• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Define (Pendefinisian)iii

Sebagai tahap awal untuk membuat e-modul, tahap define terdiri dari lima bagian proses analisis yakni analisis ujung-depan, analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas dan merumuskan tujuan pembelajaran (Mi’rojiah, M.L.

2016, hlm. 219). Analisis ujung-depan dilakukan dengan cara memberikan angket analisis kebutuhan kepada guru kimia yang bertujuan untuk mengenali

masalah dasar yang dialami pendidik serta menyimpulkan apakah diperlukan suatu pengembangan modul pembelajaran atau tidak.

Hasil dari analisis ujung-depan didapatkan kesimpulan bahwa dibutuhkan pengembangan berupa e-modul pada materi sifat koligatif larutan berbasis SETS. Hal itu dikarenakan buku pelajaran yang disediakan oleh sekolah juga kurang menarik untuk dibaca dan kurang memenuhi pemahaman konsep bagi siswa. Sehingga, dibutuhkan sumber belajar lain untuk mendukung proses pembelajaran. Salah satu bahan dan sumber belajar yang diperlukan yaitu modul elektronik yang diharapkan membantu siswa untuk dapat belajar secara mandiri dan lebih bersemangat. Anggapan tersebut sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa modul elektronik bisa dijadikan salah satu solusi agar siswa lebih berminat dengan pembelajaran modul karena modul elektronik bisa menjadi suatu media interaktif yang dapat disisipi gambar, animasi, audio dan video (Herawati, Muhtadi, 2018, hlm.

182). Selain modul elektronik yang bisa memudahkan siswa untuk belajar, juga diperlukan pembelajaran kimia berbasis SETS yang mengintegrasikan pembelajaran kimia dengan teknologi, lingkungan dan masyarakat.i

Hasil analisis peserta didik didapatkan kesimpulan bahwa siswa tidak suka membaca buku kimia karena cenderung monoton. Dalam proses pembelajaran, rata-rata siswa juga tidak bersemangat ketika belajar materi kimia. Siswa akan lebih bersemangat jika materi kimia disajikan dengan ringkas dan mudah dipahami, menggunakan media dan metode pembelajaran yang menarik, serta penjelasan materi yang lebih realistis dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga tidak suka membaca buku kimia karena terlalu banyak penjelasan, bahasanya sulit dipahami, kurangnya gambar dan monoton.

Kebanyakan siswa lebih suka memanfaatkan smartphonenya untuk membuka aplikasi pembelajaran. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa diperlukan pengembangan berupa modul elektronik.

Tahap selanjutnya adalah analisis konsep. Tahap ini memiliki tujuan untuk menganalisis konsep-konsep dasar yang akan diajarkan. Tahap analisis

konsep merupakan suatu prosedur penting dalam mewujudkan konsep atas materi-materi untuk mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar (Mi’rojiah, 2016, hlm. 219). Analisis konsep terdiri dari analisis kompetensi dasar serta analisis materi. Analisis kompetensi dasar dilakukan berdasarkan permendikbud tentang KI dan KD. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh kompetensi dasar untuk materi sifat koligatif larutan yaitu KD 3.1, 3.2, 4.1 dan 4.2 (Permendikbud, 2016, hlm. 5). Setelah itu ditetapkan indikator pencapaian kompetensi yang bertujuan untuk mencapapai kompetensi dasar tersebut.

Kompetensi Dasar (KD) 3.1 menuntut siswa untuk menganalisis fenomena sifat koligatif larutan (penurunan tekanan uap jenuh, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis). Pada kompetensi dasar (KD) 4.2 siswa dituntut untuk menyajikan hasil pencarian informasi terkait kegunaan prinsip sifat koligatif larutan dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi Dasar tersebut memfokuskan pada pengalaman siswa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik melalui kegiatan mencari tahu. Sehingga pembelajaran SETS sejalan dengan kompetensi yang diharapkan, karena selain untuk mengajak siswa mencari tahu informasi aplikasi sifat koligatif dalam kehidupan juga diharapkan bisa menghubungkannya dengan bidang ilmu lainnya seperti teknologi, lingkungan dan masyarakat.

Langkah selanjutnya ialah analisis materi. Analisis materi dilakukan berdasarkan KD dan indikator yang telah dibuat. Peneliti mengumpulkan serta mengidentifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk menyusun materi sifat koligatif larutan beserta unsur-unsur SETS, kemudian menghimpunnya kedalam suatu susunan materi belajar. Materi sifat koligatif larutan merupakan salah satu kompetensi yang harus dicapai peserta didik. Materi ini tidak hanya memuat konsep dan teori kimia saja, namun juga memuat aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik dalam pembelajaran sifat koligatif ialah

dapat menyajikan hasil penelusuran informasi terkait kegunaan prinsip sifat koligatif larutan dalam kehidupan sehari-hari (Permendikbud, 2016, hlm. 5).

Sehingga materi ini cocok diintegrasikan dengan SETS yang mengkaitkan antara sains, teknologi, lingkungan, dan masyarakat. Selain menganalisis materi, pada tahap ini juga dilakukan pemilihan video-video pembelajaran yang mendukung penyampaian materi berbasis SETS.

Berbekal dari tahap analisis konsep, kemudian dilakukan tahap analisis tugas yang merupakan gambaran cakupan tugas yang akan dimuat pada modul yang dikembangkan. Penyusunan daftar tugas didasari atas kompetensi dasar (KD) dan indikator pencapaian kompetensi (IPK) yang telah ditetapkan.

Analisis tugas tersebut terdiri dari latihan-latihan atau kegiatan siswa yang akan dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan analisis konsep dan analisis tugas yang telah dibuat, kemudian dilakukanlah perumusan tujuan pembelajaran yang ditetapkan untuk setiap kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan menggunakan format tabel yang meliputi KD, IPK, dan rumusan tujuan pembelajaran yang tertera pada Lampiran 6.

2. Design (Perancangan)

Pada tahap perancangan, dilakukan 3 jenis kegiatan yakni penyusunan tes acuan patokan (evaluasi), pemilihan media dan pemilihan format. Dalam penelitian ini, peneliti menyusun evaluasi dengan dua jenis tes yaitu berupa penyusunan tugas dan latihan serta evaluasi akhir pembelajaran. Tugas dan latihan soal pada modul disusun berdasarkan analisis tugas yang telah dilakukan pada tahap pendefinisian. Tugas yang dimaksud dalam modul ialah kegiatan siswa berdiskusi yang dikemas dalam bentuk “ayo mencari tahu”, kegiatan praktikum yang dikemas dalam bentuk “ayo bereksperimen” serta kegiatan siswa untuk menjawab soal-soal terkait yang dikemas dalam bentuk

“ayo berlatih”. Sementara itu, evaluasi akhir yang terdapat pada modul disusun berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah dibuat pada

tahap awal. Evaluasi akhir pada modul tersaji dalam bentuk soal pilihan ganda yang terhubung langsung dengan google form.

Selain dilakukan penyusunan tugas, juga dilakukan pemilihan media untuk menunjang kelengkapan dalam penyusunan modul pembelajaran.

Pemilihan media pada penelitian pengembangan ini terdiri dari 2 kategori, yaitu pemilihan alat dan bahan percobaan serta pemilihan software yang akan digunakan untuk mengubah modul menjadi bentuk elektronik. Alat dan bahan percobaan yang dipilih disesuaikan dengan kegiatan praktikum yang telah direncanakan pada tahap analisis tugas sebelumnya. Sementara itu, software yang dipilih untuk mengubah bentuk modul menjadi elektonik yaitu Flip PDF Coorporate versi 2.4.9.31. Pemilihan software tersebut didasarkan atas kemudahan dalam penggunaannya, dapat menampilkan video dan audio dalam bentuk offline maupun online, serta dapat menampilkan modul dalam bentuk flip maupun slide.

Setelah penyusunan tugas dan pemilihan media dilakukan, kegiatan selanjutnya ialah pemilihan format. Pemilihan format berfungsi untuk mengatur tampilan dan struktur modul. Ukuran kertas yang dipilih yaitu A4 dengan orientasi portrait. Kemudian, jenis huruf yang dipilih yaitu Britanic Bold untuk judul dan sub judul dan Constantia untuk isi/uraian materi pada modul. Untuk bab ukuran hurufnya ialah 16, untuk sub-bab 14, untuk isi 12 dan 10 untuk keterangan gambar atau tabel. Jenis huruf yang digunakan pada isi modul atau uraian materi hanya 2 jenis huruf non-dekoratif. Penggunaan jenis huruf yang tidak banyak variasi bertujuan agar siswa tidak terganggu dalam menyerap materi atau informasi yang tersedia dan tidak mengurangi tingkat keterbacaan susunan teks dalam modul (Djuandi, 2014, hlm. 5).

Organisasi isi modul untuk setiap kegiatan pembelajaran dibuat serupa yaitu terdiri dari tujuan pembelajaran, uraian materi, ayo mencari tahu, ayo berlatih ataupun ayo bereksperimen dan rangkuman. Khusus bagian terakhir modul terdapat evaluasi akhir beserta kunci jawaban, daftar pustaka dan glosarium. Pemilihan susunan isi modul tersebut didasari atas teori yang

mengatakan bahwa dalam menyusun modul kita perlu menggunakan salah satu variasi secara konsisten agar struktur modul tetap sistematis (Prastowo, A, 2015/2012, hlm. 118). Pada bagian materi, terdapat aplikasi yang dihubungkan dengan unsur-unsur SETS beserta tautan informasi terkait aplikasi yang sedang dibahas sehingga diharapkan dapat menambahkan pengetahuan siswa di berbagai bidang pengetahuan. Kemudian terdapat tokoh kimia dan bagian “tahukah kamu” untuk memperoleh pengetahuan tambahan terkait materi yang sedang dipelajari.

Setelah ketiga kegiatan diatas selesai dilakukan, langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah membuat desain isi modul dengan bantuan software adobe photoshop CC 2015 dan Canva. Setelah itu, dilakukan penyususan isi modul sesuai dengan sistematika yang telah ditetapkan pada tahap pemilihan format menggunakan software Microsoft Office 2010 sehingga terciptanya modul pembelajaran sebagai rancangan awal sebelum divalidasi oleh ahli.

Rancangan modul dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian inti modul, dan bagian penutup sesuai dengan teori Daryanto (2013, hlm. 40). Bagian pendahuluan terdiri dari kata pengantar, daftar isi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, petunjuk penggunaan modul serta peta konsep. Bagian inti modul berisi tujuan pembelajaran, isi/materi pelajaran berbasis SETS yang akan dipelajari, dilengkapi dengan tugas/kegiatan dan latihan siswa serta rangkuman pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Sementara itu, bagian akhir modul berisi evaluasi akhir modul beserta kunci jawabannya, glosarium, daftar pustaka dan profil penulis.

Selama tahap perancangan tersebut terdapat beberapa revisi yang diberikan pembimbing. Revisi yang paling siginifikan ialah terkait perubahan jumlah kegiatan pembelajaran. Pada mulanya, terdapat 4 kegiatan pembelajaran pada modul, yaitu satuan konsentrasi larutan, fenomena sifat koligatif larutan, sifat koligatif larutan elektrolit non elektrolit serta aplikasi sifat koligatif larutan. Kemudian berubah menjadi 2 kegiatan pembelajaran

yaitu fenomena dan aplikasi sifat koligatif larutan serta sifat koligatif larutan elektrolit dan non elektrolit. Penggabungan antara materi fenomena dan aplikasi sifat koligatif larutan didasari atas KD 3.2 dan 4.2 yang tercantum dalam permendikbud memiliki satu kesatuan dan saling mendukung.

(a) (b)

Gambar 4.26 (a) Jumlah kegiatan pembelajaran sebelum revisi (b) Setelah revisi

Selain itu, terdapat perubahan pada unsur-unsur SETS di setiap aplikasi. Peneliti lebih mengeksplorasi unsur SETS sehingga unsur-unsur SETS pada setiap aplikasi lebih dominan karena menjadi kekuatan modul yang dikembangkan. Evaluasi akhir pada modul juga direvisi sehingga soal-soal yang ada tidak hanya terkait sifat koligatif larutan saja melainkan juga berkaitan dengan aspek aspek SETS. Peta konsep juga diubah sesuai dengan materi yang terdapat dalam modul. Kemudian Bahasa dalam modul diubah menjadi lebih komunikatif. Hal ini didasari atas penelitian yang mengatakan bahwa penggunaan bahasa yang komunikatif akan membuat pembaca tidak merasa bosan (Lubis, Desnita, & Permana, 2016 hlm. 55).

(a) (b)

Gambar 4.27 (a) Bahasa belum komunikatif (b) Bahasa lebih komunikatif

3. Develop (Pengembangan)

Terdapat 2 kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan yakni validasi dan uji coba terbatas.iii

a) Validasi

Rancangan awal modul yang telah selesai perlu divalidasi terlebih dahulu. Proses validasi dilakukan oleh 2 orang dosen pendidikan kimia dan 1 guru mata pelajaran kimia. Komponen serta butir instrumen penilaian kelayakan modul diadaptasi dari BSNP tentang panduan penilaian buku teks pelajaran kimia untuk siswa tingkat Sekolah Menengah Atas atau sederajat. Penilaian kelayakan modul terdiri dari apek kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan kebahasaan, dan kelayakan kegrafisan, sama seperti penelitian yang dilakukan Amrullah, Hadisaputro, dan Kusmadi (2017, hlm. 1875). Sementara, aspek-aspek penilaian pembelajran berbasis SETS didaptasi dan dikembangkan dari karakteristik pembelajaran SETS berdasarkan penelitian Rahmah, Mulyani, & Masyikuri (2017, hlm. 60).

Selama proses validasi, peneliti memperoleh berbagai masukan dari validator dengan tujuan untuk meningkatkan kelayakan modul. Saran yang paling dominan yaitu terkait aspek-aspek SETS (Science, Environment, Technology, Society) yang harus dikembangkan lagi pada setiap aplikasi/wacana yang terdapat dalam modul sehingga sesuai dan memenuhi karakteristik SETS yaitu kontekstual, menghubungkan antar unsur SETS, aplikasi teknologi, dampak positif dan negatif, serta solusi dari dampak negatif yang ditimbulkan (Rahmah, dkk., 2017 hlm. 60).

Setiap aplikasi yang terdapat dalam modul seharusnya memenuhi kelima karakteristik SETS yang telah dipaparkan di atas. Alasannya, karena modul yang dikembangkan berbasis SETS, maka yang menjadi kekuatan pada modul ini adalah aspek SETS nya. Pertama, berkaitan dengan karakteristik kontekstual. Artinya isi modul perlu menyajikan fenomena sifat koligatif larutan berdasarkan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini peneliti memberikan contoh fenomena-fenomena sifat koligatif yang bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya penambahan bumbu pada proses memasak yang menyebabkan kenaikan titik didih, adanya zat antibeku dalam tubuh hewan kutub sehingga hewan tersebut bisa bertahan hidup dan lain sebagainya, dalam modul contohnya terdapat di halaman 2.

Kedua, berkaitan dengan karakteristik hubungan antar unsur SETS. Dalam hal ini isi modul dibuat dengan menyajikan hubungan antara konsep sains (sifat koligatif larutan), penggunaan teknologi, dampaknya terhadap lingkungan serta manfaatnya untuk masyarakat menjadi satu kesatuan wacana. Sebagai contoh pada aplikasi tekanan osmosis yaitu pembuatan selai yang terdapat di halaman 37 dalam modul, terkait aspek sains dijelaskan bahwa penambahan gula pada pembuatan selai penting untuk pengawetan karena adanya proses krenasi yaitu air dari dalam sel bakteri bergerak keluar menuju larutan yang lebih pekat melalui proses osmosis (Chang, 2005, hlm. 18). Kemudian pada aspek teknologi

disajikan penjelasan atau video pembuatan selai dalam skala industri, dampak limbah kulit buah terhadap lingkungan dan solusinya, serta manfaat selai nanas untuk masyarakat.

Ketiga berkaitan dengan aplikasi teknologi. Dalam hal ini peneliti memberikan informasi terkait penerapan prinsip sifat koligatif larutan kedalam teknologi pada proses pembuatan suatu produk. Misalnya, pada materi tekanan osmosis peneliti memberikan contoh bahwa manusia bisa mengubah air laut menjadi air tawar dengan menggunakan teknologi reverse osmosis atau osmosis balik yang merupakan penerapan dari prinsip tekanan osmosis. Dalam modul, contoh tersebut terdapat di halaman 35.

Keempat berikaitan dengan dampak positif dan negatif penerapan prinsip sifat koligatif. Dalam setiap wacana yang tersaji dalam modul diberikan informasi terkait manfaat atau kerugian yang terjadi dari penerapan sifat koligatif. Contohnya, terdapat di halaman 14 dalam modul pada penyulingan minyak bumi yang merupakan penerapan dari prinsip kenaikan titik didih selain menghasilkan produk-produk jadi yang bermanfaat bagi kebutuhan hidup manusia seperti bensin, LPG, juga bisa memberikan dampak negatif terhadap lingkungan seperti pencemaran udara, pencemaran air akibat tumpahan minyak bumi pada proses kilang minyak, dan menyebabkan matinya biota laut.

Kelima terkait solusi dari dampak negatif yang ditimbulkan.

Dalam hal ini, modul menyajikan bagaimana solusi yang diberikan terkait dampak negatif yang ditimbulkan dari suatu proses produksi. Contohnya, pada penerapan penurunan tekanan uap yaitu pembuatan bandeng presto selain menghasilkan produk khas yang digemari masyarakat juga menimbulkan limbah cair dari sisa kukusan bandeng presto. Solusinya adalah limbah cair tersebut bisa dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku dalam pembuatan petis (masakan Indonesia yang terbuat dari produk

sampingan olahan makanan berkuah). Contoh tersebut dalam modul terdapat di halaman 7.

Selain terkait karakteristik SETS, validator juga memberikan saran terkait pemberian tanda “penunjuk” pada setiap bagian karakteristik SETS yang disajikan dalam modul. Misalnya dalam suatu wacana “garam pencair salju” sebagai aplikasi dari penurunan titik beku, pada aspek lingkungan dibahas bahwa penggunaan garam dalam jumlah banyak akan menyebabkan matinya tumbuhan sekitar. Hal ini merupakan karakteristik SETS terkait dampak positif dan negatif. Untuk memudahkan siswa mengidentifikasi wacana, maka diperlukan petunjuk berupa tulisan

“Dampak Negatif” seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.28 Pemberian petunjuk bagian “Dampak Negatif”

Begitu pula dengan karakteristik SETS yang lain yang disajikan dalam modul perlu diberi petunjuk seperti “aplikasi teknologi”, “dampak positif”, dan “solusi”.

Selain itu, validator juga memberikan saran terkait proporsionalitas gambar yang terdapat dalam modul. Gambar-gambar dalam modul diubah ukurannya hingga terlihat lebih proporsional antara ukuran panjang dan lebarnya. Kemudian, terdapat perubahan pada cover bagian belakang.

Cover bagian belakang direvisi dengan menambahkan gambar-gambar terkait aplikasi sifat koligatif larutan, sehingga berkesinambungan dengan

cover bagian depan yang juga memuat gambar-gambar dari aplikasi sifat koligatif larutan. Untuk menambah kelengkapan isi modul pada materi sifat koligatif larutan juga ditambahkan tabel nilai tetapan kenaikan titik didih molal dan penurunan titik beku molal dari beberapa pelarut yang terdapat di halaman 48 pada modul.

b) Uji Coba

Uji coba dilaksanakan selama 3 hari di SMAN 4 Kota Tangerang Selatan dengan subjek 35 orang siswa kelas 12 MIA 3. Penentuan subjek tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa siswa sedang atau pernah mempelajari materi sifat koligatif larutan dan subjek tersebut bersifat homogen. Artinya, terdapat kesamaan sifat atau karakteristik antara subjek dengan kelompoknya (Herdiansyah, 2012, hlm. 109). Pada tahap ini siswa diberikan pengarahan untuk membaca, mengamati dan mempelajari e-modul pembelajaran yang tersedia dalam bentuk link dan bisa diakses melalui smartphone ataupun laptop mereka. Kemudian diminta untuk memberi nilai atau respon terhadap e-modul tersebut pada lembar angket respon siswa yang berbentuk google form. Langkah tersebut sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Amrullah (2017, hlm. 1878).

Pada aspek ketepatan dan kecermatan isi modul, dapat diketahui bahwa modul memiliki kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan peserta didik dengan masing-masing presentase sebesar 83,5%

dan 81,3% yang termasuk dalam kategori sangat baik. Selain itu, aspek kemutakhiran juga termasuk dalam kategori sangat baik dengan presentase sebesar 81%, yang artinya modul yang dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman. Presentase rata-rata dari aspek ketepatan dan kecermatan isi diperoleh presentase sebesar 81,93% dengan kategori sangat baik. Hasil ini sejalan dengan penelitian Seruni, dkk., (2019, hlm.

52) dalam aspek kesesuaian materi e-modul yang memperoleh nilai dengn kategori baik.

Untuk aspek ketercernaan modul, dihasilkan tingkat ketercernaan yang baik dengan perolehan presentase sebesar 83,25%. Hal ini terlihat dari sub aspek kemudahan siswa mempelajari isi modul yang memperoleh respon siswa sebesar 81,5% dan termasuk kedalam kategori sangat baik.

Pada sub aspek kelogisan dan keruntutan isi modul juga memperoleh kriteria sangat baik dengan presentase sebesar 85%. Dari hasil tersebut, artinya e-modul yang dikembangkan memiliki tingkat ketercernaan yang baik. Hal tersebut sama seperti penelitian Seruni, dkk., (2019, hlm. 52) yang memperoleh kategori baik pada aspek kejelasan isi e-modul.

Kemudian pada aspek pembelajaran SETS, didapatkan hasil bahwa pembelajaran SETS pada e-modul sudah sangat baik dan layak digunakan dengan presentase rata-rata sebesar 82,5%. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Ardiansyah, Wahyuni, Handayani (2015, hlm. 77) dimana mayoritas siswa memberikan respon baik terhadap e-modul berbasis SETS yang dikembangkan. Hal ini menandakan bahwa modul elektronik yang dikembangkan dianggap telah mempunyai kesesuaian dengan karakteristik pembelajaran SETS, yaitu isi modul menyajikan fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari, menyajikan penerapan prinsip sifat koligatif larutan ke dalam aplikasi teknologi, menyajikan keterkaitan antara konsep sains (sifat koligatif larutan) dengan teknologi, lingkungan, serta masyarakat, serta memberikan informasi baru terkait dampak positif & negatif dari penerapan prinsip sifat koligatif larutan.

Berdasarkan hasil tersebut juga dapat dikatakan bahwa e-modul pembelajaran kimia berbasis SETS yang dikembangkan telah memuat aspek-aspek SETS dengan baik, utamanya perihal pemberian informasi terkait konsep sifat koligatif larutan dan aplikasinya yang dihubungkan dengan bidang ilmu lainnya yaitu teknologi, lingkungan, dan masyarakat.

Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Ardiansyah, Wahyuni, Handayani (2015, hlm. 77) yang menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan mampu dipahami dengan baik oleh peserta didik dan dapat

memberikan wawasan untuk peserta didik. Disamping itu, hal tersebut juga menunjukkan bahwa sebaiknya dilakukan pengembangan perangkat pembelajaran berbasis SETS secara berkelanjutan dalam upaya memberikan wawasan yang luas kepada peserta didik (Ardiansyah, Wahyuni, Handayani, 2015, hlm. 77).

Sama seperti aspek lainnya, aspek perwajahan atau tampilan memperoleh respon yang sangat baik dengan presentase 82,43%. Artinya, tampilan e-modul secara menyeluruh termasuk dalam kategori sangat baik.

Nilai tersebut bisa ditinjau dari sub aspek tampilan cover modul, tampilan elektronik modul, serta jenis dan ukuran huruf dengan presentase masing-masing yaitu 83%, 82,3% dan 82%. Hasil tersebut juga didukung oleh penelitian yang mengatakan bahwa aspek kegrafikan yang diantaranya meliputi desain cover serta penggunaan jenis dan ukuran huruf perlu dibuat menarik. Penggunaan jenis dan ukuran huruf yang memiliki banyak varian dapat membingungkan siswa (Permatasari, Ramdani, & Syukur, 2019, hlm. 76).

Pada aspek penggunaan bahasa dan istilah juga diperoleh hasil yang sangat baik. Hasil tersebut dapat ditinjau dari sub aspek ragam bahasa dan kejelasan bahasa penulisan modul yang memperoleh presentase sama yaitu 82%. Kalimat yang digunakan pada penulisan materi modul tidak boleh terlalu panjang, tetapi hendaknya disusun secara singkat, sederhana, jelas dan efektif. Dengan demikian akan memudahkan siswa untuk memahami isinya (Prastowo, 2012, hlm. 123-124).

Aspek kesesuaian ilustrasi dan gambar juga mendapatkan rata-rata presentase sebesar 85,5% yang termasuk kategori sangat baik.i Dari hasil tersebut menandakan bahwa adanya ilustrasi dan gambar akan menarik minat peserta didik untuk membaca modul dan membuat peserta didik lebih mudah untuk memahami materi pembelajaran pada modul. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa sangat dibutuhkan beragam gambar yang dapat menunjang dan memperjelas isi materi.i Selain itu,

adanya gambar tentu dapat pula menumbuhkan ketertarikan dan rasa

adanya gambar tentu dapat pula menumbuhkan ketertarikan dan rasa