• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEFINISI DAN PENGERTIAN : REPOSITORI, EPRINTS, IMAGEMAGICK

Maria Husnun Nisa

DEFINISI DAN PENGERTIAN : REPOSITORI, EPRINTS, IMAGEMAGICK

pengguna tetap dapat mengakses karya ilmiah secara fullteks, namun tidak bisa meng-copy paste.

METODE PENELITIAN

Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah dengan melakukan wawancara kepada beberapa informan yang berkompeten dan terlibat langsung dalam pengembangan sistem repositori Perpustakaan UMS termasuk yang melakukan penambahan aplikasi image magick.

Selain itu dilakukan juga beberapa kajian teori mengenai repositori,

eprints dan image magick. Serta menganalisis akses repositori Perpustakaan

UMS.

DEFINISI DAN PENGERTIAN : REPOSITORI, EPRINTS, IMAGEMAGICK

Secara sederhana arti dari repositori adalah tempat penyimpanan. Dalam konteks kepustakawanan repositori adalah suatu tempat dimana dokumen, informasi atau data disimpan, dipelihara dan digunakan (Hasugian, 2012,1)

Lynch (2003) dalam Surahman (2014, 3) mendefinisikan repositori institusi sebagai a set of services that a university offers to the members of its

community for the management and dissemination of digital materials created by institution and its community members. It is most essentially an organizational commitment to the stewardship of these digital materials, including long-term preservation where appropriate, as well as organization and access or distribution.

Repositori institusi: Digital archive of the intellectual product created by the

faculty, research staff, and the students of an institution and accessible to end users both within and outside of the institution, with few if any barriers to access”(Crow, 2002) dalam Kasimun (2010,2).

Jadi repositori institusi adalah tempat pengelolaan mulai dari penghimpunan, penyimpanan dan penyebarluasan karya-karya ilmiah digital yang dihasilkan oleh sebuah institusi untuk diakses dan dimanfaatkan secara terbuka.

Akses repositori dapat dibagi 2 yakni kemudahan alamat website repositori tersebut diakses dan fasilitas akses yang diberikan kepada pengguna (Yaniasih, 2013,56). Kemudahan akses dapat dilihat dari apakah alamat website yang dipakai dapat dengan mudah ditemukan dan terindeks di mesin pencari. Fasilitas akses menurut Tripathi & Jeevan (2011) dalam Yaniasih (2013,56) umumnya terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu pertama konten hanya bisa diakses oleh pegawai, dosen, peneliti, atau mahasiswa dari institusi tersebut; kedua konten dapat diakses oleh publik tetapi hanya bagian-bagian tertentu; dan ketiga konten dapat diakses secara teks lengkap.

Penyediaan akses ke repositori local content perguruan tinggi di Indonesia bervasirasi. Umumnya hanya dapat diakses secara terbatas oleh pengguna. Ada perpustakaan yang hanya menyediakan akses terhadap metadata dan abstrak saja, ada yang menyediakan akses penuh (fulltext) hanya kepada sivitas akademiknya, dan ada pula yang membuka akses terbuka (open access) fulltext untuk masyarakat luas. (Hasugian, 2012,9)

Eprints merupakan perangkat lunak untuk mengelola repositori digital

yang dikembangkan oleh University of Southampton. Versi pertama dari Eprints ini di-release ke publik pada tahun 2000. Eprints sudah terintegrasi dengan

extended metadata, advanced search untuk penelusuran informasi lanjut, dan

fitur-fitur lainnya. Eprints merupakan perangkat lunak repositori digital berbasis

open source, sehingga dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal

(http://eprints.org). dalam Fuadi (2014)

Perangkat lunak Eprints dapat berjalan di berbagai macam sistem operasi. Berdasarkan dokumentasi dari situs Eprints yaitu www.eprints.org, perangkat lunak ini bisa berjalan di sistem operasi Linux (debian, ubuntu, red hat, dan

fedora) dan juga bisa berjalan di sistem operasi windows (xp, vista dan seven). Eprints merupakan perangkat lunak digital institutional repository yang berbasis

web. Eprints dikembangkan dengan bahasa perl, maka untuk dapat menjalankannya dibutuhkan perl dan perl modules. Agar fitur pdf thumbnail,

image thumbnail pada Eprints dapat berjalan,maka diperlukan perangkat lunak

pendukung berupa xpdf, imagemagick, ffmpeg, dan ffprobe.

ImageMagick adalah sebuah software grafis open source yang gratis. software ini dapat memungkinkan para pengguna untuk mengkonversi,

memanipulasi atau mengubahsuatu gambar yang ingin diolah. Kelebihan

ImageMagick dengan perangkat lunak grafis lainnya adalah sifatnya yang multiplatform dan dapat digunakan, dimodifikasi serta didistribusikan. ImageMagick dapat mengkonversi format suatu gambar dalam jumlah yang

sangat besar (lebih dari 200) secara massal. ImageMagick juga dapat mengkonversi gambar dalam berbagai format termasuk format PNG, JPEG, JPEG-2000, GIF, TIFF, DPX, EXR, WebP, Postscript, PDF, dan SVG. Misal dari format JPEG ke PNG, JPEG ke PDF ataupun sebaliknya dari format PNG ke JPEG, PDF ke JPEG.

Beberapa hal yang dapat dilakukan ImageMagick adalah konversi format gambar, rotasi gambar, mengelola warna gambar, memotong gambar berbasis geometri. ImageMagick dapat mengubah gambar secara otomatis dan dinamis dan dapat menambahkan water making.

Sekilas Pengembangan Repositori Perpustakaan UMS

Perpustakaan UMS juga menyadari akan pentingnya pengelolaan karya ilmiah ini dengan terus berupaya mengembangkan repository institusi. Sejak tahun 2006 Perpustakaan UMS sudah menggunakan GDL (Ganesha Digital

Library). Namun seiring bertambahnya karya ilmiah yang harus diunggah dan

berkembangnya teknologi informasi, akhirnya pada tahun 2008 pengelolaan repositori institusi Perpustakaan UMS berpindah ke eprints.

Pertimbangan lain mengganti sistem repositori ini antara lain karena

berkembang dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi.

Perpustakaan UMS termasuk dalam kelompok pertama di Indonesia dalam menerapkan eprints pada sistem repositorinya. Oleh karena itu repositori Perpustakaan UMS sudah terindeks google dan terdeteksi oleh sistem

webometrics. Untuk peringkat repositori versi webometric, repositori

Perpustakaan UMS pernah menduduki 3 teratas se-Indonesia. Dan sampai dengan edisi Januari 2013 selalu masuk deretan 5 besar di Indonesia. Namun kompetisi dengan repositori universitas lain yang semakin ketat dan kurang fokusnya perpustakaan dalam pengelolaan repositori, menyebabkan penurunan peringkat repositori institusi UMS dalam versi webometric. Setelah pernah menduduki peringkat 3, kemudian harus keluar dari 10 besar di Indonesia hingga akhirnya pada Januari 2015 turun drastis menjadi peringkat ke 30. Baru pada edisi Juli 2015 dan edisi Januari 2016 repositori Perpustakaan UMS kembali berhasil menduduki peringkat 3 di Indonesia. Dan pada edisi Juli 2016 repositori Perpustakaan UMS turun satu tingkat ke peringkat 4.

Pada sekitar tahun 2010 eprints yang diterapkan di Perpustakaan UMS ditambahkan aplikasi ImageMagick, yakni aplikasi yang bisa mengubah file pdf menjadi JPEG (gambar). Pengembangan selanjutnya adalah pada tahun 2015 sistem repositori Perpustakaan UMS yang menggunakan berhasil dihubungkan

eprints dengan sistem unggah mandiri. Dengan adanya sistem unggah mandiri ini

maka waktu mengunggah karya ilmiah lebih cepat terpublikasi. Sebelum ada sistem unggah mandiri waktu yang dibutuhkan untuk mempublikasikan karya ilmiah 1 periode wisuda adalah 1 sampai 4 bulan, setelah ada sistem unggah mandiri waktu yang dibutuhkan cukup 1 hari.

Kebijakan akses yang diberlakukan pada sistem repositori Perpustakaan UMS adalah akses konten dapat diakses dan diunduh oleh publik secara online dari manapun pada bagian naskah publikasi, halaman depan, abstrak termasuk di dalamnya, bab I dan daftar pustaka. Sementara akses secara fullteks ditampilkan dalam bentuk image (gambar) dan dapat diakses dari manapun oleh sivitas akademika dengan memakai username dan password SSO (single Sign On).

Publik selain sivitas akademika juga dapat mengakses secara fullteks hanya dari dalam kampus UMS.