• Tidak ada hasil yang ditemukan

Layanan Nasihat

Dalam dokumen PROGRAM REHABILITASI DAN PENGELOLAAN TER (Halaman 133-135)

C. Penyadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Mitra Bahari

2. Aspek-aspek Implementasi

2.3.3 Program Mitra Bahari

2.3.3.2 Layanan Nasihat

Layanan nasihat sangat penting untuk menguatkan kapasitas kelembagaan Program Mitra Bahari pada tingkat nasional dan regional. Layanan juga memberikan dukungan bagi Program Mitra Bahari untuk terus melaksanakan fungsinya sesuai dengan visi dan misi program. Selain itu, layanan juga memberikan berbagai nasihat ahli tentang berbagai isu teknis. Layanan Nasihat didukung oleh pakar-pakar ilmuwan dan administrator yang memberikan nasihat bagi Sekretariat Nasional Program Mitra Bahari, serta Pusat-pusat Regional Program Mitra Bahari. Pada periode 2006 sampai 2011, terdapat 2 sesi layanan nasihat nasional dan 3 internasional. Secara keseluruhan, layanan ini diberikan selama 6 bulan. Baik pakar nasional maupun internasional tidak menerima pembayaran atau honorarium untuk layanan yang mereka berikan. COREMAP dan NOAA memberikan pembayaran untuk berbagai pembiayaan langsung (misalnya biaya perjalanan, akomodasi, per diem).

 Layanan Nasihat Nasional (National Advisory Service - NAS):

Prof. Dr. Muhammad Nurhuda dan Prof. Dr. Ary Purbayanto memberikan berbagai nasihat ahli dan bantuan teknis di bidang-bidang: (i) kebijakan kelautan pemerintah; (ii) rencana strategis 5 tahun untuk Program Mitra Bahari; (iii) exit strategy C2; dan (iv) berhasil membangun berbagai hubungan dan Program dengan sejumlah institusi akademis, badan-badan, kelompok masyarakat, dunia usaha, industri, organisasi nir- laba dan beberapa entitas lain. Sinergi yang dihasilkan melalui kerjasama tersebut meningkatkan dampak Program dan memberikan pengaruh secara lebih luas bagi mitra maupun Program Mitra Bahari. NAS juga membantu memastikan bahwa program- program riset dan penjangkauan menanggapi berbagai kebutuhan dan prioritas kelautan dan masyarakat pesisir, dunia usaha dan pembuat kebijakan di daerah. .

 Layanan Nasihat Internasional (International Advisory Service - IAS):

Pada Oktober dan November 2009, IAS, dengan dipimpin oleh Dr. James McVey, mantan Direktur Budidaya Air, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan Dr. Donald Jackson, Extension Program Director, University of Florida - Sea Grant Program melakukan peninjauan terhadap kegiatan SPP. Nasihat dari Dr. Jackson utamanya fokus pada peluang program penyuluhan dari SPP; sedangkan nasihat dari Dr. Mcvey fokus pada peluang bagi SPP untuk menyelenggarakan pendekatan- pendekatan pengelolaan ekosistem secara terintegrasi di sejumlah lokasi dengan menggunakan sarana budidaya kelautan dan berbagai sarana yang lain untuk menciptakan peningkatan kesejahteraan dan ekosistem terumbu karang yang lestari. Dr. McVey menyampaikan di dalam berbagai kesempatan pembicaraan di beberapa perguruan tinggi selama masa layanannya bahwa NOAA sedang melangkah maju

dengan program-program pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu. Mereka telah menerapkan sebuah pendekatan multi-line office and agency untuk program-program mereka yang kompleks. NOAA juga terlibat di dalam upaya pelestarian dan rehabilitasi sistem terumbu karang dan memiliki sebuah program yang secara khusus menanggapi berbagai isu terkait terumbu karang. Program ini aktif di dalam Coral Triangle Initiative

internasional. Oleh sebab itu, sangat tepat jika Indonesia menghubungkan dan menyelaraskan berbagai kegiatan yang dilaksanakan terkait pengelolaan dan konservasi terumbu karang dengan program NOAA. NOAA juga memiliki sebuah program budidaya kelautan yang dinamis yang terdiri dari elemen-elemen National Marine Fisheries Service, National Sea Grant College Program, National Ocean Service

dan NOAA yang lain serta Department of Commerce agencies. Dr. McVey menyarankan agar dilaksanakan pertukaran teknis jangka panjang di bidang pengelolaan terumbu karang dan budidaya kelautan antara berbagai badan di Indonesia dengan program- program NOAA. Hal ini sudah diatur di dalam sejumlah kesepakatan yang ada antara Indonesia dan NOAA.

Sejumlah rekomendasi ke depan diberikan, sebagai berikut:

Program SPP perlu bekerjasama dengan Bank, KKP dan peserta dari sektor swasta dan stakeholder untuk mengembangkan proposal dalam rangka mengawali sebuah program penyuluhan kelautan bagi Indonesia serta Program-Program riset berbasis masyarakat untuk pengelolaan ekosistem wilayah pesisir. Juga terdapat peluang untuk memperoleh pendanaan lain dari LSM. Proposal anggaran ini harus mencakup kajian dasar yang ditetapkan berdasarkan indikator-indikator sosio-ekonomi dan indikator-indikator lingkungan agar peningkatan dapat dilacak dan diukur. SPP perlu melaksanakan kerjasama dengan KKP untuk mendapatkan dukungan bagi program-program SPP yang diusulkan. Hal ini diperlukan untuk memenuhi rekomendasi Bank dan Pemerintah Indonesia terkait desentralisasi. Wakil-wakil KKP di lokasi Program harus melakukan kontak dengan Gubernur terkait partisipasi SPP ke depan. Jika komitmen dibuat untuk pendanaan secara signifikan dari pemerintah atau sektor swasta, maka SPP perlu membuat sebuah proposal untuk mengawali pengembangan desa-desa percontohan yang akan menggunakan GIS, model-model lingkungan, budidaya air multi-thropic

termasuk budidaya ikan dalam karamba lepas pantai, pengelolaan perikanan dan penegakan hukum, daerah perlindungan laut dan sanctuaries untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat pesisir.

Kegiatan ini perlu dikoordinasi dengan kegiatan NOAA di dalam Coral Triangle and Coral Reef Initiative. Jika tersedia dana, maka sebuah desa perlu dipilih melalui sebuah proses secara kompetitif untuk uji coba teknik-teknik pengelolaan ini. Pengembangan semacam ini perlu memiliki batas waktu setidaknya lima tahun dan menjadi model ke depan bagi program-program kabupaten secara lebih besar. Budidaya ikan dalam karamba lepas pantai juga merupakan cara yang sangat baik untuk membesarkan anak- anak ikan dari tempat penetasan ke dalam ukuran yang lebih besar untuk dipergunakan di dalam penyediaan kembali (restocking) ikan di dalam wilayah terumbu karang yang telah hampir habis. Kerja riset di Amerika Serikat antara lain di negara-negara bagian California, Florida, South Carolina, Virginia dan Alaska, dan Jepang, telah menggunakan pelepasan ikan (fish release) untuk meningkatkan peluang perikanan komersial. Hal tersebut dapat dianggap untuk membantu membangun kembali populasi biotik terumbu karang dan oleh sebab itu menciptakan keseimbangan biota dan meningkatkan produktivitas. Nelayan harus memiliki respons yang baik terhadap kegiatan ini. Perlu dibuat perencananan bersama perguruan tinggi untuk menetapkan cara melibatkan mahasiswa yang berasal dari desa-desa secara selektif di dalam program-program

pendidikan mereka. Juga perlu ditetapkan apakah perlu dikembangkan sebuah kurikulum khusus untuk konsep baru tentang pengelolaan ekosistem dan budidaya air dan perikanan berbasis masyarakat ini.

Layanan Nasihat merekomendasikan bahwa SPP juga perlu mencoba memperoleh dana pendampingan dari pemerintah Indonesia untuk Program-Program Bank sehingga kegiatan ini tidak hanya dianggap sebagai pendanaan jangka pendek. Dengan cara ini akan diperoleh komitmen secara riil dari pemerintah Indonesia. Hanya program-program yang didanai secara gabungan semacam itu yang akan terjaga keberlanjutannya.

Sebagai tindak lanjut dari tinjauan yang dilaksanakan pada 2009, Dr. McVey akan terus memberikan bimbingan yang diperlukan dari jauh melalui email. Sejumlah dukungan layanan nasihat yang lain yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

(i) tinjauan ilmiah abstraksi untuk Simposium Internasional tentang Pulau-Pulau Kecil dan Pengelolaan Terumbu Karang, yang dilaksanakan di Ambon pada tanggal 4 sampai 5 Agustus 2010; dan Simposium Kedua Pengelolaan Terumbu Karang tentang Wilayah Terumbu Karang di Kendari pada 28 sampai 30 September 2011;

(ii) penulisan sejumlah dokumen pada 2010 misalnya Sinopsis Program COREMAP II, Lembar Program COREMAP II (oleh Dr. McVey);

(iii) tinjauan TOR untuk Penempatan Sarjana sebagai Petugas Penyuluhan di kabupaten pada 2010 (oleh Dr. Jackson);

(iv) bantuan di dalam penyusunan Pernyataan Kendari (Kendari Statement) bersama Dr. Marea Hatziolos (Bank Dunia); dan Pernyataan Gubernur Kendari di dalam Simposium Kedua Pengelolaan Terumbu Karang tentang Wilayah Terumbu Karang.

Pada April 2010, beberapa layanan nasihat lain juga telah diberikan. Seorang pakar terumbu karang dari Great Barrier Reef National Park Authority , Dr. Laurence McCook, telah melaksanakan kegiatan pengembangan kapasitas bagi semua anggota SPP di Pusat-pusat Regional di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Timur. Dr. McCook tinggal selama sebulan di Pusat-pusat Regional tersebut dengan misi khusus di bidang Pengelolaan Terumbu Karang dan Perencanaan Strategis.

2.3.3.3 Staf Fakultas Perguruan Tinggi yang Diperbantukan ke Kabupaten untuk

Dalam dokumen PROGRAM REHABILITASI DAN PENGELOLAAN TER (Halaman 133-135)