• Tidak ada hasil yang ditemukan

Goodness of Fit Index Cut off Value

4.3 Sektor Unggulan Kabupaten Kepulauan Seribu

Pada periode tahun 2002-2007 sektor-sektor/subsektor ekonomi yang unggul peranannya di Kabupaten Kepulauan Seribu adalah sektor pertanian terutama subsektor perikanan, sektor pertambangan dan penggalian serta subsektor angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Sektor/subsektor tersebut dikatakan sektor unggulan karena memiliki nilai SLQ>1. Sektor pertanian sub sector perikanan mempunyai nilai SLQ>1 yaitu sebesar 54,7 sedangkan DLQ nya jauh diatas 1 yaitu sebesar 13,236. Hal ini mununjukkan sub sektor perikanan merupakan sektor unggulan di Kepulauan Seribu sekaligus juga mempunyai daya saing pada masa yang akan datang.

Namun, dari beberapa sektor atau subsektor yang menjadi unggulan tersebut ternyata subsektor angkutan sungai, danau dan penyeberangan memiliki laju pertumbuhan yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor/subsektor yang sejenis pada wilayah-wilayah lain di Propinsi DKI Jakarta. Kondisi ini disebabkan karena subsektor tersebut memiliki nilai SLQ>1 sedangkan nilai DLQ<1. Hal ini berarti bahwa jika tidak dilakukan upaya- upaya untuk meningkatkan laju pertumbuhan subsektor tersebut, maka di masa depan subsektor tersebut akan kalah bersaing dengan subsektor yang sama di wilayah lainnya.

Sektor-sektor/subsektor yang berpotensi untuk menjadi andalan atau unggulan di kemudian hari adalah sektor pertanian subsektor tanaman bahan makanan (tabama), peternakan dan perikanan, subsektor industri makanan, minuman dan tembakau. Selain itu, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran terutama subsektor perdagangan dan hotel, subsektor jasa pemerintahan umum serta subsektor jasa hiburan dan rekreasi juga merupakan sektor/subsektor yang memiliki potensi untuk menjadi sektor unggulan di masa mendatang. Hal ini disebabkan karena sektor-sektor/subsektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor/subsektor yang sejenis pada wilayah lain di Propinsi DKI Jakarta, dimana meskipun sektor/subsektor tersebut memiliki nilai SLQ<1 akan tetapi memiliki nilai DLQ>1 sehingga sektor-sektor/subsektor tersebut memiliki daya saing di masa depan (tabel 28).

130

Tabel 28 Rasio location quotient (LQ) periode 2002-2007

No Lapangan Usaha Location Quotient Keterangan

Statis Dinamis 2007 2002-2007 1 Pertanian 20.812 362,071.117 a.tabama 0.708 93.354 p + ds b.tanaman hias 0.000 0.000 c.peternakan 0.851 456,355.285 p + ds d.perikanan 54.756 13,236.843 u + ds

2 Pertambangan & penggalian 190.361 4,552.545

a.minyak & gas 190.361 4,552.545 u + ds

3 Industri pengolahan 0.017 0.022 tp + tds

a.makanan,minuman & tembakau 0.175 139.418 p + ds

b.tekstil, barang kulit & alas kaki 0.000 0.000

c.barang kayu & hasil hutan lain 0.000 0.000

d.kertas & barang cetakan 0.000 0.000

e.pupuk,kimia & barang dari karet 0.000 0.000

f.semen & barang galian bkn lgm 0.000 0.000

g.logam dasar besi & baja 0.000 0.000

h.alat angkutan, mesin & peralatan 0.004 0.003

i.barang lainnya 0.000 0.000

4 Listrik, gas & air bersih 0.038 0.010 tp + tds

a.listrik 0.000 0.000

b.gas 0.000 0.000

c.air bersih 0.000 0.000

5 Bangunan 0.078 2.102 p + ds

6 Perdagangan,hotel & restaurant 0.167 1.719

a.perdagangan 0.137 2.085 p + ds

b.hotel 0.745 1.981 p + ds

c.restauran 0.120 0.717 p + ds

7 Pengangkutan & komunikasi 0.017 0.002

a.pengangkutan 0.031 0.153

1.angkutan rel 0.000 0.000

2. angkutan jalan raya 0.011 0.000

3. angkutan laut 0.000 0.000

4. angkutan sungai & penyebrngan 98.392 0.227 u + tds

5. angkutan udara 0.000 0.000

6.jasa penunjang 0.000 0.000

b.komunikasi 0.005 0.000

1.pos & telekomunikasi 0.000 0.000

2.jasa penunjang telekomunikasi 0.000 0.000

8 Keuangan,persewaan & jasa prsh 0.013 0.005

a.bank 0.024 0.123 tp + tds

b.lembaga keuangan tanpa bank 0.001 0.000

c.jasa penunjang keuangan non bank 0.000 0.000

d.sewa bangunan 0.000 0.000

e.jasa perusahaan 0.000 0.000

9 Jasa-jasa 0.090 0.279

a.pemerintahan umum 0.225 4.476

1.adm pemerintahan & pertahanan 0.000 0.000

2.jasa pemerintahan lainnya 0.000 0.000

b.swasta 0.033 0.937

1.sosial kemasyarakatan 0.019 0.253 tp + tds

2.hiburan & rekreasi 0.175 4.192 p + ds

3.perorangan & rumah tangga 0.013 0.006 tp + tds

Produk Domestik Regional Bruto 1.000 1.000

Sumber : pengolahan data BPS (2008)

Keterangan : u + ds = sektor unggulan & mempunyai daya saing; u + tds = sektor unggulan tetapi tidak mempunyai daya saing; p + ds = mempunyai potensi & berdaya saing; tdp + tds = tidak berpotensi & tidak berdaya saing

131 4.4 Sumber Pertumbuhan Sektor Unggulan

Sedikit berbeda dengan metode location quotient (LQ) yang hanya mampu melihat jenis sektor-sektor yang menjadi unggulan atau andalan di suatu daerah tanpa mampu melihat sumber pertumbuhannya, dengan metode shift share dapat dilakukan analisis yang berkaitan dengan sumber-sumber pertumbuhan dari sektor-sektor yang menjadi unggulan atau andalan di suatu daerah. Analisis shift share ini terdiri atas 3 (tiga) komponen, yaitu komponen pangsa regional (PR),

differential shift (DS) dan proportional shift (PS). 4.4.1 Analisis Pangsa Regional (PR)

Persentase pangsa regional (PR) persektor merupakan peranan setiap sektor bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Seribu dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi Propinsi DKI Jakarta.

Berdasarkan tabel berikut ini tampak bahwa pada periode tahun 2002-2007 sektor pertambangan dan penggalian memiliki peranan yang terbesar bagi pertumbuhan nilai tambah Propinsi DKI Jakarta. Peranan terbesar yang kedua dihasilkan oleh sektor pertanian dimana sumbangan terbesar dari sektor ini adalah berasal dari sumbangan subsektor perikanan. Selanjutnya, sektor perdagangan, hotel dan restoran juga berperan cukup besar terhadap pertumbuhan nilai tambah DKI Jakarta.

Tabel 29 Persentase pangsa regional dengan migas periode 2002-2007

No. Sektor/Lapangan Usaha

Persentase Pangsa Regional

(1) (2) (3)

1 Pertanian 4.46

2 Pertambangan dan Penggalian 89.00

3 Industri Pengolahan 0.29

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.04

5 Bangunan 0.80

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.33

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.39

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.48

9 Jasa-jasa 1.21

Total 100.00

132

Dari informasi di atas, dapat dikatakan bahwa pola pembangunan ekonomi yang lebih tepat untuk diterapkan di Kabupaten Kepulauan Seribu adalah pembangunan ekonomi dengan sektor pertambangan dan penggalian serta sektor pertanian dengan subsektor utama perikanan yang dominan.

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya telah dijelaskan bahwa sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang memberikan peranan tertinggi terhadap pertumbuhan nilai tambah Propinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar 89,00 persen. Hal ini disebabkan karena hingga saat ini Kabupaten Kepulauan Seribu merupakan satu-satunya wilayah di DKI Jakarta yang mengelola dan menghasilkan output yang berasal dari kegiatan pertambangan dan penggalian.

Sedangkan apabila tanpa memasukkan sektor migas, dapat dilihat bahwa pada periode tahun 2002-2007 sektor pertanian (sektor 1) memiliki peranan yang dominan bagi pertumbuhan nilai tambah Kepulauan Seribu yaitu sebesar 40,58 persen.

Gambar 16 Proporsi pangsa regional setiap sektor tanpa migas 2002-2007 Peranan terbesar kedua adalah sebesar 30,29 persen yang dihasilkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (sektor 6). Selain itu, sektor jasa-jasa dengan subsektor utama hiburan dan rekreasi (sektor 9) juga mampu memberikan peranan yang cukup besar terhadap pertumbuhan nilai tambah yaitu sebesar 11 persen. Kondisi ini sangat wajar karena selama ini di wilayah Kepulauan Seribu terdapat cukup banyak tempat-tempat yang dapat digunakan sebagai obyek wisata dimana wisatawan banyak berkunjung ke daerah tersebut.

133

Oleh karena itu, berdasarkan informasi tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pola pembangunan ekonomi di luar sektor migas yang lebih tepat untuk diterapkan di Kabupaten Kepulauan Seribu adalah pembangunan ekonomi dengan sektor pertanian (40,58 %) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran (30,29%) yang dominan.

Tabel 30 Persentase pangsa regional tanpa migas periode 2002-2007

No. Sektor/Lapangan Usaha

Persentase Pangsa Regional

(1) (2) (3)

1 Pertanian 40.58

2 Pertambangan dan Penggalian 0.00 3 Industri Pengolahan 2.68 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.33

5 Bangunan 7.24

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 30.29 7 Pengangkutan dan Komunikasi 3.53 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4.37

9 Jasa-jasa 11.00

Total 100.00

Sumber : pengolahan data BPS (2008)

Gambar 17 Proporsi pangsa regional sektor pertanian tanpa migas

Hal ini juga didukung oleh fakta seperti yang terdapat pada gambar diatas. Dari gambar tersebut tampak bahwa apabila dilihat menurut subsektornya yang memberikan kontribusi atau peranan terbesar terhadap sektor pertanian di Kabupaten Kepulauan Seribu pada tahun 2007 adalah subsektor perikanan, yaitu

98.89 0.16 0.95 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Subsektor Proporsi (%)

134

sebesar 98,89 persen. Sedangkan, subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan peternakan hanya berkontribusi masing-masing 0,95 persen dan 0,16 persen. 4.4.2 Differential Shift (DS) dan Proportional Shift (PS)

Komponen yang digunakan untuk menganalisis sumber pertumbuhan sektor-sektor di Kabupaten Kepulauan Seribu adalah hasil perhitungan dengan metode shift share. Dari nilai proportional shift dapat dianalisis pemanfaatan keuntungan struktur ekonomi atau konsentrasi kebijakan sektoral Kabupaten Kepulauan Seribu relatif terhadap pertumbuhan sektoral Propinsi DKI Jakarta. Sedangkan dari differential shift dapat dilihat posisi keuntungan lokasi Kabupaten Kepulauan Seribu yang mempengaruhi laju pertumbuhan suatu atau beberapa sektor di kabupaten ini. Keuntungan lokasi ini antara lain disebabkan karena kemampuan dalam menyediakan bahan mentah, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya buatan sebagai fasilitas penunjang.

Pada periode tahun 2002-2007 terlihat bahwa secara keseluruhan pertumbuhan sektoral Kabupaten Kepulauan Seribu disebabkan oleh kemampuan pemanfaatan keuntungan struktur ekonomi atau konsentrasi kebijakan sektoral. Kondisi ini ditunjukkan oleh nilai total komponen proportional shift sebesar Rp.- 221,7 milyar, tanpa memperhatikan positif atau negatifnya nilai tersebut, dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai total komponen differential shift yaitu sebesar Rp. -60,9 milyar.

Nilai proportional shift yang negatif tersebut mengindikasikan bahwa besarnya laju pertumbuhan sektoral Kabupaten Kepulauan Seribu sebagai pengaruh dari pemanfaatan faktor keuntungan struktur ekonomi atau konsentrasi kebijakan sektoral secara keseluruhan relatif masih kalah bersaing dengan kemampuan Propinsi DKI Jakarta secara umum.

Sektor-sektor yang mampu menangkap peluang dari kebijakan sektoral sehingga pertumbuhannya pesat di tingkat propinsi adalah subsektor listrik, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi terutama subsektor angkutan jalan raya dan komunikasi. Sektor-sektor tersebut selama tahun 2002-2007 memiliki nilai proporsional shift yang positif (tabel 32).

135

Tabel 31 Hasil perhitungan dengan metode shift share (rupiah)

No Lapangan Usaha Shift Share Keterangan

differential proportinal 2002-2007 2002-2007 1 Pertanian 60,514,015 -51,267,507,620 a.tabama 34,911,883 -458,513,020 berkembang b.tanaman hias 0 0 c.peternakan 7,779,235 -100,114,920 Berkembang d.perikanan 17,822,897 - 58,288,628,237 Berkembang

2 Pertambangan & penggalian 0 -178,974,642,960

a.minyak & gas 0 -178,974,642,960 Berkembang

3 Industri pengolahan -841,711,785 -708,355,094

a.makanan,minuman & tembakau -250,990,662 -1,515,336,943 tertekan

b.tekstil, barang kulit & alas kaki 0 0 (tb + tp )

c.barang kayu & hasil hutan lain 0 0

d.kertas & barang cetakan 0 0

e.pupuk,kimia & barang dari karet 0 0

f.semen & barang galian bkn lgm 0 0

g.logam dasar besi & baja 0 0

h.alat angkutan, mesin & peralatan -265,731,300 -19,989,298 tertekan

i.barang lainnya 0 0

4 Listrik, gas & air bersih -570,828,084 584,736,685 berkembang

a.listrik 0 0

b.gas 0 0

c.air bersih 0 0

5 Bangunan -2,033,721,823 1,925,320,761 potensi

6 Perdagangan,hotel & restaurant -10,991,316,058 1,979,999,183

a.perdagangan -1,972,770,908 175,850,533 potensi

b.hotel -8,856,530,874 3,272,392,342 potensi

c.restauran -2,516,176,809 885,918,842 potensi

7 Pengangkutan & komunikasi -12,042,590,698 4,641,214,505

a.pengangkutan -8,547,589,179 1,292,523,829 potensi

1.angkutan rel 0 0

2. angkutan jalan raya -434,990,215 253,082,071 potensi

3. angkutan laut 0 0

4. angkutan sungai & penyebrngan 1,957,964,942 -9,031,122,148 berkembang

5. angkutan udara 0 0

6.jasa penunjang 0 0

b.komunikasi -732,402,853 586,092,009 potensi

1.pos & telekomunikasi 0 0

2.jasa penunjang telekomunikasi 0 0

8 Keuangan,persewaan & jasa prsh -2,346,501,298 -1,340,945,289

a.bank -475,913,528 -3,198,696,837 tertekan

b.lembaga keuangan tanpa bank -23,548,271 17,168,268 berkembang

c.jasa penunjang keuangan non bank 0 0

d.sewa bangunan -14,205,630 9,651,574 berkembang

e.jasa perusahaan 0 0

9 Jasa-jasa -6,755,963,235 1,418,440,542 berkembang

a.pemerintahan umum -4,239,319,123 -78,084,245

1.adm pemerintahan & pertahanan 0 0

2.jasa pemerintahan lainnya 0 0

b.swasta -1,639,894,830 528,775,505

1.sosial kemasyarakatan -59,628,473 152,191,114 berkembang 2.hiburan & rekreasi -2,155,851,374 1,255,885,713 berkembang 3.perorangan & rumah tangga -217,953,079 5,236,774 berkembang Produk Domestik Regional Bruto -60,942,587,528 -221,741,739,287

136

Dari hasil pengolahan data tersebut juga tampak bahwa tidak ada satupun sektor-sektor/subsektor di Kabupaten Kepulauan Seribu pada periode tahun 2002- 2007 yang memiliki memiliki nilai proportional shift dan differential shift yang positif l, sehingga dapat digolongkan menjadi kategori 1 (PS + dan DS +). Kategori 1 adalah sektor pada suatu wilayah yang mempunyai pertumbuhan sangat cepat (rapid growth sector). Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Seribu belum cukup efisien dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.

Bahkan terdapat beberapa sektor dalam kategori 4 yaitu sektor yang mempunyai PS dan DS negative (PS – dan DS -). Kategori 4 ini menunjukkan sektor yang bersangkutan saat ini dalam keadaan tidak berkembang dan tidak mempunyai potensi dimasa yang akan datang. Sektor/subsektor tersebut adalah sektor industri pengolahan makanan, minuman dan tembakau; alat angkutan mesin dan peralatan serta perbankan.

Sektor-sektor yang mampu memanfaatkan keuntungan lokasional sehingga memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan sektor sejenis di kabupaten/kota lain adalah semua sektor pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan (tabama), peternakan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai DS (+). DS yang positif terjadi apabila laju pertumbuhan pada suatu sektor disuatu wilayah lebih tinggi daripada laju pertumbuhan pada sektor yang sama di wilayah lain. DS yang positif ini mencerminkan posisi keuntungan lokasi (locational advantage position). Tetapi kondisi sektor ini tidak tumbuh dengan baik, ini ditandai dengan nilai PS yang negatif, yang berarti bahwa sektor ini memiliki pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan daerah lain.

Hasil ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan sebenarnya merupakan sektor unggulan dan mempunyai daya saing yang tinggi, dibuktikan dengan nilai LQ yang positif dan juga DS yang positif. Akan tetapi sektor ini tidak memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan sektor sejenis di daerah lain. Hal ini terjadi karena yang menjadi pembanding subsektor perikanan Kepulauan Seribu adalah Kota Jakarta Utara. Seperti sudah digambarkan pada bab sebelumnya sebesar 55 % pemasaran hasil perikanan tangkap dan 82 % pemasaran hasil

137

perikanan budidaya dilakukan diluar wilayah kepulauan seribu. Kondisi inilah yang menyebabkan subsektor perikanan Kepulauan Seribu tidak tumbuh dengan baik karena justru yang menikmati hasil tangkapan dan hasil budidaya perikanan adalah kota lain.

Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan pemerintah yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan yang dapat mempercepat pertumbuhan subsektor perikanan disemua wilayah Kepulauan Seribu. Percepatan pertumbuhan sektor perikanan ini dapat berpotensi guna memberikan efek ganda (multiplier effects) yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi dalam wilayah Kepulauan Seribu yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan.

138