• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN E-MODUL PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, SOCIETY) PADA MATERI SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN E-MODUL PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, SOCIETY) PADA MATERI SIFAT KOLIGATIF LARUTAN"

Copied!
334
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN E-MODUL PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, SOCIETY) PADA MATERI

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakutas Imu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Rahmawati Maharni 11160162000057

PROGRAM STUDI PENDIDKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2021

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengembangan E-Modul Pembelajaran Kimia Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society) pada Materi Sifat Koligatif Larutan disusun oleh Rahmawati Maharni, NIM 11160162000057, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai Karya Ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

Jakarta, 1 Juni 2021

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Burhanudin Milama, M.Pd Rizqy Nur Sholihat, M.Pd NIP. 19770201 200801 1 011 NIP. 19910306 201903 2 017

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

Burhanudin Milama, M.Pd NIP. 19770201 200801 1 011

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Pengembangan E-Modul Pembelajaran Kimia Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society) pada Materi Sifat Koligatif Larutan disusun oleh Rahmawati Maharni, NIM 11160162000057, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan LULUS dalam ujian Munaqosah pada tanggal 10 Juni 2021 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang pendidikan kimia.

Jakarta, 10 Juni 2021 Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda tangan Ketua Panitia (Ketua Prodi Pendidikan Kimia),

Burhanudin Milama, M.Pd

NIP. 19770201 200801 1 011 19 Juli 2021 ……….

Penguji I,

Munasprianto Ramli, Ph.D

NIP. 19791029 200604 1 001 8 Juli 2021 ………...

Penguji II,

Luki Yunita, M.Pd

NIDN. 2028068501 . 6 Juli 2021 ………..

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidatullah Jakarta

Dr. Sururin, M.Ag NIP. 19710319 199803 2001

(4)

iii

(5)

iv ABSTRAK

Rahmawati Maharni (11160162000057). Pengembangan E-Modul Pembelajaran Kimia Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society) pada Materi Sifat Koligatif Larutan, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bahan ataupun sumber belajar merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Untuk itu, upaya untuk mengoptimalkan bahan ajar merupakan suatu hal yang penting dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga tercapainya tujuan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan e-modul pembelajaran kimia berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society) pada materi sifat koligatif larutan, serta mengetahui respon siswa terhadap e-modul tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan model 4D yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap Define (pendefinisian), Design (perancangan), Development (pengembangan) dan Disseminate (penyebaran). Namun, penelitian ini dibatasi hanya sampai tahap Development atas pertimbangan tertentu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket analisi kebutuhan, angket analisis peserta didik, lembar validasi isi modul oleh ahli, dan angket respon siswa. Validasi isi modul dilakukan oleh 3 orang ahli yang terdiri dari 2 dosen kimia dan 1 guru kimia.

Berdasarkan penilaian validator, dihasilkan modul yang valid dan layak di uji coba.

Tahap uji coba e-modul dilakukan terhadap 35 orang siswa kelas XII IPA di SMAN 4 Kota Tangerang Selatan pada bulan Februari 2021. Berdasarkan angket respon siswa, diperoleh presentase sebesar 82,5% pada aspek pembelajaran berbasis SETS yang termasuk kedalam kateori sangat baik. Secara keseluruhan, diperoleh respon positif terhadap e-modul yang dikembangkan dengan presentase rata-rata sebesar 82,93%

yang termasuk dalam kategori sangat baik dan layak digunakan.

Kata kunci: e-modul, pembelajaran kimia, SETS, sifat koligatif larutan, pengembangan modul, 4D

(6)

v ABSTRACK

Rahmawati Maharni (11160162000057). Development of E-Module Learning Chemistry Based on SETS (Science, Environment, Technology, Society) on the Colligative Nature of Solutions, Chemistry Education Study Program, Department of Natural Sciences, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

Learning materials or resources are one of the important components in learning.

For this reason, efforts to optimize teaching materials are important in order to create interesting and enjoyable learning for students so that learning objectives can be achieved. This study aims to produce a SETS (Science, Environment, Technology, Society) based chemistry learning e-module on the colligative nature of the solution, as well as to determine the student's response to the e-module. This research is a development research using the 4D model which consists of four stages, namely the Define, Design, Development and Disseminate stages. However, this research is limited only to the Development stage based on certain considerations. The instruments used in this study were a needs analysis questionnaire, a student analysis questionnaire, a module content validation sheet by experts, and a student response questionnaire. Validation of the module content was carried out by 3 experts consisting of 2 chemistry lecturers and 1 chemistry teacher. Based on the validator's assessment, a module that is valid and feasible to be tested is produced. The e-module trial phase was carried out on 35 students of class XII IPA at SMAN 4 Kota Tangerang Selatan in February 2021. Based on student response questionnaires, it was obtained a percentage of 82.5% in the SETS-based learning aspects which were included in very good categories. Overall, there is a positive response to the e- module developed with an average percentage of 82.93% which is included in the very good category and suitable for use.

Keywords: e-module, chemistry learning, SETS, colligative properties of solutions, module development, 4D

(7)

vi

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohiim.

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelessaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengembangan E-Modul Pembelajaran Kimia Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society) pada Materi Sifat Koligatif Larutan”.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.

Beserta keluarga, sahabat, dan para pengikkutnya hingga akhir zaman.

Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan dan doa dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dengan tulus kepada:

1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, dan saran yang sangat bermanfaat kepada penulis dengan penuh keikhlasan dan kesabaran selama proses penyusunan skripsi hingga akhir.

3. Ibu Rizqy Nur Sholihat, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, ilmu, saran, motivasi dan semangat kepada penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran selama proses penyusunan skripsi hingga akhir.

4. Ibu Luki Yunita, M.Pd., selaku validator instrumen yang telah memberikan ilmu dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Tonih Feronika, M.Pd., Ibu Dr. Hj. Siti Suryaningsih, M.Si., dan Ibu Umiyati, S.Pd., selaku validator produk (modul) yang telah memberikan bimbingan, ilmu dan arahan yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.

(8)

vii

6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik, membimbing, dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepala Sekolah beserta guru dan staff SMAN Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

8. Seluruh siswa/i kelas 12 SMAN 4 Kota Tangerang Selatan yang telah membantu penulis secara kooperatif untuk menjadi responden dalam rangka mengumpulkan data penelitian untuk kebutuhan penelitian.

9. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sugito dan Ibu Sutini yang senantiasa memberikan kasih sayang dan perhatian, memberikan bantuan baik moril maupun materil, memanjatkan doa dengan tulus, serta selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. Semoga Bapak dan Ibu sehat selalu dan selalu dalam lindungan Allah SWT.

10. Adik saya tersayang Ambarwati Dwi Putri yang senantiasa memberikan semangat bantuan, dan doa kepada penulis.

11. Teman-teman seperjuangan Prodi Pendidikan Kimia angkatan 2016 yang saling memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi, serta memberikan pengalaman yang berharga dan tak terlupakan selama penulis menjadi bagian dari keluarga besar Prodi Pendidikan Kimia. Semoga Allah mengumpulkan kita dalam kebaikan dan kesuksesan.

12. Sahabat seperjuangan dan seperbimbingan, terutama untuk Devita Maharani, Meilani, Puspa Mawarni, Sintia Tri Pangestu, dan Siti Nafisah, yang saling memberikan dukungan dan berbagi waktu, cerita, kesabaran, semangat serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(9)

viii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Wassalamualaikum, Wr. Wb

Jakarta, 22 Mei 2021

Penulis

(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH………...ii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI………...iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORITIK ... 8

A. KAJIAN TEORI ... 8

1. Modul ... 8

2. SETS (Science, Environment, Technology, Society) ... 18

3. Sifat Koligatif Larutan ... 24

B. Penelitian relevan ... 29

C. Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

(11)

x

B. Objek dan Subjek Penelitian ... 33

C. Metode dan Desain Penelitian ... 34

1. Metode Penelitian... 34

2. Desain Penelitian ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Instrumen Penelitian... 43

F. Validitas Instrumen ... 50

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Penelitian ... 56

B. Pembahasan ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Penulisan Modul ... 17

Gambar 2.2 Keterkaitan Bagian-bagian SETS ... 19

Gambar 2.3 Ranah Pembelajaran SETS... 21

Gambar 2.4 Diagram Fasa Air ... 25

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir ... 31

Gambar 3.1 Model Pengembangan 4D Thiagarajan ... 35

Gambar 3.2 Bagan Desain Penelitian... 40

Gambar 4.1 Peta Konsep ... 58

Gambar 4.2 Contoh Keterkaitan Antara Unsur SETS pada E-modul Pembelajaran Sifat Koligatif Larutan ... 59

Gambar 4.3 Tujuan Pembelajaran ... 60

Gambar 4.4 (a) Tugas/kegiatan Siswa (b) Evaluasi Akhir ... 61

Gambar 4.5 Garis Besar Isi Modul ... 64

Gambar 4.6 Kerangka Isi Modul ... 64

Gambar 4.7 (a) Materi Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi ... 66

Gambar 4.8 (a) Aplikasi SETS Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi ... 66

Gambar 4.9 Peta Konsep (a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi ... 67

Gambar 4.10 Bahasa pada Modul (a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi ... 67

Gambar 4.11 (a) Cover Modul Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi ... 68

Gambar 4.12 (a) Latihan Soal Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi ... 68

Gambar 4.13 (a) Isi Modul Sebelum Revisi (b) Sesudah Revisi ... 72

Gambar 4.14 (a) Isi Modul Sebelum Revisi (b) Sesudah Revisi ... 72

Gambar 4.15 (a) Isi Modul Sebelum Revisi (b) Sesudah Revisi ... 73

Gambar 4.16 (a) Isi Modul Sebelum Revisi (b) Sesudah Revisi ... 73

Gambar 4.17 (a) Isi modul sebelum revisi (b) sesudah revisi ... 74

Gambar 4.18 (a) Ukuran Gambar Kurang Proporsional (b) Sudah Proporsional ... 74

Gambar 4.19 (a) Belum Ada Petunjuk “Aplikasi Teknologi” (b) Ada Petunjuk ... 75

Gambar 4.20 (a) Belum Ada Petunjuk “Dampak Negatif” (b) Ada Petunjuk ... 75

(13)

xii

Gambar 4.21 (a) Belum Ada Petunjuk “Solusi” (b) Ada Petunjuk ... 76

Gambar 4.22 Penambahan Tabel Tetapan Kb dan Kf... 76

Gambar 4.23 (a) Cover Belakang Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi ... 77

Gambar 4.24 Tampilan Googleform Angket respon siswa ... 78

Gambar 4.25 Grafik Presentase Rata-rata Hasil Angket Respon Siswa ... 79

Gambar 4.26 (a) Jumlah kegiatan pembelajaran sebelum revisi (b) Setelah revisi .. 85

Gambar 4.27 (a) Bahasa Belum Komunikatif (b) Bahasa Lebih Komunikatif ... 86

Gambar 4.27 Pemberian Petunjuk “Dampak Negatif” ... 89

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 41

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Analisis Kebutuhan ... 43

Tabel 3.3 Angket Analisis Karakteristik Siswa ... 44

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi Isi Modul Berbasis SETSi ... 46

Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Angket Respon Siswa terhadap E-modul Pembelajaran Kimia Berbasis SETS ... 49

Tabel 3.6 Hasil Validitas Instrumen ... 50

Tabel 3.7 Kriteria Penskoran Skala Guttman ... 51

Tabel 3.8 Kriteria Validasi Ahli ... 52

Tabel 3.9 Pedoman Penskoran Data Angket Respon Siswa ... 53

Tabel 3.10 Kriteria Hasil Penskoran Data Angket Siswa ... 54

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kebutuhan ... 56

Tabel 4.2 Hasil Analisis Karakteristik Siswa ... 57

Tabel 4.3 Alat dan Bahan Percobaan ... 62

Tabel 4.4 Revisi selama penyusunan modul pembelajaran ... 65

Tabel 4.5 Perkembangan Nilai Validasi Produk ... 69

Tabel 4.6 Perbaikan selama proses validasi modul ... 70

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan... 105

Lampiran 2. Analisis Karakteristik Siswa ... 122

Lampiran 3. Analisis Konsep (Analisis Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi) ... 144

Lampiran 4. Analisis Konsep (Peta konsep & analisis materi sifat koligatif larutan berbasis SETS) ... 146

Lampiran 5. Analisis Tugas ... 165

Lampiran 6. Perumusan Tujuan Pembelajaran ... 167

Lampiran 7. Penyusunan Tugas/Kegiatan Siswa ... 169

Lampiran 8. Instrumen Penilaian Keterampilan ... 189

Lampiran 9. Evaluasi Akhir Modul ... 190

Lampiran 10. Validasi Instrumen Penelitian (Lembar Validasi Isi Modul)... 203

Lampiran 11. Transkrip Hasil Validasi Isi Modul Oleh Ahli ... 220

Lampiran 12. Pengolahan Data Validasi Isi Modul ... 268

Lampiran 13. Validasi Instrumen Penelitian (Lembar Angket Respon Siswa) ... 282

Lampiran 14 Transkrip Hasil Angket Respon Siswa Terhadap E-Modul ... 289

Lampiran 15. Pengolahan Data Angket Respon Siswa ... 291

Lampiran 16. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 300

Lampiran 17. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 301

Lampiran 18. Lembar Uji Referensi ... 302

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang melibatkan pendidik dan peserta didik, dimana memiliki tujuan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dengan mendayagunakan seluruh kemampuan yang dimiliki siswa.

Seperti kemampuan dasar, cara belajar, ketertarikan, dan talenta siswa serta memanfaatkan potensi yang berasal dari faktor eksternal siswa seperti sarana, sumber belajar, dan lingkungan sekitar (Sanjaya, 2010, hlm. 26). Sejalan dengan itu, pendapat lain mengatakan bahwa pengertian dari pembelajaran ialah suatu proses interaksi antara pengajar dan peserta didik dengan melibatkan bahan dan sumber belajar, serta metode dan strategi pembelajaran dalam suatu lingkungan belajar (Pane, A., & Dasopang, D., 2017, hlm. 334).

Dalam proses pembelajaran, usaha untuk memaksimalkan sumber belajar merupakan suatu hal yang fundamental. Hal ini didasari atas alasan bahwa suatu proses pembelajaran akan berkualitas, menarik dan menyenagkan bagi peserta didik apabila menggunakan sumber belajar yang baik (Jalinus, N., & Ambiyar, 2016, hlm. 141). Keberadaan bahan dan sumber belajar juga penting bagi pengajar dan pelajar dalam proses pembelajaran, karena bahan dan sumber belajar dapat membantu pendidik untuk mengoptimalkan keefektifan dalam proses pembelajaran, mendorong kemandirian siswa dalam belajar serta mengembangkan pengetahuan sesuai minat dan bakatnya (Kelana, J.B., & Pratama, F. 2019, hlm. 4- 5). Namun, sumber atau bahan belajar yang tersedia di sekolah masih dirasa kurang mencukupi kebutuhan guru maupun siswa dalam melaksanakan pembelajaran tersebut.

Hasil angket analisis kebutuhan terkait proses pembelajaran dan sumber belajar yang dilakukan terhadap guru kimia di SMAN 4 Kota Tangerang Selatan menunjukkan bahwa bahan belajar seperti buku pelajaran yang tersedia di sekolah kurang menarik untuk dibaca dan kurang memenuhi pemahaman konsep bagi

(17)

siswa. Hasil analisis siswa di sekolah tersebut juga menunjukkan bahwa siswa tidak suka membaca buku kimia yang disediakan, karena terlalu banyak penjelasan, bahasanya sulit dipahami, kurangnya gambar dan monoton. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jalinus, N., & Ambiyar (2016, hlm. 138) yang mengatakan bahwa kadang kala penulisan buku masih kurang baik dan isinya sulit dipahami oleh sebagian peserta didik. Dengan demikian, dibutuhkan suatu bahan dan sumber belajar yang dapat mendukung proses pembelajaran. Atas dasar inilah, kemampuan pendidik dalam merancang maupun menyusun suatu bahan ajar yang dibutuhkannya dan sumber belajar bagi siswa berperan penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran (Lestari, Ika, 2013, hlm. 1).

Salah satu bahan dan sumber belajar yang bisa dijadikan solusi untuk memenuhi kebutuhan bahan dan sumber belajar dalam proses pembelajaran adalah modul. Berdasarkan analisis kebutuhan terhadap guru kimia di SMAN 4 Kota Tangsel juga disimpulkan bahwa salah satu bahan dan sumber belajar yang dibutuhkan yaitu modul. Menurut Mulyasa, E., (2009, hlm. 231) modul merupakan paket belajar mandiri yang dibuat secara terstruktur dan memuat rangkaian pengalaman belajar yang terencana untuk membantu siswa meraih tujuan belajar.

Fungsi modul ialah sebagai sarana belajar yang dapat membantu siswa agar bisa belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan pemahamannya sendiri (Daryanto, 2013, hlm. 9).

Penggunaan modul sebagai bahan belajar diharapkan dapat meningkatkan keefektifan, kemudahan dan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini didukung oleh penelitian yang mengatakan bahwa bahan ajar berupa modul yang dikembangkan praktis dan efektif digunakan dalam proses pembelajaran (Aprilia, Iriani, & Nurdiniah, 2018, hlm. 45). Duwiri, Y.I., & Siregar, T, (2016, hlm. 64-65) dalam penelitian sebelumnya juga menyimpulkan bahwa pengembangan modul pembelajaran kimia pada materi sifat larutan asam basa yang dirancang secara efektif dapat memudahkan pemahaman siswa dan bisa digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain itu, dengan menggunakan modul dalam pembelajaran juga diharapkan dapat membuat

(18)

siswa meningkatkan efektifitas belajarnya dan memperoleh hasil belajar yang optimal.

Namun, di era digital terutama disaat pembelajaran daring seperti sekarang, diperlukan modul yang bersifat elektronik atau disebut e-modul yang bisa dipelajari melalui gadget, bukan lagi berupa modul cetak. Penggunaan bahan ajar berupa modul elektronik (e-modul) dapat pula membantu pendidik agar peserta didik lebih aktif dan mandiri (Herawati, N.S., & Muhtadi, A., 2018, hlm.

181). Penelitian yang dilakukan oleh Tamimia, Gani, & Putra (2017, hlm. 397) memberikan kesimpulan bahwa modul yang dikembangkan perlu diberikan kepada siswa satu minggu sebelum pembelajaran berlangsung agar siswa dapat belajar dirumah. Untuk menangani hal itu, maka dibutuhkan pengembangan berupa modul elektronik yang dapat membuat peserta didik bisa belajar kapanpun dan dimanapun. Adanya e-modul pembelajaran kimia diharapkan dapat membuat siswa lebih mudah dan mandiri dalam mempelajari kimia.

Kimia merupakan ilmu pengetahuan alam yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik seharusnya lebih mudah untuk mempelajarinya. Namun sebaliknya, kebanyakan siswa menganggap bahwa pelajaran kimia itu sulit dan rumit. Pandangan ini bermula dari rasa jenuh siswa dalam proses pembelajaran kimia yang disampaikan secara konvensional dan kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari (Aprilia, dkk., 2018, hlm. 39).

Siswa akan lebih bersemangat jika materi kimia disajikan dengan ringkas dan mudah dipahami, menggunakan media dan metode pembelajaran yang menarik, serta penjelasan materi yang lebih realistis dalam kehidupan nyata. Salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk menangani rasa jenuh dalam pembelajaran ialah dengan mengembangkan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan siswa dan menarik bagi siswa (Aprilia, dkk., 2018, hlm. 39).

Dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak sedikit pengajar yang hanya mengikuti isi buku dan kurang mengimplementasikan materi kimia dengan realita kehidupan yang terkait secara lebih jauh. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa guru kurang mengaitkan antara materi kimia

(19)

yang sedang dibahas dengan aspek teknologi, lingkungan, dan masyarakat. Hal itu mengakibatkan siswa kurang mengetahui manfaat pembelajaran sains dalam kehidupan sehari-hari, kurang peduli dan mencintai lingkungan sekitar, serta kurang dapat mengaitkan antara konsep teori yang dipelajari dengan kemajuan teknologi (Wulandari, dkk, 2015, hlm. 55). Selain itu, Subagia, I.W., (2014, hlm.

153) juga mengatakan bahwa pembelajaran kimia di sekolah masih didominasi penyampaian informasi dari pengajar, pemberian contoh dan latihan soal.

Sebagaimana salah satu tujuan pembelajaran kimia tingkat sekolah menengah atas menurut BNSP dalam Sastradewi, Sadia, & Karyasa (2015, hlm. 2) ialah diharapkan peserta didik mampu memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia beserta keterkaitannya dan juga implementasinya untuk menyelesaikan persoalan terkait teknologi dan kehidupan sehari-hari. Disamping itu, tujuan pembelajaran kimia lainnya ialah diharapkan peserta didik mampu menumbuhkan kesadarannya terkait penerapan ilmu kimia yang bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan bersama. Masing-masing konten kimia di SMA dikaji secara mendalam untuk menyelidiki cakupan materi kimia dan hubungannya dengan kehidupan sehari-hari (Harta, J, 2019, hlm. 131).

Salah satu pendekatan yang dianggap sejalan untuk merealisasikan tujuan pembelajaran kimia dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari adalah SETS (Science, Environment, Technology, Society). Menurut Aysan dalam (Umaira, Haji

& Rahmatan 2019, hlm. 89) pendekatan pembelajaran SETS adalah pendekatan yang menghubungkan antara sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat secara menyeluruh dalam masalah kehidupan sehari-hari. Menurut Binadja (2008) dalam Amrullah, dkk (2017, hlm. 1873) pembelajaran sains bervisi SETS menekankan pada hubungan antara konsep sains yang sedang dibahas dengan keberadaan teknologi, lingkungan dan masyarakat serta implikasinya terhadap bidang tersebut.

Penggunaan pendeketan SETS dalam proses pembelajaran juga dirasa penting mengingat keberadaan teknologi yang semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pembelajaran yang mengaitkan ilmu sains dengan aplikasi

(20)

teknologi serta dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat. Sehingga diharapkan siswa memiliki pengetahuan ilmu sains yang saling terintegrasi dengan bidang ilmu lainnya.

Salah satu materi pelajaran kimia yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan berkaitan dengan unsur SETS adalah sifat koligatif larutan. Peserta didik perlu mempelajari setiap konsep dari empat sifat koligatif melalui berbagai sumber bacaan, diagram fasa air, dan informasi penting lainnya terkait sifat koligatif larutan (Harta, J, 2019, hlm. 126). Materi sifat koligatif larutan tidak hanya berisi konsep dan teori kimia saja, tetapi mencakup pula aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana salah satu kompetensi dasar yang wajib dicapai siswa dalam pembelajaran sifat koligatif ialah dapat menyajikan hasil penelusuran informasi terkait penerapan prinsip sifat koligatif larutan dalam kehidupan sehari-hari (Permendikbud, 2016, hlm. 5). Berdasarkan kompetensi tersebut diharapkan siswa dapat mengimplikasikan terapan konsep sifat koligatif larutan ke dalam aplikasi teknologi serta dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat sehingga siswa memiliki wawasan yang luas.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka diperlukan penelitian dalam mengembangkan sumber belajar berupa e-modul berbasis SETS pada materi sifat koligatif. Disamping itu, berdasarkan rekomendasi dari penelitian sebelumnya juga mengatakan bahwa diperlukan penelitian lanjutan dalam mengembangkan bahan ajar dengan memperkaya ilustrasi, perkembangan teknologi, dampak terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat terkait materi yang diajarkan dengan dibuat secara menarik (Ardiansyah, dkk., 2015, hlm. 78).

E-modul yang dikembangkan diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih bersemangat, mudah dan mandiri dalam belajar, serta mengetahui interaksi antara sains, teknologi, lingkungan, dan masyarakat (Prayitno, dkk., 2016, hlm. 1618).

Atas dasar hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pengembangan E-Modul Pembelajaran Kimia Berbasis SETS (Science, Enviroment, Technology, Society) Pada Materi Sifat Koligatif Larutan” sebagai solusi atas permasalahan yang telah diuraikan di atas.

(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dideskripsikan, terdapat beberapa poin permasalah yang dapat diidentifikasi, yakni sebagai berikut:

1. Buku pelajaran yang tersedia di sekolah kurang menarik untuk dibaca dan kurang memenuhi pemahaman konsep bagi peserta didik.

2. Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang mengeksplor lebih jauh keterkaitan antara konsep sains dengan teknologi, lingkungan dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

3. Siswa tidak suka membaca buku kimia, karena terlalu banyak penjelasan, bahasanya sulit dipahami, kurangnya gambar dan monoton.

4. Dalam proses pembelajaran, rata-rata siswa tidak bersemangat ketika mempelajari materi kimia, kurang bisa memahami dan merasa kesulitan dalam pembelajaran kimia.

C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan, penelitian ini dibatasi pada hal-hal khusus seperti berikut ini:

1. Penelitian ini berfokus pada bagaimana mengembangkan e-modul pembelajaran kimia berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society) pada materi sifat koligatif larutan.

2. E-modul pembelajaran kimia berbasis SETS pada materi sifat koligatif larutan yang dihasilkan ditujukan hanya untuk siswa SMA/MA sederajat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah ditetapkan, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Bagaimana proses pengembangan e- modul pembelajaran kimia berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Sociecty) pada materi sifat koligatif larutan?”

(22)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Menghasilkan e-modul pembelajaran kimia berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society) pada materi sifat koligatif larutan.

2. Mengetahui respon siswa terhadap e-modul pembelajaran kimia yang dikembangkan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dingin diperoleh dari penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik, sebagai sumber belajar untuk lebih memahami materi pelajaran sifat koligatif larutan dan menambah wawasan mengenai materi sifat koligatif larutan serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan sosial.

2. Bagi pendidik, sebagai bahan ajar untuk materi sifat koligatif larutan yang diharapkan mampu mengoptimalkan proses pembelajaran.

3. Bagi peneliti, menambah ilmu baru mengenai pengembangan e-modul dalam cakupan Science, Environment, Technology, Sociecty.

(23)

8 BAB II

LANDASAN TEORITIK A. KAJIAN TEORI…

1. Modul

a. Pengertian Modul

Pada dasarnya modul ialah salah satu bahan ajar yang dibuat secara terstruktur dengan penggunaan bahasa yang setara dengan usia dan kemampuan berpikir peserta didik sehingga mereka mudah untuk memahaminya. Keberadaan modul tersebut memungkinkan peserta didik untuk dapat memperkirakan sejauh mana penguasaan mereka terhadap materi yang sedang pelajari. Apabila siswa telah menguasai suatu bahasan atau kompetensi tertentu, mereka dapat melanjutkan pada bahasan berikutnya (Prastowo, 2012, hlm. 106). Atas dasar itu, sebuah modul hendaklah memperhatikan kompetensi dasar (KD) yang akan diraih oleh siswa, penyajiannya menarik, menggunakan bahasa yang baik, serta dilengkapi dengan ilustrasi (Prastowo, 2012, hlm. 107).

Sejalan dengan pendapat diatas, Mulyasa (2009, hlm. 231) juga mengemukakan bahwa modul adalah paket belajar yang dirancang terstruktur serta memuat rangkaian pengetahuan dan keahlian yang terencana sehingga dapat mendukung siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Modul adalah satu kesatuan proses pembelajaran yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu untuk digunakan oleh peserta didik, dimana modul ini disusun secara struktural, fungsional, dan terarah serta dilengkapi dengan petunjuk penggunaanya untuk pengajar. Tujuan utama modul yaitu untuk mengoptimalkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di kelas seperti waktu, fasilitas, dana ataupun daya, untuk mencapai tujuan operasional (Mulyasa, 2009, hlm. 232).

Modul juga merupakan sebuah bahan bacaan yang memiliki tujuan untuk menumbuhkan kemandirian siswa dalam belajar dengan atau tanpa

(24)

bimbingan pengajar. Oleh sebab itu, paling tidak modul harus mencakup seluruh komponen dasar bahan ajar seperti petunjuk penggunaan (untuk pelajar/pengajar), kompetensi dasar yang akan dicapai, latihan-latihan atau tugas, lembar kerja, evaluasi serta informasi penunjang yang terkait (Majid, A. 2008, hlm. 176). Suatu modul dapat bermanfaat apabila peserta didik merasa mudah dalam menggunakannya. Melalui pembelajaran modul, peserta didik yang memiliki ketangkasan dalam belajar akan mungkin lebih cepat untuk menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan peserta didik lain. Oleh karena itu, sebuah modul perlu menunjukkan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh pelajar, penyajiannya menarik, dilengkapi ilustrasi dan menggunakan bahasa yang baik (Majid, A. 2008, hlm. 176).

Berdasarkan beberapa pengertian modul yang telah disebutkan di atas, dapat disimpukan bahwa modul merupakan seperangkat bahan atau sumber belajar dimana setidaknya memuat komponen dasar bahan ajar, bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh siswa serta dirancang secara terstruktur. Sehingga, dapat menumbuhkan kemandirian siswa dalam belajar dengan atau tanpa bantuan dari pengajar dan diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensi yang telah ditentukan.

b. Pengertian Modul Elektronik (E-modul)

Modul elektronik atau disebut e-modul adalah bentuk elektronik dari suatu modul cetak. Modul elektronik dapat dibaca pada perangkat komputer serta dirancang menggunakan software yang diperlukan (Diantari, Damayanthi, Sugihartini, & Wirawan, 2018, hlm. 36). Pendapat lain mengatakan bahwa modul elektronik (e-modul) yaitu seperangkat media pengajaran digital, disusun secara sistematis, dan memprioritaskan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga membantu peserta didik menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri (Fausih &

Danang, 2015, hlm. 4).

(25)

Modul elektronik merupakan modul berbasis IT. Dibandingkan modul cetak, modul elektronik memiliki kelebihan yaitu bersifat interaktif, mempermudah dalam pengarahan, dapat memuat dan menampilkan gambar, animasi, video dan audio serta dilengkapi tes atau kuis formatif dimana memungkinkan siswa untuk mendapatkan feedback secara langsung (Suarsana & Mahayukti, 2013, hlm. 266). Selain itu, menurut Perinpasingam dalam Syamsurizal, dkk (2015, hlm. 656) bahan ajar berupa modul elektronik tentunya memiliki keunggulan, diantaranya yaitu dapat memudahkan pelajar untuk belajar kapanpun dan dimanapun menggunakan gawai mereka. Selain itu, memungkinkan peserta didik memperoleh umpan balik secara langsung dalam pembelajaran dan menguasai materi pelajaran secara tuntas.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa e- modul adalah sebuah modul dalam bentuk elektronik/digital, dimana e- modul tersebut dapat diakses menggunakan smartphone dan perangkat komputer lainnya. Dengan demikian, e-modul dapat memudahkan peserta didik untuk dapat belajar secara mandiri kapanpun dan dimanapun.

c. Penggunaan E-modul dalam Pembelajaran

Dalam suatu proses pembelajaran agar mampu meningkatkan ketercapaian hasil belajar maka perlu didukung oleh learning guide yang tepat. Hal ini mengingat waktu tatap muka di depan kelas sangat terbatas jika dibandingkan dengan banyaknya materi yang harus diselesaikan. Oleh karena itu, dibutuhkan learning guide yang mampu mengaktifkan peserta didik dalam belajar. Di antara learning guide yang memungkinkan bagi peningkatan hasil belajar siswa dan mengutamakan kemandirian aktif siswa adalah modul elektronik (Herawati, Muhtadi, 2018, hlm. 182).

E-Modul memiliki peran penting dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran dapat berlangsung secara efektif apabila menggunakan e- modul karena dapat membantu guru dalam menjelaskan materi pelajaran

(26)

dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dalam E- modul terdapat tujuan akhir dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga siswa dapat mengetahui hal apa saja yang harus mereka kuasai atau pahami untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Laili, dkk, 2019, hlm. 309-310).

Penggunaan modul elektronik juga penting karena dapat mengurangi pemakaian kertas dalam proses pembelajaran. Selain itu modul elektronik diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang efisien dan efektif, serta interaktif. Keberadaan e-modul diharapkan dapat menjadi salah satu sumber belajar baru bagi peserta didik yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar (Imansari, Sunaryantiningsih, 2017, hlm. 12).

d. Karakteristik Modul Pembelajaran

Dalam rangka menciptakan suatu modul pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi belajar, maka dalam mengembangkan suatu modul perlu diperhatikan terkait karakteristik modul pembelajaran. Menurut Daryanto (2013, hlm. 9-11) karakteristik modul tersebut ialah sebagai berikut:

1) Self Instruction

Karakteristik self instruction artinya sebuah modul memiliki kemampuan dalam membangun kemandirian siswa untuk belajar. Oleh sebab itu, suatu modul hendaknya memiliki susunan materi yang spesifik, tujuan pembelajaran yang jelas, adanya rangkuman, tugas, latihan soal, instrumen penilaian dan feedback, terdapat contoh, ilustrasi, dan sumber referensi untuk mendukung penjabaran materi secara jelas (Daryanto, 2013, hlm. 9).

2) Self Containediii

Karakteristik self contained artinya sebuah modul mencakup materi pembelajaran yang diperlukan secara menyeluruh dan disusun

(27)

dalam satu kesatuan yang utuh. Dengan karakteristik self contained, peserta didik berkesempatan untuk mempelajari materi pembelajaran sampai tuntas (Daryanto, 2013, hlm. 10).

3) Berdiri Sendiri (Stand Alone)

Menurut Daryanto (2013, hlm. 10) modul memiliki karakteristik Stand alone atau dapat berdiri sendiri artinya dalam mempelajari atau mengerjakan tugas pada modul, tidak bergantung pada bahan ajar lain ataupun tidak mesti digunakan bersamaan dengan bahan ajar lain.

4) Adaptif

Adaptif artinya modul disusun menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan karakteristik ini diharapkan mampu memperkaya wawasan dan pengetahuan peserta didik terkait informasi terkini juga diharapkan mampu memupuk motivasi peserta didik dalam mempelajari materi dalam modul (Daryanto, 2013, hlm. 10).

5) Bersahabat/Akrab (User Friendly)

Menurut Daryanto (2013, hlm. 11) modul bersifat ramah pengguna apabila disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan komunikatif, serta mempergunakan istilah-istilah yang biasa dipakai.

Dengan demikian dapat membantu peserta didik dalam menanggapi setiap perintah atau pemaparan informasi yang disajikan.

e. Tujuan Pembuatan & Pengajaran Modul

Tujuan pembuatan modul menurut Prastowo (2013, hlm. 108-109) ialah sebagai berikut:

1) Membuat peserta didik dapat belajar secara mandiri dengan atau tanpa arahan pengajar.

2) Membuat peserta didik dapat memperhitungkan sejauh mana penguasaan mereka terhadap materi yang telah dipelajari.iii

(28)

3) Membuat peran pendidik tidak terlalu dominan dalam proses pembelajaran.

4) Membiasakan peserta didik untuk berlaku jujur.

5) Mengakomodasi beragam kualitas dan kecepatan belajar peserta didik.

Adapun tujuan pengajaran modul menurut Nasution (2015, hlm.

205-206) yaitu:

1) Peserta didik berkesempatan untuk dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan caranya sendiri.

2) Peserta didik berkesempatan untuk memilih sejumlah bahasan suatu mata pelajaran jika dianggap bahwa peserta didik memiliki minat dan motivasi yang berbeda untuk meraih suatu tujuan yang sama.

3) Peserta didik berkesempatan untuk mengenali kelebihan dan kekurangannya serta memperbaiki kelemahannya dengan cara evaluasi atau belajar dengan cara yang bervariasi.

f. Manfaat dan Kegunaan Modul

Menurut Hamdani dalam (Aditia & Muspiroh, 2013, hlm. 8) modul mempunyai banyak manfaat baik dilihat dari segi kebutuhan pendidik ataupun peserta didik. Manfaat modul bagi peserta didik diantaranya:

1) Peserta didik berkesempatan untuk melatih diri belajar secara mandiri.iii 2) Peserta didik berkesempatan untuk mengeksplorasi gaya belajar sesuai

dengan minat dan kemampuannya.

3) Peserta didik berkesempatan untuk mengukur kemampuan dirinya dengan cara mengerjakan latihan yang tersaji dalam modul.

4) Pembelajaran menjadi lebih menarik karena belajar dapat dilakukan di luar kelas dan di luar jam pembelajaran.iii

5) Mampu memberikan pelajaran pada diri peserta didik.

6) Mengembangkan keterampilan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lain.

(29)

Adapun kegunaan modul dalam proses pembelajaran menurut Andriani dalam Prastowo (2012 hlm. 109) yaitu sebagai pemberi pengetahuan dasar karena dalam modul disajikan materi pokok yang masih bisa dikembangkan lagi, sebagai bahan referensi bagi pelajar dan pedoman mengajar yang efektif bagi pengajar, sebagai bahan untuk berlatih bagi pelajar dalam melakukan penilaian sendiri (self assessment) serta sebagai bahan pelengkap dengan foto dan ilustrasi yang mudah dipahami.

g. Unsur-unsur Modul

Sebuah modul paling tidak wajib memiliki tujuh unsur dasar modul seperti, judul modul, petunjuk belajar (untuk pelajar/pengajar), kompetensi dasar yang akan dicapai, latihan-latihan, petunjuk dan lembar kerja, evaluasi, serta informasi penunjang lainnya (Prastowo, 2012, hlm. 112-113).

Unsur-unsur modul tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Judul modul

Judul modul menampilkan identitas modul yang memvisualisasi suatu materi pelajaran (Prastowo, 2012, hlm. 113).

2) Petunjuk belajar bagi peserta didik/pendidik

Petunjuk penggunaan modul berisi prosedur penggunaan modul, yakni tahap-tahap yang perlu dilakukan untuk mempelajari modul dengan benar (Daryanto, 2013, hlm. 27). Petunjuk bagi guru dibuat untuk memberikan arahan pengajaran, sementara petunjuk bagi siswa dibuat untuk memberi arahan terkait hal yang perlu dikerjakan oleh peserta didik sehingga tidak banyak bertanya kepada pengajar. Dalam hal ini, artinya pendidik bersifat sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran (Prastowo, 2012, hlm. 129-130).

3) Tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar

Tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai memuat kecakapan atau keterampilan yang wajib dikuasai peserta didik dalam suatu kegiatan pembelajaran (Daryanto, 2013, hlm. 28).

(30)

4) Tugas

Memuat instruksi tugas dimana memiliki tujuan untuk menguatkan pemahaman materi yang telah dipelajari. Tugas dalam modul dapat berbentuk seperti aktivitas observasi, studi kasus, kajian materi dan latihan-latihan (Daryanto, 2013, hlm. 28).

5) Lembar kegiatan dan lembar kerja

Lembaran kegiatan berisi materi pelajaran yang perlu dikuasai oleh siswa. Pada lembar kegiatan dapat pula dicantumkan aktivitas seperti observasi, eksperimen dan lain lain. Sementara, lembar kerja yang melampiri aktivitas siswa diperlukan untuk menjawab pertanyaan dan menyelesaikan persoalan pada lembar kegiatan (Prastowo, 2012, hlm.

115-116).

6) Evaluasi

Lembar evaluasi dapat berbentuk tes/ujian dan skala penilaian, yang bertujuan untuk mengevaluasi siswa terkait apakah tujuan pembelajaran pada modul telah tercapai (Prastowo, 2012, hlm. 117).

h. Pengembangan Modul Pembelajaran

Satu diantara proses yang ada dalam menyusun modul dapat mengikuti tahap-tahap menurut Daryanto (2013) seperti berikut ini:

1) Tahap perencanaan

Tahap perencanaan dalam penyusunan modul merupakan sesuatu yang penting. Dengan perencanaan yang baik, maka akan menghasilkan modul dengan tingkat keterbacaan dan kedalaman materi yang baik sesuai dengan kemampuan berpikir siswa. Mengenai faktor-faktor yang mendasari pengadaan modul adalah sebagai berikut:

a) Peserta didikiii

Terdapat sejumlah faktor penting terkait peserta didik, diantaranya; (1) kondisi peserta didik, berkaitan dengan jumlah peserta didik, usia rata-rata, dan lingkungan sosial budaya. (2)

(31)

motivasi, berkaitan dengan latar belakang peserta didik memutuskan belajar dengan modul dan apa yang mereka inginkan dari kegiatan pembelajaran. (3) kapasitas belajar, berkaitan dengan kemampuan pemahaman pengalaman belajar, waktu serta fasilitas belajar. (4) latar belakang bidang studi, berkaitan dengan kesesuaian penguasaan siswa dengan materi yang akan dipelajari (Daryanto, 2013, hlm. 34).

b) Menentukan tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan interpretasi terkait harapan apa yang dapat dikuasai oleh siswa setelah menuntaskan pembelajaran (Daryanto, 2013, hlm. 35).

c) Menetapkan isi dan susunan materi pembelajaran

Prosedur yang dapat dikerjakan dalam menetapkan isi dan susunan materi pelajaran ialah menganalisis tema utama, konsep, prinsip, dan teori yang akan dimuat dalam modul, serta menjabarkan bahasan utama dan sub-bab bahasan lainnya (Daryanto, 2013, hlm.

36).

d) Menyeleksi dan menetapkan media

Media diperlukan sebagai penunjang dalam aktivitas pembelajaran, utamanya untuk mendukung pembelajaran yang melaksanakan praktik (Daryanto, 2013, hlm. 37).

e) Menetapkan strategi penilaian

Strategi penilaian hasil belajar merupakan suatu proses penilaian yang berkaitan dengan siapa yang akan menilai, waktu penilaian dan bagaimana cara penilaiannya (Daryanto, 2013, hlm.

37).

2) Tahap penulisaniii

a) Mempersiapkan kerangka/rancangan

Gambaran rancangan penyusunan modul dapat dilihat melalui bagan dibawah ini (Daryanto, 2013, hlm. 41):

(32)

Gambar 2.1 Struktur penulisan modul b) Melaksanakan penyusunan

Kerangka yang telah selesai dibuat dapat menjadi standar atau tolak ukur dalam menyusun modul menjadi suatu draft modul (Daryanto, 2013, hlm. 44).

3) Ulasan dan uji coba

Proses pemeriksaan dan uji coba bertujuan untuk mendapatkan respons dari sejumlah individu terhadap produk yang telah dibuat.

Sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang dapat dijadikan patokan untuk memperbaiki modul (Daryanto, 2013, hlm. 49).

(33)

2. SETS (Science, Environment, Technology, Society)

a. Esensi Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, Society) Munculnya istilah SETS dewasa ini telah dikemukaan oleh para praktisi pendidikan dengan beberapa istilah, yakni Science Technology Society atau dalam bahasan Indonesia disebut Sains Teknologi Masyarakat (STM atau SATEMAS), atau Science Environment Technology (SET), dan Science Environment Technology Society (SETS), dimana dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi SALINGTEMAS (Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat). Istilah-istilah tersebut pada hakikatnya sama saja (Poedjiaji, 2010, hlm. 115).

Menurut Minarti (2012) dalam (Sari, 2016, hlm. 219) pendekatan SETS adalah suatu pembelajaran komprehensif yang mampu memberikan pembelajaran kepada peserta didik untuk dapat melihat sesuatu dengan tetap mencermati empat aspek yakni sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara terintegrasi. Sejalan dengan itu, pendapat lain juga mengatakan bahwa pendekatan SETS ialah suatu sistem pembelajaran yang menghubungkan materi yang sedang dibahas dengan unsur sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat secara terkorelasi sebagai kesatuan yang saling terintegrasi (Binadja, 2008, hlm. 257).

Menurut Binadja (2006) pendekatan SETS dapat mengajak siswa untuk mengaitkan aspek sains dari suatu materi yang sedang dipelajari dengan aspek lingkungan, teknologi dan masyarakat dalam suatu pembelajaran. Maka dari itu, SETS bisa ditafsirkan sebagai suatu hubungan antar ilmu pengetahuan yang telah dan akan diketahui oleh manusia (Binadja, 2008, hlm. 257).

b. Pendekatan SETS dalam Proses Pembelajaran

Menurut Poedjiadi (2007) pada dasarnya pendekatan sains, teknologi dan masyarakat dalam pembelajaran, baik pembelajaran sains maupun pembelajaran bidang sosial dilaksanakan oleh guru dengan cara

(34)

menghubungkan antara topik yang sedang dibahas dengan teknologi yang terkait dan kegunaannya di masyarakat (Aditia, Muspiroh, 2013, hlm. 12).

Dalam dokumen–dokumen resmi KBK dari Pusat Kurikulum Depdiknas (Depdiknas, 2003), visi dan pendekatan SETS (Science, Environment,Technology, and Society) merupakan salah satu pendekatan yang dianjurkan dalam proses belajar mengajar sains di tingkat pendidikan menengah (Binadja, dkk, 2008, hlm. 256). Penerapan SETS dalam pembelajaran IPA oleh guru hendaknya dimunculkan berbagai variasi pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut (Khasanah, 2015, hlm. 275).

Pendekatan SETS menekankan pada peserta didik untuk learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together. Siswa aktif dalam pembelajaran dan guru berfungsi sebagai fasilitator. Kegiatan pembelajaran bervisi SETS perlu mengikuti urutan unsur-unsur SETS yaitu Sains – Lingkungan –Teknologi – Masyarakat. Artinya pembelajaran sains tetap diberikan sebagai prioritas utama meskipun unsur lainnya tetap mendapatkan perhatian cukup besar. Keterkaitan antara empat unsur SETS perlu diperhatikan. Menurut Binadja bahwa untuk membuat konsep sains berguna dalam teknologi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maka dampak pada lingkungan perlu mendapatkan perhatian utama (Khasanah, 2015, hlm. 275).

c. Tujuan Pembelajaran SETS

Pada dasarnya, pendekatan SETS dalam pembelajaran bertujuan untuk memperluas wawasan peserta didik serta meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa (Poedjiaji, 2010, hlm. 84). Menurut Binadja dalam Rahmah (2017, hlm. 58) pembelajaran berbasis SETS bertujuan untuk mendukung peserta didik mengetahui sains beserta perkembangan dan pengaruhnya terhadap lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang saling berkorelasi.

(35)

Selain itu, tujuan pembelajaran berbasis SETS menurut Yoruk (2010) dalam (Prayitno, dkk., 2016, hlm. 1619) adalah memungkinkan siswa agar lebih baik dalam memahami sains, mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, serta mengubah pembahasan yang konseptual dan menjemukan menjadi menarik dan menyenangkan.

Pembelajaran dengan menggunakan SETS sebagai pendekatannya, diharapkan mampu memunculkan persepsi yang baik terhadap suatu materi pelajaran, serta memudahkan dan meningkatkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat meraih hasil belajar yang baik dan maksimal (Binadja, 2008, hlm. 257).

Keterkaitan antar bagian-bagian SETS dapat dilihat seperti gambar berikut ini (Khasanah, 2015, hlm. 273).

Gambar 2.2 Keterkaitan Bagian-bagian SETS

(36)

d. Ciri atau Karakteristik Pembelajaran Berbasis SETS

Ciri atau karakteristik pembelajaran berbasis SETS diantaranya:

1) Memfokuskan ilmu sains secara berkelanjutan sebagai subjek pelajaran.

2) Peserta didik diajak ke dalam konteks pemanfaatan konsep sains pada bidang teknologi untuk keperluan masyarakat.iii

3) Peserta didik dituntut untuk berpikir beragam kemungkinan dampak yang timbul dalam proses transfer ilmu sains ke dalam bentuk teknologi.

4) Peserta didik dituntut untuk mengungkap keterkaitan antara bagian sains yang sedang dipelajari dengan aspek-aspek lain dalam SETS yang saling berpengaruh dan berkaitan antar aspek-aspek tersebut.iii 5) Peserta didik diajak untuk meninjau keuntungan dan kerugian dari

pengaplikasian konsep sains ke dalam bentuk teknologi yang berkaitan (Prihandono, dkk. 2017, hlm. 3940).

e. Keunggulan Pendekatan SETS

Berdasarkan sejumlah penelitian yang sudah dilaksanakan, pembelajaran dengan pendekatan SETS memiliki keunggulan diantaranya yaitu dapat mendorong siswa untuk mempelajari ilmu sains secara utuh, menghubungkan penggunaan konsep sains kedalam aplikasi teknologi, serta pengaruhnya terhadap lingkungan dan masyarakat (Ardiansyah, wahyuni, Handayani, 2015, hlm. 76). Selain itu, pembelajaran berbasis SETS dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas dan meningkatkan hasil belajar peserta didik yang mengindikasikan bahwa pembelajaran SETS mempunyai efektivitas tinggi apabila dimanfaatkan dalam pembelajaran (Rahmah, 2017, hlm. 58).

Menurut penelitian Khasanah (2015, hlm. 274) keunggulan- keunggulan pendekatan SETS antara lain:

1) Peserta didik dibekali dengan kemampuan untuk menyelesaikan suatu persoalan dengan daya pikir sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat secara terintegrasi.

(37)

2) Pembelajaran sains yang berhubungan langsung dengan kejadian yang terdapat di sekitar kita terkait peranan sains dalam kehidupan sehari-hari menjadikan sains lebih bermakna.

3) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menerapkan konsep, keterampilan, proses, kreativitas serta sikap menghargai produk teknologi dan bertanggung jawab atas dampak yang mungkin terjadi di lingkungan.iii

4) Mengimplementasikan suatu ide atau menciptakan suatu karya yang berguna bagi perkembangan sains, teknologi, dan masyarakat.

f. Ranah Pembelajaran SETS

Ada beberapa domain atau ranah yang terdapat dalam pembelajaran SETS, yakni ranah konsep, ranah kreativitas, ranah aplikasi dan keterkaitan (Yager, 1992, hlm. 5).

Gambar 2.3 Ranah Pembelajaran SETSi

(38)

Berbagai ranah yang telah disebutkan di atas dapat dijelaskan seperti berikut ini:

1) Ranah Konsepiii

Domain konsep mencakup fakta, konsep, hukum (prinsip), hipotesis dan teori yang digunakan oleh para ilmuwan. Sains bertujuan untuk mengkategorikan alam semesta yang dapat diamati menjadi unit yang dapat dipelajari, dan menggambarkan hubunganya secara fisik dan biologis. Akhirnya sains memiliki tujuan untuk memberikan penjelasan yang logis terkait hubungan yang diamati (Yager, 1992, hlm. 5).

2) Ranah Proses

Berkaitan dengan bagaimana cara ilmuwan berpikir dan bekerja, seperti mengobservasi, mengelompokkan, mengorganisasi data, mengkomunikasikan serta menjelaskan kepada orang lain, memprediksi dan megontrol variabel, menafsirkan data, mengadakan instrumen dan alat-alat sederhana, dan membuat sebuah model dalam wujud nyata (Yager, 1992, hlm. 5-6).

3) Ranah Kreativitasiii

Sejumlah kemampuan fundamental dalam ranah ini ialah, mewujudkan gambaran fisik, penggabungan objek dan ide dengan cara baru, menjelaskan objek atau fenomena yang ditemui, mengajukan pertanyaan, memunculkan gagasan yang berbeda, menyelesaikan permasalahan, merancang alat dan mesin, merancang alat untuk memberikan penjelasan atas sesuatu yang dibuat (Yager, 1992, hlm. 6).ii 4) Ranah Sikap

Ranah ini berkaitan dengan membangun perilaku positif terhadap ilmu pengetahuan, cendekiawan, pendidik dan pembelajaran sains di sekolah, mengembangkan sikap positif pada diri sendiri, mengembangkan kepekaan emosi terhadap manusia, menghormati perasaan individu lain, mengutarakan perasaan diri dengan cara yang membangun (Yager, 1992, hlm. 6).

(39)

5) Ranah Aplikasi dan Keterkaitan

Berkaitan dengan kepekaan siswa terhadap pengalaman yang mereka temui dan menunjukkan ide-ide terkait sains yang telah mereka pelajari di sekolah. Beberapa dimensi dari domain ini diantaranya;

mengetahui konsep ilmu dalam kehidupan nyata, mengaplikasikan konsep dan keterampilan sains tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari ataupun teknologi, paham terhadap prinsip ilmiah dalam penggunaan perangkat teknologi rumah tangga, dan memanfaatkan metode ilmiah dalam memecahkan persoalan yang terjadi di kehidupan (Yager, 1992, hlm. 6).

3. Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif larutan merupakan sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan dan tidak dipengaruhi oleh jenis zat terlarut. Terdapat dua jenis sifat koligatif larutan, yakni sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit (Rusdiani, Suhendar,

& Sudiarti, 2017, hlm. 9). Sifat koligatif larutan terdiri dari penurunan tekanan uap larutan, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik.

(Nugraha, Subarkah, & Sari 2015, hlm. 202).

a. Penurunan Tekanan uap

Sekitar tahun 1800, ahli kimia Prancis bernama Francois-Marie.

Raoult menemukan bahwa suatu zat terlarut yang dilarutkan akan menurunkan tekanan uap pelarut (Petrucci, Harwood, & Herring, 2011, hlm.

168). Apabila suatu zat terlarut memiliki sifat tidak mudah menguap (nonvolatile), yang berarti tidak mempunyai tekanan uap yang dapat diukur, tekanan uap dari larutan selalu lebih kecil daripada pelarut murninya.

Dengan demikian, konsentrasi zat terlarut dalam larutan akan mempengaruhi hubungan antara tekanan uap larutan dan tekanan uap pelarut. Hubungan tersebut dijelaskan dalam Hukum Raoult yang mengemukakan bahwa:

(40)

“tekanan parsial pelarut dari larutan (P) adalah hasil kali dari tekanan uap pelarut murni (Po) dengan fraksi mol pelarut (Xp) dalam larutan (Xt)”

(Chang, 2005, hlm. 12).

P = Po Xp

Didalam larutan yang hanya memiliki satu zat terlarut, Xp = 1 – Xt, dimana Xt merupakan fraksi mol zat terlarut, maka persamaannya dapat dijabarkan:

P = Po Xp P = (1 – Xt) Po

P = Po Xt

Bisa kita lihat bahwa penurunan tekanan uap ( P) sebanding dengan konsentrasi zat terlarut yang ada (diukur dalam fraksi mol).

Keterangan: P = penurunan tekanan uap larutan

Xterlarut = fraksi mol zat terlarut

Penguapan meningkatkan ketidakteraturan suatu sistem akibat proses fisis dan kimia, karena molekul dalam fasa gas kurang teratur dibandingkan pelarut murni dan uap. Oleh karena itu, dibandingkan dengan saat meninggalkan pelarut, molekul pelarut lebih kecil kemungkinannya untuk meninggalkan larutan untuk menjadi tekanan uap, sehingga tekanan uap larutan lebih kecil dibandingkan tekanan uap pelarut (Chang, R. 2005, hlm. 13).

b. Kenaikan Titik Didih

Adanya zat terlarut yang bersifat tidak mudah menguap akan menurunkan tekanan uap larutan, dan titik didih juga akan terpengaruh olehnya. Titik didih larutan adalah suhu dimana tekanan uap larutan sama dengan tekanan atmosfer luar. Perhatikan gambar 2.4 berikut ini:

(41)

Gambar 2.4 Diagram Fasa Air

Gambar diatas memperlihatkan kurva cairan-uap untuk larutan terdapat dibawah kurva untuk pelarut murni. Karenanya, kurva larutan melewati garis horizontal yang berarti tekanan, P = 1 atm pada suhu yang lebih tinggi daripada titik didih normal pelarut murni. Penjabaran grafis ini menjelaskan bahwa larutan memiliki titik didih lebih tinggi daripada air.

Dengan demikian besarnya kenaikan titik didih Tb, didefinisikan sebagai:

Tb = Tb – Tob

di mana Tb yaitu titik didih larutan dan Tob yaitu titik didih pelarut murni. Karena Tb sebanding dengan penurunan tekanan uap, sehingga sebanding pula dengan konsentrasi (molalitas) larutan. Dengan demikian,

Tb = m Tb = Kb m

dengan m merupakan molalitas larutan dan Kb merupakan konstanta titik didih molal (Chang, 2005, hlm. 14-15).

Keterangan Tb =Kenaikan titik didih (oC)

Kb = Tetapan kenaikan titik didih molal (oC/m) m = Molalitas (molal)

(42)

c. Penurunan Titik Beku

Gambar 2.4 memperlihatkan bahwa penurunan tekanan uap larutan menggeser kurva padatan-cairan ke arah kiri, yang mengakibatkan garis tersebut melewati garis horizontal pada suhu yang lebih rendah daripada titik beku air. Sehingga penurunan titik beku, Tf, dapat diinterpretasikan:

ΔTf = Tof – Tf

di mana Tof merupakan titik beku pelarut murni, dan Tf merupakan titik beku larutan. Dapat dikatakan pula, Tf, sebanding dengan konsentrasi larutan:

Tf ~ m Tf = Kf m

dimana, m merupakan konsentrasi dari zat terlarut dalam satuan molalitas, dan Kf adalah konstanta penurunan titik beku molal (Chang, 2005, hlm. 15) Keterangan: Tf =Penurunan titik beku (oC)

Kf = Tetapan penurunan titik beku molal (oC/m) m = Molalitas (molal)

d. Tekanan Osmotik

Osmosis merupakan pergerakan molekul pelarut dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi melewati membrane semipermeable. Sementara itu, tekanan osmotik (osmotic pressure) larutan merupakan tekanan untuk menghentikan proses osmotik (Chang, 2005, hlm. 16). Besarnya tekanan osmosis tidak bergantung pada jenis zat terlarut, namun hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut per unit volume larutan. Tekanan osmotik dapat dinyatakan:

πV = nRT π =

π = M R T

(43)

Keterangan: π : Tekanan osmotik

R : Konstanta gas (0,08206 L atm mol-1 K-1) T : Suhu (Kelvin)

n : Banyaknya zat terlarut (dalam mol) V : Volume (dalam liter)

(Petrucci, 2011, hlm. 173-174) Tekanan osmostik sebanding dengan konsentrasi larutan. Apabila kedua larutan memiliki konsentrasi yang sama sehingga mempunyai tekanan osmotik yang sama pula, maka kedua larutan dikatakan dalam kondisi isotonik. Apabila kedua larutan mempunyai tekanan osmotik yang berbeda, larutan yang lebih encer disebut hipotonik, sementara itu larutan yang lebih pekat disebut hipertonik (Chang, 2005, hlm. 18).

e. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Sifat koligatif larutan elektrolit memiliki sedikit perbedaan dengan sifat koligatif larutan non-elektrolit. Keadaan tersebut disebabkan karena senyawa elektrolit mengalami ionisasi dalam larutan. Sebagai contoh, jika membandingkan larutan NaCl dengan larutan non elektrolit seperti sukrosa, maka sifat koligatif larutan 0,1 m NaCl akan dua kali lebih besar daripada 0,1 m sukrosa, karena NaCl terionisasi menjadi ion Na+ dan ion Cl-. Sama seperti 0,1 m larutan CaCl2 akan menurunkan titik beku tiga kali lebih besar daripada 0,1 m larutan sukrosa (Chang, 2005, hlm. 20).

Menurut van’t Hoff, nilai sifat koligatif larutan elektrolit akan lebih besar dibandingkan nilai sifat koligatif larutan non elektrolit. Dengan mencermati faktor van’t Hoff, maka rumus sifat koligatif untuk larutan elektrolit perlu dikali dengan i (faktor van’t Hoff).

i = 1

+ (

n – 1)

α

n = jumlah ion yang dihasilkan dari setiap satu satuan rumus kimia senyawa terlarut, dan

α

= derajat ionisasi (untuk elektrolit kuat umumnya = 1).

(44)

Untuk menandakan pengaruh elektrolit, maka rumusan sifat koligatif elektrolit dituliskan seperti berikut ini: (Chang, 2005, hlm. 20):

Tb=i Kbm Tf = i Kf m

π = i MRT

variabel i merupakan faktor van’t Hoff, yang dapat dijelaskan seperti berikut:

i =

B. Penelitian relevan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh Umaira, dkk yang berjudul “Science Environmental Technology and Society-based Module Development on Petroleum Chemistry to Enhance Student Learning Achievement” memberikan kesimpulan bahwa pengembangan modul yang telah dilakukan dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran kimia minyak bumi (Umaira & Rahmatan, 2019, hlm. 96).

Prihandono dkk., (2017, hlm. 3943) melakukan penelitian yang berjudul

“Development of Module Based on Local Potential Integrated SETS in Junior High School” menyimpulkan bahwa modul yang terintegrasi SETS tersebut dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan nilai-nilai kehidupan termasuk karakter kepedulian terhadap lingkungan.

Permatasari, dkk., juga melakukan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Ipa Berbasis Inkuiri Terintegrasi Sets (Science, Environment, Technology And Society) pada Materi Sistem Reproduksi Manusia” hasilnya menunjukkan bahwa bahan ajar IPA yang telah dikembangkan tersebut layak, efektif dan efisien dalam meningkatan penguasaan konsep siswa (Permatasari, Ramdani, & Syukur, 2019, hlm. 77).

Penelitian lain dilakukan oleh Syamsurizal, Haryanto dan Chairani (2015) dengan judul “Pengembangan E-Modul Berbasis Keterampilan Proses Sains

Gambar

Gambar 2.2 Keterkaitan Bagian-bagian SETS
Gambar 2.3 Ranah Pembelajaran SETSi
Gambar 2.5 Kerangka berpikir.
Gambar 3.1 Model pengembangan 4D Thiagarajani
+7

Referensi

Dokumen terkait

PEMBELAJARAN KIMIA METODE JIGSAW BERBANTUAN PETA KONSEP DAN PETA PIKIRAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN. MEMORI DAN KREATIVITAS BERPIKIR PADA MATERI SIFAT

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XII PADA MATERI SIFAT..

Skripsi dengan judul “ Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran Kimia materi Sifat Koligatif Larutan Kelas XII SMAN 3 Palembang” disusun untuk

Aktivitas guru yang baik dalam kegiatan pembelajaran dengan metode inkuiri membantu siswa meningkatkan hasil belajar kimia dengan materi sifat koligatif larutan di kelas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah metoeksper dapat meningkatkan keterampilan proses kimia materi sifat koligatif larutan pada peserta didik kelas XII

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah metoeksper dapat meningkatkan keterampilan proses kimia materi sifat koligatif larutan pada peserta didik kelas XII

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui: ada tidaknya perbedaan hasil belajar Mahasiswa pada konsep sifat koligatif larutan yang diajarkan dengan

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pelaksanaan praktikum kimia secara daring kelas XII MIPA 2 di SMAN 6 Kota Serang pada materi pokok Sifat Koligatif Larutan