• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data Sosio-Ekonomi Dikumpulkan, Dianalisis dan

Dalam dokumen PROGRAM REHABILITASI DAN PENGELOLAAN TER (Halaman 50-54)

C. Penyadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Mitra Bahari

2. Aspek-aspek Implementasi

2.1.2 Subkomponen Pusat Informasi dan Pelatihan Terumbu Karang

2.1.2.4 Data Sosio-Ekonomi Dikumpulkan, Dianalisis dan

Tujuan dari COREMAP II adalah untuk menyelenggarakan sistem pengelolaan terumbu karang yang dapat dilaksanakan di semua kabupaten program untuk menguatkan dan mendukung masyarakat pesisir di dalam melaksanakan pengelolaan kolaboratif terumbu karang, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, terdapat dua jenis KPI dari CRITC LIPI yang berupaya untuk mengukur: (i) peningkatan kesehatan ekosistem terumbu karang (indikator biofisik); dan (ii) peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir di wilayah program (indikator sosio- ekonomi/kemiskinan). Indikator sosio ekonomi diukur berdasarkan dua KPI, yaitu total pendapatan dari anggota kelompok penerima manfaat Program yang mengalami peningkatan sebesar kurang lebih 10% menjelang berakhirnya Program (EOP); dan setidaknya 70% nelayan/penerima manfaat di dalam masyarakat pesisir di wilayah- wilayah yang dikelola program berpendapat bahwa Program memberikan dampak yang positif bagi kesejahteraan mereka.

Untuk melakukan evaluasi KPI sosio-ekonomi, dilakukan kajian dasar sosio - ekonomi dan evaluasi monitoring manfaat (BME) sosio-ekonomi. Sebuah kajian dasar sosio- ekonomi dilaksanakan pada 2006. Tujuan kajian dasar sosio-ekonomi ini adalah untuk memberikan data dasar tentang kondisi sosio–ekonomi dari masyarakat dalam kaitannya dengan pengelolaan terumbu karang. Kajian sosio-ekonomi BME dilaksanakan pada pertengahan C2 (2008) dan pada akhir Program (2011). Tujuan kajian sosio- ekonomi BME yang dilaksanakan pada 2008 adalah untuk mengevaluasi implementasi COREMAP dan dampaknya pada pendapatan masyarakat. Tujuan secara umum dari kajian sosio–ekonomi BME pada 2011 adalah untuk melaksanakan evaluasi akhir terhadap kondisi sosio–ekonomi masyarakat di wilayah-wilayah yang dikelola program dalam kaitannya dengan implementasi COREMAP II. Tujuan khusus dari kajian tersebut adalah: (1) untuk mengevaluasi implementasi COREMAP II di semua kabupaten dan lokasi program; (2) untuk mengetahui peningkatan pendapatan masyarakat, khususnya pendapatan anggota kelompok penerima manfaat program; dan (3) untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap dampak COREMAP II bagi kesejahteraan mereka.

Kajian-kajian dasar dan sosio–ekonomi BME dilaksanakan menggunakan kombinasi pendekatan penelitian secara kuantitatif dan kualitatif. Sebuah instrumen untuk mengumpulkan data menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif telah dikembangkan. Seperangkat kuesioner (wawancara setengah terbuka) telah dikembangkan untuk melaksanakan survei kondisi sosio- ekonomi dari masyarakat di wilayah-wilayah yang dikelola program. Survei dilaksanakan bagi sekitar 180 sampai 250 keluarga di setiap kabupaten. Sebuah pedoman pengumpulan data kualitatif tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya laut juga telah dikembangkan. Pedoman tersebut terdiri dari bagian-bagian tentang wawancara setengah terbuka dan diskusi kelompok fokus.

Kajian dasar dan sosio–ekonomi BME dilaksanakan di sampel-sampel desa C2 secara terseleksi. Tiga sampai empat desa telah dipilih sebagai sampel kajian di setiap kabupaten. Seleksi sampel wilayah kajian didasarkan atas tiga kriteria: (i) mewakili satu lingkungan wilayah pesisir dan satu pulau kecil; (ii) ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya laut; dan (iii) tingkat kemiskinan. Gambaran tentang sampel- sampel desa di 7 wilayah kabupaten dapat dilihat di Tabel 12.

Tabel 12. Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Sampel Desa untuk Kajian Dasar dan BME Sosio-Ekonomi

No Kabupaten Kecamatan Desa

1 Biak Biak Timur (Pesisir)

Padaido (Pulau Kecil)

Wadibu, Anggaduber, Amroben Padaido

2 Raja Ampat Waigeo Selatan (Pulau Kecil)

Waigeo Barat (Pulau Kecil)

Friwen, Yenbesser, Mutus Meos Manggara, Bianci 3 Selayar Bontomantene (Pesisir l)

Pasimasunggu (Pulau Kecil)

Buki, Bungaiya

Bontobulaeng, Bontobarru 4 Pangkajene

Kepulauan

Labakkang (Pesisir)

Liukang Tuppabiring (Pulau Kecil)

Pundata Baji Mattiro Bombang

5 Buton Mawasangka (Pesisir )

Kadatua (Pulau Kecil )

Terapung,Wakambangura Wauno, Kapoa

6 Wakatobi Wangi-wangi Selatan (Pulau Kecil)

Wangi-Wangi (Pulau Kecil)

Mola Selatan, Waha, Wandoka

7 Sikka Kewapante (Pesisir)

Maumere (Pulau Kecil)

Namangkewa, Watumilok Pemana, Kojadoi, Kojagete

Berbagai kegiatan LKM mulai dilaksanakan secara intensif pada 2007/2008. Oleh sebab itu, deskripsi capaian KPI didasarkan atas data sosio- ekonomi BME yang dilaksanakan pada 2008 dan 2011.

 KPI No. 6: Pendapatan anggota kelompok penerima bantuan meningkat sebesar kurang lebih 10% pada akhir Program.

Pendapatan anggota kelompok penerima bantuan didefinisikan sebagai pendapatan rumah tangga dari anggota Pokmas yang menerima pendanaan LKM. Pendapatan rumah tangga didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh dari semua anggota keluarga yang bekerja di semua sektor: perikanan, perdagangan, dan layanan, termasuk pendapatan dari berbagai kegiatan ekonomi yang didanai oleh LKM. Analisis pendapatan dari anggota kelompok penerima manfaat disajikan di dalam dua versi: (1) estimasi pendapatan rumah tangga tanpa memperhitungkan tingkat inflasi dan (2) pendapatan rumah tangga dengan memperhitungkan angka inflasi. Hasil-hasil BME sosio–ekonomi menunjukkan bahwa KPI: Pendapatan anggota kelompok penerima manfaat mengalami peningkatan sebesar kurang lebih 10% menjelang akhir Program telah dicapai. Pendapatan rumah tangga anggota kelompok masyarakat penerima bantuan telah meningkat kurang lebih 33,9% di semua wilayah kabupaten. Kabupaten yang menunjukkan peningkatan tertinggi untuk pendapatan rumah tangga adalah Kabupaten Raja Ampat (79,73%); dan sebaliknya peningkatan terendah pendapatan rumah tangga terjadi di Kabupaten Buton (10,66%). (Lihat Gambar 5). Rendahnya angka peningkatan pendapatan di Buton disebabkan oleh menurunnya basis sumberdaya perikanan khususnya ikan- ikan kecil (teri) yang memiliki nilai ekonomi penting. Estimasi pendapatan rumah tangga dari anggota kelompok penerima manfaat yang dihitung berdasarkan tingkat

inflasi menunjukkan peningkatan 20,82% untuk semua lokasi. Di antara 7 kabupaten program, satu kabupaten (Buton) belum mencapai sasaran peningkatan 10%. Setelah dilakukan estimasi dengan memperhitungkan tingkat inflasi, pendapatan rumah tangga anggota kelompok penerima bantuan mengalami penurunan menjadi kurang lebih 1,92% (Lihat Gambar 6).

Gambar 5.Pendapatan Rumah Tangga Anggota Kelompok Penerima Manfaat per

Kabupaten, 2008 dan 2011

(Estimasi tanpa Memperhitungkan Tingkat Inflasi) Sumber: Sosio – Ekonomi BME, COREMAP, 2008

Sosio – Ekonomi BME, COREMAP, 2011

PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA

Pendapatan rumah tangga anggota kelompok penerima manfaat C2 meningkat sebesar kurang lebih 34% untuk semua wilayah kabupaten – dengan demikian

jauh melampaui tingkat KPI Program 10%. Di Raja Ampat angka peningkatan mencapai 80%!

Peningkatan pendapatan rumah tangga di wilayah-wilayah kabupaten C2 tercatat lebih besar dibandingkan yang terjadi di wilayah-wilayah kabupaten

lainnya yang menunjukkan bahwa peningkatan tersebut adalah dampak dari Program.

PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA

Pendapatan rumah tangga anggota kelompok penerima manfaat C2 meningkat sebesar kurang lebih 34% untuk semua wilayah kabupaten – dengan demikian

jauh melampaui tingkat KPI Program 10%. Di Raja Ampat angka peningkatan mencapai 80%!

Peningkatan pendapatan rumah tangga di wilayah-wilayah kabupaten C2 tercatat lebih besar dibandingkan yang terjadi di wilayah-wilayah kabupaten

lainnya yang menunjukkan bahwa peningkatan tersebut adalah dampak dari Program.

Gambar 6. Pendapatan Rumah Tangga Anggota Kelompok Penerima Manfaat per Kabupaten, 2008 dan 2011

(Estimasi dengan Memperhitungkan Tingkat Inflasi) Sumber: Sosio – Ekonomi BME, COREMAP, 2008

Sosio – Ekonomi BME, COREMAP, 2011

 KPI No. 7: Setidaknya 70% nelayan/penerima manfaat di dalam masyarakat pesisir di wilayah-wilayah yang dikelola program berpendapat bahwa Program telah memberikan dampak yang positif bagi kesejahteraan mereka.

Hasil-hasil BME menunjukkan bahwa COREMAP II juga telah mencapai KPI No. 7: Setidaknya 70% nelayan/penerima manfaat di dalam masyarakat pesisir di wilayah- wilayah yang dikelola program berpendapat bahwa Program telah memberikan dampak yang positif bagi kesejahteraan mereka. Data di dalam gambar 7 menunjukkan bahwa kurang lebih 84,7% masyarakat pesisir di wilayah-wilayah yang dikelola program di 7 kabupaten berpendapat bahwa COREMAP telah memberikan dampak positif bagi kesejahteraan mereka. Masyarakat tersebut ditanya tentang persepsi mereka terhadap program dan berbagai kegiatan COREMAP II yang telah dilaksanakan di setiap lokasi (desa). Program dan kegiatan tersebut antara lain: bantuan hibah desa, penyadaran masyarakat, pengelolaan dan monitoring berbasis masyarakat, pengendalian dan pengembangan daerah perlindungan laut.

PERSEPSI TENTANG DAMPAK COREMAP

85% masyarakat pesisir di wilayah-wilayah yang dikelola program merasa bahwa COREMAP II telah memberikan dampak positif bagi kesejahteraan

mereka

PERSEPSI TENTANG DAMPAK COREMAP

85% masyarakat pesisir di wilayah-wilayah yang dikelola program merasa bahwa COREMAP II telah memberikan dampak positif bagi kesejahteraan

Data di dalam Gambar 7 menunjukkan bahwa kabupaten yang mencatat capaian tertinggi di dalam KPI ini adalah Raja Ampat. Sekitar 98,1% masyarakat di wilayah pesisir kabupaten ini berpendapat bahwa COREMAP II telah memberikan dampak yang positif bagi kesejahteraan mereka. Kabupaten Wakatobi juga menunjukkan capaian yang tinggi di dalam KPI ini. Hal ini dapat dilihat di dalam gambar 7 bahwa kabupaten yang belum mencapai sasaran indikator ini adalah Pangkep. Alasan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat di Pangkep tersebut adalah: (i) kesulitan untuk menjangkau wilayah pulau-pulau terpencil; (ii) kurangnya keterlibatan masyarakat di dalam LPSTK. Kadang LPSTK terletak di sebuah pulau yang sulit dijangkau oleh pulau-pulau lain di sekitarnya; dan (iii) investasi dan barang-barang yang diadakan dengan pendanaan dari COREMAP II kadang tidak ditandai secara jelas.

Gambar 7. Persentase Masyarakat Pesisir yang Berpersepsi bahwa COREMAP II telah Memberikan Dampak Positif bagi Kesejahteraan Mereka

Sumbe r:

Sosio –

Ekono mi

BME,

COREMAP, 2011

Hasil-hasil kajian BME sosio ekonomi didiseminasikan kepada PMU dan staf CRITC PMU di semua kabupaten di dalam Lokakarya Nasional CRITC yang diselenggarakan di Hotel Kawanua Jakarta pada 2 dan 3 November 2011. Laporan BME sosio ekonomi di setiap kabupaten akan diterbitkan pada Desember 2011, dan buku tersebut akan didiseminasikan kepada semua stakeholder kabupaten.

Dalam dokumen PROGRAM REHABILITASI DAN PENGELOLAAN TER (Halaman 50-54)