• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1,Bandar Lampung 35145. Alamat korespondensi: pramono.e61@gmail.com. HP 08127912428

ABSTRAK

Kacang tanah, sebagai salah satu tanaman pangan penting, dapat dimanfaatkan sebagai pangan bagi manusia dan sebagai pakan bagi ternak. Biji kacang tanah dapat dimakan secara langsung oleh manusia atau dapat diolah untuk menghasilkan minyak kacang, sedangkan daunnya, ranting, kulit polong, dan ampas minyaknya dapat digunakan untuk membuat pakan ternak. Produksi kacang tanah menghadapi masalah rendahnya daya simpan benih. Dengan demikian, suatu penelitian yang berkaitan dengan daya simpan benih kacang tanah perlu dilakukan. Sebuah percobaan dengan lima varietas kacang tanah yang bertujuan untuk mengatahui nilai kesetaraan (NK) antara intensitas pengusangan cepat (IPC) dan periode simpan alamiah (PSA) pada benih kacang tanah telah dilakukan pada oktober 2008 sampai April 2009. Tiga macam IPC, yaitu intensitas pengusangan cepat kimiawi dengan uap jenuh etanol (IPCKU), intensitas pengusangan cepat kimiawi dengan larutan etanol (IPCKL), intensitas pengusangan cepat kimiawi secara fisik dengan suhu dan kelembaban tinggi (IPCF), dan satu periode simpan alamiah (PSA) diterapkan pada percobaan benih kacang tanah. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah (DB) yang dinyatakan sebagai persen kecambah normal. Data dianalisis dengan menggunakan regresi linear yang menghubungkan daya berkecambah sebagai sumbu Y dan PSA atau IPC sebagai sumbu X. Dengan membandingkan IPC dan PSA masing-masing pada nilai DB 80%, nilai kesetaraan antara IPC dengan PSA dapat diketahui.

Kata kunci: benih, kesetaraan, kacangtanah, pengusangan cepat

PENDAHULUAN

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah salah satu tanaman pangan penting yang dikembangkan di Indonesia. Biji kacang tanah dapat dikonsumsi secara langsung oleh manusia sebagai panganan dalam bentuk kacang garing atau diproses untuk menghasilkan minyak kacang, sedangkan kulit bijinya, batang dan daunnya, dan ampas minyaknya atau bungkilnya dijadikan bahan pembuat pakan ternak. Dalam pengembangannya, kacang tanah menghadapi kendala daya simpan benih yang rendah, sehingga hanya memiliki masa edar tiga bulan sejak pengujian (Departemen Pertanian RI, 1984). Benih kacang tanah dalam bentuk polong berkadar air awal 8- 9% yang disimpan selama 6 bulan pada ruang simpan ber-AC (bersuhu 23-26oC dan

berkelembaban 49-67%) telah mengalami penurunan daya berkecambahnya dari semula lebih dari 90.9% menjadi 46,7% (Kurniasari, Widayati, dan Budiarti, 1993). Oleh sebab itu, pengujian daya simpan menjadi sangat penting pada benih kacang tanah ini.

Pengujian daya simpan benih pada saat sebelum benih disimpan pada dasarnya adalah menguji daya simpan dugaan (DSD) dari suatu lot benih. Uji DSD tersebut dapat dilakukan dengan mengukur daya berkecambah dari suatu lot benih yang telah diberi perlakuan intensitas pengusangan cepat (IPC). Pengujian daya simpan ini menjadi sangat penting untuk benih yang

cepat mundur seperti kacang tanah ini. Pemberian perlakuan yang bertujuan untuk mengusangkan benih secara cepat dinamakan metode pengusangan cepat (MPC). Metode pengusangan cepat tersebut dapat menggunakan uap jenuh etanol (Sadjad, 1972), atau larutan etanol (Pramono, 2000a; b), atau suhu 41oC dan kelembaban nisbi 100% (Delouche dan Baskin,

1973). Metode pengusangan cepat yang menggunakan uap jenuh etanol dinamakan metode pengusangan cepat kimiawi uap etanol (MPCKU), metode pengusangan cepat yang menggunakan larutan etanol dinamakan metode pengusangan cepat kimiawi larutan etanol (MPCKL), dan metode pengusangan cepat yang menggunakan suhu 41oC dan kelembaban nisbi 100% dinamakan

metode pengusangan cepat fisik (MPCF). Kekuatan taraf perlakuan pengusangan dari MPC disebut intensitas pengusangan cepat (IPC). Makin tinggi IPC dikenakan pada benih makin besar tingkat keusangan atau kemunduran benih, sebagaimana makin lama periode simpan alamiah (PSA) yang diterapkan pada benih, kemunduran benih makin besar. Dengan demikian, intensitas pengusangan cepat (IPC) memiliki nilai kesetaraan dengan periode simpan alamiah (PSA).

Intensitas pengusangan cepat kimiawi dengan uap jenuh etanol (IPCKU) adalah periode waktu penderaan benih dengan uap jenuh etanol 95% (dalam satuan menit) (Sadjad, 1972; Pian, 1981; Saenong, 1986; Pramono, 1991), intensitas pengusangan cepat kimiawi larutan etanol (IPCKL) adalah besarnya konsentrasi larutan etanol yang digunakan untuk mendera benih dalam periode waktu tertentu (dalam satuan %) (Pramono, 2000a, b; Chazimah, 2000, Susana, 2003; Sulianti, 2004), dan intensitas pengusangan cepat fisik dengan suhu 41oC dan kelembaban 100% (IPCF) adalah periode waktu penderaan benih dengan suhu dan kelembaban tinggi (dalam satuan jam) (Abdul Kadir, 2001; Pramono, 2001; Sugiyanto, 2000; Herlambang, 2005). Untuk mendukung pengujian daya simpan dugaan benih dengan metode pengusangan cepat, nilai kesetaraan antara intensitas pengusangan cepat (IPC) dengan periode simpan alamiah (PSA) sangat diperlukan. Uap jenuh etanol 95% dapat mengusangkan atau memundurkan benih secara cepat, dengan gejala kemunduran yang serupa dengan kemunduran benih oleh periode simpan alamiah (Pian, 1981; Saenong, 1986). Secara alamiah, etanol di dalam benih merupakan salah satu hasil reaksi respirasi anaerobik yang terjadi dalam rangka untuk mempertahankan viabilitas benih itu sendiri (Bewley dan Black, 1985), akan tetapi etanol yang tertumpuk di dalam sel kemudian merusak membran sel dengan memisahkan komponen fosfolipidnya (Priestley dan Leopold, 1980).

Benih yang usang oleh IPCKU yang makin besar mengandung kadar etanol yang makin tinggi, mengalami tingkat kerusakan membrane selular makin besar, dan aktivitas respirasi yang makin rendah (Pian, 1981). Benih yang usang oleh periode simpan alamiah (PSA) yang makin lama mengandung kadar etanol makin tinggi, mengalami tingkat kerusakan membrane selular makin besar, dan viabilitas yang makin rendah (Saenong, 1986). Beberapa publikasi menyatakan bahwa penderaan benih dengan IPCKL yang makin tinggi menurunkan secara gradual viabilitas benih kedelai, (Chazimah, 2000; Pramono, 2000a; Pramono, 2000b), padi (Susana, 2003), dan kacang tanah (Sulianti, 2004). Penderaan fisik dengan IPCF makin tinggi juga menurunkan secara gradual viabilitas benih jagung (Sugiyanto, 2000), kedelai (Abdul Kadir, 2001; Pramono, 2001), dan kacang tanah (Herlambang, 2005).

Penelitian pada benih kedelai menunjukkan bahwa nilai kesetaraan antara IPCF dan PSA adalah 1 jam IPCF setara dengan 0,12-0,15 bulan PSA (Pramono, 2001), dan nilai kesetaraan antara IPCKL dengan PSA adalah 1% IPCKL setara dengan 0,46 bulan PSA (dengan peubah daya berkecambah), atau 1% IPCKL setara dengan 0,54 bulan PSA (dengan peubah persen kecambah normal kuat) (Pramono, 2000b). Jika setiap nilai kesetaraan antara IPCKL, IPCKU, dan IPCF tersebut dengan periode simpan alamiah (PSA) pada benih kacang tanah diketahui, maka pendugaan daya simpan benih kacang tanah dapat dilakukan dengan mudah menggunakan metode pengusangan cepat (MPC) tersebut, baik metode pengusangan cepat kimiawi dengan uap etanol (MPCKU), metode

pengusangan cepat kimiawi dengan larutan etanol (MPCKL), atau metode pengusangan cepat fisik dengan suhu dan kelembaban tinggi (MPCF).

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai kesetaraan (NK) antara intensitas pengusangan cepat kimiawi uap jenuh etanol 95% (IPCKU), intensitas pengusangan cepat kimiawi larutan etanol (IPCKL), dan intensitas pengusangan cepat fisik (IPCF), masing-masing dengan periode simpan alamiah (PSA) pada benih kacang tanah.

BAHAN DAN METODE

Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Benih Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada Oktober 2008 sampai dengan April 2009. Benih dari 5 varietas unggul kacang tanah, yaitu Gajah, Landak, Mahesa, Sima, dan Simpai, yang dipanen dari Kebun Balitbio Bogor pada 17 September 2008 digunakan sebagai bahan percobaan ini. Benih dari setiap varietas itu dibagi ke dalam empat kelompok untuk empat percobaan pemunduran viabilitas, yaitu pemunduran viabilitas dengan a) periode simpan alamiah (PSA) 0, 2, 4, dan 6 bulan; b) intensitas pengusangan cepat kimiawi dengan uap jenuh etanol 95% (IPCKU) 0, 15, 30, dan 45 menit; c) intensitas pengusangan cepat kimiawi dengan larutan etanol (IPCKL) 0, 5, 10, dan 15 persen; dan d) intensitas pengusangan cepat fisik (IPCF) 0, 48, 96, dan 144 jam.

Pada percobaan pemunduran viabilitas dengan periode simpan alamiah, benih kacang tanah yang masih dalam polongnya dikemas dalam kantung plastik rapat, lalu diletakkan dalam ruang penyimpanan yang bersuhu kamar. Viabilitas benih dilihat dengan uji daya berkecambah pada setiap akhir periode simpan 0, 2, 4, dan 6 bulan. Pada percobaan pemunduran viabilitas dengan IPCKU, benih kacang tanah diimbibisikan selama 10 jam dalam kertas merang lembab, kemudian didera dengan uap jenuh etanol 95% dalam wadah tuperware kedap udara untuk pengusangan cepat. Perlakuan intensitas pengusangan cepat kimiawi uap etanol (IPCKU) yang diterapkan adalah 0, 15, 30, dan 45 menit. Viabilitas benih dilihat dengan uji daya berkecambah pada setiap akhir perlakuan IPCKU tersebut. Pada percobaan pemunduran viabilitas dengan IPCKL, benih kacang tanah diimbibisikan pada kertas merang yang dilembabi dengan larutan etanol selama 10 jam. Konsentrasi etanol dalam kertas merang lembab itu merupakan intensitas pengusangan cepat kimiawi larutan etanol (IPCKL) yaitu 0, 5, 10, dan 15 %. Viabilitas benih dilihat dengan uji daya berkecambah pada setiap akhir perlakuan IPCKL tersebut. Pada percobaan pemunduran viabilitas benih dengan IPCF, benih kacang tanah dimasukkan dalam wadah tuperware yang jenuh uap air dan tertutup rapat, dan dimasukkan dalam oven bersuhu 41OC. Perlakuan intensitas pengusangan cepat fisik (IPCF) yang diberikan adalah 0, 48, 96, dan

144 jam. Viabilitas benih dilihat dengan uji daya berkecambah pada setiap akhir perlakuan IPCF tersebut. Setiap percobaan itu dilakukan dalam tiga ulangan. Uji daya berkecambah dilakukan dengan metode UKDdp (uji kertas digulung dilapisi plastik dan didirikan) menurut Sadjad (1972) dalam germinator tipe IPB 73-2B. Dalam uji daya berkecambah ini, setiap ulangan menggunakan 25 butir benih. Daya berkecambah dinyatakan sebagai persen kecambah normal.

Data daya berkecambah yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan regresi linear Y= a – bX, yang menghubungkan antara daya berkecambah sebagai Y dan perlakuan PSA, atau IPCKU, atau IPCKL, atau IPCF sebagai sumbu X, dengan tahapan sebagai berikut:

a) Dalam analisis regresi tersebut, dilakukan pengubahan skala dengan faktor pengali tertentu pada sumbu X untuk menghasilkan slope garis linear dari PSA dan slope garis linear dari IPC yang homogen. Homogenitas slope garis linear dari PSA dan slope garis linear dari IPC tersebu dilihat dengan statistic uji t-student pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1976) dengan perhitungan sebagai berikut:

| |bb11––bb2|2| t t--hhiittuunng=g=   √ √(S(Sgg22((11//ΣΣxx 1 12 2 + +11////ΣΣxx222 2 ) ) ddaann     ( (nn11--11))SSyy..xx((11))22 ++((nn22--11))SSyy..xx((22))22 S Sgg22== ( (nn11++nn22––44))

b1 adalah slope garis YPSA dan b2 adalah slope garis YIPC, SSyy..xx((11))22 ddaann SSyy..xx((22))22 mmaassiinngg--mmaassiinngg

a

addaallaahhrraaggaammddaarrii YPSA dan YIPC , dan n1 = n2 = 3 yaitu banyaknya ulangan. Jika t-hitung lebih

kecil dari t-tabel 0,025 dengan derajad bebas 4, yaitu 2,78, maka slope dari dua garis linear YPSA dan YIPC adalah homogen.

b) Dari garis YPSA = a – b XPSA dan YIPC = a – b XIPC yang nilai slopenya homogen itu dihitung nilai

XPSA dan nilai XIPC pada nilai daya berkecambah benih (Y) 80%.

c) Garis YPSA = a – b XPSA dan YIPC = a – b XIPC yang homogen itu kemudian digambar dalam grafik.

d) Nilai kesetaraan antara IPC dan PSA adalah perbandingan antara XIPC dan XPSA pada suatu nilai

Y = 80% tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daya berkecambah benih rata-rata dari lima varietas kacang tanah yang diukur pada setiap akhir perlakuan periode simpan alamiah maupun perlakuan intensitas pengusangan cepat disajikan pada Tabel 1. Daya berkecambah rata-rata benih pada perlakuan control (0 bulan, 0 menit, 0%, dan 0 jam) adalah 99,20%. Daya berkecambah awal tersebut selanjutnya menurun secara gradual oleh periode simpan alamiah menjadi tinggal 29,33% setelah perlakuan PSA 6 bulan, menjadi 29,87% setelah perlakiuan IPCKU 45 menit, menjadi 77,60% setelah perlakuan IPCKL 15%, dan menjadi 80,88% setelah perlakuan IPCF 144 jam.

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa dibandingkan dengan nilai DB benih setelah perlakuan PSA 6 bulan, DB benih setelah perlakuan IPCKU 45 menit hampir sama dengan PSA 6 bulan, DB benih setelah perlakuan IPCKL 15% lebih rendah daripada oleh PSA 6 bulan atau hampir sama dengan PSA 4 bulan, dan DB benih setelah perlakuan IPCF 144 jam lebih rendah dari PSA 6 bulan atau hampir sama dengan PSA 2-4 bulan. Dengan kata lain, data tersebut juga menunjukkan bahwa tingkat kemunduran benih oleh perlakuan PSA 6 bulan; hampir sama tingkat kemunduran benih oleh perlakuan IPCKU 45 menit, lebih tinggi daripada tingkat kemunduran benih oleh perlakuan IPCKL 15% maupun IPCF 144 jam. Kekuatan pemunduran IPCKL 15% hampir sama dengan PSA 4 bulan, dan IPCF 144 jam hampir sama dengan PSA 2-4 bulan. Untuk melihat nilai kesetaraan antara PSA dengan IPCKU, IPCKL, dan IPCF selanjutnya data pada Tabel 1 di atas dianalisis dengan regresi linear dengan nilai DB sebagai Y dan nilai PSA, IPCKU, IPCKL, dan IPCF sebagai sumbu X. Skala pada sumbu X (XPSA atau XIPC) diubah menjadi bilangan bulat positif

terendah 0, 1, 2, dan 3 dan dikalikan dengan suatu faktor (fakto pengali) tertentu, seperti disajikan pada Gambar 1, 2, 3, dan 4, sehingga diperoleh dua garis linear dengan nilai-nilai slope

regresi yang homogen.

Gambar 1 menampilkan garis hubungan antara persen kecambah normal (pada sumbu Y) dan PSA dengan faktor pengali 2 bulan dan persen kecambah normal dan IPCKU dengan faktor pengali 15 menit, yaitu YPSA = 109,31 – 22,96 XPSA, dan YIPCKU = 107,15 – 23,12 XIPCKU. Kedua garis lurus

tersebut memiliki slope yang homogen (Tabel 2). Gambar 2 menunjukkan garis hubungan antara persen kecambah normal (pada sumbu Y) dengan PSA pada sumbu X (dengan faktor pengali 4/7 bulan), YPSA = 109,31 – 6,56 XPSA, dan persen kecambah normal dan IPCKL (pada sumbu X dengan

factor pengali 5%), YIPCKL = 101,66 – 6,75 XIPCKL. Slope garis YPSA dan YIPCKL tersebut adalah

homogen (Tabel 2). Gambar 3 menunjukkan garis hubungan antara persen kecambah normal (pada sumbu Y) dengan PSA (pada sumbu X (dengan faktor pengali 4/7 bulan), YPSA = 109,31 –

6,56 XPSA, dan hubungan antara persen kecambah normal (pada sumbu Y) dengan IPCF (pada

sumbu X dengan faktor pengali 48 jam), YIPCF = 95,52 – 6,49 XIPCF. Slope garis YPSA dan YIPCF

(Gambar 3) tersebut adalah homogen (Tabel 2).

Dua slope garis lurus yang homogen berarti slope garis lurus pertama tidak berbeda dengan slope garis lurus kedua. Dua garis lurus dengan nilai slop yang tidak berbeda adalah dua garis yang berimpit (bila nilai koefisien a kedua garis adalah sama), atau dua garis yang sejajar (bila nilai koefisien a kedua garis adalah tidak sama). Karena slope YPSA dan slop YIPC sama maka penurunan

nilai Y oleh faktor X tertentu akan setara, sehingga nilai kesetaraan antara XPSA dan XIPC dapat

dihitung (Tabel 3). Nilai kesetaraan antara IPCKU, IPCKL, dan IPCF masing-masing dengan PSA adalah tidak sama (Tabel 3).

Nilai kesetaraan antara IPC dan PSA dihitung dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai XIPCKU, XIPCKL, XIPCF , dan XPSA masing-masing pada suatu nilai Y tertentu, yaitu Y = 80% seperti

disajikan pada Tabel 3. Pada Y=80%, nilai XPSA adalah [(109,31-80)/22,96] x 2 bulan (faktor

pengali) = 2,55 bulan. Dengan cara yang sama XIPCKU, XIPCKL, dan XIPCF pada Y=80% dapat dihitung

juga. Nilai kesetaraan antara IPC dengan PSA dilakukan dengan membagi XIPC menjadi 1 satuan

dan membagi XPSA/XIPCF (Tabel 3).

Perhitungan yang disajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa 1 menit IPCKU setara 0,15 bulan PSA, 1% IPCKL setara 0,16 bulan PSA, dan 1 jam IPCF setara 0,02 bulan PSA. Nilai-nilai kesetaraan tersebut diukur dengan peubah persen kecambah normal dari uji daya berkecambah. Ini berati pengujian daya simpan benih kacang tanah dengan metode pengusangan cepat, baik MPCKU, MPCKL, maupun MPCF dapat dilakukan dengan peubah persen kecambah normal tersebut. Sebagai contoh, nilai kesetaraan 1 menit IPCKU setara 0,15 bulan PSA berarti bila benih yang masih dalam status viabilitas periode II atau periode penyimpanan (Sadjad, 1989) didera dengan uap jenuh etanol 95% selama 1 menit setara dengan benih tersebut disimpan selama 0,15 bulan dalam kondisi alamiah (tanpa perlakuan modifikasi ruang simpan). Nilai kesetaraan ini hanya berlaku untuk benih kacang tanah. Untuk benih dari jenis lainnya, seperti jagung atau kedelai, tentu memerlukan nilai kesetaraan tersendiri khusus untuk benih itu. Sebagai contoh, untuk benih kedelai nilai kesetaraan antara IPCF dan PSA adalah 1 jam IPCF setara 0,12 – 0,15 bulan PSA (Pramono, 2001), 1% IPCKL setara 0,46 bulan PSA (jika menggunakan peubah persen kecambah normal) atau 1% IPCKL setara 0,54 bulan PSA (jika menggunakan peubah kecambah normal kuat) (Pramono, 2000b).

KESIMPULAN

Nilai kesetaraan antara intensitas pengusangan cepat (IPC) dengan periode simpan alamiah (PSA) untuk benih kacang tanah menggunakan peubah daya berkecambah atau persen kecambah normal adalah a) 1 menit intensitas pengusangan cepat kimiawi dengan uap jenuh etanol 95% (IPCKU) setara 0,15 bulan periode simpan alamiah (PSA), b) 1% intensitas pengusangan cepat kimiawi dengan larutan etanol (IPCKL) setara dengan 0,16 bulan PSA, dan c) 1 jam intensitas pengusangan cepat fisik (IPCF) dengan suhu 41oC dan kelembaban nisbi 100% setara dengan 0,02 bulan PSA.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian Universitas Lampung yang telah memberikan dana bagi penelitian ini melalui DIPA Unila Tahun 2008.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir. 2001. Studi daya tahan deraan secara fisik pada benih dua varietas kedelai (Glycine max [L.] Merril). Skripsi. Fak. Pertanian Univ. Lampung. Bandar Lampung. 59 hlm. Tidak dipublikasikan.

Bewley, J.D. and M. Black. 1985. Seeds: Physiology of Development dan Germination. Plenum Press. New York and London. 367 pp.

Chazimah, N. 2000. Pengaruh penderaan dengan larutan etanol terhadap kemunduran benih kedelai (Glycine max [L.] Merr.). Skripsi. Fak. Pertanian Univ. Lampung. Bandar Lampung. 70 Hlm. Tidak dipublikasikan.

Delouche, J.C., and C.C. Baskin. 1973. Accelerated ageing techniques for predicting the relative storability of seed lots. Seed. Sci. and Technol. 1:427-452.

Departemen Pertanian RI. 1984. Pedoman Sertifikasi Benih. Ditjen. Pertanian Tanaman Pangan. Dit. Bina Produksi Tanaman Pangan. Jakarta.

Gomez, K.A., and A.A. Gomez. 1976. Statistical Procedures for Agriculture Research. The Intl. Rice Research Inst. Los Banos. Laguna. Philippines. pp. 290.

Herlambang, D. 2005. Pengaruh lama penderaan secara fisik terhadap viabilitas benih dua varietas kacang tanah. Skripsi. Fakultas Pertanian Univ. Lampung. Bandar Lampung. 105 Hlm. Tidak dipublikasikan.

Kurniasari, D., E. Widayati, T. Budiarti. 1993. Pengaruh komposisi gas dan kondisi benih terhadap viabilitas benih kacang tanah selama penyimpanan. Keluarga Benih. IV (1):62-

70.

Pian, Z.A. 1981. Pengaruh uap etil alkohol terhadap viabilitas benih jagung (Zea mays L.) dan

pemanfaatannya untuk menduga daya simpan benih. Disertasi. Fak. Pascasarjana IPB. Bogor. 279 Hlm. Tidak dipublikasikan.

Pramono, E. 1991. Penggunaan nilai delta dan nilai rasio viabilitas untuk menduga daya konservasi pratanam benih kedelai (Glycine max [L.] Merr.). Tesis. Fakultas

Pascasarjana IPB. Bogor. 103 hlm. Tidak dipublikasikan.

Pramono, E. 2000a. Efektivitas desikan arang kayu dalam mempertahankan vigor daya simpan benih kedelai (Glycine max [L.] Merr.). Pros. Sem. Hasil-hasil Penelitian Dosen Univ. Lampung. Bandar Lampung. Hlm. 85-94.

Pramono, E. 2000b. Pendugaan daya simpan benih kedelai dengan metode pengusangan cepat kimiawi. Prosiding Seminar Nasional III Pengembangan Wilayah Lahan Kering secara

Berkelanjutan untuk mendukung otonomi Daerah. Halaman 180-187. Universitas

Lampung.

Pramono, E. 2001. Kesetaraan antara deteriorasi dan devigorasi dari metode pengusangan cepat fisik pada benih kedelai (Glyicine max [L.] Merril). Agrin 5:18-25.

Sadjad, S. 1972. Kertas merang untuk uji viabilitas benih di Indonesia: Beberapa penemuan dalam bidang teknologi benih. Disertasi. Fak. Pascasarjana IPB. Bogor. 281 Hlm. Tidak dipublikasikan.

Sadjad, S. 1989. Konsepsi Steinbauer-Sadjad sebagai landasan matematika benih di Indonesia. Orasi Ilmiah. Institut Pertanian Bogor. 42 Hlm.

Saenong, S. 1986. Kontribusi vigor awal terhadap daya simpan benih jagung (Zea mays L.) dan

kedelai (Glycine max [L.] Merr.) . Disertasi. Fak. Pascasarjana IPB. Bogor. 200 hlm.

Sugiyanto. 2000. Pengaruh lama penderaan secara fisik terhadap kemunduran benih dua varietas jagung (Zea mays L.). Skripsi. Fak. Pertanian Univ. Lampung. Bandar Lampung.

73 hlm. Tidak dipublikasikan.

Susana, D. 2003. Pengaruh konsentrasi etanol terhadap vigor benih empat varietas padi (Oryza sativa L.). Skripsi. Fak. Pertanian Univ. Lampung. Bandar Lampung. 101 hlm. Tidak dipublikasikan.

Sulianti, W. 2004. Pengaruh penderaan dengan larutan etanol terhadap vigor benih tiga varietas kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Skripsi. Fak. Pertanian Univ. Lampung. Bandar Lampung. 95 hlm. Tidak dipublikasikan.

Gambar dan Tabel

Tabel 1. Daya berkecambah (DB) rata-rata benih kacang tanah setelah perlakuan periode simpan alamiah (PSA) atau intensitas pengusangan cepat (IPC)

PSA (bulan) DB (%) IPCKU (menit) DB (%) IPCKL (%) DB (%) IPCF (jam) DB (%)

0 99,20 0 99,20 0 99,20 0 99,20

2 95,47 15 92,00 5 96,00 48 88,26

4 75,47 30 68,80 10 93,33 96 78,93

6 29,33 45 29,87 15 77,60 144 80,66

Keterangan: IPCKU = intensitas pengusangan cepat kimiawi uap jenuh etanol 95%; IPCKL = intensitas pengusangan cepat kimiawi larutan etanol; IPCKF = intensitas pengusangan cepat fisik.

   

Tabel 2. Pengujian homogenitas dengan statistic uji t-student (t-hitung) untuk slope dari YPSA dan

YIPC(KU)(KL)(F) Sumbu X

adalah

Faktor pengali skala sumbu X

Persamaan garis linear; Y=a-bX

t-hitung (bPSA- bIPC)

t-tabel (0,025; db=4) PSA 2 bulan YPSA = 109,31 – 22,96 XPSA

IPCKU 15 menit YIPCKU = 107,15 – 23,12XIPCKU

0,02 2,78

PSA 4/7 bulan YPSA = 109,31 – 6,56 XPSA

IPCKL 5% YIPCKL = 101,66 – 6,75 XIPCKL

0,04 2,78

PSA 4/7 bulan YPSA = 109,31 – 6,56 XPSA

IPCF 48 jam YIPCF = 95,52 – 6,49 XIPCF

0,01 2,78

Keterangan: PSA = periode simpan alamiah; IPCKU = intensitas pengusangan cepat kimiawi uap jenuh etanol 95%; IPCKL = intensitas pengusangan cepat kimiawi larutan etanol; IPCF = intensitas pengusangan cepat fisik

Tabel 3. Nilai kesetaraan antara IPCKU, IPCKL, IPCF dengan PSA dihitung dengan membandingkan nilai XIPCKU, XIPCKL, dan XIPCF dengan XPSA pada nilai Y = 80%

Sumbu X adalah

Faktor pengali untuk sumbu X

Persamaan garis linear;

Y=a - bX Nilai X pada Y=80% Nilai kesetaraan

PSA 2 bulan YPSA = 109,31 – 22,96 XPSA 2,55

IPCKU 15 menit YIPCKU = 107,15 – 23,12 XIPCKU 17,61 1 menit IPCKU setara 0,15 bulan PSA

PSA 4/7 bulan YPSA = 109,31 – 6,56 XPSA 2,55

IPCKL 5% YIPCKL = 101,66 – 6,75 XIPCKL 16,05 1 % IPCKL setara 0,16 bulan PSA

PSA 4/7 bulan YPSA = 109,31 – 6,56 XPSA 2,55

IPCF 48 jam YIPCF = 95,52 – 6,49 XIPCF 114,79 1 jam IPCF setara 0,02 bulan PSA

Keterangan: PSA = periode simpan alamiah; IPCKU = intensitas pengusangan cepat kimiawi uap jenuh etanol 95%; IPCKL = intensitas pengusangan cepat kimiawi larutan etanol; IPCF = intensitas pengusangan cepat fisik

Gambar 1. Hubungan antara intensitas pengusangan cepat kimiawi uap (IPCKU) etanol ()dan periode simpan alamiah (PSA) (---) masing-masing dengan persen kecambah normal benih kacang tanah

Gambar 2. Hubungan antara persen kecambah normal dengan periode simpan alamiah (PSA x 4/7 bulan) (---)dan intensitas pengusangan cepat kimiawi larutan etanol (IPCKL x 5%) ()

Gambar 3. Hubungan antara persen kecambah normal dengan periode simpan alamiah (PSA x 4/7 bulan) (---) dan intensitas pengusangan cepat kimiawi larutan etanol (IPCF x 48jam) ().

EFEK ANTIFUNGI DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L) DAN DAUN