• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

PELAKU KEBIJAKAN

3 METODE PENELITIAN

3.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

Pengembangan model dilakukan dengan menggunakan pendekatan teroritis. Pendekatan teoritis dimaksudkan untuk mendapatkan justifikasi terhadap konsep-konsep yang dikembangkan, sehingga model akhir yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan dan mendapat kebenaran secara ilmiah. Model dalam penelitian ini berusaha mengungkap bagaimanakah seharusnya kebijakan yang dibuat pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan kepulauan Seribu. Kebijakan pemerintah tersebut sebagai upaya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat guna menanggulangi kemiskinan yang merupakan prioritas yang perlu diterapkan dalam setiap pelaksanaan program pembangunan. Menurut gunawan sumodiningrat (2007) arah pembangunan tersebut harus ditindaklanjuti melalui strategi peningkatan kesejahteraan dan dijabarkan melalui kebijakan peningkatan kesejahteraan guna menanggulangi kemiskinan yang terdiri dari beberapa hal.

Pertama, penguatan kelembagaan (X1) yaitu upaya meningkatkan kemampuan kelembagaan masyarakat dan aparat agar proses alih informasi dan teknologi, penyaluran dana dan informasi, proses produksi dan distribusi dan pemasaran serta administrasi pembangunan terlembaga dengan baik sesuai dengan kondisi lokal.

Kedua, pemberdayaan sumberdaya manusia (X2) yaitu memperkuat kapasitas sumber daya manusia dengan cara meningkatkan kemampuan manajemen dan organisasi aparat dan warga masyarakat dalam pembangunan guna meningkatkan produktivitas dan daya saing melalui pelatihan,peyuluhan dan pendampingan.

Ketiga, modal usaha guna mengembangkan kewirausahaan (X3) yaitu memberdayakan ekonomi masyarakat dengan cara mengembangkan mekanisme penyaluran dana bantua dan kredit lunak langsung kepada masyarakat untuk mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif unggulan dalam

90

meningkatkan jiwa kewirausahaan sehingga dapat menjamin surplus untuk tabungan dan akumulasi modal masyarakat.

3.3.1 Variabel kesejahteraan

UU No. 16 tahun 1994 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan soaial, material maupun spiritual, yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang menungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial sebaik-baiknya bagi diri keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Kesejahteraan rakyat mempunyai aspek yang sangat komplek dan tidak memungkinkan untuk untuk menyajikan data yang mampu mengukur semua aspek kesejahteraan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan indikator kesejahteraan rumah tangga yang telah ditetapkan oleh BPS (1991) yang sudah dimodofikasi. Modifikasi diperlukan untuk menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di daerah penelitian. Indikator tersebut terdiri atas: (1) Pendapatan rumah tangga; (2) Konsumsi rumah tangga; (3) Keadaan tempat tinggal; (4) Fasilitas tempat tinggal; (5) Kesehatan anggota keluarga; (6) Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dan tenaga medis/paramedis, termasuk didalamnya kemudahan mengikuti Keluarga Berencana (KB) dan obat- obatan; (7) Kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan; (8) Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi; (10) Perasaan aman dari gangguan kejahatan; dan (11) Kemudahan dalam melakukan olah raga.

Variabel yang digunakan sebagai indikator yang menentukan tingkat kesejahteraan nelayan adalah pendapatan rumah tangga (Y1), keadaan tempat tinggal (Y2), dan kondisi kesehatan (Y3).

3.3.2 Variabel penguatan kelembagaan

Penguatan kelembagaan yaitu upaya meningkatkan kemampuan kelembagaan masyarakat dan aparat agar proses alih informasi dan teknologi, penyaluran dana dan informasi, proses produksi dan distribusi dan pemasaran

91

serta administrasi pembangunan terlembaga dengan baik sesuai dengan kondisi lokal. Penguatan kelembagaan yang akan digunakan sebagai indikator dalam penelitian ini adalah kelembagaan yang berupa : organisasi nelayan (X11); lembaga keuangan mikro (X12); dan lembaga pemerintahan (X13).

Definisi dari organisasi nelayan adalah organisasi yang melaksanakan pelayanan dalam bidang kesejahteraan sosial baik untuk anggotanya sendiri maupun masyarakat (organisasi selain organisasi politik), dan telah mempunyai struktur yang tetap (susunan pengurus seperti ketua, sekretaris, dan bendahara), baik yang berbadan hukum maupun tidak, dikelola oleh gabungan beberapa nelayan. Definisi lembaga keuangan mikro (LKM) menurut Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia adalah badan usaha keuangan yang menyediakan layanan jasa keuangan mikro, yang tidak berbentuk bank dan tidak berbentuk koperasi, serta bukan pegadaian, namun termasuk badan kredit desa yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bank. Sedangkan, definisi dari lembaga pemerintah pada penelitian ini bisa pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

3.3.3 Variabel pemberdayaan sumberdaya manusia nelayan

Definisi dari pemberdayaan adalah penguatan kapasitas sumber daya manusia dengan cara meningkatkan kemampuan manajemen dan organisasi aparat dan warga masyarakat dalam pembangunan guna meningkatkan produktivitas dan daya saing melalui pelatihan,peyuluhan dan pendampingan. Penguatan sumber daya manusia nelayan yang akan digunakan sebagai indikator dalam penelitian ini berupa : pengadaan penyuluhan (X21); penyelenggaraan pelatihan (X22); dan penyelenggaraan pendidikan (X23).

Definisi penyuluhan dan pelatihan mempunyai kemiripan yaitu serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap individu. Perbedaan prinsipnya adalah pada pelatihan lebih ditekankan praktek dari pada teori. Hal ini sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1974 yang menyebutkan bahwa pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan ketrampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori. Oleh karena itu perbedaan dengan

92

pendidikan sangat jelas yaitu pendidikan memberikan gelar atau ijazah resmi yang dimulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.

3.3.4 Variabel kewirausahaan

Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan atau GNMMK (1995) mendifinisikan kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memperoleh keuntungan. Penguatan kewirausahaan nelayan yang akan digunakan sebagai indikator penelitian ini berupa : kepemilikan ketrampilan usaha (X31); praktek dan pengalaman usaha (X32); dan adanya niat berusaha (X33).

Definisi kepemilikan ketrampilan seorang nelayan adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai peluang atau kesempatan bisnis yang ada serta menghimpun sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mendapatkan laba atau hasil serta mengambil tindakan yang tepat guna memastikan keberhasilan. Definisi pengalaman usaha adalah lamanya seseorang menggeluti suatu usaha atau pekerjaan sehingga yang bersangkutan mempunyai pengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya. Sedangkan niat berusaha adalah dorongan yang kuat dari seorang individu untuk melakukan pekerjaan selain pekerjaan yang sehari-harinya mereka kerjakan.