• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data dan Analisis Tes

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 130-136)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.3 Pengembangan Desain .1 Desain Alat Peraga

4.1.5.1 Data dan Analisis Tes

Instrumen tes tersusun atas 15 butir soal yang mewakili 7 indikator. Butir soal tersebut sudah melalui tahap validasi ahli, guru dan uji empiris. Validasi ahli dilakukan oleh 2 ahli pembelajaaran matematika, 2 guru kelas II SD 1 Srandakan. Sedangkan uji empiris dilakukan oleh 44 siswa kelas II A dan B SD 1 Srandakan. Tes yang diberikan saat uji coba terbatas dibedakan menjadi 2 tahap yaitu pretest dan posttest. Pretest diberikan di awal kegiatan uji coba tujuannya adalah mengukur kemampuan awal dari subjek mengenai materi pembagian.

Sedangkan posttest dilaksanakan pada hari teakhir kegiatan uji coba terbatas. Tujuannya adalah untuk melihat perubahan yang terjadi pada subjek sebelum dan setelah mendapatkan pendampingan dengan menggunakan alat peraga yang peneliti kembangkan. Perubahan ini dilihat dengan membandingkan hasil prestest dengan hasil posttest. Berikut hasil rekapitulasi nilai siswa.

Tabel 4.39 Rekapitulasi Hasil Nilai Siswa

No. Nama Nilai

Prestest Posttest 1 Ni 43 90 2 De 56 87 3 Ra 40 90 4 Ga 43 83 5 Ad 35 89 6 Al 60 100 Rerata 46,17 89,8

Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil pretest dan posttest siswa diatas, menunjukkan bahwa secara keseluruhan terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara hasil pretest dengan hasil posttest. Hal ini berarti terdapat perbedaan setelah siswa mendapat pendampingan dengan menggunakan alat peraga dengan sebelum mendapat pendampingan. Perbedaan secara signifikan dapat dilihat dari rerata hasil pretest yaitu 46,17 mengalami kenaikan menjadi 89,8 pada posttest. Jika dilihat pada tabel 4.28 diatas, terdapat hasil yang beragam. Keragaman nilai siswa dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 4.8 Grafik Nilai Pretest dan Posttest Siswa 4.1.5.2 Data dan Analisis Kuesioner

Produk alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti di validasi oleh enam siswa kelas II A SD N Brosot yang menjadi subjek penelitian. Validasi alat peraga papan pembagian dilaksanakan pada hari terakhir pelaksanaan uji coba terbatas, yaitu pada hari sabtu tanggal 13 Desember 2014. Validasi alat peraga papan pembagian menggunakan panduan instrumen validasi produk yang telah divalidasi terlebih dahulu.

Hasil rekapitulasi validasi alat peraga oleh siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.40 Hasil Rekapitulasi Validasi Alat Peraga oleh Siswa

Siswa Skor per Item Total Rerata Kategori

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ni 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38 3,8 Sangat baik De 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 Sangat baik Ra 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38 3,8 Sangat baik Ga 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 36 3,6 Sangat

Siswa Skor per Item Total Rerata Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 baik Ad 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 3 Sangat baik Al 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 3 Sangat baik Rerata 212 3,53 Sangat baik

Keenam siswa telah mendapat pendampingan penggunaan alat peraga dan memberikan penilaian terhadap alat peraga yang telah peneliti kembangkan. Hasilnya telah direkap pada tabel 4.29 dan mendapatkan rerata skor 3,53. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan konversi skor pada tabel 4.2 maka dapat disimpulkan hasil penilaian alat peraga termasuk dalam kategori “sangat baik” dan sudah layak jika hendak diproduksi secara massal.

4.1.6 Proses

Proses pendampingan berlangsung selama 4 kali, di mana proses tersebut diawali dengan pemberian pretest dan diakhiri dengan pemberian posttest. Selama proses pendampingan berlangsung, peneliti menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian peneliti. Hal-hal tersebut berupa reaksi siswa ketika diberikan pendampingan, serta tanggapan-tanggapan yang diungkapkan secara lisan oleh siswa.

Hari pertama diawali dengan pretest, sejak pertama kegiatan ini dimulai anak sudah antusias. Hari berikutnya merupakan hari pendampingan pertama, kegiatan diawali dengam memperkenalkan alat peraga papan pembagian kepada mereka. Mereka tampak antusias, hal ini dibuktikan saat mereka meraba seluruh

komponen pada alat peraga tanpa rasa malu. Pada hari tersebut, peneliti melatihkan keterampilan pembagian sebagai pengurangan berulang. Mula-mulanya peneliti memberikan contoh cara penggunaan alat peraga papan pembagian. Setelah mendemonstrasikan, peneliti memberi kesempatan kepada setiap siswa yang hendak mencoba. Awalnya beberapa anak tampak malu-malu, setelah peneliti meyakinkan, akhirnya mereka mau mencoba menggunakan alat peraga. Setelah kegiatan hari kedua berakhir, peneliti mencoba menanyakan perasaan siswa setelah diberi pendampingan. Mereka mennyatakan bahwa perasaan mereka senang meski tampak malu-malu.

Pada hari selanjutnya, keterampilan yang dilatihkan adalah pembagian bilangan sampai dengan 100 dengan bilangan pembagi 1-10. Kegiatan pendampingan ini peneliti laksanakan setelah istirahat pertama atau sekitar pukul 09.40 WIB. Sembari menunggu waktu pendampingan, anak-anak yang menjadi subyek penelitian bertanya kepada peneliti “Bu, kok nggak perpus lagi?”. Peneliti memberikan penjelasan kepada anak-anak tersebut bahwa kegiatan pendampingan akan dilaksanakan setelah istirahat. Saat pendampingan berlangsung, anak-anak tampak lebih antusias dari hari sebelumnya. Mereka sempat berebut hendak menggunakan papan pembagian dalam waktu yang bersamaan. Kegiatan hari ketiga diakhiri dengan kesimpulan yang diutarakan oleh anak-anak. Mereka berpendapat bahwa penggunaan alat peraga dapat menjadikan soal-soal yang sulit menjadi mudah.

Pada pertemuan selanjutnya, keterampilan yang diajarkan masih seputar pembagian bilangan sampai dengan 100 dengan bilangan pembagi 1-10. Hal ini

dimaksudkan untuk memperdalam penanaman konsep pembagian pada siswa. Hari ini, salah satu subyek penelitian yang bernama De tampak lebih ceria. De biasanya tampak murung dan cenderung diam saja ketika ditanyai. Namun hari ini nampak adanya perubahan sikap pada diri De, ia menjadi aktif dan selalu berusaha menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Ia juga tampak antusias mengikuti pendampingan. Anak-anak yang lain juga dapat berkomunikasi dengan baik bersama De.

Pada hari terakhir pendampingan, keterampilan yang dilatihkan adalah pembagian bilangan sampai dengan 500 dengan bilangan pembagi 1-20. Saat peneliti menunjukkan kartu soal dengan bilangan yang cukup besar, mereka terkejut dan berkata “Ini susah ma”, seru mereka menirukan logat salah satu tokoh kartun di Televisi. Peneliti meminta secara sukarela siapa saja yang hendak menyelesaikan soal tersebut dengan menggunakan alat peraga papan pembagian. Karena ketersediaan papan pembagian hanya terbatas, dan seluruh anak ingin mencoba menyelesaiakan soal tersebut, maka peneliti berinisiatif untuk menunjuk siapa yang akan menyelesaikan soal tersebut. Siswa bernama Ra ditunjuk oleh peneliti untuk menyelesaikan soal tersebut. Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilatihkan, Ra menyelesaikan soal tersebut secara sistematis dengan bantuan papan pembagian.

Melalui kegiatan tersebut, peneliti bertanya kepada anak-anak, apakah alat peraga papan pembagian menjadikan soal yang sulit menjadi mudah diselesaikan, mereka serempak menjawab “Lebih mudah kalau pakai alat peraga”. Setelah itu peneliti member kesempatan kepada siswa untuk berlatih

menyelesaikan soal pembagian dengan bilangan yang cukup besar. Perilaku keenam siswa tersebut menunjukkan bahwa mereka menginginkan adanya alat peraga pada setiap proses pembelajaran dengan materi yang abstrak.

4.2 Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan alat peraga dengan memperhatikan ciri-ciri dan kualitas. Alat peraga metode Montessori memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education (Montessori, 2002: 172-176), dan kontekstual (Lillard, 2005: 32). Penelitian ini menghasilkan prototipe alat peraga papan pembagian. Hasil dari pengembangan alat peraga papan pembagian akan diuraikan sebagai berikut.

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 130-136)