• Tidak ada hasil yang ditemukan

Goodness of Fit Index Cut off Value

4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1.3 Fertilitas dan Keluarga Berencana

Salah satu masalah kependudukan di Indonesia dewasa ini adalah bagaimana menurunkan tingkat fertilitas ke tingkat yang lebih rendah. Hal tersebut di perlukan karena kelahiran adalah salah satu komponen yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk. Dengan adanya penurunan pada gilirannya akan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan. 4.1.3.1 Angka kelahiran kasar (CBR)

Program Pemerintah melalui Keluarga Berencana tidak hanya bertujuan menurunkan tingkat fertilitas tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menanamkan norma tentang keluarga kecil bahagia sejahtera. Upaya pemerintah tersebut di atas telah berhasil menurunkan tingkat fertilitas di Indonesia secara umum. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai sumber data antara lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate=CBR).

Di Kabupaten Kepulauan Seribu angka CBR pada tahun 2006 adalah sebesar 3.35 dan selanjutnya mengalami penurunan menjadi 1.39 di tahun 2007.

113

Angka ini menunjukkan bahwa jumlah kelahiran yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Seribu selama tahun 2006 adalah sebanyak 335 jiwa per 10.000 penduduk dan mengalami penurunan menjadi 139 jiwa per 10.000 penduduk. Hal ini mengindikasikan bahwa partisipasi masyarakat terhadap program pemerintah dalam rangka menurunkan tingkat fertilitas semakin meningkat.

Tabel 14 Angka kelahiran kasar Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2006-2007 Jumlah Kelahiran CBR

No. Kelurahan

2006 2007 2006 2007

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1

Kec. Kep. Seribu

Selatan 146 78 1.46 0.78

a. Pulau Tidung 54 43 0.54 0.43

b. Pulau Pari 23 26 0.23 0.26

c. Pulau Untung Jawa 69 9 0.69 0.09

2 Kec. Kep. Seribu Utara 189 61 1.89 0.61

a. Pulau Panggang 82 19 0.82 0.19 b. Pulau Kelapa 62 23 0.62 0.23 c. Pulau Harapan 45 19 0.45 0.19 Kepulauan Seribu 335 139 3.35 1.39 Sumber : BPS (2008)

4.1.3.2 Tingkat partisipasi keluarga berencana

Selain itu, turunnya angka kelahiran kasar (CBR) di wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu tersebut juga dapat dikaitkan dengan tingkat partisipasi masyarakat setempat terhadap program KB. Dari tabel 16 berikut dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 secara umum tingkat partisipasi KB masyarakat Kabupaten Kepulauan Seribu sudah cukup baik, yaitu telah mencapai sebesar 74,99 persen.

Sedangkan, apabila ditinjau per kecamatan dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat yang tinggal di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan terhadap program KB adalah sebesar 95,64 persen, yaitu jauh lebih besar jika dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara yang tingkat partisipasinya hanya mencapai 63,30 persen. Fenomena ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat Kecamatan Kepulauan

114

Seribu Selatan akan pentingnya program penurunan fertilitas jauh lebih baik daripada masyarakat Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Tabel 15 Tingkat partisipasi KB di Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2007

No. Kelurahan Jumlah

PUS Jumlah Peserta KB Tingkat Partisipasi KB (%) (1) (2) (3) (4) (5)

1 Kec. Kep. Seribu Sel 1,283 1,227 95.64

a. Pulau Tidung 732 725 99.04

b. Pulau Pari 231 223 96.54

c. Pulau Untung Jawa 320 279 87.19

2 Kec. Kep. Seribu Utara 2,267 1,435 63.30

a. Pulau Panggang 976 577 59.12 b. Pulau Kelapa 1,055 638 60.47 c. Pulau Harapan 236 220 93.22 Kepulauan Seribu 3,550 2,662 74.99 Sumber : BPS (2008)

4.1.3.3 Angka kematian kasar (CDR)

Disamping tingkat kelahiran dan migrasi, salah satu faktor yang mempengaruhi dinamika geografis adalah kematian. Tingkat kematian yang terjadi umumnya berbeda menurut golongan umur, jenis kelamin maupun kondisi sosial ekonomi penduduk. Dengan demikian tingkat kematian yang terjadi di suatu wilayah sering dihubungkan dengan kemajuan sosial ekonomi di wilayah tersebut. Salah satu ukuran kematian yang paling sederhana adalah berupa angka kematian kasar (Crude Death Rate=CDR).

Pada tahun 2007 tampak bahwa Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2006, yaitu sebesar 0,32 yang artinya jumlah kematian yang terjadi di wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu pada tahun 2007 adalah sebanyak 32 jiwa per 10.000 penduduk.

Sementara itu, apabila ditinjau per kecamatan dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan memiliki tingkat kematian yang sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Jumlah kematian yang terjadi di Kecamatan Kepulauan

115

Seribu Selatan pada tahun 2006 adalah sebanyak 19 jiwa per 10.000 penduduk. Kondisi seperti ini dapat terjadi karena jumlah fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara lebih banyak bila dibandingkan dengan fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan.

Tabel 16 Angka kematian kasar Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2006-2007 Jumlah Kematian CDR

No. Kelurahan

2006 2007 2006 2007

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1

Kec. Kep. Seribu

Selatan 15 19 0.15 0.19

a. Pulau Tidung 5 9 0.05 0.09

b. Pulau Pari 3 4 0.03 0.04

c. Pulau Untung Jawa 7 6 0.07 0.06

2 Kec. Kep. Seribu Utara 15 13 0.15 0.13

a. Pulau Panggang 3 4 0.03 0.04 b. Pulau Kelapa 7 6 0.07 0.06 c. Pulau Harapan 5 3 0.05 0.03 Kepulauan Seribu 30 32 0.30 0.32 Sumber : BPS (2008)

4.1.3.4 Angka harapan hidup

Disamping fertilitas dan mortalitas, indikator lain yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka harapan hidup (AHH). Angka Harapan Hidup (AHH) atau Life Expectancy (LE) menunjukkan rata-rata umur penduduk mulai lahir sampai dengan akhir hidupnya. Faktor yang mempengaruhi perubahan AHH dapat ditinjau dari beberapa hal seperti kondisi lingkungan dan status sosial ekonomi penduduk, ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan, status gizi dan lain-lain. Oleh karena itu AHH cukup representatif digunakan sebagai indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan penduduk khususnya di bidang kesehatan.

Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa selama kurun waktu tahun 2004-2006 angka harapan hidup di Kabupaten Kepulauan Seribu mengalami peningkatan, yaitu meningkat dari 69,3 tahun pada tahun 2004 menjadi 69,7 tahun pada tahun 2005. Begitu pula pada tahun 2006, angka harapan hidup di Kabupaten

116

Kepulauan Seribu juga semakin mengalami peningkatan yaitu menjadi 70,1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan masyarakat atau kualitas penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu di sektor kesehatan semakin baik.

Tabel 17 Angka harapan hidup Propinsi DKI Jakarta tahun 2004-2006 Angka Harapan Hidup

(Tahun) Kab/Kota

2004 2005 2006

(1) (2) (3) (4)

Kab. Kepulauan Seribu 69.3 69.7 70.1 Kota Jakarta Selatan 72.1 72.4 72.8 Kota Jakarta Timur 72.5 72.5 72.6 Kota Jakarta Pusat 71.0 71.3 71.8 Kota Jakarta Barat 72.6 72.6 72.8 Kota Jakarta Utara 72.2 72.2 72.3

Prop. DKI Jakarta 72.4 72.5 72.6 Sumber : BPS (2007)

Meskipun selama kurun waktu dari tahun 2004 sampai tahun 2006 kondisi angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Kepulauan Seribu terus mengalami peningkatan, akan tetapi angka tersebut masih tetap lebih rendah bila dibandingkan dengan angka harapan hidup di tingkat Propinsi DKI Jakarta secara umum, yaitu yang mencapai hingga 72,6 tahun pada tahun 2006. Ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan masyarakat atau penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu tersebut masih berada di bawah kondisi masyarakat DKI Jakarta secara umum.

Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan kondisi secara umum yang ada di Indonesia dengan AHH nasional pada tahun 2005 dan 2006 yang masing- masing hanya mencapai 69,0 tahun dan 69,4 tahun maka angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu dapat dikatakan sedikit lebih tinggi. Hal ini dapat menunjukkan bahwa sebenarnya secara umum meskipun dibandingkan dengan masyarakat DKI Jakarta kondisi kesehatan masyarakat Kabupaten Kepulauan Seribu lebih rendah, akan tetapi bila dibandingkan dengan wilayah nasional kualitas kesehatannya masih hampir sama.

4.1.4 Pendidikan

Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia antara lain ditandai dengan adanya unsur kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan dengan hasil kerja atau kinerja yang berkualitas secara perorangan atau kelompok.

117

Beberapa cara untuk menampilkan hasil kerja produktif diantaranya dengan mengasah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang umumnya dapat diperoleh melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kemajuan suatu masyarakat. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, biasanya wawasan maupun pengetahuan masyarakat juga akan semakin luas dan meningkat. Sementara itu, sampai saat ini telah terdapat berbagai macam indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pendidikan masyarakat di suatu wilayah, antara lain angka partisipasi murni (APM), angka partisipasi kasar (APK) dan rasio murid guru.

4.1.4.1 Angka partisipasi murni (APM)

Angka partisipasi murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD untuk penduduk usia 7-12 tahun, SMP untuk penduduk usia 13-15 tahun dan SMA untuk penduduk usia 16-18 tahun.

Semakin tinggi angka partisipasi murni (APM) berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah di tingkat pendidikan tertentu. Standar ideal untuk APM adalah mendekati 100.

Tabel 18 Angka partisipasi murni Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2006-2007