalim terhadap waktu. Insya Allah Saya akan berusaha terus untuk berbuat adil

padanya.

Saya tinggal di apartement yang berwarna merah, sangat mencolok ketika dilihat dari kejauhan dibandingkan dengan apartemen sekitar yang berwarna putih keramik. Matsuda Manshon orang menyebut apartment itu.

Alamat lengkapnya, shigaken otshusi shukinowa, ichome 10_3A 162 matsuda manshon. Japan. Alamat perusahaannya (perusahaan manufaktur terbesar sepropinsi). Metal art, shigaken kusatsushi no jicho 1350 japan. Otshu dan Kusatsu adalah machi/kota kecil di pinggiran danau Biwako (danau terbesar di Jepang) yang terletak tidak jauh (15 menit dengan kereta) dari Kyoto, ibukota Jepang sebelum pindah ke Tokyo. Keduanya (Tokyo dan Kyoto) memiliki eki (stasiun) yang sama, gedung yang mirip dan selalu ramai dan sibuk. Arus manusia jalan seperti jajaran semut yang pindah sarang. Jangan salah ketika jalan kemudian berhenti mendadak, maka akan terjadi tabrakan manusia beruntun.

Jarak apartemen dengan perusahaan kira- kira 1 kilometer, 10 menit dengan mengayuh sepeda, melewati tiga lampu bangjo, pacingko (salah satu jenis tempat judi), tempat parkirnya 4 kali lebih luas dari bangunannya, sangat luas dan selalu penuh. Karena memang tempat seperti itulah tempat hiburan mereka. Saya ingat nasihat pak kyai. Tiga kebiasaan masyarakat negara maju, termasuk Jepang: pergaulan bebas, minum- minuman keras dan daging babi serta judi. Itu memang benar. Dan, tidak beragama. Karena ketika tukar pikiran dengan rekan kerja tentang agama, mereka bingung agama apa yang mereka anut.

Saya bersyukur sebelum ke Jepang telah belajar di Darunnajah Cipining. Juga berkat doa dari antum, para ustadz, saya masih tetap menjaga ibadah kepada Allah SWT.

Di samping pacingko, ada sebuah toko pernak-pernik, barang-barang antik, bahkan patung. Di depan toko terdapat tulisan; jalan-jalan, Bali; karena pada umumnya orang Jepang lebih mengenal Bali daripada Indonesia atau Jakarta.

Setelah melalui jembatan sungai kecil yang bersih, sampailah di perusahaan metal art di mana kami magang. Metal art perusahan manufaktur terbesar di Shigaken, memiliki 10 unit mesin pres (otomatis, manual dan pres dingin). Perhari bisa menghasilkan puluhan ribu barang.

Status Saya di Jepang bukan kursus, akan tetapi magang kerja. Yang terdiri dari dua tahapan: kenshu dan jishu.

Kenshu/kenhusei adalah belajar sambil bekerja. Di mana peserta masih diarahkan dengan teori di classmeet kemudian dilanjutkan di gemba (lapangan kerja), dan pengarahan tentang anzen

(keamanan atau keselamatan kerja). Karena di negeri otomotif ini, keselamatan kerja adalah yang paling utama, baik keselamatan diri sendiri maupun buat orang lain. Tak heran, tulisan 'anzen dai ichi' (keselamatan yang paling utama) tertempel di mana-mana. Masa itu sudah terlewati setahun lalu. Sekarang saya sudah di tahap jishu/jishusei (bekerja sambil belajar). Jadi saya beserta 13 teman yang lainnya dibedakan jenis kerja dan teamworknya. Saya satu tim bersama dua orang Jepang, mengoperasikan sebuah mesin press 2500 ton, yang digunakan untuk mengepress besi yang di panaskan 1200 derajat, untuk dibuat barang-barang otomotif, seperti gear, join, drum, lora dan lain-lain. Satu unit mesin yang besarnya sama dengan satu blok kelas ini, tergolong manual. Satu hari rata-rata menghasilkan 2500-3000 buah onderdil.

Selama bekerja bersama orang Jepang, saya mengamati mereka memang kelihatan sangat gesit dan cepat dalam bekerja. Karena semuanya terjadwal dengan jelas permenitnya, seperti ujian amaliyah tadris. Waktu satu menit sangat berharga, yang menentukan kelulusan dan kepercayaan. Setelah selesai bekerja meeting, membuat laporan kegiatan, masalah-masalah yang terjadi, semuanya dilaporkan dalam urutan waktu, dan mengisi grafik.

Masyarakat Jepang mungkin masih terpengaruh oleh kebiasaan nenek moyang mereka, masyarakat samurai. Semboyannya, 'lebih baik mati daripada menanggung malu karena kekalahan'. Sehingga mereka bekerja dengan giat dan cepat, serta target harus tercapai.

Sedangkan masakan dan makanan setiap hari seperti di Indonesia, karena masak sendiri. Memasak ikan, sayur lodeh, sop, bala-bala, mie instant impor dari Indonesia, dan tentunya nasi.

Sedangkan daging, ada daging impor Haji Baba yang ada mereknya halal. Tahu, tempe termasuk makanan mahal, 1/4 kg 450 Yen atau setara Rp38.250,00.

Tentang beribadah, Alhamdulillah dari perusahaan kami diberi ruangan untuk shalat, 2 X 4 m2. Disitulah kami mendirikan shalat lima waktu, juga shalat Jum'at. Orang Jepang termasuk yang menjunjung tinggi hak asasi. Jadi tidak masalah kita melaksanakan shalat selama tidak menggangu kewajiban di perusahaan.

Komunitas muslim di Jepang Saya tidak tahu banyak. Yang saya tahu di Kobe ada masjid agung dan Islamic Center. Di sana sering diadakan ta'lim termasuk jamaah daurah dari Indonesia. Saya sendiri tidak bisa banyak mengikuti di sana karena jaraknya cukup jauh. Hampir tiga jam untuk sampai di sana. Saya datang ketika shalat Ied saja. Dan yang saya tahu kebanyakan yang shalat orang-orang asing, dari Indonesia, India, Pakistan.

Ada juga yang dari Mesir. Orang Jepang sendiri sangat sedikit, hanya beberapa orang saja.

Cerita Saya sampai di sini dulu. Minta maaf saya gak ada foto-foto di perusahan. Soalnya di Jepang cukup tertutup kalo mau mengambil gambar atau video di dalam perusahaan.

Salam buat temen-temen.

Iro iro arigatoogozaimas, jya mata rainen. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh (Ahmad Cholil)