• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deklarasi Jakarta :

Dalam dokumen Komitmen Global Promkes (Halaman 84-100)

BAB 5

DEKLARASI JAKARTA

PEMERAN BARU DI ERA BARU

Jakarta adalah merupakan tempat penyelenggaraan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke empat, dan merupakan yang pertama kali konferensi ini diselenggarakan di negera berkembang. Konferensi diselenggarakan pada tanggal 21 - 25 Juli 1997, dengan mengambil tema : Pemeran Baru Pada Era Baru atau “ New Player for a New Era” . Konfernesi sebelumnya diselenggarakan dinegara maju, yakni Kanada, Asustalia dan Swedia. Konferensi dihadiri sekitar 250 orang peserta yang berasal dari Negara-negara berkembang maupun negara-negara maju. Hasil konferensi dituangkan dalam Deklarasi Jakarta (Jakarta declaration).

SEJARAH BARU

Penyelenggaraan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ini merupakan bagian sejarah tersendiri, karena Konferensi ini dilaksanakan hampir 20 tahun setelah negara-negara anggota WHO mendeklarasikan “Kesehatan untuk Semua tahun 2000” atau “Health for All by the year 2000” di Alma Ata. Deklarasi ini lebih dikenal dengan Deklarasi Alma Ata, disamping merupakan pendeklarasian kesehatan bagi semua tahun 2000, juga prinsip-prinsip Pelayanan Kesehatan Dasar atau “Primary Health Care”. Tentang kaitan antara deklarasi Alma Ata dengan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ini telah dibahas dalam bab 1 buku ini.

Disamping itu, Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Jakarta diselenggarakan sepuluh tahun setelah Konfensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama yang menghsilkan Piagam Ottawa atau “Ottawa Charter” yang terkenal itu. Piagam Ottawa Charter dapat adalah merupakan kesepakatan antara Negara-negara anggota WHO (peserta konferensi) dalam mengembangkan program-program Promosi Kesehatan di masing-masing negara. Dapat dikatakan bahwa Ottawa Charter ini merupakan fondasi dalam membangun Promosi Kesehatan kedepan dalam menindak lanjuti kesehatan untuk semua (health for all) . Termasuk dalam Ottawa Charter ini adalah dikembangkannya Strategi Global Promosi Kesehatan, sebagi pelengkap dari Strategi Global yang telah dikembangkan oleh WHO sebelumnya (tahun 1984).

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Jakarta, disamping mempunyai kespesifikan dan “moment” atau peristiwa historis seperti disebukan diatas, juga mempunyai keunikan yang lain, yakni dengan melibatkannya pihak swasta (non government organization). Apabila pada konferensi-konferensi sebelumnya hanya

74 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

melibatkan pihak-pihak praktisi kesehatan pemerintahan dan swasta dan pihak-pihak akademisi dari perguruan tinggi, tetapi koferensi internasional Promosi Kesehatan di Jakarta ini, disamping keterlibatan unsur-unsur diatas tersebut, juga melibatkan pihak sawasta. Pentingnya melibatkan swasta (dibaca: perusahaan-perusahaan swasta) dalam progam-pro-gram kesehatan adalah dalam rangka perwujudan dari “corporate sosial responsibility) bagi pihak swasta, khususnya dalam membantu program-program kesehatan. Selain itu juga merupakan tanggung jawab sosial bagi dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh pihak swasta, misalnya limbah: baik air, udara, tanah, dan udara yang ditimbulkan oleh sektor swasta ini. Kita tahu bahwa hampir semua sektor pembangunan ini mempunyai produk, dan dan dampak ikutan dari produk tersebut terhadap kesehatan. Oleh sebab itu dalam rangka menangani masalah-masalah kesehatan, termasuk Promosi Kesehatan, pihak swasta harus dilibatkan. Itulah sebabnya maka pada Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Jakarta ini melibatkan sektor swasta (baca: perusahaan swasta) bukan hanya sebagai peserta konferensi, tetapi juga dalam perencanaan dan pembiayaan konfrenesi. Maka wajarlah apabila tema Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang keempat di Jakarta adalah “Pemain Baru Dalam Era Baru” atau “New Player for The New Era”. Pemain baru disini dimaksudkan adalah keterlibatan sektor swasta dalam program kesehatan. Dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang keempat di Jakarta ini, disepakatinya “Deklarasi Jakarta tentang Promosi Kesehatan Abad 21” atau “The Jakarta Declaration on Health Promotion into the 21stCentury”.

Promosi Kesehatan: Investasi swasta yang Berharga

Memasuki abad ke 21 ini kesehatan menghadapi tantang luar biasa besarnya. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, memang manusia memperoleh kemudahan-kemudahan yang luar biasa dalam hidupnya, mulai dari makanan, tempat tinggal, hiburan, komunikasi, transportasi, dan sebagainya. Namun disisi lain dampak dari kemudahan itu juga mengancam kesehatan manusia itu sendiri. Dengan adanya kemajuan teknologi pangan dan minuman misalnya, kita bisa menikmati makanan dan minuman secara mudah dan dalam waktu yang singkat. Makanan tersebut juga dapat kita simpan dalam waktu lama sehingga tidak merepotkan lagi pengolahannya. Dengan teknologi komunikasi dan transportasi dalam waktu singkat kita bisa mengetahui informasi dari belahan bumi yang lain, bahkan dari planet lain, dan seterusnya. Namun dipihak yang lain teknologi-teknologi tersebut mempunyai risiko tinggi terhadap kesehatan.

Kemudahan-kemudah yang dicapai oleh manusai juga berakibat terhadap gaya hidup yang berisiko kesehatan, antara lain makan dengan menu yang tidak seimbang, minuman yang mengandung alkohol, kurang aktivitas atau gerak fisik, kerja keras kurang istirahat (akibat workoholic) dan kurang rekreasi dan relaksasi. Dapat disimpulkan bahwa dampak yang diakibatkan oleh pekembangan ilmu dan teknologi kedepan, khususnya abad ke 21 ini juga berkembambangnya perilaku-perilaku yang berisiko tinggi terhadap kesehatan. Dipihak lain, masyarakat tidak atau kurang siap mengantisipasi dampak dari perkembangan tersebut, DEKLARASI JAKARTA

75 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

maka orang menjadi rentan terhadap faktor risiko kesehatan. Kurang siapnya dan kurangnya antisipasi terhadap dampak perkembangan teknologi tersebut, berarti orang tersebut perilakunya berisiko terhadap ancaman kesehatan.

Cara untuk mengeliminir faktor perilaku yang berisiko terhadap kesehatan ini yang pal-ing utama adalah dengan promosi kesehatan. Karena dengan promosi kesehatan, bukan hanya perilaku masyarakat yang dipersiapkan untuk menghadapi risiko kesehatan, tetapi juga pihak-pihak yang menimbulkan terjadinya faktor risiko kesehatan. Misalnya untuk membuat agar masyarakat tidak mempunyai perilaku berisiko seperti merokok dan minuman beralkohol, tetapi juga pihak pembuat kebijakan yang bisa mengeluarkan peraturan bagaimana supaya perilaku berisiko masyarakat (merokok atau minum minuman keras) ini bisa menurun, bahkan berhenti sama sekali untuk berperilaku berisiko tersebut.

Promosi Kesehatan, dengan berbagi kegiatan dan strategi, dengan berbagai metoda dan teknik berupaya untuk memerangi perilaku-perilaku masyarakat yang berisiko dan mengembangkan perilaku hidup sehat. Apabila upaya ini berhasil berarti masyarakat bukan sekedar tahu dan mau hidup sehat, tetapi mampu untuk hidup sehat. Masyarakat yang mampu hidup sehat artinya masyarakat, baik individu, kelompok maupun komunitas mampu memelihara dan meningkatnya kesehatan mereka. Hal ini berarti juga bukan hanya meningkatnya perilaku sebagi salah satu determinan kesehatan, tetapi juga meningkatnya determinan kesehatan yang lain sehingga berpengaruh positif terhadap kesehatan. Dengan kata lain promosi kesehatan merupakan investasi yang sangat berharga dalam rangka meningkatnya derajat kesehatan dimanapun juga.

Menyadari akan pentingnya Promosi Kesehatan ini, maka para peserta Konferensi Internasinal Promosi Kesehatan yang keempat di Jakarta ini berupaya melibatkan semua pihak yang bekepentingan terhadap kesehatan atau “stake holder” termasuk pihak swasta guna menggalang komitmen guna menghadapi dan mengatasi determinan-determinan kesehatan pada abad ke 21 ini.

Determinan Kesehatan: Tantangan Baru

Dalam uraian sebelumnya telah disinggung, bahwa determinan kesehatan telah berkembang sedemikian pesatnya. Dipihak yang lain dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi akan berpengaruh terhadap meningkatnya kemudahan-kemudahan kehidupan manusia. Pada gilirannya dengan meningkatnya kemudahan-kemudahan kehidupan manusia juga membawa dampak yang berupa faktor risiko kesehatan, yang juga merupakan determinan kesehatan. Kalau teori HL.Blum (1974), hanya menyebutkan hanya 4 determinan kesehatan, yakni: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan herediter, tetapi apabila diurai dan dikaitkan dengan kondisi saat ini, determinan kesehatan ini sudah sedemikian luasnya. Dalam Deklarasi Jakarta tentang Promosi Kesehatan, masalah-masalah kesehatan dan deteminan-determinan kesehatan telah diidentifikasikan, dan bila disederhanakan dapat dikelompokkan menjadi:

76 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI a. Prasyarat untuk Kesehatan:

Prasyarat untuk terwujudnya derajat kesehatan yang juga merupakan determinan secara kumulatif terhadap kesehatan masyarakat ini mencakup:

1) Perdamaian 2) Perumahan 3) Pendidikan 4) perlindungan sosial 5) hubungan kemasyarakatan 6) pangan 7) pendapatan 8) pemberdayaan perempuan 9) Ekosistem yang mantap

10) Pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan, keadilan sosial, penghormatan terhadap hak-hak azasi manusia

11) Persamaan.

Apabila kita perhatikan prasyarat kesehatan dalam Deklarasi Jakarta ini sebenarnya merupakan penyempurnaan dari rumusan prasyarat kesehatan dalam Ottawa Charter, hasil Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama.

b. Kecenderungan Demografi:

Struktur atau pola demograsi pada abad 21 sudah barang tentu akan mengalami perubahan disebabkan antara lain karena:

1) Kenaikan jumlah penduduk usia lanjut sebagai kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan, akibat meningkatnya harapan hidup. Sementara itu kelompok penduduk yang rentan lainnya, yakni anak balita masih tinggi.

2) Urbanisasi yang tinggi akibat ketimpangan pembangunan antara desa dan kota akan memperberat masalah kesehatan perkotaan (urban health).

3) Perbandingan antara jumlah penduduk wanita dan laki-laki yang tidak seimbang, jumlah penduduk wanita cenderung lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini akan menyebabkan tingginya paritas pada wanita, yang juga merupakan hambatan bagi keluarga berencana dan berpengaruh negatif terhadap kesehatan wanita (woman health).

4) Sementara itu juga terjadi perubahan perilaku, sosial, dan biologis seperti: kebiasaan kurang gerak (sedentary), kebal antibiotik dan obat-obatan, penyalah gunaan obat, kekerasan baik didalam keluarga maupun di masyarakat, dan sebagainya merupakan ancaman kesehatan dan kesejahteraan manusia.

c. Faktor antar bangsa:

Faktor-faktor antar bangsa juga mempunyai dampak berarti terhadap kesehatan, antara lain: ekonomi global, pasar uang dan perdagangan, akses kemedia teknologi komunikasi dan juga degradasi lingkungan akibat penggunaan sumber daya secara tidak bertanggung jawab.

77 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI d. Masalah kesehatan utama: Penyakit

Penyakit infeksi (menular):

Penyakit-penyakit baru yang dulu tidak ada, tetapi belakangan muncul (new emerging diseases), seperti HIV/AIDS, Flu Burung, dan Flu Babi. Sementara itu penyakit-penyakit lama yang sudah menurun bahkan sudah tidak ada, tetapi meningkat atau muncul lagi (emerging diseases), seperti TB Paru dan Cacar.

Penyakit tidak menular:

Di negara-negara berkembang menghadapi beban ganda masalah kesehatan. Di satu sisi masih tingginya penyakit infeksi (menular), tetapi dipihak yang lain penyakit-penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah cenderung meningkat.

Perubahan-perubahan dan masalah-masalah tersebut membawa perubahan terhadap norma, gaya hidup dan lingkungan tempat tinggal bagi semua orang diseluruh dunia. Pada gilirannya perubahan-perubahan faktor tersebut akan menjadi determinan yang berisiko terhadap kesehatan masyarakat. Semua determinan dan perubahan yang terjadi didalamnya serta masalah kesehatan yang ditimbulkan jelas akan membawa perubahan terhadap visi, misi dan strategi promosi kesehatan, dan sekaligus merupakan tantangan Promosi Kesehatan di abad 21 ini.

Pendekatan Baru Promosi Kesehatan:

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke empat di Jakarta melalui penyajian dan diskusi-diskusi selama konferensi tersebut, yang kemudian dirumuskan dalam Deklarasi Jakarta, antara lain menyebutkan bahwa :

a. Dari penelitian-penelitian yang dihasilkan oleh peneliti-peneliti dari berbagai Negara memberikan bukti bahwa Promosi kesehatan mempunyai pengaruh dalam menunjang keberhasilan program kesehatan yang lain, antara lain meningkatkan cakupan imunisasi, meningkatkan cakupan ibu hamil yang melakukan “ante natal care”, meningkatkan masyarakat dalam penggunaan jamban dan air bersih, dan sebaginya.

b. Strategi promosi kesehatan yang telah dirumuskan dalam Ottawa Charter, yakni: 1). Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan,

2). Menciptakan lingkungan yang mendukung,

3). Memperkuat kegiatan masyarakat dalam kesehatan,

4). Meningkatkan ketrampilan perorangan dan memelihara kesehatan, 5). Reorientasi pelayanan kesehatan,

78 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

Dapat mengembangkan dan merubah gaya hidup, kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan, dan sebagainya adalah prasyarat untuk kesehatan (prerequisite for health) serta mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu disimpulkan bahwa Promosi Kesehatan adalah merupakan pendekatan yang praktis untuk mencapai pemerataan yang lebih baik dalam pelayanan kesehatan.

Berangkat dari pengalaman keberhasilan promosi kesehatan, termasuk penerapan strategi promosi kesehatan yang dirumuskan dalam Piagam Ottawa ini, maka peserta Konferensi di Jakarta merumuskan pendekatan baru. Pendekatan baru promosi kesehatan yang dimaksud di dalam Deklarasi Jakarta ini adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan komprehensif:

Pendekatan komprehensif yang dimaksud disini adalah melaksanakan kelima strategi “Ottawa Charter” secara bersamaan dalam Promosi Kesehatan. Dalam melaksanakan Promosi Kesehatan akan lebih efektif bila kelima startegi tersebut digunakan secara bersama sesuai dengan sasarannya. Untuk startegi mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan, menciptakan lingkungan yang mendukung, reorientasi pelayanan kesehatan ditujukan kepada para pembuat keputusan (sasaran tertier) dan tokoh masyarakat (sekunder). Sedangkan untuk strategi memperkuat kegiatan masyarakat, meningkatkan ketrampilan perorangan sasaran utamanya adalah masyarakat dalam berbagai jenis kelompok dan tatanan (saran primer), dan juga tokoh masyarakat (sasaran sekunder).

b. Pendekatan melalui tatanan:

Untuk lebih mengefektifkan memfokuskan Promosi Kesehatan, dalam pelaksanaan atau implementasinya diarahkan pada tatanan-tatanan (settings) tertentu. Tatanan- tatanan Implementasi Promosi Kesehatan dapat dibedakan menjadi berbagai jenis, antara lain: 1) Tatanan administrasi pemerintahan, misalnya:

kabupaten/kota, kecamatan, desa atau keluarahan, pulau, dan sebagainya. Dari masing-masing tatanan administrasi pemerintahan ini diharapkan program-program promosi kesehatan yang terfokus pada tingkat tatanan tersebut, misalnya : Provinsi Sehat, Kabupaten Sehat, Kecamatan Sehat, Desa Sehat, Pulau Sehat, dan sebagainya. Dalam implementasi lokal, mungkin akan muncul misalnya : Depok Sehat, Banten Sehat, Ciganjur Sehat, dan sebaginya.

2) Institusi pendidikan: Sekolah, Madrasah, Perguruan Tinggi. Promosi Kesehatan ditatanan ini, diharapkan muncul program “health promoting school” atau sekolah yang mempromosikan kesehatan, atau “health promoting university”.

3) Institusi pelayanan kesehatan : Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik, dan sebagainya. Promosi kesehatan di tatanan institusi pelayanan kesehatan, berarti menerapkan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Poliklinik, dan sebagainya. Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit atau Poliklinik bukan untuk mengurangi arti dari pelayanan kuratif dan rehabilitatif, tetapi justru untuk menunjang pelayanan ini. Karena dengan melaksanakan Promosi Kesehatan di tempat-tempat pelayanan ini justru meningkatkan kualitas pelayanan. Perlu diingat DEKLARASI JAKARTA

79 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

bahwa pasien berobat ke RS atau Poliklinik bukan hanya untuk mencari kesembuhan saja, tetapi juga untuk dipenuhinya hak untuk memperoleh informasi tentang penyakit dan kesehatannya.

4) Tempat-tempat kerja: pabrik, perusahaan, kantor, dan sebaginya. Promosi Kesehatan di tempat kerja adalah wajib dilaksanakan oleh pemilik atau manajmen tempat-tempat kerja untuk mencapai tempat kerja yang sehat (healthy work place). Pentingnya promosi kesehatan ditempat kerja bukan semata-mata untuk kepentingan karyawan, tetapi juga untuk kepentingan perusahaan. Dengan promosi kesehatan di tempat kerja akan menghasilkan tiadanya kecelakaan kerja (zero accident), akan meningkatkan kesehatan para karyawan, akan menurunkan angka “absen masuk kerja” akibat sakit, dan sebaginya. Apabila terjadi demikian maka yang diuntungkan adalah juga perusahaan, yakni meningkatnya produktivitas kerja.

5) Tempat-tempat umum: Pasar, terminal, mall, stasiun kereta api, dan sebagainya. Di tempat-tempat umum sepeti ini biasanya orang tidak memperdulikan risiko kesehatannya. Orang menjadi lengah, tidak peduli terhadap orang lain, bahkan terhadap dirinya sendiri. Namun dipihak yang lain, karena “tempat umum” atau publik maka orang sering memerlukan informasi-informasi, termasuk informasi tentang keselamatan dan kesehatan. Itulah maka Promosi Kesehatan perlu dilaksanakan di tempat-tempat umum.

6) Keluarga, sebagai unit masyarakat terkecil :

Keluarga atau rumah tangga adalah merupakan tempat promosi kesehatan yang pertama dan utama. Di dalam keluarga ini anak mulai dibentuk dan dikembangkan perilakunya, termasuk perilaku kesehatan. Pendidikan atau promosi kesehatan didalam keluarga yang paling berperan adalah orang tua (ayah dan ibu), terutama ibu. Oleh sebab itu dasar-dasar perilaku hidup sehat harus mulai ditanam oleh or-ang tua harus mulai ditanam sejak balita, bahkan sejak bayi.

c. Peran serta masyarakat:

Peran serta masyarakat adalah merupakan pendekatan promosi kesehatan yang efisien dan efektif. Karena dengan peran serta masyrakat diberbagai kegiatan atau program kesehatan, mereka belajar bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri. Dengan peran serta masyarakat dalam program kesehatan, mereka akan menyadari bahwa kesehatan atau pelayanan kesehatan sebenarnya adalah berasal dari dan oleh mereka sendiri. Kesehatan bukan sesuatu yang diberikan dari luar, dari puskesmas, atau dari pemerintah.

d. Pembelajaran kesehatan:

Promosi Kesehatan adalah merupakan pembelajaran kesehatan oleh masyarakat. Pembelajaran harus datang dari dalam diri yang belajar atau masyarakat. Pihak luar, dalam hal ini petugas kesehatan atau petugas lain yang berkepentingan kesehatan hanya sebagai fasilitator dan dinamisator. Hasil dari pembelajaran kesehatan bagi masyarakat, adalah bahwa kesehatan adalah sumber kehidupan mereka, yang perlu di sambung dan ditingkatkan. Tanpa kesehatan, seseorang, kelompok, atau masyarakat tidak berarti apa-apa. (health is not everything, but without health is nothing).

80 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

Untuk menghadapi berbagai tantangan akibat meluasnya determinan kesehatan, serta penerapan terhadap pendekatan baru promosi kesehatan tersebut diperlukan bentuk kegiatan baru, utamanya menjalin kerja sama atau kemitraan dengan semua pihak. Tantangan pada tahun-tahun mendatang adalah menggali potensi yang ada diberbagai sektor non kesehatan, dan kelompok organisasi-organisasi di masyarakat, termasuk keluarga yang berkaitan dengan promosi kesehatan. Untuk menggali potensi yang ada diberbagai sektor tersebut, tidak lain melalui kerja sama atau kemitraan.

Guna menghadapi tantangan teresbut, jelas memerlukan pendobrakan terhadap sekat-sekat atau dinding-dinding yang selama ini meghambat terwujudnya kerja sama tersebut. Sekat-sekat yang selama ini menghambat kerja sama atau kemitraan bukan hanya berada diluar sektor kesehatan saja, tetapi sering juga terjadi dalam program-progam di dalam sektor kesehatan itu sendiri. Oleh karena “ego” sektor dan “ego” sektor, maka sering program kesehatan, termasuk Promosi Kesehatan tidak dapat berjalan dengan lancar. Dipihak yang lain keterlibatan sektor non pemerintahan, lebih spesifiknya lagi sektor swasta dalam progam kesehatan publik masih kurang. Oleh sebab itu untuk menghadapi tantangan kedepan maka keterlibatan sektor-sektor ini dalam program kesehatan perlu diintensifkan. Lebih tegas lagi diperlukan pengembangan mitra baru dibidang kesehatan dalam menghadapi era baru abad ke 21 ini.

PRIORITAS PROMOSI KESEHATAN ABAD 21

Dalam menghadapi berbagai tantangan baik yang berkaitan dengan perubahan dan perluasan determinan kesehatan, dan juga guna penerapan dan pengembangan strategi dan pendekatan Promosi Kesehatan dalam abad ke 21 ini di pihak yang satu, dan dipihak yang lain untu memperoleh efesiensi dan efektivitas promosi kesehatan, maka perlu adanya prioritas-prioritas. Dalam kaitan dengan ini, maka Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke empat di Jakarta ini menetapkan prioritas sebagai berikut.

1. Meningkatkan tanggung jawab sosial dalam kesehatan:

Telah kita ketahui bersama bahwa hamper semua sektor pembangunan baik dinegara maju maupun Negara berkembang selalu mempunyai dampak bagi kesehatan manusia. Sektor industri, pertanian, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan seterusnya mempunyai dampak sampingan terhadap kesehatan. Oleh sebabnya sudah sewajarnyalah apabila sektor-sektor tersebut juga ikut bertanggung jawab untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Sekarang ini memang sudah disadari, khususnya oleh sektor swasta, khususnya industri atau perusahaan dibidang apapun, dengan dicantumkannya program tanggung jawab sosial perusahaan, atau “corporate sosial responsibility”, antara lain dalam bentuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum.

Secara lebih spesifik tanggung jawab sosial dalam kesehatan yang perlu direalisasikan oleh setiap pemangku kepentingan atau “stake holder” kesehatan, termasuk sektor industry dan perdagangan adalah sebagai beriku :

81 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI a. Menghindari hal-hal yang dapat merugikan kesehatan orang lain (masyarakat) b. Melindungi lingkungan dan menjamin terus dimanfaatkannya sumber daya. c. Membatasi produksi dan perdagangan barang-barang yang berbahaya seperti

tembakau dan senjata, termasuk juga membatasi praktik pemasarannya yang tidak sehat.

d. Menjaga keselamatan masyarakat, baik ditempat umum maupun di tempat kerja. e. Memasukkan dampak kesehatan sebagai bagian integral dari kebijakan

pembangunan.

2. Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan:

Program kesehatan adalah merupakan investasi untuk pengembangan sumber daya manusia. Oleh sebab itu kualitas sumber manusia sangat ditentukan oleh kesehatan, disamping pendidikan dan ekonomi. Selama ini investasi pemerintah untuk pembangunan kesehatan yang “nota bene” investasi untuk pembangunan sumber daya ini sangat rendah. Hal ini tercermin dari besarnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk sektor kesehatan. Dari tahun ke tahun semenjak zaman Orde Baru sampai orde Reformasi ini, anggaran untuk kesehatan hanya antara 2,5% sampai dengan 4,0% saja dari APBN. Sementar itu anggaran kesehatan di negara-negara maju mencapai 10,0% , bahkan lebih dari APBN. Tinggi rendahnya anggaran untuk kesehatan baik nasional maupun daerah, sangat tergantung dari kebijakan pemerintah dan parlemen (DPR/DPRD). Selanjutnya keluarnya kebijakan ini sangat tergantung dari kegiatan advokasi para penjabat kesehatan. Promosi kesehatan diharapkan mampu memfasilitasi para pimpinan sektor kesehatan untuk melakukan advokasi ini.

Selain dari pada itu investasi pembangunan kesehatan juga dapat diartikan memprioritaskan program-program kesehatan untuk kelompok-kelompok yang strategis. Karena kelompok-kelompok ini akan mempunyai daya ungkit yang besar bagi peningkatan kualitas sumber daya. Kelompok-kelompok yang memperoleh prioritas dan yang sebagai upaya meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan adalah: wanita dan anak-anak. Hal ini disebabkan karena kedua kelompok ini merupakan penentu

Dalam dokumen Komitmen Global Promkes (Halaman 84-100)