• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

Dalam dokumen PROGRAM REHABILITASI DAN PENGELOLAAN TER (Halaman 148-152)

C. Penyadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Mitra Bahari

3. Kesimpulan

COREMAP II telah berhasil mewujudkan tujuan pengembangan yang dilaksanakannya yang terbukti dengan tercapanya sasaran-sasaran biofisik, pengelolaan/pemberdayaan dan pemberantasan kemiskinan.

3.1. Sasaran-sasaran Pengelolaan/Pemberdayaan

C2 telah menjamin tercapainya sasaran-sasaran pengelolaan/pemberdayaan melalui:

 Penyelenggaraan semakin banyak daerah perlindungan laut

COREMAP II telah menciptakan jejaring daerah perlindungan laut melalui: (i) penyelenggaraan DPL; (ii) dukungan di dalam pembentukan KKLD; dan (iii) dukungan zonasi di wilayah taman laut nasional. Sebuah ringkasan disajikan di dalam Tabel 45: Daerah Perlindungan Laut COREMAP II. Program telah memfasilitasi masyarakat untuk menyelenggarakan 317 DPL yang meliputi wilayah seluas 15.795 ha. Pengelolaan DPL telah disosialisasikan oleh Tim-Tim Lapangan C2 bagi pimpinan DPL di setiap desa; dan telah disahkan secara resmi oleh Kepala Desa. Bersama dengan PHKA C2 telah melaksanakan zonasi atau re-zonasi taman-taman nasional dan KSDA. Telah diselenggarakan Daerah Larangan Penangkapan dengan luas keseluruhan 194.781 ha, di mana 47.612 ha di antaranya berada di wilayah terumbu karang. COREMAP II juga telah melaksanakan peran di dalam pengembangan 12 KKLD kabupaten. Penyelenggaraan KKLD tersebut tidak dicantumkan di dalam perencanaan Program tetapi telah berhasil dilaksanakan oleh Program. Program telah memberikan bantuan di dalam pengembangan KKLD dengan memfasilitasi berbagai pertemuan koordinasi, membantu di dalam pembuatan konsep zonasi dan rencana pengelolaan bagi KKLD dan melaksanakan sosialisasi sejumlah regulasi terkait pengelolaan terumbu karang dan pemberdayaan masyarakat. Dengan pencapaian 15%, tingkat yang dicapai oleh C2 telah melampaui sasaran KPI sebesar 50% terkait penyelelenggaraan Daerah Larangan Penangkapan dengan luas kurang lebih 10% untuk semua wilayah yang dikelola Program.

 Jaminan bagi keberlanjutan berbagai kegiatan COREMAP

Program telah mengembangkan sebuah exit strategy pada semua tingkatan untuk menjamin keberlanjutan sejumlah kegiatan setelah periode C2 berakhir. VM adalah penduduk desa dan oleh karenanya akan tetap berada di desa. Mulai 2010, PMU telah melakukan upaya khusus untuk transfer pengetahuan dari SETO dan CF kepada VM. Perhatian secara khusus diberikan bagi peningkatan keterampilan VM di dalam pembukuan, pengelolaan dana dan operasional DPL. Selain itu, MCS Poskwasmas akan terus melanjutkan program-program mereka secara rutin. Sebagian besar kegiatan tersebut tidak akan mendapatkan dukungan pendanaan, namun mungkin akan diberikan dukungan pendanaan secara terbatas dari pemerintah kabupaten. Masing-masing kabupaten telah berkomitmen untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan C2 diintegrasikan secara penuh ke dalam program-program kabupaten dan didanai secara mandiri, tanpa dukungan dana dari donor atau pemerintah pusat. Anggaran pada tingkat kabupaten akan diberikan setidaknya 70% bagi biaya operasional PMU. Tingkat pendanaan ini akan dapat menjamin berlangsungnya sebagian besar kegiatan C2. Pada tingkat nasional, keberlangsungan sebagian besar kegiatan dipertahankan melalui pengarusutamaan kegiatan-kegiatan tersebut di dalam program-program yang ada atau

diberikan alokasi khusus bagi pelaksanaannya. Sebagai contoh, diharapkan akan diberikan alokasi khusus untuk menjaga keberlanjutan CRITC, MIS dan Scorecard MPA tanpa adanya hambatan. Sebuah tim perencanaan C3 juga akan tetap melaksanakan kerjasama dengan Bank.

 Peningkatan kesadaran tentang pentingnya sumberdaya kelautan

Program penyadaran masyarakat dari Program telah secara efektif mengkomunikasikan pesan-pesan C2. Tim penyadaran masyarakat telah melaksanakan sebuah program media, hubungan masyarakat dan advokasi secara komprehensif pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan desa. Pesan-pesan yang diarahkan bagi terciptanya perubahan perilaku diberikan melalui sejumlah saluran (televisi, radio, media cetak, lomba, event, pameran). Dari keberhasilan di dalam pelaksanaan lomba cipta lagu, subkomponen penyadaran masyarakat bahkan telah membuat sebuah album berjudul “It’s Umbu Time! Sebuah keberhasilan yang patut dicatat di dalam program advokasi adalah terselenggaranya Forjubi, sebuah kelompok dukungan jurnalis dari seluruh Indonesia. Pada tingkat nasional, telah dilakukan sejumlah inovasi antara lain penyelenggaraan koran masyarakat, papan pengumuman masyarakat dan VIC yang berisikan berbagai materi yang sangat berguna dan menyenangkan. Upaya-upaya penyadaran masyarakat yang dilaksanakan secara ekstensif oleh Program dapat dilihat di seluruh kota dan desa di wilayah Program C2. Hasil-hasil kegiatan disajikan di dalam diagram survei COREMAP II 2010, yang menunjukkan bahwa lebih dari 75% masyarakat di wilayah Program telah menyadari tentang pentingnya teumbu karang.

 Peningkatan jumlah siswa yang menerima pendidikan kelautan

Dengan menciptakan kader siswa melalui pelatihan tentang sumberdaya kelautan, Program telah membangun sebuah landasan yang kuat bagi keberlanjutan pengelolaan terumbu karang dan biodiversitas di Indonesia untuk masa mendatang. Di bawah program Pendidikan C2, diperkirakan bahwa sebanyak 130.000 siswa SD, SMP dan SMA telah mengikuti mata pelajaran pendidikan kelautan menggunakan buku-buku yang telah disusun oleh guru-guru yang telah menerima pelatihan dari Program. Mata pelajaran tersebut meliputi: pengetahuan tentang ekosistem pesisir, pengelolaan ekosistem pesisir dan laut dangkal dan kesiapsiagaan menghadapi ancaman dan bencana di wilayah pesisir. Sejumlah mata pelajaran tersebut telah disahkan secara resmi sebagai kurikulum nasional oleh Diknas; dan buku-buku tersebut tersedia di dalam

website nasional. Diharapkan kelas-kelas tersebut akan tetap dilaksanakan setelah C2 berakhir. Program Mitra Bahari juga memainkan peran penting di dalam peningkatan basis sumberdaya manusia di bidang ilmu kelautan. Di bawah program ini, 585 siswa telah menerima beasiswa penulisan tesis sarjana dan magister serta disertasi doktor tentang tema-tema kelautan. Selain itu, sebanyak 666 siswa telah menerima dukungan PKL dari Program Mitra Bahari untuk bekerja di desa-desa pesisir Program di dalam berbagai inisiatif sosial dan lingkungan. Para siswa tersebut diharapkan akan menjadi agen-agen perubahan untuk menjamin perlindungan sumberdaya dan biodiversitas nasional.

Tabel 45. Daerah Perlindungan Laut COREMAP II

Kategori Unit Pangkep Selayar Buton Wakatobi Sikka AmpatRaja Biak Total A. Total Luas Wilayah

Terumbu Karang C2

Ha 167.513 90.663 20.182 118.648 12.778 11.841 35.598 457.223

B. KKL-PHKA

Total Luas Wilayah Ha 56.197 530.765 0 1.390.000 49.450 60.000 183.000 2.269.412

Total Jumlah KKL-PHKA unit 1 1 1 1 1 1 6

Luas Daerah Larangan Penangkapan

Ha 5.688 40.090 0 118.000 9.000 11.110 10.894 194.781

Luas Terumbu Karang di Zona Larangan Penangkapan

Ha 1.148 2.418 0 39.485 1.279

730

2.552 47.612

C. KKLD

Total Luas Wilayah Ha 124.038 7.288 283.577 0 42.250 526.300 24.910 1.008.363

Total Jumlah KKLDs unit 1 2 2 0 3 3 1 12

Luas Daerah Larangan Penangkapan

Ha 78.163 1.208 10.506 0 0 0

0

89.877 Luas Terumbu Karang di Zona

Larangan Penangkapan Ha 3.486 417 2.222 0 NDY NDY NDY 6.126

D. DPL

Total Jumlah DPLs unit 35 55 63 50 35 23 56 317

Total Luas Wilayah Ha 361 6.092 1.615 648 3.455 2.307 1.316 15.795

E. Ringkasan

Luas Terumbu Karang di Zona Larangan Penangkapan 4.996 8.927 3.837 40.134 4.734 3.036 3.868 69.533 Daerah Larangan Penangkapan Kabupaten vs Luas Kabupaten % 3,0% 9,8% 19,0% 33,8% 37,1% 25,6% 10,9% NA Daerah Larangan

3.2 Indikator-Indikator Biofisik

Indikator-indikator biofisik telah dicapai melalui peningkatan tutupan terumbu karang dan populasi ikan terumbu karang.

 Peningkatan tutupan terumbu karang hidup

Tutupan karang hidup telah meningkat selama berlangsungnya periode Program. CRITC LIPI telah melaksanakan pengukuran tutupan karang hidup di plot-plot transek permanen yang sama pada 2007, 2009, 2020 dan 2011. Secara keseluruhan pengukuran tersebut memberikan hasil-hasil yang positif dengan peningkatan selama kurun waktu 4 tahun sekitar 16,8%, atau 3,4% per tahun. Di lima dari tujuh wilayah C2 tutupan karang hidup telah mengalami peningkatan, di satu kabupaten tidak mengalami peningkatan dan di satu kabupaten lainnya, yakni Biak, tutupan karang hidup mengalami penurunan. Alasan menurunannya tutupan karang hidup di Biak utamanya disebabkan oleh kerusakan oleh badai, ditambah akibat dari penangkapan yang merusak menggunakan bom, serta pemutihan karang secara terbatas. CRITC PMU melaksanakan pengawasan terhadap monitoring tutupan karang hidup di DPL. Pekerjaan ini sering kali dilaksanakan di bawah kontrak atau ditugaskan untuk dilaksanakan oleh desa-desa. Rata-rata peningkatan tutupan karang hidup di lokasi- lokasi DPL sekitar 8% dari 2008 sampai 2011, atau 2,6% per tahun. Ini juga sebuah hasil yang baik. Meskipun data yang diperoleh CRITC PMU berbeda dari data yang diperoleh CRITC LIPI, hal tersebut dapat disebabkan oleh kenyataan bahwa DPL terletak di dekat desa, sehingga rentan terhadap gangguan dari luar misalnya sedimentasi, polusi dan penangkapan secara berlebihan di wilayah sekitar. Secara keseluruhan hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa C2 telah berhasil melaksanakan perlindungan terhadap terumbu karang di wilayah Program. Dapat dikatakan bahwa KPI dinilai kurang ideal, karena KPI tersebut sepenuhnya di luar kendali Program, kecuali berbagai pengaruh antropogenik. Tutupan karang hidup secara umum terkena pengaruh dari luar, misalnya perubahan iklim, cuaca, predator alami, dan sebagainya.

 Peningkatan sumberdaya perikanan

Program berupaya untuk meningkatkan populasi ikan terumbu karang di wilayah C2. Untuk mengukur perubahan populasi ikan, Program menggunakan dua instrumen yakni survei CREEL dan sensus visual ikan bawah air. Secara umum, data yang diperoleh dari sensus visual lebih berguna sebagai teknik pengukuran biodiversitas; dan data CPUE untuk menetapkan populasi ikan. Baik survei CREEL maupun sensus visual menunjukkan hasil-hasil yang positif yang mengindikasikan peningkatan populasi ikan. Sebagai contoh, antara 2009 dan 2011 tangkapan per unit usaha bagi nelayan yang menggunakan senar pancing manual di 34 desa C2 di seluruh wilayah 7 kabupaten menunjukkan peningkatan CPUE sebesar 29% di dalam 71% kabupaten C2. Demikian pula pembandingan data hasil-hasil sensus visual ikan antara 2006 dan 2010 di seluruh wilayah kabupaten menunjukkan peningkatan secara keseluruhan sebesar 3%. Namun demikian, sebagaimana tercantum di dalam tabel KPI, “Secara keseluruhan, mayoritas wilayah mengalami peningkatan populasi ikan berdasarkan metode sensus visual. Namun, hasil-hasil tersebut tidak seragam, di mana sejumlah kabupaten mengalami peningkatan secara signifikan dan kabupaten-kabupaten lain mengalami penurunan.”

Upaya untuk meningkatkan populasi ikan dirasa sangat sulit, dan bahkan metode pengukuran populasi ikan yang dianggap paling baik sekalipun masih belum sempurna. Namun, dapat dikatakan bahwa setidaknya Program telah berhasil membantu menjaga kestabilan dan bahkan telah meningkatkan populasi ikan.

3.3. Indikator-indikator Sosio-ekonomi dan Kemiskinan

C2 telah menjamin tercapainya sasaran-sasaran sosio-ekonomi dan pemberantasan kemiskinan melalui peningkatan pendapatan dan peningkatan persepsi stakeholder tentang kesejahteraan mereka ke depan.

 Peningkatan pendapatan total dari penerima manfaat Program

Program telah berhasil meningkatkan pendapatan penerima manfaat secara signifikan di 6 dari 7 kabupaten C2. Seksi sosio–ekonomi CRITC LIPI telah melaksanakan pengukuran terhadap pendapatan rumah tangga anggota Pokmas, yang menerima dana LKM. Survei dialaksanakan terhadap 180 sampai 250 rumah tangga di dalam setiap kabupaten. Secara keseluruhan rumah tangga yang dijadikan sampel di dalam 7 kabupaten berjumlah 1605. Hasilnya menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga dari anggota kelompok penerima manfaat telah meningkat 33,9% di semua wilayah kabupaten. Jika dibuat penyesuaian terhadap tingkat inflasi, pendapatan meningkat menjadi 20,8%. Karena berbagai pendapatan di luar Program mungkin juga telah mengalami peningkatan, CRITC LIPI membandingkan hasil-hasil survei tersebut dengan data rata-rata pendapatan kabupaten. Pembandingan tersebut menunjukkan bahwa pendapatan di dalam wilayah Program C2 telah meningkat lebih cepat daripada wilayah- wilayah di kabupaten pada umumnya, yang menunjukkan adanya dampak positif dari Program. Jika tidak dilakukan penyesuaian terhadap tingkat inflasi, semua (7) kabupaten mengalami peningkatan pendapatan. Namun, setelah dilakukan penyesuaian dengan tingkat inflasi, sebuah kabupaten, yakni Buton, mengalami penurunan pendapatan. Rendahnya hasil yang dicapai di Buton mungkin disebabkan oleh menurunnya basis sumberdaya perikanan untuk ikan kecil (teri) yang memiliki nilai ekonomi penting bagi masyarakat.

 Dampak positif Program bagi kesejahteraan stakeholder

Persepsi stakeholder C2 tentang Program sangat positif. Hal ini menunjukkan bahwa berbagai intervensi Program bukan hanya memberikan dampak yang positif, melainkan juga bahwa konsep secara umum tentang sumberdaya kelautan dan perlindungan terumbu karang telah dipahami dan diterima. Seksi sosio-ekonomi CRITC LIPI telah melaksanakan survei di dalam masyarakat pesisir C2 di 7 wilayah kabupaten. Dengan menggunakan kuesioner, tim sosio – ekonomi tersebut melakukan pengukuran apakah stakeholder C2 berpendapat bahwa COREMAP telah memberikan dampak positif bagi kesejahteraan mereka. Masyarakat ditanya tentang persepsi mereka terhadap program dan berbagai kegiatan khusus COREMAP II yang dilaksanakan di desa-desa mereka. Hasilnya melebihi yang diharapkan, di mana 85% masyarakat di wilayah C2 merasa bahwa COREMAP II telah memberikan dampak positif bagi kesejahteraan mereka.

Dalam dokumen PROGRAM REHABILITASI DAN PENGELOLAAN TER (Halaman 148-152)