• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKU KEBIJAKAN

2.8 Penelitian Terdahulu

Melengkapi kajian terhadap berbagai aspek yang berpengaruh dalam peningkatan kesejahteraan nelayan, khususnya di wilayah kepulauan seribu, penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu yang mengambil

locus di wilayah Kepulauan Seribu. Beberapa disertasi yang menjadi referensi dalam penelitian ini diantaranya adalah Model Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil (Studi Kasus di Gugus P. Pari Kepulauan Seribu), Keberlanjutan Pembangunan Pulau-pulau Kecil: Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta dan Model Pembangunan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Berbasis Industri Perikanan. Pembahasan dan hasil analisis dari ketiga penelitian tersebut ditunjukkan pada Tabel 8.

78

Tabel 8 Hasil analisis penelitian sebelumnya Penelitian

Sebelumnya

Hasil yang Diperoleh dari Penelitian Sebelumnya (Penelitian Pertama ) Model Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil (Studi Kasus di Gugus Pulau Pari Kepulauan Seribu)

1 Tidak terdapat parameter/variabel yang dominan berpengaruh terhadap penurunan kualitas perairan di gugus P. Pari, jika dibandingkan dengan persyaratan kualitas air laut untuk budidaya menurut SK No. Kep- 02/MENKLH/I/88.

2 Model pariwisata pantai di gugus P. Pari masih pada tahap sesuai, sedangkan untuk pariwisata bahari tidak sesuai lagi.

3 Model budidaya laut menyatakan bahwa rumput laut tidak lagi menjadi komoditas utama untuk semua gobah. Ikan kerapu dan teripang sebagai alternatif komoditas utama untuk dibudidayakan di gobah gugus P. Pari.

4 Model perikanan tangkap (TKP) di perairan gugus P. Pari yang dihitung dengan metode CYP adalah: Ln (Ut + 1) = 1,34890 + 0,44315 ln(Ut) –

0,00656 (Et + Et + 1). Analisis dinamik memperoleh titik keseimbangan terdapat pada tingkat hasil tangkapan kurang dari 200 ton, dan tingkat hari kerja operasi sebanyak 30.000 hari, dengan trayektori ke arah keseimbangan dicapai pada waktu kurang lebih 50 tahun.

5 Kegiatan pariwisata yang sesuai, baik di P. Burung maupun di P. Kongsi adalah pariwisata pantai dengan penetapan wilayah perairan 100 m tegak lurus dari garis pantai kedua pulau tersebut, sehingga tidak mengganggu kegiatan budidaya.

6 Kegiatan budidaya teripang diarahkan untuk diadakan di gobah Soa Besar dan gobah Buntu, sedangkan budidaya ikan Kerapu di gobah Kuanji dan gobah Kurungan. Untuk gobah yang lain tergantung pilihan apakah budidaya teripang atau ikan kerapu.

7 Kegiatan penangkapan ikan diarahkan untuk dilakukan di perairan luar tubir dengan ikan Pelagis sebagai tujuan penangkapan.

8 Formula alternatif skenario kebijakan pemanfaatan gugus P. Pari yang digambarkan oleh alokasi tenaga kerja dengan manfaat ekonomi maksimum adalah skenario II, yaitu: U = h10,3 h20,6 h30,1, dengan pendapatan Rp 845.000,00 per tenaga kerja per bulan.

79 Penelitian

Sebelumnya

Hasil yang Diperoleh dari Penelitian Sebelumnya (Penelitian kedua) Keberlanjutan Pembangunan Pulau-pulau Kecil: Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

1 Indeks keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil (IBPK) di Kelurahan P. Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta lebih tinggi dibandingkan dengan IBPK di Kelurahan P. Pari Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

2 Berdasarkan penilaian terhadap 5 (lima) aspek (dimensi) keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil di dalam disertasi ini, yaitu: aspek ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, serta hukum dan kelembagaan, maka aspek ekonomi merupakan aspek pembangunan yang paling rendah IBPK-nya, baik di Kelurahan P. Panggang maupun di Kelurahan P. Pari. Aspek ekonomi ini masih berada pada kategori keberlanjutan “kurang” karena indeksnya berada pada selang 25 – 50.

3 Dari 61 atribut (variabel) yang digunakan sebagai dasar penilaian, terdapat 2 (dua) atribut yang tidak sensitif berkontribusi terhadap hasil akhir perhitungan IBPK, yaitu atribut besarnya pengaruh daerah sekitar (atribut pada dimensi sosial) dan atribut metode budidaya laut yang tidak ramah lingkungan (atribut pada dimensi teknologi); Atribut ini untuk selanjutnya dapat dihilangkan.

4 Di dalam dimensi ekologi terdapat 4 (empat) atribut yang paling sensitif terhadap IBPK, yaitu pencemaran perairan, pembuangan limbah di dasar perairan, penutupan terumbu karang hidup, dan kondisi pemanfaatan air tanah. Dari 4 atribut tersebut yang perlu diperbaiki kondisinya adalah penutupan terumbu karang hidup, sedangkan 3 atribut lainnya masih dalam kondisi baik sehingga harus dapat dipertahankan.

5 Di dalam dimensi ekonomi juga terdapat 4 (empat) atribut yang paling sensitif, yaitu transfer keuntungan, kontribusi terhadap GDP, penghasilan relatif terhadap UMR, dan besarnya pasar. Dari 4 atribut tersebut hanya atribut kontribusi terhadap GDP yang masih dalam kondisi baik dan perlu dipertahankan. Tiga atribut yang lainnya perlu diperbaiki kondisinya untuk dapat meningkatkan indeks dan status keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil di 2 (dua) kelurahan yang diteliti.

6 Di dalam dimensi sosial terdapat 5 (lima) atribut yang relatif paling sensitif dibandingkan dengan atribut lainnya, yaitu partisipasi keluarga

80

dalam pemanfaatan sumberdaya alam, tingkat pendidikan, frekuensi penyuluhan dan pelatihan, frekuensi pertemuan warga, dan frekuensi konflik. Tiga atribut yang terakhir masih dalam kondisi yang baik sehingga perlu dipertahankan, sedangkan 2 (dua) atribut yang pertama perlu perbaikan karena kondisi keberlanjutannya masih kurang.

7 Di dalam dimensi teknologi terdapat 3 (tiga) atribut yang paling sensitif, yaitu penggunaan alat bantu penangkapan ikan, selektivitas alat tangkap, dan jenis alat penangkapan ikan. Dari 3 (tiga) atribut ini yang masih perlu diperbaiki adalah atribut penggunaan alat bantu penangkapan ikan, sedangkan 2 (dua) atribut yang lainnya masih dalam kondisi baik ditinjau dari kriteria keberlanjutannya.

8 Di dalam dimensi hukum dan kelembagaan terdapat 4 (empat) atribut yang relatif paling sensitif, yaitu adanya tokoh panutan yang disegani masyarakat, ketersediaan aturan adat dan kepercayaan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, ada tidaknya aturan “limited entry”, dan ketersediaan personil penegak hukum di lokasi. Dari 4 (empat) atribut di atas, 2 (dua) atribut yang pertama kondisinya masih baik dan perlu dipertahankan, sedangkan 2 (dua) atribut yang terakhir masih perlu diperbaiki. Atribut ketersediaan personil penegak hukum di lokasi yang masih perlu diperbaiki adalah di Kelurahan P. Pari, sedangkan di Kelurahan P. Panggang kondisinya masih baik.

9 Disertasi ini juga menyimpulkan bahwa metode “Rapsmile” (Rapid Appraisal of Small Island Development) cukup baik digunakan sebagai alat untuk menilai status keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil. Metode ini dapat mencakup jumlah variabel (atribut) yang besar, sehingga bersifat holistik tetapi cukup mudah penilaiannya karena dinilai berdasarkan skor peringkat (ordinal). Metode ini juga dapat menilai atribut yang tidak sensitif di dalam penilaian, sehingga pada akhirnya akan ditemukan atribuf-atribut yang cukup sensitif saja yang digunakan di dalam penilaian status keberlanjutan pulau-pulau kecil.

10 Kajian terhadap model ekonomi-ekologis yang dilakukan di dalam disertasi ini menyimpulkan bahwa itu sudah kondisi ekonomi dan ekologis di Kepulauan Seribu saat ini dalam kondisi tidak seimbang. Jumlah ternaga kerja (dalam satuan orang-hari) terlalu besar, sehingga harus dikurangi hingga sekitar Rp 250.000,00 – Rp 300.000,00 orang/hari. Rasio biaya per tenaga kerja terhadap harga jual per satuan

81

produksi ikan (rasio c/p) masih terlalu besar dibandingkan dengan besarnya stok ikan dan jumlah tenaga kerja yang ada saat ini.

11 Berdasarkan hasil analisis Rapsmile dan analisis model ekonomis- ekologis tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa pembangunan pulau pulau kecil di Kelurahan P. Panggang dan P. Pari Kepulauan Seribu belum berkelanjutan. (Penelitian ketiga) Model Pembangunan Kabupaten Administrasi Kep.Seribu Berbasis Industri Perikanan

1 Dalam model optimal pembangunan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu berbasis industri perikanan, ditemukan bahwa dominansi indikator lingkungan industri berpengaruh terhadap keberadaan lingkup usaha perikanan (LUP), implementasi kewenangan bagi pemerintah (KBP), dan implementasi kewenangan bagi pemerintah daerah otonom (KBO). Dalam hubungan antarvariabel, dapat dibuktikan bahwa tujuan pembangunan perikanan (TPP) merupakan variabel bebas yang berinteraksi secara signifikan dengan kewenangan bagi pemerintah (KBP) dan kegiatan perikanan tangkap (TKP). Hal ini menjadi titik balik (turning point) bagi paradigma pembangunan perikanan di Indonesia.

2 Dalam pencapaian tujuan pembangunan perikanan (TPP), ditemukan bahwa mau tidak mau pemerintah maupun pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu harus mempersiapkan dengan matang aplikasi model pembangunan pada tataran administratif, teknis, dan operasional sebelum mengimplementasikan diversifikasi kebijakan/regulasi yang mengatur secara tegas jenis-jenis kegiatan tertentu untuk diberlakukan pada wilayah-wilayah yang memiliki spesifikasi dan karakteristik tertentu. Selain itu, dalam kerangka umum pembangunan wilayah kepulauan, kehadiran stimulus fiskal bagi pengembangan industri perikanan (terutama perikanan budidaya) menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan perikanan.

3 Secara khusus, model optimal bagi pembangunan Kab. Administrasi Kepulauan Seribu berbasis industri perikanan menghendaki status variabel tujuan pembangunan perikanan menjadi variabel bebas dalam interaksinya dengan kewenangan bagi pemerintah (KBP) dan kegiatan perikanan tangkap (TKP). Implikasinya adalah apabila pemerintah maupun pemerintah daerah yang selama ini sudah terbiasa dengan pola kerja top-down, maka untuk mengejar ketertinggalan pembangunan sektor perikanan di wilayah-wilayah kepulauan harus melakukannya dengan cara bottom-up.

82

4 Kegiatan perikanan budidaya (BDY) hingga saat ini belum memberikan kontribusi signifikan bagi tujuan pembangunan perikanan (TPP) dalam pembangunan perikanan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang memiliki karakteristik dan spesifikasi wilayah kepulauan. Keadaan ini terjadi karena pemerintah maupun pemerintah daerah belum memberi insentif yang proporsional sebagai stimulus bagi masyarakat pesisir dan nelayan untuk mengembangkan kegiatan perikanan budidaya (BDY).

5 Dari 8 (delapan) indikator tujuan pembangunan perikanan yang membentuk model optimal pembangunan berbasis industri perikanan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, ternyata secara realistik hanya terdapat 5 (lima) indikator yang berinteraksi dalam pencapaian tujuan pembangunan perikanan (TPP), yaitu:

- Daya saing industri berbasis perikanan; - Pertumbuhan industri berbasis perikanan; - Dukungan ekologi industri berbasis perikanan; - Dukungan sosial industri berbasis perikanan; dan

- Faktor eksternalitas pembangunan industri berbasis perikanan.

Sumber: Saksono (2008), Penulis (2009)

Disadari bahwa terdapat banyak penelitian tentang Kepulauan Seribu baik sebagai obyek maupun locus studi. Mencermati keadaan ini, diperlukan spesifikasi ruang lingkup bidang penelitian untuk lebih menonjolkan karakteristik dan kekuatan penelitian ini. Langkah yang ditempuh adalah melakukan komparasi terhadap masing-masing tujuan dari setiap penelitian yang pernah dilakukan di wilayah Kepulauan Seribu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 8.

Oleh karena itu pada table 9 dibawah ini akan dibuat komparasi tujuan penelitian dari beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan pada wilayah kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Komparasi ini bertujuan untuk membandingkan perbedaan tujuan dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan sehingga bias digunakan sebagai acuan dari pembuatan model yang akan dilakukan pada penelitian ini.

83

Tabel 9 Komparasi tujuan penelitian dari beberapa penelitian sebelumnya di wilayah Kabupaten Adm Kepulauan Seribu

Judul Disertasi

Model Pemanfaatan Pulau- pulau Kecil (Studi Kasus di Gugus Pulau Pari Kepulauan Seribu)

Keberlanjutan Pembangunan Pulau-pulau Kecil: Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Model Pembangunan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Berbasis Industri Perikanan

Tujuan Penelitian: Tujuan Penelitian: Tujuan Penelitian:

1) Menentukan parameter/ variabel lingkungan yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas perairan, serta

mengelompokkan wilayah perairan sesuai kemiripan parameter/variabel lingkungan tersebut. 2) Membangun model

pemanfaatan pulau-pulau kecil: model pariwisata dan model budidaya laut berdasarkan kesesuaian kondisi perairan, serta model penangkapan ikan berdasarkan kajian stok ikan, selanjutnya menciptakan model integrasi pemanfaatan gugus P. Pari sesuai daya dukung lingkungannya. 3) Menata ruang perairan

gugus P. Pari sesuai peruntukkan dengan memperhatikan keterpaduan ekologis. 4) Memformulasikan

alternatif skenario pembangunan optimal dan berkelanjutan serta menyusun konsep

pemanfaatan perairan yang digambarkan dengan pemanfaatan tenaga kerja di gugus P. Pari.

1) Menilai keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil di Kel. P. Panggang dan Kel. P. Pari Kab. Adm. Kep. Seribu DKI Jakarta, melalui penyusunan indeks dan status keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil dan analisis

keseimbangan ekonomi- ekologis, yakni IBPK, atau “Indeks Keberlanjutan Pembangunan Pulau-pulau Kecil”. 2) Mendeterminasi tingkat kemajuan maupun ketertinggalan atribut- atribut aspek pembangunan di daerah studi serta membuat evaluasi

dinamika variabel ekonomi dan ekologi untuk

memudahkan perencanaan pembangunan selanjutnya agar sesuai dengan kriteria pembangunan yang berkelanjutan. 3) Mengembangkan metode evaluasi status keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil, sehingga dapat digunakan secara luas di Indonesia baik oleh instansi Pemerintah maupun oleh swasta.

1) Menganalisis dan membahas interaksi antar faktor dan dimensi pembangunan perikanan, yakni: kewenangan bagi Pemerintah, kewenangan bagi Pemerintah Daerah Otonom, lingkungan usaha perikanan, kegiatan perikanan tangkap, kegiatan perikanan budidaya, dan kegiatan pengolahan hasil perikanan terhadap tujuan pembangunan perikanan dalam pembangunan daerah berbasis industri perikanan. 2) Menganalisis dan

membahas kebijakan pembangunan perikanan pada daerah kepulauan dalam pencapaian tujuan pembangunan perikanan. 3) Menganalisis dan

membahas sistem pembangunan perikanan dalam pembangunan Kab. Adm. Kep. Seribu berbasis industri perikanan. 4) Menganalisis dan

membahas kegiatan usaha perikanan terhadap tujuan pembangunan perikanan di Kab. Adm. Kep. Seribu. 5) Merancang suatu model

pengembangan

pembangunan yang sesuai untuk Kab. Adm. Kep. Seribu berbasis industri perikanan

84

Berdasarkan komparasi tujuan penelitian terhadap 3 penelitian terdahulu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 9, selanjutnya ditetapkan tujuan dalam konteks penelitian ini, yaitu menguji dan melakukan analisis terhadap interaksi antarvariabel dalam suatu model kebijakan peningkatan kesejahteraan nelayan dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM). Diharapkan melalui kajian ini, dapat ditemukan rancangan model yang tepat sebagai model optimal kebijakan peningkatan kesejahteraan nelayan. Selain itu, dengan mempedomani model tersebut, Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dapat berpikir lebih strategis dalam menetapkan skala prioritas program dan/atau kegiatan, merespon aspirasi masyarakat dalam mekanisme perencanaan pembangunan daerah (bottom-up planning) serta melakukan langkah-langkah konkrit terutama dalam implementasi berbagai kebijakan Pemerintah maupun Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Obyek kajian dalam penelitian ini, pembahasannya sengaja dikerucutkan agar lebih fokus mengingat sejumlah keterbatasan yang dimiliki peneliti sendiri, yakni keterbatasan waktu, tenaga, dan terutama pembiayaan bagi penyelenggaraan penelitian.

85