• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian daya hambat dilakukan dengan metode difusi dan dilusi, dengan pengulangan sebanyak lima kali pada masing-masing perlakuan. Pada metode difusi disiapkan dua buah cawan petri, kemudian dibuat dan diletakkan cetakan sumur sebanyak tiga buah untuk cawan pertama dan tiga buah cetakan sumur untuk cawan petri kedua dengan diameter ± 8 mm dan tinggi ± 4 mm. Dituangkan 1 ml suspensi Candida albicans dalam cawan petri, lalu dituangkan agar Dektrosa Sabouraud steril sebanyak ± 30 ml, dengan tinggi agar ± 4 mm, didiamkan hingga mengeras. Dituangkan larutan uji (konsentrasi 50%, 40%, 30%, 20%, dan 10%) sebanyak 0,3 ml ke dalam sumur-sumur yang telah diberi label, sedangkan satu buah sumur lainnya diisi dengan akuades steril sebagai control, kemudian diinkubasi pada suhu 370 selama 24 jam. Setelah

diinkubasi, daerah bening yang terbentuk di sekitar lubang sumur diukur diameternya sebagai diameter daya hambat infusa daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans.

Pada metode dilusi disiapkan satu set tabung reaksi yang terdiri dari 7 tabung, yang teridiri dari 5 tabung perlakuan dengan pengenceran infusa dun sirih, dan dua tabung untuk kontrol positif dan negatif. Kemudian ke dalam tabung pertama sampai kelima yang berisi larutan bakto-pepton dekstrosa tersebut diinokulasikan koloni Candida albicans dengan kekeruhan 0,5 Mac Farland. Setelah itu infusa daun sirih dituangkan ke dalam tabung-tabung tersebut, lalu dikocok hingga merata. Untuk kontrol positif diinokulasikan koloni Candida albicans saja, sementara untuk tabung ketujuh diisi dengan infusa daun sirih saja sebagai kontrol negatif. Selanjutnya tabung- tabung ini diinkubasi ke dalam inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam, dan diamati

kekeruhan yang terjadi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan MIC menggunakan metode difusi didapatkan zona hambat infusa daun sirih hijau mulai terbentuk pada konsentrasi 30% dengan rerata diameter zona hambat 9 mm (Tabel 1). Sedangkan pada infusa daun sirih merah zona hambat mulai terbentuk pada konsentrasi 20% dengan rerata diameter zona hambat 11,8 mm (Tabel 2).

Hasil pemeriksaan MIC menggunakan metode dilusi didapatkan bahwa konsentrasi minimal yang diperlukan infusa daun sirih hijau untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans adalah 30 % (Tabel 3), sedangkan infusa daun sirih merah memiliki nilai MIC untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans pada 20 % (Tabel 4). Dari kedua hasil tersebut terlihat bahwa bawang putih dan daun sirih hijau memiliki efek antifungi terhadap Candida albicans.

Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dapat diketahui bahwa kemampuan infusa daun sirih merah lebih efektif bila dibandingkan dengan sirih hijau dalam menghambat pertumbuhan koloni Candida albicans. Hal ini disebabkan oleh kandungan

bahan aktif yang dimiliki daun sirih merah. Menurut Suwardi (2005), kandungan bahan aktif sirih merah lebih lengkap bila dibandingkan dengan sirih hijau. Kandungan tersebut diantaranya flavonoid, alkaloid, saponin, allylprokatekol, hidroksikavikol dan kavibetol. Sedangkan kandungan zat aktif sirih hijau menurut Dutt hanya terdiri dari eugenol, eugenolmetil eter, sineol, karvakrol, p-cymene, dan kavikol (Suhartini, 1999).

Senyawa fenolik seperti flavonoid, allylprokatekol, hidroksikavikol, kavikol dan kavibetol dapat menyebabkan denaturasi protein, yaitu kerusakan struktur tersier protein sehingga protein kehilangan sifat-sifat aslinya (Friedman et al, 2002; Mooryati, 1998; Sudewo, 2005). Protein merupakan komponen yang sangat penting bagi semua sel hidup termasuk sel-sel Candida albicans. Protein bagi sel-sel Candida albicans dapat bersifat struktural dan fungsional. Protein struktural merupakan bagian dari struktur sel, seperti protein dinding sel yang merupakan komponen kedua setelah karbohidrat. Terjadinya denaturasi protein dinding sel Candida albicans

tentu saja menyebabkan kerapuhan dinding sel Candida albicans sehingga mudah ditembus zat aktif. Sedangkan protein fungsional merupakan protein-protein aktif yang memacu reaksi-reaksi kimia dalam metabolisme sel Candida albicans, protein ini disebut sebagai enzim. Jika enzim terdenaturasi maka enzim tidak dapat bekerja dan metabolisme terganggu sehingga proses reproduksi pun terhambat (Dorman et al, 2000; Jawetz, 2007; Mooryati, 1998).

Denaturasi protein pada enzim-enzim eksternal yang diproduksi sel-sel Candida albicans

menyebabkan enzim-enzim tersebut tidak dapat mendegradasi (memecah) senyawa-senyawa kompleks yang terdapat di sekelilingnya menjadi senyawa-senyawa sederhana sehingga proses penyerapan nutrisi terganggu. Senyawa fenolik juga dapat mengganggu aktivitas enzim protease yang sangat dibutuhkan oleh Candida albicans sehingga mengakibatkan metabolismenya terganggu dan pertumbuhannya terhambat (Jawetz, 2007; Kusumaningtyas, 2005; Mooryati, 1998).

UCAPAN TERIMAKASIH

Kami ucapkan terima kasih kepada Dina Tri Amalia yang telah membantu terlaksananya penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. 2005. Kimia Dasar Jilid 1 Edisi 3. Erlangga. Jakarta. Hal 108-109

Dorland, W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Alih Bahasa Huriawati Hartanto,dkk. EGC.Jakarta.Hal 337.

Friedman, M., Henika, P.R., Mandrell, R.E. 2002. Bactericidal activities of plant essential oils and some of their isolated constituents against Campylobacter jejuni, Escherichia coli, Listeria monocytogenes, and Salmonella enterica. J. Food Prot. 65, 1545-1560.

Hidayat. 1996. Kandungan Daun Sirih. Dalam Lindawaty. 1997. Identifikasi Antioksidan Hasil Isolasi Dari Daun Sirih. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Hal 6.

Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., dkk. 2007. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology)Edisi 20. Alih Bahasa Edi Nugroho dan RF Maulany.EGC.Jakarta.Hal 54-629. Kusumaningtyas, E. 2005. Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel.

http://peternakan.litbang.deptan.go.id/publikasi/lokakarya/lkzo05-48.pdf. (Dikutip pada tanggal 17 Februari 2009).

Kuswadji. 2007. Candidosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. (Djuanda,A., Hamzah,M.,

Aisah,S). Edisi kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal 106-109. Mooryati, S. 1998. Alam Sumber Kesehatan. Balai Pustaka. Jakarta. Hal 347-349.

Nasution, M.A. 2005. Mikologi dan Mikologi Kedokteran Beberapa Pandangan Dermathologis. http://www.usu.ac.id/id/files/ppgb/2005/ppgb_2005_mansur_amirsyam_nasution.pdf . (Dikutip pada tanggal 17 Februari 2009)

Nurswida, I. 2008. Dekok (Air Rebusan) Daun Sirih (Piper betle Linn.) Mampu Menghambat Pertumbuhan Candida albicans. Dalam Hotamal, A. 2009. Uji Daya Hambat Air Rebusan Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans secara in vitro. Skripsi. Universitas Lampung. Hal 24-25.

Sudewo, B. 2005. Basmi Penyakit dengan Sirih Merah. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Suhartini, T. 1999. Study Beberapa Isolat Mikroba Asal Rongga Mulut Sebagai Uji Kepekaan Terhadap Daun Sirih (Piper betle L.). Skripsi. Universitas Padjajaran. Bandung. Hal. 101-102.

Suwardi. 2005. Kandungan Sirih Merah. Dalam Sudewo, B. 2005. Basmi Penyakit dengan Sirih Merah. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Tjampakasari, Conny Riana. 2006. Karakteristik Candida albicans. http//www.USU.ac.id. (Dikutip pada tanggal 17 Februari 2009).

Wardiyono. 2009. Piper betle. http//:toiusd.multiply.com/journal/item/282/Piper_ Betle. (Dikutip pada tanggal 19 Februari 2009).

Lampiran

Tabel 1.Diameter Zona Hambat Infusa Daun Sirih Hijau(Piper betle L.) terhadap

Candida albicans.

Pengulangan Diameter Zona Hambat (mm)

K 10% 20% 30% 40% 50% 1 0 0 0 9 11 13 2 0 0 0 9 10 12 3 0 0 0 9 11 12 4 0 0 0 9 10 13 5 0 0 0 9 10 13 Rerata 0 0 0 9 10,4 12,6 SD 0 0 0 0 0,54772 0,54772

Keterangan: k adalah kontrol berupa akuades steril diameter sumur = 8 mm

Tabel 2. Diameter Zona Hambat Infusa Daun Sirih Merah (Piper crocatum) terhadap Candida albicans.

Pengulangan Diameter Zona Hambat (mm)

k 10% 20% 30% 40% 50% 1 0 0 12 15 17 19 2 0 0 12 14 17 19 3 0 0 12 15 17 19 4 0 0 11 15 17 20 5 0 0 12 15 17 19 Rerata 0 0 11,8 14,8 17 19,2 SD 0 0 0,44721 0,44721 0 0,44721

Keterangan: k adalah kontrol berupa akuades steril diameter sumur = 8 mm

Tabel 3. Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) infusa daun sirih hijau Pengulangan Pengenceran Kontrol

50% 40% 30% 20% 10% (+) (-) 1 (-) (-) (-) (+) (+) (+) (-) 2 (-) (-) (-) (+) (+) (+) (-) 3 (-) (-) (-) (+) (+) (+) (-) 4 (-) (-) (-) (+) (+) (+) (-) 5 (-) (-) (-) (+) (+) (+) (-)

Keterangan : + = tabung keruh, ada pertumbuhan jamur - = tabung jernih, tidak ada pertumbuhan jamur Tabel 4. Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) infusa daun sirih merah

Pengulangan Pengenceran Kontrol

50% 40% 30% 20% 10% (+) (-)

1 (-) (-) (-) (-) (+) (+) (-)

2 (-) (-) (-) (-) (+) (+) (-)

4 (-) (-) (-) (-) (+) (+) (-)

5 (-) (-) (-) (-) (+) (+) (-)

Keterangan : (+) = tabung keruh, ada pertumbuhan jamur (-) = tabung jernih, tidak ada pertumbuhan jamur  

Pemberdayaan Anggota Kelompok Agroindustri Keripik dalam Program