• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Gaya Hidup

Dalam dokumen Sikap Remaja Terhadap HIV and AIDS (Halaman 48-53)

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN

2.2 Kerangka Konseptual

2.2.2 Variabel Independen

2.2.2.1 Definisi Gaya Hidup

Kotler (1984) menjelaskan bahwa gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi. Dijelaskan menurut WHO (1998), bahwa gaya hidup adalah cara hidup yang didasari oleh pola-pola perilaku yang bisa diidentifikasi. Pola-pola perilaku ini dibentuk dari karakteristik individu, interaksi sosial, dan kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan hidupnya. Kotler menambahkan bahwa gaya hidup adalah cara hidup yang diidentifikasi dari bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang mereka anggap penting di lingkungannya (minat), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka dan dunia di sekitar mereka (opini).

Dalam teori mengenai gaya hidup, Sumarwan (2004: 58) menjelaskan konsep yang terkait dengan gaya hidup dalam membantu penelitian ini, yaitu psikografik, sebagai instrumen untuk mengukur gaya hidup seseorang. Psikografik merupakan suatu konsep yang terkait dengan gaya hidup. Psikografik merupakan suatu instrumen untuk mengukur gaya hidup, yang memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa menganalisis data yang sangat besar (Sumarwan, 2004:58). Jadi, psikografik merupakan suatu dimensi sebagai pengukuran kuantitatif gaya hidup, kepribadian, dan demografik seseorang. Psikografik juga sering dikaitkan dengan pengukuran AIO (Activities, Interests, Opinions). Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan dua dimensi gaya hidup yaitu

aktivitas dan opini. Dimensi minat tidak diikutsertakan karena peneliti menilai bahwa dimensi minat beririsan dengan aspek saliensi opini dari dimensi opini, dan dimensi minat juga beririsan dengan dimensi afeksi dari variabel dependen penelitian ini, yaitu sikap.

2.2.2.1.1 Dimensi Aktivitas

Aktivitas merupakan dimensi dari gaya hidup yang diartikan sebagai cara seseorang dalam menghabiskan waktunya (Kotler, 1984). Menurut American Heritage Dictionary, pengertian aktivitas adalah tindakan atau gerakan energik. Sedangkan aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008) didefinisikan sebagai keaktifan atau kegiatan. Dalam Oxford Dictionary aktivitas adalah sesuatu yang sedang atau telah dikerjakan oleh seseorang atau kelompok.

Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang aktivitas, peneliti memilih untuk menggunakan teori tentang aktivitas belajar untuk mengukur aktivitas remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS. Oemar Hamalik (2011) menjelaskan bahwa aktivitas belajar seorang siswa dapat dibagi menjadi delapan kategori, yaitu:

a. Aktivitas Visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.

b. Aktivitas Lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

c. Aktivitas Mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d. Aktivitas Menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

e. Aktivitas Menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.

f. Aktivitas Metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

g. Aktivitas Mental, yaitu merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

h. Aktivitas Emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

Berangkat dari definisi aktivitas di atas, peneliti kemudian memilih indikator aktivitas yang dinilai relevan dalam membahas aktivitas remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS, serta merumuskan satu jenis indikator baru, indikator-indikator tersebut adalah:

1. Aktivitas visual: Aktivitas remaja berupa melihat dan membaca hal-hal yang terkait dengan aspek pencegahan penularan HIV dan AIDS.

2. Aktivitas lisan: Aktivitas remaja berupa mengajukan pendapat dan pertanyaan mengenai hal-hal yang terkait dengan aspek pencegahan penularan HIV dan AIDS.

3. Aktivitas mendengarkan: Aktivitas remaja berupa mendengarkan penjelasan atau percakapan melalui diskusi mengenai hal-hal yang terkait dengan aspek pencegahan penularan HIV dan AIDS.

4. Aktivitas gerak: Merupakan indikator yang dirumuskan oleh peneliti sebagai perwakilan dari aktivitas menggambar dan menulis, dimana menggambar dan menulis merupakan aktivitas yang terkait dengan gerak fisik. Aktivitas gerak adalah aktivitas remaja terkait dengan aktivitas fisik yang rutin dilakukan oleh remaja terkait dengan aspek pencegahan penularan HIV dan AIDS.

Aktivitas metrik tidak dicantumkan karena dinilai terlalu rumit untuk responden yang masih berusia remaja, sedangkan aktivitas mental dan emosional tidak dicantumkan karena beririsan dengan dimensi afeksi dari variabel dependen penelitian ini, yaitu sikap.

Aktivitas sebagai dimensi dari gaya hidup adalah mengenai bagaimana seseorang menghabiskan waktunya dengan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas remaja yang berhubungan dengan pencegahan penularan HIV dan AIDS, yang dapat bersifat mendukung dan tidak mendukung dalam mencegah penularan HIV dan AIDS. Pengukuran yang dilakukan berupa sejauh mana aktivitas remaja dapat mendukung atau tidak mendukung dalam mencegah penularan HIV dan AIDS.

2.2.2.1.2 Dimensi Opini

Opini adalah pandangan seseorang mengenai dirinya dan lingkungan di sekitarnya (Kotler, 1984). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008), opini adalah pendapat, pikiran, atau pendirian. Sedangkan dalam Oxford Dictionary, opini adalah pandangan yang dibentuk terhadap sesuatu yang tidak selalu berdasarkan fakta atau pengetahuan.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai opini, peneliti memilih untuk menggunakan teori opini publik untuk mengukur opini remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS. Opini memiliki empat indikator yaitu arah opini, intensitas opini, saliensi opini, dan stabilitas opini (Gitelson, Alan. R, dkk, 2012: 132).

Arah opini mengacu pada posisi setuju atau tidak setuju seseorang terkait sebuah isu, intensitas opini mengacu pada seberapa kuat seseorang menyetujui atau tidak menyetujui sebuah isu, saliensi opini mengacu pada persepsi seseorang tentang seberapa penting isu tersebut, dan stabilitas opini mengacu pada terjadi atau tidak terjadinya perubahan dalam opini seseorang terhadap suatu isu dari waktu ke waktu (Steward, John. P, 2013).

Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan opini remaja yang berkaitan dengan lingkungan sekitarnya. Opini remaja terhadap dirinya sendiri tidak digunakan dalam penelitian ini karena beririsan dengan dimensi afeksi. Indikator dari opini yang peneliti gunakan untuk mengukur opini remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS berdasarkan teori opini publik, yaitu:

1. Arah opini: Posisi remaja memandang lingkungan di sekitarnya, baik setuju maupun tidak setuju terkait aspek-aspek pencegahan penularan HIV dan AIDS.

2. Intensitas opini: Seberapa kuat remaja menyetujui atau tidak menyetujui aspek-aspek pencegahan penularan HIV dan AIDS di lingkungan sekitarnya.

3. Salinitas opini: Seberapa penting remaja menilai aspek-aspek pencegahan penularan HIV dan AIDS di lingkungan sekitarnya.

Stabilitas opini tidak diikutsertakan sebagai indikator dalam penelitian ini, karena untuk melihat trend terjadinya perubahan opini remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS dibutuhkan penelitian yang sifatnya time series.

Opini sebagai dimensi dari gaya hidup remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS adalah sejauh mana pandangan remaja, baik setuju maupun tidak setuju terhadap aspek-aspek pencegahan HIV dan AIDS, dan apakah remaja menganggap aspek-aspek pencegahan HIV dan AIDS tersebut sebagai sesuatu yang penting, atau tidak penting. Opini remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS dapat bersifat mendukung, ataupun tidak mendukung dalam mencegah penularan HIV dan AIDS. Pengukuran yang dilakukan berupa sejauh mana opini remaja dapat mendukung atau tidak mendukung dalam mencegah penularan HIV dan AIDS.

2.2.2.1.3 Dimensi Minat

Penelitian ini mendefinisikan minat sebagai apa yang orang anggap penting di lingkungannya (Kotler, 1986). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008), minat didefinisikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, atau keinginan. Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada suatu objek atau menyenangi suatu objek (Sumadi Suryabrata, 1988 : 109). Sementara itu menurut Crow dan Crow, minat adalah pendorong yang menyebabkan seseorang memberi perhatian terhadap orang, sesuatu, aktivitas-aktivitas tertentu (Johny Killis, 1988 : 26). Minat merupakan bagian dari afeksi (Krathwohl, 2002) sehingga dalam penelitian ini, dimensi minat

tidak digunakan oleh peneliti karena beririsan dengan dimensi afeksi dari variabel dependen penelitian ini, yaitu sikap.

Peneliti merumuskan gaya hidup remaja yang mendukung dalam mencegah penularan HIV dan AIDS sebagai gaya hidup yang dimensi aktivitas dan opininya bersifat positif terhadap komponen pencegahan HIV dan AIDS, seperti perilaku ABCD (Abstinence, Be Faithful, Use Condom, Don’t Drugs) yang sudah dijelaskan di atas. Kemudian, untuk gaya hidup yang tidak mendukung dalam mencegah penularan HIV dan AIDS, peneliti merumuskan perilaku yang tidak sesuai dengan perilaku ABCD, misalnya melakukan hubungan seks pranikah, berganti-ganti pasangan, tidak memakai kondom saat berhubungan seksual, dan mengonsumsi obat-obatan terlarang.

Gaya hidup remaja sebagai variabel independen memiliki pengaruh terhadap sikap remaja sebagai variabel dependen. Hubungan yang dihasilkan dari dua variabel ini adalah hubungan yang positif. Gaya hidup remaja yang mendukung dalam mencegah penularan HIV dan AIDS akan menghasilkan sikap remaja yang positif dalam mencegah penularan HIV dan AIDS. Sedangkan, gaya hidup remaja yang tidak mendukung dalam mencegah penularan HIV dan AIDS maka akan menghasilkan sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS yang negatif.

Dalam dokumen Sikap Remaja Terhadap HIV and AIDS (Halaman 48-53)

Dokumen terkait