• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM REHABILITASI DAN PENGELOLAAN TER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROGRAM REHABILITASI DAN PENGELOLAAN TER"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

P

ROGRAM

R

EHABILITASI

DAN

P

ENGELOLAAN

T

ERUMBU

K

ARANG

TAHAP II (COREMAP II)

D

IREKTORAT

J

ENDERAL

K

ELAUTAN

, P

ESISIR DAN

P

ULAU

-P

ULAU

K

ECIL

K

EMENTERIAN

K

ELAUTAN DAN

P

ERIKANAN

LAPORAN AKHIR IMPLEMENTASI

UNIT KOORDINASI NASIONAL

JALAN TEBET TIMUR DALAM II NO. 45

JAKARTA SELATAN 12820, INDONESIA

(2)

DAFTAR ISI

C. Penyadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Mitra Bahari...xv

1. Latar Belakang Program... 1

2.1.1 Koordinasi Program Monitoring dan Evaluasi (M&E) dan Pelatihan ...10

2.1.1.1 Dukungan bagi Unit Koordinasi Nasional (NCU)...12

2.1.1.2 Dukungan bagi Kegiatan Program Monitoring, Evaluasi dan Feedback Nasional...15

2.1.1.3 Dukungan bagi Koordinasi Pelatihan NCU untuk Pengawasan Lokakarya dan Pelatihan Nasional untuk Pengembangkan Strategi Utama...18

2.1.1.4 Peningkatan Kapasitas Pengelolaan pada PMU, RCU dan NCU, dan Koordinasi antar Unit Pengelola...18

2.1.1.5 Identifikasi Enam (6) Kabupaten Baru untuk Dilibatkan di dalam Tahap III...19

2.1.2 Subkomponen Pusat Informasi dan Pelatihan Terumbu Karang (CRITC)... 20

Laporan Akhir Implementasi COREMAP Tahap II terdiri dari empat volume:

Volume I - Deskripsi Teknis

Volume II - Pengelolaan Keuangan Volume III - Pengadaan; dan

Volume IV - Laporan-laporan Akhir Implementasi Daerah COREMAP II

Laporan akhir ini dilengkapi dengan sebuah CD tentang Data Dasar yang berisikan profil desa dan sejumlah laporan monitoring outputs.

Buku Laporan ini adalah Volume I – Deskripsi Teknis.

Laporan Akhir Implementasi COREMAP Tahap II terdiri dari empat volume:

Volume I - Deskripsi Teknis

Volume II - Pengelolaan Keuangan

Volume III - Pengadaan; dan

Volume IV - Laporan-laporan Akhir Implementasi

Daerah COREMAP II

Laporan akhir ini dilengkapi dengan sebuah CD tentang Data Dasar yang berisikan profil desa dan sejumlah laporan monitoring outputs.

(3)

2.1.2.1 Dukungan bagi Pusat Informasi dan Pelatihan Terumbu

Karang (CRITC)...23

2.1.2.2 Monitoring Kesehatan Terumbu Karang Tingkat Kabupaten ...25

2.1.2.3 Monitoring Sumberdaya Ikan Tingkat Kabupaten ...28

2.1.2.4 Data Sosio-Ekonomi Dikumpulkan, Dianalisis dan Didiseminasikan...31

2.1.2.5 Dukungan bagi Riset Setempat ...35

2.1.2.6 Riset dan Kajian Inovatif...36

2.1.3 Dukungan Hukum, Kebijakan dan Strategi ...37

2.1.3.1 Dukungan bagi Pengesahan Struktur Program...38

2.1.3.2 Dukungan Teknis bagi NCU Dalam Rangka Dukungan bagi Kebijakan Nasional...38

2.1.3.3 Dukungan Teknis bagi Kabupaten-kabupaten Program Guna Mendukung Penyusunan dan Implementasi Legislasi (Perda), Bantuan Teknis bagi Masyarakat untuk Mendukung Penyusunan dan Implementasi Legislasi (Perdes)...39

2.1.3.4 Strategi Pengelolaan Terumbu Karang dan Perikanan Terumbu Karang Berkelanjutan...41

2.1.3.5 Strategi Pengelolaan Perikanan Karang Hidup Secara Berkelanjutan...41

2.2. Pengelolaan Kolaboratif Berbasis Masyarakat...42

2.2.1 Pemberdayaan Masyarakat...42

2.2.1.1 Pelatihan Perikanan Terumbu Karang Berkelanjutan ...44

2.2.1.2 Pemasaran Sosial Pengelolaan Terumbu Karang Berkelan-jutan dan Penilaian Desa Cepat (Rapid Rural Appraisals)...45

2.2.1.3 Studi Banding Masyarakat dan Kunjungan Silang di Lapangan...45

2.2.1.4 Fasilitasi Desa dan Dukungan Teknis...46

2.2.1.5 Penyelenggaraan Pusat Informasi Terumbu Karang Desa (VICs)... 51

2.2.1.6 Jejaring Komunikasi...52

2.2.2 Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat...54

2.2.2.1 Rincian Kajian dan Pemetaan Sumberdaya Desa Partisipatif...57

2.2.2.2 Penyusunan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang Desa dan Rencana Pengelolaan antar Desa yang Disahkan oleh Perdes...57

2.2.2.3 Penyelenggaraan Wilayah Perlindungan Desa dalam Rangka Dukungan bagi Pengelolaan Terumbu Karang Berkelanjutan Tingkat Kabupaten ...58

2.2.2.4 Inventarisasi Nelayan, Kapal Nelayan, Alat Tangkap, dan Fasilitas Penyimpanan serta Pengembangan Pengelolaan Perikanan...60

2.2.2.5 Rintisan Penghentian Penggunaan Alat Tangkap yang Merusak di Sejumlah Desa secara Selektif...61

2.2.2.6 Monitoring Terumbu Karang dan Ekosistem Terkait Berbasis Masyarakat Secara Berkelanjutan ...62

2.2.2.7 Pengawasan dan Penegakan Hukum Secara Kolaboratif (MCS)...64

(4)

2.2.3 Pengembangan Masyarakat...74 2.2.3.1 Penyelenggaraan dan Operasionalisasi Sistem Pengelolaan

Keuangan Desa untuk Pengelolaan Dana Masyarakat ...75 2.2.3.2 Penyediaan Dukungan Teknis bagi BMT/LKM (atau institusi

serupa) yang Berfungsi Efektif untuk Menyelenggarakan

Sebuah Cabang Desa di Desa-desa Program...76 2.2.3.3 Dukungan Berupa Bantuan Hibah Desa untuk

Penyeleng-garaan Sarana Simpan/Pinjam Bergulir di setiap Desa Program untuk Mendukung Kegiatan Mata Pencaharian

Alternatif ...76 2.2.3.4 Rintisan Skema Penjaminan Kredit untuk Meningkatkan

Dampak Pengembangan Masyarakat...78 2.2.3.5 Dukungan Teknis bagi Peninjauan, Revisi dan Implementasi

Berbagai Usulan Kegiatan Mata Pencaharian Alternatif...78 2.2.3.6 Block Grant untuk Peningkatan Desa...79 2.2.3.7 Penyediaan Peluang Pendapatan di Luar Rintisan Desa

Program...80 2.2.3.8 Block Grant Kabupaten...80

2.2.4 Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Tingkat Kabupaten...82 2.2.4.1 Dukungan bagi Penyelenggaraan secara Resmi dan

Berkelanjutan bagi Dewan Pemberdayaan Masyarakat

Pesisir Tingkat Kabupaten ...83 2.2.4.2 Penyelenggaraan Unit-unit Pengelola Program (PMU)

Kabupaten untuk Mendukung Pengelolaan Kolaboratif

Berbasis Masyarakat...84 2.2.4.3. Pengembangan Rencana Strategis Sumberdaya Laut

Tingkat Kabupaten dan Penyelenggaraan Jejaring MCA ...87 2.2.4.4 Penyelenggaraan Pengelolaan Perdagangan Ikan Hidup

Terumbu Karang Secara Berkelanjutan di Dua Lokasi

Rintisan...89 2.2.5 Dukungan bagi Taman Laut...90

2.2.5.1. Penguatan Kapasitas PHKA Guna Mendukung Pengelolaan Kolaboratif Daerah Perlindungan Laut ...91 2.2.5.2 Pertukaran Pembelajaran di Antara Pengelola Taman Laut....96

2.3. Penyadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Mitra Bahari...97 2.3.1 Penyadaran Masyarakat...97

2.3.1.1 Dukungan untuk Reproduksi, Modifikasi dan Diseminasi berbagai Materi yang Ada dan Efektif bagi Provinsi,

Kabupaten dan Desa...100 2.3.1.2 Menyusun, Mencetak dan Mendiseminasi berbagai Materi

Baru yang Mendukung Pengelolaan Kolaboratif dan Manfaat Perikanan Terumbu Karang kepada Provinsi, Kabupaten

dan Desa...101 2.3.1.3 Penyelenggaraan dan Operasionalisasi Program-program

Penyadaran Masyarakat dan Advokasi pada Tingkat

(5)

2.3.2 Program-program Pendidikan...104

2.3.2.1 Pengembangan dan Pembuatan Materi Pendidikan Terumbu Karang untuk Dimasukkan ke dalam Kurikulum Formal Pendidikan Dasar dan Menengah di dalam Setiap Kabupaten Program...105

2.3.2.2 Pelatihan bagi Guru di Wilayah Kabupaten Program...108

2.3.2.3 Event-event Nasional Terumbu Karang bagi Anak dan Remaja...109

2.3.3 Program Mitra Bahari ...111

2.3.3.1. Pembentukan Kantor Program Mitra Bahari Nasional...112

2.3.3.2 Layanan Nasihat...113

2.3.3.3 Staf Fakultas Perguruan Tinggi yang Diperbantukan ke Kabupaten untuk Mendukung Kegiatan Program...115

2.3.3.4 Beasiswa bagi Pendidikan Tingkat Menengah, Sarjana dan Pascasarjana dan Penempatan Pascapendidikan untuk Mendukung Kegiatan Program ...117

2.3.3.5 Kajian Responsif...119

2.3.3.6 Perluasan Program Praktek Lapangan untuk Mendukung Program BerbasisDesa ...120

2.3.4 Komunikasi Dukungan Program...123

2.3.4.1 Protokol Komunikasi (Visi, Logo, Branding, Kop Surat) untuk COREMAP II...124

2.3.4.2 Pelatihan Media bagi Wakil-wakil Utama Program...124

2.3.4.3 Sistem Komunikasi Internal...125

2.3.4.4 Pengembangan Lembar Informasi dan Laporan Berkala...125

2.3.4.5 Hubungan Masyarakat untuk Memberikan Pemahaman secara Jelas tentang Program kepada Audiens Sasaran...126

3. Kesimpulan... 128

3.1. Sasaran-sasaran Pengelolaan/Pemberdayaan...128

3.2. Indikator-indikator Biofisik...131

3.3. Indikator-indikator Sosio-Ekonomi dan Kemiskinan...132

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Tanggal dan Jumlah Pinjaman/Kredit...5

Tabel 2 Rencana Pembiayaan... 5

Tabel 3 Indikator Kinerja Utama...7

Tabel 4 Daftar Isi Form 28 ... 16

Tabel 5 Persentase Tutupan Karang Hidup di dalam Transek Permanen ...25

Tabel 6 Tutupan Karang Hidup di DPL Menurut Monitoring PMU...27

Tabel 7 Distribusi Peserta Pelatihan CREEL...28

Tabel 8 Distribusi Peserta Pelatihan PIT...29

Tabel 9 Rata-rata Hasil Tangkapan di sejumlah lokasi COREMAP II...29

Tabel 10 CPUE dari Peralatan Tangkap yang dominan di sejumlah Lokasi COREMAP II pada 2008 dan 2009...30

(6)

Tabel 12 Daftar Kabupaten, Kecamatan dan Sampel Desa untuk Kajian Dasar dan

BME Sosio-Ekonomi...32

Tabel 13 Riset CRITC PMU Wakatobi ...36

Tabel 14 Status Perda tentang Pengelolaan Terumbu Karang di bawah COREMAP II... 40

Tabel 15 Status Perdes di bawah COREMAP Tahap II...40

Tabel 16 Jumlah Desa di setiap Kabupaten per Tahun...46

Tabel 17 Jumlah SETO, CF dan VM Per Kabupaten Per Tahun...47

Tabel 18 Rata-rata Jumlah Staf Lapangan Per Kabupaten...48

Tabel 19 Kelompok Masyarakat dan Kegiatan Pengembangan Kapasitas Terkait...50

Tabel 20 Kelompok Konservasi, Produksi, Jender dan MCS Masyarakat 2011...51

Tabel 21 Radio Walkie Talkie MCS pada 2011...52

Tabel 22 DPL – Jumlah Unit dan Luas Wilayah...59

Tabel 23 KKLD – Jumlah Unit dan Wilayah...60

Tabel 24 Tutupan Karang Hidup di DPL yang dilaksanakan oleh PMU...62

Tabel 25 Profil pelatihan CREEL– 2010 dan 2011...63

Tabel 26 Profil Pelatihan Monitoring Terumbu Karang (PIT) – 2008 dan 2010...63

Tabel 27 Dana LKM yang Diberikan kepada setiap Kabupaten per Tahun...77

Tabel 28 Dukungan Teknis bagi AIG...78

Tabel 29 Jumlah Bantuan Hibah Desa per Kabupaten per Tahun (a)...79

Tabel 30 Jumlah Block Grant per Kabupaten per Tahun...81

Tabel 31 Kegiatan PMU Pangkep – 2007...85

Tabel 32 Rencana Strategis Sumberdaya Laut Tingkat Kabupaten...88

Tabel 33 Daerah Perlindungan Laut PHKA di bawah COREMAP II (2006 – 2009)...92

Tabel 34 Contoh Kegiatan Pengelolaan Kolaboratif MPA oleh PHKA dengan Dukungan dari COREMAP II...92

Tabel 35 Hasil-hasil Scorecard MPA...94

Tabel 36 Penggunaan Dana PHKA 2005 – Kuartal Ketiga 2011...95

Tabel 37 Materi Ekosistem dan Konservasi Terumbu Karang yang telah Dimasukkan ke dalam Kurikulum Formal Sekolah Dasar...106

Tabel 38 Persentase Sekolah di WIlayah Pesisir COREMAP II yang telah melaksanakan Mulok dengan Tema Ekosistem dan Konservasi Terumbu Karang... 107

Tabel 39 Jumlah Sekolah Dasar, Sekolah-dan Guru yang Dilatih...109

Tabel 40 Staf yang Diperbantukan (2006 – 2011)...116

Tabel 41 Peserta Sandwich Masters Degree...117

Tabel 42 Penerima Beasiswa Penulisan Tesis...119

Tabel 43 Kajian Responsif yang Telah Dilaksanakan (2006 – 2011)...120

Tabel 44 Mahasiswa Peserta PKL di Kabupaten (2006 – 2011)...121

Tabel 45 Daerah Perlindungan Laut COREMAP II...130

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Struktur Organisasi COREMAP II...13

Gambar 2 Kerusakan oleh Badai: Terumbu Karang di Pulau Owi, Biak 2006 (kiri) dan 2010 (kanan)...26

Gambar 3 Kerusakan Akibat Bom Ikan: Terumbu Karang di dekat Pulau Pai, Biak 2011... 26

(7)

Gambar 5 Pendapatan Rumah Tangga Anggota Kelompok Penerima Manfaat per Kabupaten, 2008 dan 2011 (Estimasi tanpa Penyesuaian terhadap

Tingkat Inflasi)...33

Gambar 6 Pendapatan Rumah Tangga Anggota Kelompok Penerima Manfaat per

Kabupaten, 2008 dan 2011 (Estimasi disesuaikan dengan Tingkat

Inflasi))... 34

Gambar 7 Persentase Masyarakat Pesisir yang Berpersepsi bahwa COREMAP II

telah Memberikan Dampak Positif bagi Kesejahteraan Mereka...35 Gambar 8 Jumlah Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang ...49 Gambar 9 Jumlah Kapal Penangkap Ikan Berukuran Kecil di setiap lokasi

COREMAP... 61 Gambar 10 Kecenderungan Kapal Ikan Berukuran Kecil di Semua Lokasi

COREMAP... 61 Gambar 11 Status Pengeboman Ikan Dibandingkan 5 Tahun yang lalu di semua

lokasi COREMAP...64 Gambar 12 Status Penangkapan Ikan Menggunakan Racun Sianida – 2010

Dibandingkan 2005...65 Gambar 13 Pelanggaran Peraturan Penangkapan Ikan di Setiap

Kabupaten COREMAP...66 Gambar 14 Pelanggaran Peraturan Penangkapan Ikan di Semua

Kabupaten COREMAP...66 Gambar 15 Jumlah Kasus Penangkapan Ikan Secara Ilegal dan tindakan hukum di

Sejumlah Kabupaten COREMAP...67 Gambar 16 Persentase Kasus Penangkapan Ikan Secara Ilegal yang telah dikenai

Sanksi Hukum...67 Gambar 17 Struktur Organisasi PMU...85

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi COREMAP II – Dokumentasi Resmi Lampiran 2 Indikator Kinerja Utama

Lampiran 3 Indikator Output

(8)

DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM

ADB : Asian Development Bank

AIG : Alternative Income Generation (Mata Pencaharian Alternatif)

APBD : Anggaran Pembangunan Belanja Daerah

APBN : Anggaran Pembangunan Belanja Negara

APL : Adaptable Program Loan

Bank : World Bank

Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BME : Benefit Monitoring and Evaluation (Monitoring dan Evaluasi

Manfaat)

BMT : Baitul Maal wa Tamwil

C1 : Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang, Tahap I

C2 : Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang, Tahap II

C3 : Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang, Tahap IIIII

CCEB : Coastal Community Empowerment Board (Dewan Pemberdayaan

Masyarakat Pesisir)

CF : Community Facilitator (Fasilitator Masyarakat)

CHS : Complaint Handling System (Sistem Penangan Komplain)

COREMAP : Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Program

Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang)

CPUE : Catch Per Unit Effort (penangkapan per unit usaha)

CREEL : Pemantauan Perikanan Berbasis Masyarakat

CRITC : Coral Reef Information and Training Center (Pusat Informasi dan

Pelatihan Terumbu Karang)

CRMIS : Coral Reef Management Information System (Sistem Informasi

Pengalolaan Terumbu Karang)

Diknas : Dinas Pendidikan

DPL : Daerah Perlindungan Laut

EOP : Akhir Program

FORJUBI : Forum Jurnalis Bahari Indonesi

GEF/TF : Global Environment Facility/Trust Fund

GIS : Geographical Information System

GOI : Government of Indonesia

Kemenhunkam : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

KIM : Kontes Inovator Muda

IBRD : International Bank for Reconstruction and Development

IDA : International Development Agency

KKJI : Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

KKLD : Kawasan Konservasi Laut Daerah

KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan

KKPN : Kawasan Konservasi Perikanan Nasional

KPI : Indikator Kinerja Utama

KP3K : Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

KSDA : Konservasi Sumber Daya Alam

(9)

LKM : Lembaga Keuangan Mikro

LPSTK : Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang

M&E : Monitoring and Evaluation

MCA : Marine Conservation Area (Kawasan Konservasi Laut)

MCRMP : Marine and Coastal Management Program

MCS : Monitoring, Controlling and Surveillance

MEF : Monitoring, Evaluation and Feedback

MIS : Management Information System

Monev : Monitoring dan Evaluation

Mulok : Muatan Lokal

NCU : National Coordination Unit (Unit Koordinasi Nasional)

NOAA : USA National Oceanic and Atmospheric Administration

NPIU : National Program Implementation Unit (Unit Implementasi

Program Nasional)

NSC : National Steering Committee (Komite Pengarah Nasional)

NTC : Komite Teknis Nasional

PA : Public Awareness (Penyadaran Masyarakat)

PAD : Project Appraisal Document

Perda : Peraturan Daerah

Perdes : Peraturan Desa

PHKA : Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

PIT : Point Intersect Transect

PKL : Praktek Kerja Lapang

PMA : Program Management Advisor

PMU : Program Management Unit (Unit Pengelola Program)

Pokmas : Kelompok Masyarakat

Pokmaswas : Kelompok Masyarakat Pengawas

PSDKP : Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan

PRA : Participatory Rural Appraisal

(10)

RC : Regional Centre

RCU : Regional Coordination Unit

Renstra : Rencana Strategi

RHM : Reef Health Monitoring (Monitoring Kesehatan Terumbu

Karang)

RPTK : Rencana Pengelolaan Terumbu Karang

SABMN : Sistem Akuntansi Barang Milik Negara

SETO : Senior Extension and Training Officer

Siswasmas : Sistem Pengawasan Masyarakat

SK : Surat Keputusan

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SPP : Sea Partnership Program (Program Mitra Bahari)

TN : Taman Nasional

TNI AL : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut

TOR : Terms of Reference (Kerangka Acuan)

VIC : Village Information Center (Pusat Informasi Desa)

VM : Village Motivator (Motivator Desa)

(11)

PENGANTAR

Laporan Akhir Implementasi (ICR) ini menyajikan secara ringkas hasil-hasil Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Tahap II (COREMAP II) yang didukung oleh Bank Dunia. COREMAP II merupakan tahap kedua dari program 15 tahun yang diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia. Program ini bertujuan untuk mengelola terumbu karang dan ekosistem terkait secara berkelanjutan dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Tujuan yang lain dari program ini adalah untuk menjamin keanekaragaman hayati melalui penguatan kapasitas masyarakat dan lembaga dalam rangka mengurangi kemiskinan. COREMAP II dilaksanakan pada tingkat nasional dan di lima wilayah provinsi serta tujuh wilayah kabupaten di wilayah Indonesia Timur.

Periode implementasi program tersebut dimulai pada 30 Juni 2004 sampai 31 Desember 2011. Kementerian Kelautan dan Perikanan berperan sebagai Executing Agency. Di dalam mengelola COREMAP II, Kementerian ini pada tingkat nasional didukung oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) dari Kementerian Kehutanan. Pada tingkat provinsi, didukung oleh lima Unit Koordinasi Regional (RCU) yang dipimpin oleh Dinas Perikanan Provinsi; dan pada tingkat kabupaten didukung oleh tujuh Unit Pengelola Program (PMU) yang dipimpin oleh Dinas Perikanan Kabupaten. Di dalam setiap desa program, yang secara keseluruhan berjumlah 358 desa, melalui koordinasi dengan Kepala Desa, Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK) telah melaksanakan sejumlah kegiatan.

ICR disajikan di dalam empat volume: (i) Deskripsi Teknis; (ii) Pengelolaan Keuangan; (iii) Pengadaan; dan (iv) ICR Daerah. Lebih lanjut ICR dilengkapi sebuah CD tentang data dasar yang berisikan profil desa; dan laporan-laporan pengawasan output. Secara keseluruhan, laporan menyajikan berbagai informasi dan memberikan penjelasan secara rinci tentang sejumlah besar kegiatan yang telah dilaksanakan selama kurun waktu tujuh tahun implementasi.

Catatan perjalanan COREMAP II selama kurun waktu 7 tahun telah memberikan banyak pelajaran, ada yang gagal dan ada juga yang berhasil. Secara keseluruhan program COREMAP II dapat dinilai berhasil dilihat dari indicator output dan outcame yang telah dicapainya. Program COREMAP II telah berhasil melakukan penguatan terhadap lembaga-lembaga yang ada di masyarakat khususnya dalam pengelolaan sumberdaya ikan dan terumbu karang, pengenalan dan pengembangan tehnologi perikanan yang ramah lingkungan, membangun jaringan pasar yang berbasis konservasi, penyadaran masyarakat. Program ini baik secara langsung maupun tidak telah membantu ribuan orang dari nelayan hingga kandidat doctor melalui program beasiswanya. Namun, yang paling penting, Program ini telah secara signifikan membantu melindungi sumberdaya laut Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Berdasarkan pemikiran positif tersebut, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya bagi terciptanya dampak yang menguntungkan dari COREMAP II dan terselesaikannya ICR ini.

Jakarta, 31 Desember 2011

(12)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP) mempromosikan pemanfaatan secara berkelanjutan terumbu karang dan ekosistem terkait (yakni perikanan, mangrove, padang lamun) di Indonesia. Pelaksanaan Program COREMAP II ditunjang dana APBN Pemerintah Indonesia dan World Bank (Bank) untuk wilayah Indonesia Timur; dan Asian Development Bank (ADB) untuk wilayah Indonesia Barat. Pada 2011, secara bersama-sama COREMAP World Bank dan ADB melaksanakan berbagai kegiatan di 8_provinsi, 15 kabupaten dan 415 desa. Anggota masyarakat yang secara langsung dijangkau oleh Program diperkirakan berjumlah 12.500 orang.

Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Tahap II (yang selanjutnya disebut sebagai COREMAP II atau C2) yang didanai oleh Bank merupakan tahap kedua (yakni akselerasi) dari sebuah Adaptable Program Loan (APL) yang terdiri dari tiga bagian. C2 dibangun atas dasar berbagai contoh, model yang efektif dan pembelajaran dari Tahap I untuk memperluas lingkup geografis dan teknis dari COREMAP. Desain COREMAP II dibuat berdasarkan pemanfaatan sumberdaya laut Indonesia secara berkelanjutan, tujuan-tujuan desentralisasi dan pemberantasan kemiskinan. C2 merupakan program nasional Pemerintah Indonesia pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten untuk menguatkan masyarakat pesisir guna mengelola terumbu karang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Diharapkan COREMAP Tahap III (C3) akan disusun pada 2012 dan dilaksanakan mulai 2013 sampai 2018. C3 akan dibangun atas dasar berbagai pembelajaran yang diperoleh dari Tahap I dan II, memanfaatkan berbagai temuan ilmiah, menggunakan mekanisme implementasi yang berorientasi sosial dan memperluas cakupan geografis COREMAP.

Loan Agrement COREMAP II telah disetujui pada tanggal 30 Juni 2004 dengan ditandatanganinya Development Credit Agreement (DCA-US$ 23,0 juta), Loan Agreement (LA- US$ 33,2 juta) dan Global Environment Facility Trust Fund Grant Agreement (GEFGA - US$ 7,5 juta), namun karena adanya 14 persyaratan dari lender yang belum dapat dipenuhi maka pelaksanaan kegiatan baru dapat sejak 28 Januari 2005.

COREMAP II memiliki tujuan utama untuk merehabilitasi terumbu karang di Indonesia dengan beberapa tujuan turunannya sebagai berikut:

1. Memastikan kelestarian keanekaragaman hayati dan pengelolaan secara efektif terhadap terumbu karang dan ekosistem yang berasosiasi dengannya (ikan, mangrove/bakau, padang lamun) secara berkelanjutan;

2. Menguatkan kapasitas masyarakat dan lembaga-lembaga lokal dalam mengelola terumbu karang beserta ekosistem yang berasosiasi; dan

3. Menurunkan kemiskinan di daerah Program.

Program COREMAP II dilaksanakan pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan desa. Dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai executing

(13)

NCU pada tingkat nasional didukung oleh 2 Unit Implementasi Program Nasional (NPIU):

 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk dukungan sain; dan

 Direktorat Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) dari Kementerian

Kehutanan untuk dukungan taman laut.

Pada tingkat provinsi, implementasi dilaksanakan oleh 5 Unit Koordinasi Regional (RCU) yang dipimpin oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (Dinas KP) Provinsi di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur. Pada tingkat kabupaten, implementasi dilaksanakan oleh 7 Unit Pengelolaan Program (PMU) yang dipimpin oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten (Dinas KP Kabupaten) di Pangkep, Selayar, Buton, Wakatobi, Raja Ampat, Biak dan Sikka. Di setiap desa program, yang berjumlah 358 desa, implementasi ditangani oleh sebuah Lembaga Pengelolaan Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK) melalui koordinasi dengan Kepala Desa.

COREMAP II terdiri dari tiga komponen utama: (1) Penguatan Kelembagaan; (2) Pengelolaan Kolaboratif Berbasis Masyarakat; dan (3) Penyadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Mitra Bahari. NCU memberikan bantuan bagi semua komponen ini dengan tanggung jawab utama di dalam program-program Penguatan Kelembagaan, Penyadaran Masyarakat, dan Program Mitra Bahari. NPIU LIPI melaksanakan pengawasan ilmiah (terumbu karang; sosio ekonomi) dan pendidikan. NPIU PHKA memberikan dukungan taman laut. PMU melaksanakan sebagian besar pengelolaan kolaboratif berbasis masyarakat. RCU fokus pada semua elemen program yang terkait dengan berbagai kegiatan pada tingkat provinsi.

Pengukuran tingkat keberhasilan program diukur melalui dua jenis indikator, yaitu:

 Indikator Kinerja Utama (KPI); dan

 Indikator Output.

KPI mengukur keberhasilan implementasi Program berdasarkan 7 outcome utama yang merepresentasikan berbagai sasaran Pengelolaan/penguatan, biofisik dan sosio ekonomi /kemiskinan. Pada awalnya KPI disajikan di dalam Dokumen Penilaian Program atau Project Appraisal Document (PAD) dan selanjutnya dimutakhirkan di dalam Rencana Strukturisasi Bank (Januari 2010). Program telah berhasil mencapai semua KPI yang berada di bawah kendalinya secara langsung. Rincian status KPI termasuk penjelasan, berbagai isu untuk ditanggapi dan pembelajaran terkait disajikan di dalam Lampiran 2.

(14)

sebesar 75% dari lembaga keuangan mikro (LKM), namun secara aktual hanya dapat dicapai +/- 60% saja.

Berikut disajikan ringkasan keberhasilan implementasi berdasarkan komponen:

A. Penguatan Kelembagaan

Maksud dari penguatan kelembagaan adalah untuk meningkatkan responsivitas lembaga-lembaga pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pesisir dan untuk mendukung pengelolaan terumbu karang. Pembentukan dan pengesahan struktur program pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten dapat dilaksanakan dengan lancar dan memperkuat implementasi COREMAP II. Sasaran 30% untuk keterlibatan wanita telah ditetapkan dan dapat dicapai di dalam sebagian besar kegiatan C2. Struktur operasional program telah disahkan melalui SK Menteri, Gubernur dan Bupati. Lebih lanjut, SK yang berisikan rincian penugasan dan tanggung jawab personil telah dibuat setiap tahun oleh Direktur NCU, NPIU, Kepala Dinas KP dan PMU telah diselenggarakan secara tepat waktu, dengan diperlengkapi dukungan staf secara memadai dan berfungsi efektif. Mereka dapat melaksanakan tugas secara efektif dan memenuhi tanggung jawab yang telah ditetapkan. Keterampilan dan motivasi staf NPIU PHKA sangat baik; dan oleh karenanya tujuan-tujuan C2 secara umum dapat dicapai. Namun, seharusnya lebih banyak yang dapat dicapai terkait dukungan taman laut jika tidak terdapat kendala pembiayaan.

Pusat Informasi dan Pelatihan Terumbu Karang Nasional (CRITC LIPI) memberikan dukungan bagi 7 CRITC Kabupaten (CRITC PMU). Lembaga pelaksana CRITC Nasional adalah NPIU LIPI; serta CRITC dari masing-masing PMU Kabupaten. CRITC LIPI melaksanakan pengawasan terhadap kesehatan terumbu karang dalam transek permanen, memberikan pelatihan bagi staf CRITC setempat dan meningkatkan kemampuan masyarakat di dalam pengawasan kesehatan terumbu karang dan perikanan. Semua hasil kerja CRITC LIPI (berbagai jenis buku, manual pelatihan, peta, hasil-hasil penelitian, website) berkualitas sangat baik, dan dibuat secara profesional dan tepat waktu. Pengelolaan staf, berbagai pertemuan dan anggaran telah dilaksanakan dengan sangat baik oleh NPIU LIPI. CRITC LIPI dapat melaksanakan pelatihan secara efektif bagi CRITC PMU dan stakeholder masyarakat. CRITC PMU telah melaksanakan pengamatan terumbu karang dan ikan, memberikan informasi kepada Pusat Informasi Desa atau Village Information Center (VIC), memberikan pelatihan bagi pemangku kepentingan setempat dan membantu di dalam pengumpulan data kesehatan terumbu karang, sensus ikan dan sosio ekonomi. Secara umum CRITC PMU dapat melaksanakan tugas mereka dengan baik dan memberikan informasi bagi para pembuat keputusan dan pemangku kepentingan di lapangan. Namun, CRITC PMU baru mulai melaksanakan kegiatan pengawasan pada 2008; dan masih memerlukan dukungan dari CRITC LIPI untuk mencapai hasil-hasil yang berkualitas dan andal. Koordinasi antara CRITC LIPI dan CRITC PMU dapat ditingkatkan. CRITC PMU bertanggung jawab memberikan laporan dan menerima anggaran dan kontrak melalui PMU – dan bukan melalui CRITC LIPI. Akibatnya, keterkaitan antara CRITC LIPI dan CRITC PMU di dalam implementasi kegiatan pada tingkat kabupaten tidak konsisten. Demikian pula, CRITC LIPI tidak melaksanakan peran penelitian, penjangkauan internasional atau pengawasan ilmiah daerah perlindungan laut sebagaimana tercantum di dalam PAD.

(15)

koordinasi antar kabupaten akan lebih efektif jika ditangani oleh provinsi. Semua RCU, kecuali Papua Barat, telah disahkan, diperlengkapi dengan staf dan disusun anggaran. RCU Papua Barat dibentuk di sebuah provinsi baru, dan diperlukan waktu kurang lebih 2 tahun untuk memulai operasional kantor secara penuh pada tingkat provinsi. Unit MIS, yang dibentuk telah beroperasi secara efektif; dan diharapkan dapat memberikan dampak sangat positif di dalam penyampaian informasi bagi masyarakat di masa mendatang.

Terdapat 358 desa yang dilibatkan di dalam C2. Setiap desa memiliki sebuah Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK) yang dibentuk berdasarkan keputusan Kepala Desa. Tidak terdapat permasalahan yang signifikan di dalam pembentukan LPSTK. LPSTK diselenggarakan secara bertahap seiring bertambahnya desa-desa terlibat dalam pelaksanaan C2. Sebelum pelaksanaan program C2, terlebih dahulu dilakukan sosialisasi dan dukungan dari Tim CBM (Pengelolaan Berbasis Masyarakat). Sampai saat ini telah disyahkan 329 Peraturan Desa (Perdes), yang sebagian besar dimaksudkan untuk mengesahkan rencana pengelolaan terumbu karang (RPTK) dan berbagai langkah, misalnya penyelenggaraan DPL. Program juga telah mengawali pembuatan Peraturan Daerah (Perda) dan memberikan bantuan di dalam setiap tahapan pembuatan konsep Perda tersebut, yang menjadi dasar bagi penyusunan Rencana Stragis (Renstra)Terumbu Karang Kabupaten.

Sebuah program pelatihan telah dilaksanakan secara ekstensif pada semua tingkatan Program. Secara umum, setiap tahun NCU dan PMU telah melaksanakan 4 kegiatan lokakarya dan 4 kegiatan pelatihan bagi staf mereka; RCU juga telah melaksanakan kegiatan serupa dengan intensitas yang hampir sama, sedangkan PMU telah melaksanakan 10 kegiatan pelatihan dan 5 lokakarya. NCU juga membantu di dalam penyusunan Kerangka Acuan dan di dalam koordinasi berbagai kegiatan terkait implementasi secara berkelanjutan perdagangan ikan hias hidup di Pangkep dan Buton.

B. Pengelolaan Kolaboratif Berbasis Masyarakat

(16)

Secara keseluruhan, PMU telah merekrut Tim Lapangan dengan jumlah total 95 orang (7 Petugas Pelatihan dan Penyuluhan Senior (SETO); 21 Fasilitator Masyarakat (CF); 67 Motivator Desa (VM)) untuk melaksanakan kegiatan penjangkauan di desa-desa di wilayah kabupaten. Setiap desa membentuk sebuah Lembaga Pengelolaan Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK) yang terdiri dari 4 subbagian (Pokmas): produksi, jender, konservasi dan Monitoring, Control and Surveillance (MCS). Selanjutnya sebuah unit simpan/pinjam mikro (LKM) pada tingkat desa dibentuk secara terpisah. Untuk mendapatkan persetujuan dari Kementerian Keuangan bagi penyelenggaraan LKM diperlukan kelengkapan dokumen secara komprehensif dan serangkaian negosiasi yang panjang, yang mengakibatkan keterlambatan selama lebih kurang 2 tahun sebelum LKM dapat dilaksanakan. Proses pemberian pinjaman tetap berjalan dengan baik sesuai dengan petunjuk dari Kementerian Keuangan. Kurang lebih 1.450 AIG (Alternative Income Generation atau Mata Pencaharian Alternatif) telah diselenggarakan dengan menggunakan dana LKM. Namun, pemberian kredit perlu dilakukan secara hati-hati agar unit simpan pinjam ini benar-benar memberikan pendapatan alternatif bagi nelayan tangkap; dan tidak sekadar memberikan pendapatan tambahan. Pemberian penghasilan tambahan dapat berdampak negatif yang dapat mengarah pada pemanfaatan sumberdaya ikan secara tidak berkelanjutan secara terus-menerus dan membawa risiko rusaknya terumbu karang. Demikian pula, meskipun LKM telah dijalankan sesuai dengan petunjuk PAD dan Pemerintah Indonesia, dengan tingkat pengembalian saat ini sebesar +/- 60%, keberlanjutannya finansial LKM ini dipertanyakan.

Berdasarkan analisis Kajian Desa Cepat atau Rapid Rural Appraisal (RRA) telah disusun Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK). RPTK tersebut setidaknya mencakup satu Daerah Perlindungan Laut (DPL atau No Take Zone) di setiap desa. RPTK tersebut telah disetujui oleh Kepala Desa dengan dikeluarkannya Perdes. Desa-desa di wilayah Program saat ini memiliki kemampuan yang jauh lebih baik di dalam pengelolaan dan pengendalian terumbu karang. Investasi infrastuktur sosial juga dicantumkan di dalam RPTK dan didanai oleh Program. Sejumlah investasi tersebut antara lain toilet, sumur air bersih, kapal patroli berukuran kecil, gerbang desa, jalan dan penanda batas wilayah desa.

MCS COREMAP II merupakan salah satu inisiasi yang dinilai paling berhasil. Pelaksanaan program MSC telah dilaksanakan di desa-desa program COREMAP II. Kelompok pengawas masyarakat (Pokwasmas) telah diberi pelatihan dan perlengkapan radio komunikasi. Sasaran untuk menyelenggarakan hubungan radio komunikasi bagi desa dengan sistem penegakan hukum yang ada telah tercapai 85%. MCS C2 telah memberikan pelatihan bagi 17 PPNS Perikanan pada 2007; 27 Pengawas Perikanan pada 2010. Hasilnya sangat mengagumkan karena berhasil membantu mengurangi praktek penangkapan ikan illegal/merusak sebesar kurang lebih 60%, dari 2.200 kasus pelanggaran pada 2005 menjadi 880 kasus pada 2010. Dalam hal penegakan hukum juga sangat baik dimana 70% kasus penangkapan ikan secara ilegal/merusak telah dijatuhi sanksi hukum.

C2 memberikan dukungan bagi PHKA dan selanjutnya bagi KKP di dalam pengelolaan daerah perlindungan laut. Sampai pada 2009, tiga wilayah KSDA (Raja Ampat, Padaido, Kapoposang) telah diserahkan ke KKP. Pendanaan diberikan bagi PHKA untuk pelaksanaan pelatihan, lokakarya, konferensi, pengadaan gedung, perlengkapan dan dukungan operasional, antara lain sosialisasi bagi masyarakat setempat. Pengelolaan taman laut KKP hanya menerima dukungan teknis yang berupa MCS dan MPA

(17)

menunjukkan peningkatan yang mengesankan sebesar 20%, yang berarti telah dicapai peningkatan secara signifikan di dalam pengelolaan kawasan konservasi laut dalam wilayah program C2. Semua wilayah, kecuali KSDA Kapoposang, telah mengalami peningkatan. KSDA Biak menunjukkan peningkatan paling besar sekitar 115%. Berbagai kekurangan di dalam KSDA Kapoposang saat ini sedang ditanggapi oleh KKP.

COREMAP II memainkan peran penting di dalam mengembangkan 12 Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD). Penetapan KKLD tersebut menambah luasan daerah perlindungan laut menjadi 1 juta ha; dan kurang lebih 90.000 ha daerah perlindungan laut. Jumlah KKLD Zona Larangan Penangkapan diharapkan akan terus meningkat seiring masih dilaksanakannya kegiatan zonasi di Sikka, Raja Ampat dan Biak. Meskipun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk membuat KKLD benar-benar efektif, pengembangan sejumlah KKLD tersebut telah sangat membantu di dalam perluasan wilayah yang potensial untuk dijadikan daerah perlindungan laut. KKLD tidak dicantumkan di dalam PAD, namun telah berhasil dilaksanakan dengan sangat baik oleh Program. Rencana Strategis (Renstra) pengelolaan sumberdaya terumbu karang telah dibuat di setiap kabupaten. Renstra tersebut dibuat berdasarkan daerah perlindungan laut di dalam +/- 300 DPL dan 12 KKLD. Renstra tersebut dibuat dalam rangka pembentukan sebuah jejaring kawasan konservasi laut (MCA).

Block Grant yang diberikan untuk mendukung sejumlah kegiatan AIG dalam skala lebih besar pada tingkat kabupaten belum sepenuhnya berhasil dilaksanakan dengan baik. Hanya 50% dari dana yang dialokasikan yang telah dipergunakan. Kendala di dalam implementasi ini disebabkan oleh (i) kurangnya pengenalan dan pemahaman terhadap konsep; (ii) berbagai ketentuan Kementerian Keuangan yang menyulitkan dalam pelaksanaan; (iii) kesulitan untuk menetapkan kegiatan prioritas yang tepat untuk dilaksanakan; dan (iv) kurang memadainya lembaga dan pakar keuangan pada tingkat kabupaten. Kesulitan yang sama juga dihadapi di dalam dua konsep yang lain, yang muncul di dalam PAD, namun tidak dilaksanakan: (i) Skema Penjaminan Kredit; dan (ii) Penyelenggaraan Pekerjaan di Luar Desa. COREMAP II telah melaksanakan dua lokasi percontohan, satu di Pangkep dan satu di Buton, untuk pengelolaan perikanan secara berkelanjutan dan sertifikasi untuk ikan hias akuarium. Akhirnya, inisiatif ini dinilai kurang berhasil. Pangkep memutuskan untuk menyelenggarakan sebuah program sertifikasi ikan hias terumbu karang secara berkelanjutan, namun program serupa di Buton dibatalkan karena kurangnya dukungan pembeli. Program ini belum berjalan sempurna.

C. Penyadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Mitra Bahari

Penyadaran Masyarakat, Pendidikan dan Penyuluhan dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat pelestarian dan pemanfataan secara berkelanjutan dari terumbu karang yang dapat mengubah perilaku masyarakat. Komponen ini dapat dilaksanakan dengan baik; dan masing-masing dari 4 komponen yang ada telah berhasil melampaui sasaran yang tercantum di dalam PAD.

(18)

merusak, perlindungan habitat, perikanan berkelanjutan, program-program masyarakat dan berbagai regulasi. Baik pada tingkat nasional maupun daerah, telah dilaksanakan kampanye melalui media televisi, radio dan cetak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Sebagai contoh, dipergunakan 12 acara utama televisi, 16 program radio berdurasi setengah jam (diudarakan +/- 2.700 kali selama tiga tahun) dan lebih dari 50 acara bincang-bincang (talk show) di radio dan televisi oleh manajer utama C2. Lebih dari 50.000 materi cetak, antara lain brosur, buku, pamflet, manual, stiker, paket informasi dan kalender telah dibuat setiap tahun. PA bahkan telah membuat konsep,

mengembangkan dan memproduksi sebuah album lagu berjudul “It’s Umbu Time” dan

melakukan sosialisasi penggunaannya pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan desa. PA telah memberikan dukungan teknis dan materi bagi berbagai event/pameran baik di dalam maupun di luar Program. Yang sangat penting, sebagai bagian dari program advokasi, PA telah menyelenggarakan Forjubi (Forum Jurnalis Bahari Indonesia) yang berfungsi sebagai sebuah kelompok pendukung yang terdiri dari jurnalis radio dan televisi.

Produk-produk PA C2 telah diterima baik dan sangat dihargai masyarakat. Di desa-desa, koran masyarakat, papan pengumuman masyarakat, spanduk dan berbagai materi penyadaran masyarakat yang dibuat oleh masyarakat setempat telah menjadi sarana efektif untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat. Meski sederhana, VIC disediakan berbagai materi yang berguna dan sebagai sarana pertemuan yang dikenal oleh masyarakat. Sejumlah kegiatan penjangkauan masyarakat dan advokasi dengan berbagai organisasi pemerintah, kelompok masyarakat dan organisasi swasta juga memberikan sumbangan bagi tercapainya tujuan Program. Dalam hal ini, keterlibatan sejumlah artis terkenal, pejabat pemeirntah dan pimpinan masyarakat di dalam kampanye PA terbukti sangat berguna.

(19)

materi. Tim Pendidikan juga telah mengembangkan, memproduksi dan mendistribusikan sejumlah dokumen lain, misalnya pedoman guru, silabus dan sejumlah materi pendukung lainnya. Dukungan bagi pendidikan non-formal diberikan melalui sejumlah

event pendidikan terumbu karang nasional, promosi media dan bantuan serta bimbingan ilmiah bagi siswa.

C2 berhasil memanfaatkan Program Mitra Bahari dari KKP untuk memperluas secara dramatis basis sumberdaya manusia Indonesia yang memiliki kualifikasi teknis. Dukungan diberikan bagi kantor dan program-program Mitra Bahari Nasional. Layanan konsultasi nasional dan initernasional telah diberikan selama enam bulan pada tingkat nasional untuk mengembangkan Program Mitra Bahari. Namun, mungkin dampak terpenting dari SPP adalah sejumlah besar beasiswa yang diberikan pada semua tingkatan dari sekolah menengah tingkat atas sampai tingkat doktoral. Secara keseluruhan 1.500 siswa dan mahasiswa (600 mahasiswa S1/S2/S3; 900 siswa SMA) telah menerima beasiswa untuk melanjutkan studi mereka. Dampak positif dari peningkatan pendidikan kelautan bagi para siswa dan mahasiswa tersebut akan dapat dirasakan dalam waktu beberapa generasi yang akan datang. Pada saat liburan kuliah, tidak kurang dari 666 mahasiswa melaksanakan kegiatan informasi pengelolaan terumbu karang di desa-desa pesisir. Diperkirakan informasi tersebut telah menjangkau kurang lebih 8.000 orang. Dengan dukungan dari Program Mitra Bahari, kabupaten dapat menguatkan dinas perikanan dengan memanfaatkan 84 dukungan pakar dari perguruan tinggi dan juga dengan memanfaatkan hasil-hasil dari 51 kajian responsif yang telah dilaksanakan.

(20)

1. LATAR BELAKANG PROGRAM

1.1. Ringkasan Program

Nama Program: Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Tahap II

Programdilaksanakan melalui tiga komponen:

1) Penguatan Kelembagaan – untuk meningkatkan responsivitas lembaga-lembaga pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pesisir, guna mendukung kerjasama pengelolaan sumberdaya laut dan daerah perlindungan laut lainnya.

2) Pengelolaan Kolaboratif Berbasis Masyarakat – untuk menguatkan masyarakat pesisir dan lembaga-lembaga di seluruh kabupaten program untuk melaksanakan pengelolaan kolaboratif terumbu karang dan ekosistem terkait secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan pendapatan, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3) Penyadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Mitra Bahari – untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat pelestarian dan pemanfaatan ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan yang mengarah pada perubahan perilaku.

Badan Pelaksana: Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan

Gedung Mina Bahari 3

Jl. Medan Merdeka Timor No. 16, Jakarta Pusat Tel: (62 21) 352-2054; 351-9070 ext. 8927

Badan-badan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Pelaksana: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

(PHKA), Kementerian Kehutanan

Lima Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Lokasi Program:

Tujuh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Sulawesi Selatan (Pangkep, Selayar) Sulawesi Tenggara (Buton, Wakatobi) Papua Barat (Raja Ampat)

Papua (Biak)

Nusa Tenggara Timur (Sikka)

TUJUAN PENGEMBANGAN PROGRAM

Tujuan Pengembangan Program, yakni untuk menyelenggarakan sistem pengelolaan terumbu karang melalui sebuah program yang berkelanjutan secara finansial yang dikoordinasi secara nasional namun didesentralisasi di dalam implementasinya, secara umum telah berhasil dicapai.

TUJUAN PENGEMBANGAN PROGRAM

(21)

Sumber Dana: I. Pemerintah Indonesia (Estimasi)

USD 10.376.000

II. Kredit/Pinjaman/Bantuan Hibah: - Nomor Kredit 3910 – IND - Nomor Pinjaman 4740 – IND - Bantuan Hibah GEF/TF TF053350–IND

USD 24.431.000 USD 33.200.000 USD 7.500.000

III. Pembatalan:

- Pinjaman Nomor 4740 – IND USD 3.002.374

Total Kredit/Pinjaman/Bantuan Hibah

USD 62.128.626

Total Biaya Program (I + II+III) USD 72.504.626

Negosiasi Pinjaman: 13 April 2004

Penandatanganan Pinjaman: 30 Juni 2004

Efektivitas Pinjaman: 28 Januari 2005

(22)

1.2. Deskripsi Program

Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Tahap II (selanjutnya disebut COREMAP II atau C2) adalah Tahap kedua dari tiga Tahap program 15 tahun yang diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia. Program berupaya membangun dan mengembangkan sistem pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat. Tujuan dikembangkannya program ini adalah untuk menyelenggarakan sistem pengelolaan terumbu karang yang dapat diterapkan di dalam tujuh kabupaten, melalui sebuah program yang berkelanjutan secara finansial yang dikoordinasi secara nasional namun didesentralisasi di dalam implementasinya. Program dirancang untuk menguatkan dan mendukung masyarakat pesisir untuk mengelola terumbu karang dan ekosistem terkait (perikanan, bakau, padang lamun) secara berkelanjutan. Diharapkan melalui pelestarian ekosistem terumbu karang, kesejahteraan masyarakat pesisir dapat ditingkatkan.

COREMAP II dilaksanakan melalui tiga komponen:

1) Penguatan Kelembagaan – untuk meningkatkan responsivitas lembaga-lembaga pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pesisir, dalam rangka dukungan bagi pengelolaan kolaboratif sumberdaya laut dan daerah perlindungan laut lainnya.

2) Pengelolaan Kolaboratif Berbasis Masyarakat – untuk menguatkan masyarakat pesisir dan lembaga-lembaga di seluruh kabupaten program untuk melaksanakan pengelolaan kolaboratif terumbu karang dan ekosistem terkait secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan pendapatan, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3) Penyadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Mitra Bahari – untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat pelestarian dan pemanfaatan ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan yang mengarah pada perubahan perilaku.

Implementasi COREMAP II dipimpin oleh sebuah Unit Koordinasi Nasional (NCU) di bawah arahan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Implementasi oleh NCU pada tingkat nasional didukung

TUJUAN PENGEMBANGAN PROGRAM MENURUT PAD

Tujuan dikembangkannya C2 adalah untuk menyelenggarakan sistem pengelolaan terumbu karang yang dapat dilaksanakan di tujuh kabupaten, melalui sebuah program yang berkelanjutan secara finansial dan dikoordinasi secara nasional namun didesentralisasi di dalam implementasinya, guna menguatkan dan mendukung masyarakat pesisir untuk melaksanakan pengelolaan kolaboratif dan pemanfaatan terumbu karang dan sumberdaya ekosistem terkait secara berkelanjutan, yang akan memulihkan ekosistem terumbu karang yang rusak atau melestarikan ekosistem terumbu karang yang masih dalam kondisi baik dan pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir di Indonesia.

TUJUAN PENGEMBANGAN PROGRAM MENURUT PAD

(23)

oleh 2 Unit Implementasi Program Nasional atau National Program Implementing Units

(NPIU):

 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk dukungan sain; dan

 Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan untuk dukungan taman laut.

Pada tingkat provinsi, implementasi dilaksanakan oleh 5 Unit Koordinasi Regional atau

Regional Coordination Units (RCU) dengan dipimpin oleh Dinas Perikanan Provinsi atau Dinas KP Provinsi yang berlokasi di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur. Pada tingkat kabupaten, implementasi dilaksanakan oleh 7 Unit Pengelola Program atau Project Management Units (PMU) yang dipimpin oleh Dinas Perikanan kabupaten atau Dinas KP Kabupaten yang berlokasi di Pangkep, Selayar, Buton, Wakatobi, Raja Ampat, Biak dan Sikka. Pada awalnya COREMAP II hanya beroperasi di 6 kabupaten. Namun, pada 2006, Kabupaten Buton dibagi menjadi 2 wilayah kabupaten: Wakatobi dan Buton. Di dalam masing-masing desa, dari 358 desa Program, implementasi C2 dikelola oleh sebuah Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK).

Kesepakatan Pinjaman/Kredit/bantuan Hibah COREMAP II ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia, Bank Dunia (Bank) dan Global Environment Facility (GEF) pada 30 Juni 2004. Pada awalnya, Program dijadualkan untuk dilaksanakan selama lima tahun dari 2004 sampai 2008. Namun, karena diperlukan waktu untuk memenuhi berbagai persyaratan untuk efektivitas Kesepakatan Pinjaman/Kredit/Bantuan Hibah, penyiapan berbagai dokumen, membentuk unit-unit implementasi dan mendapatkan dana pendampingan, telah mengakibatkan tertundanya awal dimulainya Program. Akibatnya, Kesepakatan Pinjaman/Kredit/Bantuan Hibah baru efektif pada 28 Januari 2005; dan periode implementasi diubah mulai 2005 sampai 2009. Dikarenakan lambannya proses implementasi yang disebabkan oleh permasalahan pengadaan dan keterlambatan pendanaan, periode implementasi diperpanjang selama dua tahun; dan dijadualkan untuk diakhiri pada 31 Desember 2011. Pada Januari 2010, Pemerintah Indonesia dan Bank setuju untuk melaksanakan restrukturisasi rencana, namun tujuan pengembangan Program, asumsi dasar dan tanggal penutupan Program yang telah dibuat sebelumnya tidak berubah. Namun, sejumlah perubahan telah dilakukan terhadap Indikator Outcome dan Output.

Sumberdaya keuangan disediakan oleh: (i) Pemerintah Indonesia; (ii) Bank Dunia di bawah 2 fasilitas: International Bank for Reconstruction and Development (IBRD); dan

(24)

Tabel 1. Tanggal dan Jumlah Pinjaman/Kredit (US Dollar)

No. Kategori Kredit IDA

3910 – IND

Pinjaman IBRD 4740 - IND

Bantuan Hibah GEF/TF TF053350-IND

1. Tanggal Persetujuan 25 Mei 2004 25 Mei 2004 25 Mei 2004

2. Tanggal Penandatanganan 30 Juni 2004 30 Juni 2004 30 Juni 2004

3. Tanggal Efektif 28 Januari 2005 28 Januari 2005 28 Januari 2005

4. Tanggal Penutupan 31 Desember 2011 31 Desember 2011 31 Desember 2011

5. Tanggal

Pembatalan Tidak berlaku 30 Juni 2010 Tidak berlaku

6. Jumlah awal 24. 31.000 33.200.000 7.500.000

7. Jumlah

Pembatalan 0 3.002.374 0

Total Jumlah 24.431.000 30.197.626 7.500.000

Keseluruhan Biaya pelaksanaan Program, menurut estimasi Dokumen Penilaian Program atau Project Appraisal Document (PAD) adalah $74,6 juta. Pada 30 Juni 2011, dilakukan pembatalan dana sebesar $3.002.374 dari pinjaman IBRD, dengan demikian revisi keseluruhan Biaya Program termasuk komitmen Pemerintah Indonesia sebesar $10.376.000 menjadi kurang lebih $72,5. Diharapkan sebelum 31 Desember 2011, keseluruhan kredit/bantuan hibah IBRD, GEF dan IDA akan telah lunas dibayar. Kredit IDA telah seluruhnya dibayar. Sedangkan bantuan hibah GEF dan pinjaman IBRD diharapkan mencapai tingkat pembayaran lebih dari 95%.

Berikut revisi rencana keuangan:

Tabel 2. Rencana Pembiayaan (US$ juta)

Sumber Total Persen

GOI 10,4 15%

IBRD/IDA 54,6 75%

GEF 7,5 10%

Total 72,5 100%

PEMBAYARAN

Semua kredit/bantuan hibah IBRD, IDA dan GEF telah dibayarkan lebih dari 95%

PEMBAYARAN

(25)

1.3. Komponen-Komponen Program

COREMAP Tahap II terdiri dari 3 komponen utama dan 12 subkomponen yang disusun sebagai berikut:

Komponen 1: Penguatan Kelembagaan

1.1: Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi Program dan Pelatihan 1.2: Pusat Informasi dan Pelatihan Terumbu Karang

1.3: Bantuan Hukum, Kebijakan dan Strategi

Komponen 2: Pengelolaan Kolaboratif Berbasis Masyarakat 2.1: Pemberdayaan Masyarakat

2.2: Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat 2.3: Pengembangan Masyarakat

2.4: Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah 2.5: Dukungan Taman Laut

Komponen 3: Penyadaran, Pendidikan dan Program Mitra Bahari 3.1: Kampanye Penyadaran Masyarakat

3.2: Program-program Pendidikan 3.3: Program Mitra Bahari

3.4: Komunikasi Dukungan Program

NCU bertanggung jawab atas keseluruhan koordinasi, pengawasan dan implementasi Program. NCU memberikan bantuan bagi semua komponen dengan tanggung jawab utama implementasi bagi komponen-komponen:

1.1 Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi Program dan Pelatihan 1.3 Bantuan Hukum, Kebijakan dan Strategi

3.1 Kampanye Penyadaran Masyarakat 3.3 Program Mitra Bahari

3.4. Komunikasi Dukungan Program

(26)

1.4. Indikator Kinerja Utama

Kerangka Kerja Hasil adalah ukuran dasar bagi keberhasilan implementasi. Hal tersebut dicantumkan di dalam PAD sebagai Lampiran Teknis 4. Selanjutnya, Kerangka Kerja Hasil tersebut dimutakhirkan pada Januari 2010 di dalam Rencana Restrukturisasi Bank. Program memiliki 7 Indikator Kinerja Utama atau Key Performance Indicators (KPI). Program telah berhasil memenuhi semua indikator KPI, yang berada di bawah kendali langsung Program; dan +/- 90% yang berada di luar kendali langsung Program. Status KPI secara rinci yang meliputi penjelasan, berbagai isu yang perlu ditanggapi dan pembelajaran disajikan di dalam Lampiran 2.

KPI Nomor 4 dan 5, yang terkait tutupan karang dan populasi ikan, pada dasarnya bergantung pada fenomena alam yang berada di luar kendali Program (misalnya perubahan iklim, predator, penyakit, dsb.). Namun tutupan karang telah mengalami peningkatan sebesar 71% di lokasi-lokasi Program. Perlu dicatat bahwa sebagian dikarenakan dampak kegiatan C2, penangkapan ikan yang merusak telah sangat berkurang selama periode implementasi Program sehingga memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pemulihan tutupan karang. Juga berdasarkan metode CPUE, populasi ikan mengalami peningkatan sebesar 71% di semua wilayah kabupaten Program. KPI nomor 4 dan 5 belum memenuhi sasaran KPI yang tercantum di dalam PAD untuk rata-rata peningkatan sebesar 80%; namun telah berhasil mencapai kurang lebih 90% dari target KPI.

Tabel 3. Indikator Kinerja Utama

Indikator Kinerja Utama Status pada Akhir Program

Indikator-indikator Pengelolaan dan Pemberdayaan:

Indikator terlampaui sebesar 50%. Pengelolaan kolaboratif dilaksanakan secara penuh bagi zona-zona larangan penangkapan, rata-rata mencakup 15% dari terumbu karang di semua wilayah yang dikelola Program.

70 % biaya operasional kegiatan program telah sepenuhnya diintegrasikan ke dalam Program-program pemerintah kabupaten C2 dan didanai secara mandiri tanpa dukungan C2 pada akhir periode Program.

INDIKATOR KINERJA UTAMA

Semua Indikator Kinerja Utama, yang berada di bawah kendali Program, telah berhasil dicapai.

INDIKATOR KINERJA UTAMA

(27)

Indikator Kinerja Utama Status pada Akhir Program

Indikator terlampaui sebesar 5%. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya terumbu karang telah mengalami peningkatan sebesar 75% di semua kabupaten C2.

Meskipun berada di luar kendali Program, indikator ini telah dicapai sebesar kurang lebih 80%.

4a. Analisis data plot-plot permanen LIPI dari 2006 sampai 2011 menunjukkan bahwa tutupan karang telah meningkat sebesar kurang lebih 17%, dengan rata-rata peningkatan 3,4% setiap tahun. Rata-rata tutupan karang di plot-plot permanen di 5 kabupaten, dari 7 kabupaten C2 (71%), telah mengalami peningkatan.

4b. Kecenderungan data DPL menunjukkan bahwa dari 2008 sampai 2011 tutupan karang telah

meningkat sebesar kurang lebih 8%, dengan rata-rata peningkatan 2,6% per tahun. Tutupan karang telah mengalami peningkatan di 4 dari 7 wilayah kabupaten C2 (57%).

Berdasarkan metode CPUE, populasi ikan telah mengalami peningkatan di 71% dari lokasi C2 (yakni kabupaten). Dengan demikian telah mencapai +/- 90% target KPI. Namun, hasil-hasil yang dicapai tidak seragam, di mana sejumlah kabupaten menunjukkan peningkatan secara signifikan, sedangkan yang lain mengalami

penurunan. Secara umum, data sensus visual lebih tepat dipergunakan sebagai sarana pengukuran biodiversitas; dan data CPUE untuk menentukan populasi ikan.

(28)

Indikator Kinerja Utama Status pada Akhir Program 7. Setidaknya 70% nelayan/

penerima manfaat di dalam

masyarakat pesisir di wilayah yang dikelola program berpendapat bahwa Program telah memberikan dampak yang positif bagi

kesejahteraan mereka.

Indikator telah terlampaui sebesar 15%. Survei yang dilaksanakan oleh LIPI menunjukkan bahwa 85% masyarakat pesisir di wilayah-wilayah yang dikelola program berpendapat bahwa COREMAP II telah memberikan dampak positif bagi kesejahteraan mereka.

1.5. Indikator Output

Keberhasilan implementasi COREMAP II diukur berdasarkan 42 Indikator Output. Rincian kinerja, komentar, berbagai isu yang perlu ditanggapi dan pembelajaran di dalam Indikator Output ini disajikan di dalam Lampiran 3. 90% dari Indikator Output telah secara penuh berhasil dicapai oleh Program dan secara parsial semua Indikator Output telah dicapai.

Dari indikator yang telah dicapai secara parsial, yang paling sulit adalah terkait pembiayaan CBM pada tingkat desa. Indikator Output menyebutkan tingkat pembayaran kembali lembaga keuangan mikro (LKM) sebesar 75%. Secara aktual, sasaran tersebut telah dicapai sebesar 60%. Indikator Output lain yang terkait menyebutkan bahwa 75% Program percontohan kegiatan mata pencaharian alternatif atau Alternative Income Generation (AIG) harus mencapai tingkat pengembalian finansial internal lebih besar dari 10%. Indikator Output ini sulit untuk diukur secara akurat. Namun, pembahasan dengan pemangku kepentingan dan tim-tim CBM pada tingkat desa menunjukkan bahwa sasaran tersebut sebagian, dan tidak secara keseluruhan dapat dicapai.

Indikator Output lain yang dicapai secara parsial adalah terkait menurunnya tingkat pelanggaran di wilayah-wilayah PHKA. Sebenarnya, data jumlah pelanggaran hanya menunjukkan pola penurunan secara parsial. Namun, dari pembahasan dengan para manajer taman laut terungkap bahwa hal tersebut mungkin disebabkan oleh meningkatnya pengawasan dan patroli; dan tidak secara langsung merefleksikan meningkatnya praktek penangkapan yang merusak.

INDIKATOR OUTPUT

Dari 42 Indikator Output, 90% telah berhasil dicapai secara penuh.

INDIKATOR OUTPUT

(29)

2. ASPEK-ASPEK IMPLEMENTASI 2.1 Penguatan Kelembagaan

2.1.1 Koordinasi Program Monitoring dan Evaluasi (M&E) dan Pelatihan

Tujuan: Untuk menjamin bahwa struktur kelembagaan bagi koordinasi program nasional dan desentralisasi pengelolaan program diselenggarakan dan dijaga keberlanjutannya.

Hasil-hasil Utama yang Dicapai:

 NCU KKP dan 2 NPIU LIPI dan PHKA telah membuat Surat Keputusan (SK)

Menteri pada 2003 dan telah dilaksanakan sejak 2005;

 Tidak kurang dari 250 sesi pelatihan yang melibatkan 3.000 peserta dan 200

lokakarya yang dihadiri oleh 2.000 peserta telah dilaksanakan pada semua tingkatan.

 NCU telah melaksanakan berbagai lokakarya/pelatihan di 8 wilayah utama;

 RCU Provinsi telah ditambahkan selama berlangsungnya implementasi C2. 5 RCU telah dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur pada 2006 dan sampai saat ini tetap berjalan efektif.

 7 PMU telah dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati pada 2005 dan sampai

saat ini tetap berjalan efektif;

 358 LPSTK telah dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Desa dan sampai saat ini tetap berjalan efektif;

 88 kontrak konsultan dalam rangka dukungan bagi NCU dan PMU di

bidang-bidang Pengelolaan, pengadaan, keuangan, Penyadaran Masyarakat (PA), CRITC, Pengelolaan Berbasis Masyarakat (CBM), Kawasan Konservasi Laut (MCA),

Monitoring Control and Surveillance (MCS) telah diberikan;

 Unit Monitoring, Evaluasi dan Feedback masih berjalan efektif sejak 2007;

 Sebuah unit Management Information System (MIS) yang telah ditingkatkan secara signifikan telah diselenggarakan dengan dukungan dari KKP/Bank pada 2010;

 Mekanisme penanganan komplain berfungsi efektif;

 Pengembangan program pengalihan aset-aset C2 oleh pejabat Pemerintah Indonesia yang berwenang

Evaluasi:

(30)

didukung oleh 2 NPIU. NPIU LIPI bertanggung jawab melaksanakan dukungan keilmuan dan pendidikan; sedangkan NPIU PHKA bertanggung jawab memberikan dukungan bagi taman laut. NCU dan NPIU secara resmi diselenggarakan berdasarkan keputusan pada tingkat menteri. NCU telah dibentuk secara tepat waktu, dengan dukungan staf secara memadai dan berfungsi efektif. NCU dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan memenuhi berbagai tanggung jawab yang diberikan. Demikian pula, implementasi Program juga telah dilaksanakan secara efektif oleh NPIU LIPI, sebagian besar RCU dan semua PMU.

Staf NPIU PHKA memiliki keterampilan dan motivasi yang sangat baik; dan oleh karenanya tujuan C2 secara umum telah dicapai. Namun, seharusnya lebih banyak yang dapat dicapai terkait dukungan taman laut jika tidak terdapat kendala keuangan. Terjadi keterlambatan terkait pendanaan NPIU PHKA yang dikarenakan keterlambatan transfer dana dari Kementerian Keuangan ke PHKA dan terkait restrukturisasi kelembagaan pada 2009. Demikian pula, RCU Papua Barat dibentuk di sebuah provinsi baru; dan diperlukan waktu kurang lebih 2 tahun sebelum kantor RCU menerima pendanaan secara memadai. Sejumlah konsultan yang direkrut memiliki kemampuan yang memadai dan tepat. Namun, penggunaan konsultan mengalami keterlambatan secara signifikan pada tingkat kabupaten yang disebabkan oleh persyaratan Bank untuk menerapkan sistem International Competitive Bidding. Hal tersebut menyebabkan keterlambatan selama 2 tahun untuk perekrutan konsultan pada tingkat kabupaten. Pada tingkat nasional, Pengelolaan konsultan sangat kompleks yang disebabkan penggunaan secara bersama-sama sistem perekrutan individu dan korporasi. Sebagai contoh, Project Management Advisor (PMA) mengalami kesulitan untuk mengendalikan konsultan lokal yang masing-masing direkrut di bawah kontrak secara terpisah, sebagian direkrut secara individu dan yang lain melalui perekrutan korporasi, dan memberikan laporan kepada atasan yang berbeda. Unit MIS, seiring penguatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dan Bank pada 2010, diharapkan memberikan dampak yang sangat positif di dalam diseminasi informasi bagi masyarakat ke depan. Tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Indonesia saat ini adalah bagaimana menjaga keberlanjutan staf dan operasional tanpa dukungan dari donor.

Dukungan pada tingkat provinsi telah dicantumkan di dalam PAD. Dukungan tersebut ditambahkan pada 2006 pada saat diidentifikasi bahwa sejumlah kegiatan dan koordinasi antar kabupaten akan lebih baik jika ditangani oleh provinsi. Sejumlah RCU secara resmi diselenggarakan berdasarkan Keputusan Gubernur. Masing-maisng kabupaten membentuk sebuah PMU untuk melaksanakan dan mengkoordinasi berbagai kegiatan di wilayah operasinya. PMU tersebut diselengggarakan melalui Keputusan Bupati. Terdapat 358 desa yang dilibatkan di dalam C2. Masing-masing desa memiliki sebuah LPSTK yang dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Desa.

(31)

Sebuah program pelatihan telah dilaksanakan secara ekstensif pada semua tingkatan. Secara umum, setiap tahun, NCU dan NPIU telah melaksanakan 4 sesi lokakarya dan 4 sesi pelatihan bagi staf mereka. Sedangkan RCU telah melaksanakan kegiatan serupa dengan intensitas yang hampir sama dan PMU melaksanakan 10 sesi pelatihan dan 5 lokakarya. Data secara rinci tentang berbagai kegiatan pelatihan dan lokakarya tersebut dapat dilihat pada lampiran 5, lampiran 6 dan di dalam Form 28, subbagian 3 dan 4. Sejumlah tema pelatihan berikut telah menjadi fokus kegiatan:

 Pengelolaan Program dan Keuangan;

 Berbagai Isu Terumbu Karang;

 Mata Pencaharian Alternatif; dan

 Daerah Perlindungan Laut.

NCU telah membentuk sebuah tim dan mulai desain konsep COREMAP Tahap III (C3). Diharapkan bahwa C3 akan mengusung sejumlah tema yang ada dan diperluas untuk mencakup wilayah geografis baru, pengelolaan KKLD dan dukungan secara lebih besar bagi perikanan berkelanjutan dan AIG.

Kemajuan Implementasi per Kegiatan:

2.1.1.1 Dukungan bagi Unit Koordinasi Nasional (NCU)

(32)
(33)

Sebuah Komite Pengarah terdiri dari 9 wakil dari Bappenas, KKP, Kementerian Keuangan, LIPI, PHKA dan Kementerian Dalam Negeri memberikan arahan kebijakan bagi pelaksana program C2. Komite Pengarah tersebut diketuai oleh Bappenas, Wakil Ketua, Sumberdaya Alam dan Lingkungan dengan wakil ketua dari KKP, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Sekretaris, Bappenas, Direktur Kelautan dan Perikanan. Sejak 2008, Komite Pengarah telah melaksanakan pertemuan rata-rata dua kali setahun.

SK Menteri terbaru (SK No. KEP.21/MEN/2010) menjadi dasar pembentukan sebuah Komite Teknis untuk mengatur sub-komite dan menetapkan kebijakan teknis. Komite Teknis beranggotakan 3 orang yang diketuai oleh Direktur Kelautan dan Perikanan, Bappenas dengan wakil ketua, Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, KKP, serta Biro Perencanaan Sekjen KKP, Komite Teknis didukung oleh dua sub-komite: (i) Perencanaan dan Administrasi; dan (ii) Program Teknis. Sub-komite Perencanaan dan Administrasi memiliki 3 anggota dan Sub-komite Program Teknis beranggotakan 8 orang. Para anggota diambil dari lembaga yang sama yang membentuk Pelaksana/Pengelola Program.

NCU terdiri dari 4 seksi: (i) Operasional NCU yang terdiri dari seksi-seksi Pengelolaan, daerah perlindungan laut, CBM, penyadaran publik/penyuluhan, MCS, taman nasional dan CRITC/pendidikan; (ii) Koordinator untuk MEF/pelaporan dan perencanana; (iii)_Fasilitator; dan (iv) sebuah Sekretariat. Seluruhnya terdiri dari 63 orang, di mana 34 untuk Operasional NCU, 6 Koordinator, 5 Fasilitator dan 18 untuk Sekretariat. KKP memberikan 53 staf dan 10 orang yang lainnya dari Universitas Hasannudin (1), PHKA (3), LIPI (4), Bappenas (1) dan Kementerian Dalam Negeri (1). NCU dipimpin oleh KKP, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (KKJI). Seorang Sekretaris Eksekutif mengelola operasional harian Program. Jumlah keseluruhan staf pemerintah yang bekerja bagi NCU pada kisaran rendah berjumlah 60 orang pada 2006 dan pada kisaran tinggi 68 orang pada 2010. NCU didukung oleh sebuah tim konsultan yang direkrut secara nasional dan internasional. NCU telah memberikan 88 kontrak bagi konsultan selama berlangsungnya Program, melibatkan kurang lebih 120 konsultan. Selain pakar-pakar teknis, NCU juga menggunakan layanan konsultan pengadaan dan sebuah perusahaan pengelola keuangan. Penyusunan program dan anggaran COREMAP II setiap tahun dikoordinasi oleh NCU melalui serangkaian pertemuan. Rata-rata dilaksanakan 3 pertemuan program semacam itu setiap tahun; yang dihadiri oleh wakil-wakil dari LIPI, NPIU-PHKA, 5 RCU dan 7 PMU.

NCU memberikan dukungan di dalam pengembangan sejumlah inisiatif penting. COREMAP II sangat aktif dalam pengembangan, pembuatan konsep dan pengesahan undang-undang bagi terselenggaranya peraturan nasional tentang pengelolaan wilayah

OPERASIONAL NCU

NCU telah dibentuk secara resmi dan secara tepat waktu, dengan dukungan staf yang memadai dan berfungsi efektif. NCU dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang ditetapkan dengan baik.

OPERASIONAL NCU

(34)

pesisir dan pulau-pulau kecil (UU No.27/2007). Legislasi tersebut terdiri dari sejumlah perundangan terkait hak-hak pemanfaatan wilayah pesisir dan laut serta larangan penambangan karang dan penangkapan ikan yang merusak. C2 juga memberikan bantuan di dalam pengembangan dan dikeluarkannya regulasi tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (PP 60/2007), yang mencakup pengelolaan wilayah konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil. Program berperan serta di dalam Strategi Perikanan Terumbu Karang Nasional yang mencakup Perdagangan Ikan Hidup Terumbu Karang.

2.1.1.2 Dukungan bagi Kegiatan Program Monitoring, Evaluasi dan Feedback Nasional

Sejak awal Program, Unit Monitoring, Evaluasi dan Feedback (MEF) telah menjadi sebuah komponen di dalam struktur organisasi NCU. Unit MEF diketuai oleh seorang Asisten Direktur yang didukung oleh staf KKP dan konsultan MEF. Sejak 2006, unit MEF telah berupaya untuk mengumpulkan informasi terkait implementasi COREMAP II pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten. Setiap unit operasional (yakni NCU, 2 NPIU,

5_RCU, 7 PMU) diwajibkan untuk menyerahkan laporan-laporan kemajuan keuangan

dan fisik setiap bulan, kuartal dan tahun kepada unit MEF atas nama NCU. Selanjutnya, unit MEF memberikan informasi bagi tim MIS untuk dimasukkan ke dalam situs C2. Akhir-akhir ini, secara umum laporan-laporan telah diselesaikan secara tepat waktu. Meskipun tidak semua daerah memberikan laporannya tepat waktu. Mengingat kenyataan bahwa PMU tidak memiliki personil yang secara khusus ditugaskan untuk menangani MEF, aliran informasi dari PMU sering kali tersendat.

Gambar

Tabel 3. Indikator Kinerja Utama
Gambar 1
Tabel 5. Persentase Tutupan Karang Hidup di sejumlah Transek Permanen
Gambar 5. Pendapatan Rumah Tangga Anggota Kelompok Penerima Manfaat per
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel yang memiliki bobot tertinggi yang menjadi prioritas yaitu, promosi 42%, orang terkait 23%, dan proses jasa 23%

menjadi 7, jawaban 4 menjadi 6, jawaban 6 menjadi 4, jawaban 7 menjadi 3, jawaban 8 menjadi 2, dan jawaban 9 menjadi 1. 3) Menghitung skor setiap responden untuk total dan

Bagian yang diamati adalah gaya yang digunakan, kekasaran permukaan pada proses gerinda, pengaruh air cooling, pada proses hard turning, micro milling , micro

Bagi Perguruan Tinggi. Pimpinan Perguruan Tinggi Kesehatan di pontianak perlu mengoptimalkan pembinaan kepada dosen melalui pelaksanaan gaya kepemimpinan

Penelitian Sebelumnya yang judul “Aplikasi AHP sebagai model sistem pendukung keputusan pemilihan tempat kuliah di Bangka Belitung” seminar nasional Aplikasi

1) Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) PPL yang professional dalam bidang pendidikan, sehingga mahasiswa praktikan diberikan pengalaman, masukan dan saran untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas siswa, respon siswa dan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Mekanika teknik

Pembatasan waktu dan nominal pada instrumen Pembatasan jumlah maksimal dana yang dapat disimpan di dalam instrumen e-money baik pada konsumen maupun merchant merupakan salah