• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Sikap dengan Tingkat Religiositas

Dalam dokumen Sikap Remaja Terhadap HIV and AIDS (Halaman 150-156)

BAB 6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REMAJA DALAM

6.1 Hubungan Bivariat

6.1.2 Hubungan antara Sikap dengan Tingkat Religiositas

Variabel yang dianggap dapat memengaruhi sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS berikutnya yaitu tingkat religiositas remaja. Dalam mengukur tingkat religiositas remaja, penelitian kami menggunakan tiga dimensi yaitu praktik dalam beragama (practice), kepercayaan dalam beragama (belief), dan perasaan dalam beragama (feeling). Ketiga dimensi tersebut terbagi menjadi dua kategori yaitu rendah dan tinggi.

39 Wawancara mendalam oleh Ghivo Pratama kepada informan laki-laki berinisial H, berusia 16 tahun tanggal 27 Juni 2013, pukul 08.00

Tabel 6.5

Hubungan antara Tingkat Religiositas dengan Sikap Remaja dalam Mencegah Penularan HIV dan AIDS

n=93

Sikap Tingkat Religiositas Total

Tinggi Rendah

Positif 29 (63,0%) 15 (31,9%) 44 (47,3%)

Negatif 17 (37,0%) 32 (68,1%) 49 (52,7%)

Total 46 (100%) 47 (100 %) 93 (100%)

Sumber data : SPSS LPMPS Kelompok A 2013 di Desa Lewo Baru, Kecamatan Malangbong, tahun 2013

Responden yang memiliki sikap yang positif cenderung lebih banyak pada mereka yang memiliki tingkat religiositas tinggi yaitu 63 persen dibandingkan mereka yang memiliki tingkat religiositas yang rendah yaitu 31,9 persen. Sementara, responden yang memiliki sikap yang negatif cenderung lebih banyak pada mereka yang memiliki tingkat religiositas yang rendah yaitu 68,1 persen dibandingkan mereka yang memiliki tingkat religiositas yang tinggi yaitu 37 persen. Sehingga, dapat dikatakan terdapat hubungan positif antara tingkat religiositas dengan sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS.

Jika dikaitkan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu Religiosity, Sexual Behaviors, and Sexual Attitudes During emerging Adulthood oleh Eva S. Letkowitz, Meghan M. Gillen, Cindy L. Shearer, Tanya L. Boone (2004) menggambarkan bahwa religiositas merupakan faktor yang paling kuat dalam memengaruhi sikap dan perilaku seksual remaja. Pada penelitian ini juga menggambarkan hal yang sama bahwa tingkat religiositas memengaruhi sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS.

Hasil tabel silang di atas diperkuat oleh uji hipotesis yang juga menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel tingkat religiositas dan sikap remaja dalam mencegah penularan HIV AIDS41. Dari hasil uji hipotesis

tersebut ditunjukkan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (α) yang kemudian dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak atau dengan kata lain variabel tingkat religiositas memiliki hubungan dengan variabel sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS.

Tabel 6.6

Uji d’Somers Sikap dan Tingkat Religiositas Remaja

Ho: Tidak terdapat hubungan antara tingkat religiositas remaja dengan sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS

Tingkat Religiositas Remaja Sikap Remaja dalam Mencegah Penularan HIV dan AIDS Signifikansi: 0.001(< 0,05)

d : 0,311

Dari hasil uji d’Somers tersebut dapat dilihat nilai yang didapat adalah sebesar 0,311. Berdasarkan skala kekuatan hubungan42, dapat disimpulkan bahwa nilai 0,311 menunjukkan kekuatan hubungan yang lemah dengan arah hubungan positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tingkat religiositas dengan sikap remaja dalam mencegah penularan HIV AIDS tergolong lemah dengan arah hubungan yang positif. Arah hubungan tersebut menunjukkan bahwa remaja dengan tingkat religiositas yang tinggi, juga memiliki sikap yang positif dalam mencegah penularan HIV dan AIDS.

Tabel 6.7

Hubungan antara Praktik Beragama dengan Sikap Remaja dalam Mencegah Penularan HIV dan AIDS

n=93

Sikap Praktik Beragama Total

Tinggi Rendah

Positif 23 (47,9%) 21 (46,7%) 44 (47,3%)

Negatif 25 (52,1%) 24 (53,3%) 49 (52,7%)

Total 48 (100%) 45 (100 %) 93 (100%)

Sumber data : SPSS LPMPS Kelompok A 2013 di Desa Lewo Baru, Kecamatan Malangbong, tahun 2013

Responden yang memiliki sikap yang positif cenderung lebih banyak pada mereka yang memiliki praktik beragama yang tinggi yaitu 46,7 persen dibandingkan mereka yang memiliki praktik beragama yang rendah yaitu 47,9 persen. Sementara, responden yang memiliki sikap yang negatif cenderung lebih banyak pada mereka yang memiliki praktik beragama yang rendah yaitu 53,3 persen dibandingkan mereka yang memiliki praktik beragama yang tinggi yaitu 52,1 persen. Tetapi, dari selisih persentase yang tidak terlalu besar tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan arah hubungan antara sikap negatif ataupun positif remaja terhadap praktik beragama tidak terlalu signifikan.

Selisih persentase yang tidak terlalu besar antara sikap positif ataupun negatif remaja terhadap praktik beragama salah satunya dipengaruhi oleh pelaksanaan praktik beragama yang dilakukan hanya sebagai pelaksanaan kewajiban, bukan sebagai ritual dalam mendekatkan diri kepada Tuhan. Seperti yang dituturkan responden saat wawancara mendalam ketika ditanyakan terkait opininya ketika hal-hal praktik yang diwajibkan dalam agama seperti shalat, puasa, dan lain-lain tidak lagi menjadi suatu hal yang wajib.

Yah gak tau itu mah Teh belum pernah diajarin”. 43

Tabel 6.8

Hubungan antara Kepercayaan Beragama dengan Sikap Remaja dalam Mencegah Penularan HIV dan AIDS

n=93

Sikap Kepercayaan Beragama Total

Tinggi Rendah

Positif 26 (61,9%) 18 (35,3%) 44 (47,3%)

Negatif 16 (38,1%) 33 (64,7%) 49 (52,7%)

Total 42 (100%) 51 (100 %) 93 (100%)

Sumber data : SPSS LPMPS Kelompok A 2013 di Desa Lewo Baru, Kecamatan Malangbong, tahun 2013

Responden yang memiliki sikap yang positif cenderung lebih banyak pada mereka yang memiliki kepercayaan dalam beragama yang tinggi yaitu 61,9 persen dibandingkan mereka yang memiliki kepercayaan beragama yang rendah yaitu 35,3 persen. Sementara, responden yang memiliki sikap yang negatif cenderung lebih banyak pada mereka yang memiliki kepercayaan beragama yang rendah yaitu 64,7 persen dibandingkan mereka yang memiliki kepercayaan beragama yang tinggi yaitu 38,1 persen. Sehingga, dapat dikatakan terdapat hubungan positif antara kepercayaan beragama dengan sikap remaja dalam mencegahuj penularan HIV dan AIDS.

Sikap yang positif dalam mencegah penularan HIV dan AIDS salah satunya dipengaruhi oleh tingginya kepercayaan bahwa akan mendapatkan dosa apabila tidak beragama ataupun ketika melakukan hal-hal yang dilarang dalam agama. Berikut adalah kutipan wawancara mendalam terkait kepercayaan akan mendapat dosa ketika melanggar hal-hal yang dilarang agama

Percaya banget karena ada rasa takut gitu, kayak waktu itu abis bohong sama orangtua jadi ada rasa takut”44

Tabel 6.9

Hubungan antara Perasaan beragama dan Sikap remaja dalam Mencegah Penularan HIV dan AIDS

n=93

Sikap Perasaan Beragama Total

Tinggi Rendah

Positif 26 (65,0%) 18 (34,0%) 44 (47,3%)

Negatif 14 (35,0%) 35 (66,0%) 49 (52,7%)

Total 40 (100%) 53 (100 %) 93 (100%)

Sumber data : SPSS LPMPS Kelompok A 2013 di Desa Lewo Baru, Kecamatan Malangbong, tahun 2013

Responden yang memiliki sikap yang positif cenderung lebih banyak pada mereka yang memiliki perasaan beragama yang tinggi yaitu 65 persen dibandingkan mereka yang memiliki perasaan beragama yang rendah yaitu 34 persen. Sementara responden yang memiliki sikap yang negatif cenderung lebih banyak pada mereka yang memiliki perasaan beragama yang rendah yaitu 66 persen dibandingkan mereka yang memiliki perasaan beragama yang tinggi yaitu 35 persen. Sehingga, dapat dikatakan terdapat hubungan positif antara perasaan beragama dengan sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS.

Hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa sikap yang positif dalam mencegah penularan HIV dan AIDS salah satunya dipengaruhi oleh perasaan dalam beragama terutama terkait hal-hal yang dilarang oleh agama. Berikut adalah kutipan wawancara responden saat ditanyakan mengenai perasaannya ketika mengetahui bahwa pacaran adalah sesuatu yang dilarang dalam agama

“ya takut aja Teh, kan Allah melihat kita berduaan, jadi sayamah berusaha aja untuk ngurangin dan menghindari yang dilarang.”45

Perasaan remaja yang cukup baik dalam beragama tersebut mempengaruhi sikapnya dalam mencegah penularan HIV dan AIDS. Salah satunya terlihat dari

perilakunya dalam berpacaran yang menghindari hal-hal yang dilarang dalam agama.

6.2 HUBUNGAN MULTIVARIAT

Dalam dokumen Sikap Remaja Terhadap HIV and AIDS (Halaman 150-156)

Dokumen terkait