• Tidak ada hasil yang ditemukan

Piagam Bangkok :

Dalam dokumen Komitmen Global Promkes (Halaman 114-130)

BAB 7BAB 7

BAB 7BAB 7

PIAGAM BANGKOK

PROMOSI KESEHATAN DALAM GLOBALISASI

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke enam dilaksanakan di Bangkok-Thailand, tanggal 7-11 Agustus 2005. Konferensi diikuti oleh sekitar perwakilan peserta dari sekitar 90 negara, dengan tema : promosi kesehatan dalam dunia yang mengglobal atau “Health Promotion in a globalized world”. Konferensi ini menghasilkan Piagam Bangkok (Bangkok

Charter) tentang promosi kesehatan untuk dunia yang mengglobal. Lingkup piagam ini adalah mengidentifikasi aksi, komitmen dan janji yang diperlukan untuk mengatasi berbagai problematika kesehatan di era globalisasi melalui promosi kesehatan.

KEMITRAAN DALAM KONTEKS GLOBAL

Tujuan dihasilkannya Piagam Bangkok adalah untuk menegaskan bahwa kemitraan adalah strategi yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan, kesetaraan dan keadilan, di tengah arus pembangunan nasional dan global. Secara alamiah globalisasi kerapkali diberikan makna sebagai suatu proses dan gejala hilangnya sekat-sekat negara dalam percaturan dunia, yang seringkali membawa ekses persaingan bebas, kapitalisme, serta penindasan oleh pihak yang satu pada pihak yang lain.

Kesehatan telah dinyatakan sebagai hak dasar manusia, sehingga semua negara dan pemerintahan wajib melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan status kesehatan warga negaranya, sehingga dapat hidup lebih lama dalam kondisi yang baik atau berkualitas. Namun upaya tersebut tidaklah mudah. Hendrik L Blum (1974), yeperti telah disebutkan juga pada bab sebelumnya, mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan, yaitu: a) lingkungan, b) perilaku, c) pelayanan kesehatan, dan d) keturunan. Dari sisi kesehatan masyarakat, faktor perilaku dan lingkungan menempati kedudukan yang sangat strategis.

Secara sederhana penjelasannya adalah tidak ada masalah kesehatan tanpa peran perilaku manusia. Berbagai masalah kesehatan, misalnya ketidakbugaran, kesakitan, kekurangan dan kelebihan gizi, sampai dengan HIV/AIDS disebabkan oleh perilaku. Diare dapat terjadi karena orang tidak mau (perilaku) minum air yang telah di masak. Wabah flu burung terjadi karena manusia memelihara unggas secara tidak higienis, serta dugaan adanya

104 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI mutasi gen pada virus yang tadinya hanya

menyerang burung menjadi patogen bagi manusia akibat perubahan lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia juga. Gangguan pernafasan yang membuat orang menderita emfisema ketika berusia lanjut, diakibatkan karena kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama. Semua masalah tersebut, dapat menurunkan Usia Harapan Hidup (UHH), menurunkan kualitas hidup manusia, menyebabkan penderitaan serta merugikan secara sosial ekonomi

(memiliki sosial cost dan mengakibatkan economic loss). Oleh karena, sebab dan peran penting faktor perilaku pada kejadian dan berkembangnya masalah kesehatan yang dapat meluas menjadi masalah sosial yang lebih besar, sehingga tidak mungkin faktor perilaku tidak hadir sebagai pilar dalam setiap pemecahan masalah kesehatan. Oleh karenanya peran strategis promosi kesehatan dalam pemecahan masalah kesehatan semakin mengemuka.

Sebagaimana diketahui, konferensi internasional promosi kesehatan pertama yang menghasilkan deklarasi Ottawa tahun 1986 adalah tonggak penting yang mensinergikan peran pemerintah, akademisi dan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Implementasi Deklarasi Ottawa dalam bentuk program promosi kesehatan terbukti mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan. Jong-Wook menunjukkan bahwa peran signifikan dari promosi kesehatan, yaitu:

a) Memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap sasaran program kesehatan masyarakat, termasuk di dalamnya konferensi promosi kesehatan di Sundsvall tahun 1991 yang memberikan tekanan terhadap kelestarian lingkungan yang mendukung. b) Di Karelia Utara-Finlandia, promosi kesehatan terbukti dapat meningkatkan praktik diet dan aktivitas fisik para pria, sehingga berkontribusi pada menurunya kematian karena penyakit jantung lebih dari 73% dalam 25 tahun.

c) Di California, Amerika Serikat, promosi kesehatan dalam pengendalian (konsumsi) tembakau dapat mengurangi kejadian kanker paru sekitar 14% dalam 10 tahun. d) Di Australia, promosi kesehatan untuk keselamatan berkendara dapat mengurangi

kematian akibat kecelakaan hingga 31% dalam kurun waktu 1989-1994.

Promosi kesehatan juga terbukti dapat menurunkan infeksi baru HIV/AIDS di Brazil, Thailand dan Uganda, meningkatkan peran masyarakat Singapura dalam berolahraga, dan menurunkan kejadian diare pada kelompok miskin melalui peningkatan praktik cuci tangan. Deklarasi Ottawa juga dapat dilihat sebagai pernyataan yang bersifat jauh ke depan, terkait dengan pembangunan kesehatan masyarakat desa, kesehatan untuk semua, serta gerakan masyarakat pada berbagai area, misalnya kesehatan perempuan, lingkungan dan hak asasi manusia. Deklarasi ini sekaligus menjadi penanda perubahan pendekatan promosi kesehatan, dari pendekatan yang menempatkan individu sebagai penyebab masalah, bergeser membidik PIAGAM BANGKOK

105 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

determinan-determinan kesehatan perubahan ini tidak mudah, sebab memerlukan berbagai peningkatan, misalnya peningkatan dalam informasi dan pengetahuan, pembiayaan, jejaring dan kemitraan, serta kebijakan.

Sebagai suatu konsep, pemberdayaan masyarakat mengemuka sejak dicanangkannya Strategi Global WHO (World Health Organization/Organisasi Kesehatan se Dunia) tahun 1984, yang ditindaklanjuti dengan rencana aksi dalam Piagam Ottawa (1986). Dalam deklarasi tersebut dinyatakan bahwa promosi kesehatan dilakukan melalui 5 strategi, sebagai pelengkap dari strategi promosi Ksehatan yang telah dirumuskan oleh WHO tahun 1984.

Pemberdayaan telah diadopsi sebagai salah satu tujuan promosi kesehatan. Piagam Ottawa (1986) telah menyatakan bahwa “partisipasi adalah elemen utama dalam definisi promosi kesehatan”. Pada saat yang sama berkembang pendekatan gerakan “Kota Sehat” (HEALTHY CITY) dengan pendekatan promosi kesehatan. Wallerstein dan Bernstein (1988) menyatakan bahwa pendidikan untuk pemberdayaan masyarakat diadopsi untuk meningkatkan efektivitas pendidikan kesehatan. Wallerstein (1992) mengatakan pemberdayaan diadopsi ke dalam promosi kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas program, dan menjaga kelestarian (sustainability) program. Deklarasi Jakarta (1997) antara lain juga menyatakan bahwa pemberdayaan dari individu-individu sebagai tujuan dari promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan individu untuk mengontrol tingkah laku dan lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan. Pemberdayaan dapat dilihat sebagai upaya promosi kesehatan. Berikutnya Nutbeam mengatakan bahwa pemberdayaan adalah inti dari promosi kesehatan (1998).

Piagam Bangkok dirumuskan berdasarkan nilai-nilai, prinsip-prinsip dan strategi promosi kesehatan yang dideklarasikan dalam Piagam Ottawa untuk promosi kesehatan, serta direkomendasikan oleh World Health Assembly.

PENEGASAN KEMBALI PERAN PROMOSI KESEHATAN

Konferensi Bangkok juga menegaskan kembali tentang peran promosi kesehatan dalam menanggulangi berbagai permasalahan sekaligus meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam konferensi tersebut dinyatakan:

a. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakui bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap manusia yang harus dapat diperoleh tanpa diskriminasi.

b. Promosi kesehatan dilakukan berdasarkan pemenuhan hak asasi manusia serta mencakup berbagai upaya meningkatkan kualitas hidup, serta mencakup pula upaya meningkatkan kesehatan mental dan spiritualnya.

c. Promosi kesehatan adalah proses membantu masyarakat untuk meningkatkan kontrol atas determinan kesehatannya. Dengan demikian, individu dapat terhindar dari berbagai ancaman kesehatan dan penyakit, menular maupun tidak.

106 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

Dibandingkan dengan pada awal perkembangannya, promosi kesehatan telah berkembang sedemikian rupa karena berbagai faktor, di antaranya :

1. Kesenjangan intra dan antar negara

Ekses globalisasi telah sedemikian dalam, yaitu sebagian negara yang dahulu disebut negara-negara utara, yang berkonotasi negara maju, semakin berkembang semakin jauh meninggalkan kemajuan peradaban negara-negara selatan. Dengan demikian terjadi peningkatan kesenjangan di dalam dan antar negara. Tidak mengherankan status kesehatan masyarakat di negara-negara maju jauh lebih tinggi dari pada negara-negara yang sedang berkembang, atau lebih tepat disebut negara terbelakang. Bahkan pada negara-negara maju, resesi ekonomi tidak berpengaruh besar pada tingkat mortalitas. Bezruchka menunjukkan bahwa pada negara yang kaya, mortalitas pada saat resesi justru turun lebih cepat dibandingkan pada saat mereka baru mulai membangun. Implikasinya adalah bahwa problematika kesehatan masyarakat di negara berkembang jauh lebih involutif (rumit, kompleks) dari pada negara maju, padahal negara-negara berkembang justru mempunyai tabungan anggaran yang jauh lebih kecil.

Jha dan Chen menyarankan agar negara-negara berkembang dan miskin menempuh 4 strategi dalam rangka mengurangi beban kesehatan, utamanya karena penyakit kronis, yaitu:

a) mengendalikan konsumsi tembakau, b) vaksinasi hepatitis B,

c) skrining dan vaksinasi untuk melawan kanker serviks, dan

d) penggunaan obat-obatan yang murah untuk penyakit pembuluh darah . 2. Pola baru dalam konsumsi dan komunikasi

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat, di satu sisi memberikan banyak harapan akan meningkatnya keberdayaan dan independensi masyarakat di berbagai belahan bumi dalam memilih dan menindaklanjuti perilaku yang dipandang paling tepat guna meningkatkan kesehatannya, namun disisi lain juga menjadi ancaman baru dalam bidang kesehatan. Globalisasi telah menyertai meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Berbagai penyakit degenerative, misalnya penyakit jantung koroner, obesitas, serta penyakit lain telah membebani kesehatan masyarakat pada berbagai negara terbelakang. Pola konsumsi sebagian masyarakat

telah berubah. Secara perlahan masyarakat mulai berkenalan dengan makanan dari luar negeri yang mungkin kurang cocok secara ekologis dan akhirnya berakibat buruk bagi kesehatannya. Keterpajanan pada informasi melalui media komunikasi massa serta kurangnya kontrol pemerintah terhadap siaran televisi menjadi salah satu penyebabnya.

107 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

Bahkan studi antar negara yang dilakukan oleh WHO juga menunjukkan bahwa semakin sering menonton televisi juga disertai dengan meningkatnya konsumsi makanan yang manis dan soft drink serta menurunnya konsumsi sayur dan buah.

Demikian pula meningkatnya akses komunikasi, di satu sisi menjadi stimulan perkembangan peradaban suatu bangsa, namun pada sisi yang lain juga berpengaruh pada meningkatnya berbagai penyakit, misalnya infeksi menular seksual, HIV/AIDS, serta berbagai penyakit dan ancaman kesehatan lain. Faktor lain yang tidak kalah besar pengaruhnya adalah dampak penggunaan alat-alat komunikasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa jeda teknologi dalam penggunaan alat komunikasi, misalnya menggunakan telepon sambil mengemudikan kendaraan terbukti meningkatkan ancaman kesehatan dan mengakibatkan menurunnya produktivitas masyarakat. Kesadaran akan kondisi jalanan dan respon pengemudi mengerem kendaraannya terganggu akibat menggunakan mobile phone . Fenomena ini turut serta mendorong agar promosi kesehatan senantiasa memperbaharui diri.

3. Komersialisasi

Komersialisasi adalah dampak dari kapitalisme. Berbagai persoalan kesehatan yang solusinya adalah keadilan dalam akses pelayanan seringkali dihambat oleh komersialisasi. Sebagai contoh, pada awalnya pelayanan kesehatan dapat dianggap sebagai produk sosial, di mana pelayanan kesehatan lebih tampak sebagai institusi yang membantu masyarakat untuk memperoleh pelayanan. Tujuannya adalah agar semua warga negara terjamin hak-haknya untuk memperoleh pelayanan tanpa ada diskriminasi. Namun perubahan dalam arus utama peradaban telah menggeser wajah pelayanan dari institusi penolong menjadi institusi komersial. Kesehatan yang semula adalah produk sosial berubah menjadi komoditas yang bernilai komersial . Pemerintah Indonesia juga melihat kecenderungan ini, oleh karenanya telah dilakukan berbagai program untuk menjamin masyarakat tetap terlayani kebutuhannya akan pelayanan kesehatan. Namun ketidakmerataan masih tetap terjadi, sehingga dari sisi promosi kesehatan yang dapat dilakukan adalah mendorong agar masyarakat senantiasa menjaga kesehatannya. 4. Perubahan lingkungan global

Dalam pandangan klasik, lingkungan adalah determinan utama status kesehatan. Berbagai penyakit disebabkan oleh kualitas lingkungan. Malaria, demam berdarah, diare, serta berbagai penyakit yang kerapkali menjadi persoalan kesehatan disebabkan lingkungan. Yang terjadi sekarang adalah bahwa lingkungan terus berubah, bahkan cenderung semakin menurun kualitasnya. Oleh karena itu berbagai penyakit yang PIAGAM BANGKOK

108 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

berbasis lingkungan juga terus ada dan sulit dikendalikan. Sebagai contoh adalah penyakit malaria, encephalitis, dan demam berdarah dengue (DBD).

Penyakit demam berdarah dengue sudah dikenal sejak abad ke XVII, serta sangat mudah. Oleh karena itu masuk akal apabila urbanisasi digolongkan sebagai salah satu faktor yang menjadi kendala bagi masyarakat untuk meningkatkan kesehatannya. Beragam masalah kesehatan yang timbul memerlukan strategi penanggulangan yang tidak mungkin seragam. Demikian pula halnya dengan strategi promosi kesehatan yang harus dilakukan untuk mengatasi dampak buruk urbanisasi. Selain lima hal di atas, di kemudian hari promosi kesehatan akan menghadapi tantangan-tantangan baru, di antaranya adalah:

a) Faktor-faktor ekonomi, sosial dan budaya yang berpengaruh pada lingkungan dan kondisi kerja, lingkungan belajar, pola kekeluargaan serta corak sosial budaya masyarakat. Perubahan lingkungan sosial, budaya dan ekonomi dapat berpengaruh buruk pada derajat kesehatan.

b) Buruknya pengaruh akibat perubahan ekonomi, sosial dan budaya berbeda antar jender. Perempuan biasanya merasakan akibat yang lebih berat. Untuk itu diperlukan strategi promosi kesehatan yang tepat untuk mengurangi dampak buruk pengaruh tersebut pada perempuan, sekaligus mengurangi jumlah anak yang rentan terhadap masalah kesehatan, mengurangi pengucilan dan peminggiran orang cacat, serta meningkatkan apresiasi keberadaan masyarakat adat.

Meskipun demikian, berbagai persoalan tersebut bukan tak terpecahkan. Kemajuan peradaban dan globalisasi telah membuka peluang untuk terselenggaranya kerja sama antar negara guna mengatasi persoalan serta meningkatkan kesehatan. Kemajuan peradaban telah mendorong :

a. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi sehingga antar warga bangsa dapat saling berkomunikasi, bertukar pengalaman, meningkatkan pengetahuan, sekaligus menjalin kesepakatan untuk menanggulangi problematika kesehatan dan kemanusiaan.

b. Perbaikan mekanisme tata kelola global serta saling berbagi pengalaman.

Secara alamiah kemampuan setiap bangsa dalam mengelola berbagai problematika, utamanya kesehatan, sangat bervariasi. Sebagian negara mempunyai pengalaman yang kaya, sebagian lagi tidak demikian. Dalam tatanan dan semangat sebagai warga dunia, maka saling berbagi pengalaman adalah hal yang utama. Sebagai contoh, persoalan demam berdarah banyak menimpa negara-negara tropis, di semua belahan bumi. Beberapa negara yang sudah cukup berhasil mengendalikannya, namun masih cukup banyak negara yang belum berhasil. Oleh karenanya dengan semangat meningkatkan derajat kesehatan semua, sejalan dengan prinsip kesehatan untuk semua (health for all) maka sudah semestinya negara yang berhasil berbagi pengalaman dengan negara-negara lainnya. Untuk itu peran teknologi informasi dan komunikasi sangat menunjang. PIAGAM BANGKOK

109 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

KEBIJAKAN KOHERENSI

Berbagai problematika kesehatan yang kini banyak menimpa bangsa-bangsa, misalnya malaria menuntut tersedianya kebijakan penanggulangan di tingkat global, yang harus melibatkan pertalian (koherensi) di tingkat pemerintahan setiap negara, badan-badan organisasi dunia, serta organisasi-organisasi masyarakat, termasuk kalangan swasta. Koherensi dalam menyusun kebijakan tingkat global akan lebih menjamin kepatuhan, transparansi dan akuntabilitas dalam melaksanakan program.

Di daerah sub Sahara, Afrika, morbiditas dan mortalitas akibat malaria terus meningkat lebih dari dua dasa warsa terakhir. Oleh karena itu WHO menggulirkan inisiatif Roll Back Malaria (RBM). Inisiatif yang bersifat global dengan pendekatan kemitraan dalam pengendalian dan pencegahan malaria diarahkan untuk menurunkan hingga 50% kejadian malaria global. Salah satu kebijakan yang dibuat adalah mengadopsi penggunaan kelambu berinsektisida. Kebijakan yang dibuat sebagai warisan pengalaman dalam perang dunia II serta tergolong cukup efektif tersebut aman bagi manusia.

Dalam kurun waktu sekitar 20 tahun, promosi kesehatan telah berhasil menempatkan kesehatan sebagai isu utama pembangunan, termasuk menempatkannya sebagai sasaran dalam Tujuan Pembangunan Millenium (MDG’s). Harus diakui bahwa banyak negara belum mampu mencapai sasaran-sasaran yang ditetapkan, namun yang lebih penting adalah bahwa untuk mencapai MDG’s partisipasi masyarakat sangat diperlukan.

Berbagai pengalaman telah menunjukkan bahwa kemajuan ke arah kehidupan yang lebih sehat memerlukan komitmen dan tindakan politik yang kuat, partisipasi masyarakat yang luas dan advokasi yang berkelanjutan. Lebih lanjut untuk semakin meningkatkan kemajuan dalam kesehatan, semua sektor perlu membuat tindakan untuk:

a. advokasi untuk kesehatan dilakukan berdasarkan pada hak asasi manusia dan solidaritas

b. investasi dalam kebijakan, tindakan dan infrastruktur yang berkelanjutan untuk mengontrol determinan kesehatan

c. membangun kapasitas untuk pengembangan kebijakan, kepemimpinan, praktik promosi kesehatan, alih pengetahuan, riset dan paham kesehatan

d. mengatur dan membuat perundangan untuk menjamin perlindungan tingkat tinggi atas bahaya dan memungkinkan kesempatan yang sama bagi semua orang dalam kesehatan dan kesejahteraan

e. bermitra dan membangun aliansi dengan berbagai kalangan publik, swasta, organisasi non-pemerintah dan internasional serta masyarakat sipil untuk menciptakan tindakan yang berkelanjutan.

Dalam kesehatan masyarakat, advokasi adalah hal yang penting serta perlu terus dilakukan. Butir pertama dari Deklarasi Ottawa yang berbunyi membangun kebijakan yang berwawasan kesehatan, membawa konsekuensi logis tentang perlunya keahlian advokasi pada tenaga promosi kesehatan.

110 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

Terdapat berbagai pengertian tentang advokasi, salah satu definisi menyatakan advokasi adalah usaha sistematis untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Ada pula yang mendefinisikan advokasi sebagai upaya mencari dukungan terhadap suatu program (kesehatan) melalui dukungan politis, kebijakan, maupun anggaran. WHO (1989) menyatakan “Advocacy is a combination on individual and action design to gain political commitment, policy support, social acceptance and sistem support for particular health goal or programs”. Dari berbagai definisi tersebut secara umum advokasi harus memuat:

a) Upaya pembelaan (terhadap masyarakat melalui) program,

b) Dilakukan melalui beragam pendekatan yang rasional, ilmiah, dapat dipertanggungjawabkan,

c) Menggunakan cara-cara yang bersifat personal formal maupun sistemik,

d) Dengan hasil akhir berupa dukungan nyata berbentuk kebijakan, anggaran maupun fasilitas tertentu.

KOMITMEN UNTUK KESEHATAN BAGI SEMUA

Dalam rangka mendorong kesehatan sebagai pusat perhatian sektor-sektor lain dalam aktivitas pembangunan, sektor kesehatan memiliki peran kepemimpinan kunci dalam pembangunan kebijakan dan kemitraan untuk promosi kesehatan. Sektor kesehatan harus mendorong terciptanya kebijakan terpadu dalam pemerintahan, serta tumbuhnya komitmen untuk bekerja sama dengan segenap lapisan masyarakat. Beberapa komitmen yang harus ada yaitu menjadikan promosi kesehatan :

1. Menjadikan Promosi Kesehatan Sebagai Pusat Agenda Pembangunan Global

Perjanjian antar-pemerintah yang disertai komitmen kuat, yang dapat meningkatkan kesehatan sangat diperlukan. Pemerintah dan badan-badan internasional harus bertindak cepat untuk mengatasi kesenjangan dalam akses dan status kesehatan antara yang kaya dan yang miskin. Untuk itu diperlukan mekanisme yang efektif dalam tata kelola global bidang kesehatan, guna mengatasi semua efek yang membahayakan dari kegiatan: a) perdagangan, b) produk layanan dan, c) strategi pemasaran.

Promosi kesehatan harus didorong untuk menjadi bagian integral dari kebijakan domestik dan luar negeri serta hubungan internasional, dalam berbagai situasi, damai, keadaan perang maupun konflik. Hal ini membutuhkan dialog dan kerjasama antar bangsa, pemerintah, masyarakat sipil dan sektor swasta. Kesehatan adalah topik universal dari aspek kemanusaiaan segenap warga bangsa, dengan demikian membahas kesehatan dapat terbebas dari sekat-sekat PIAGAM BANGKOK

111 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

negara, politik, dan kepentingan yang bersifat parsial. Tidak ada satu orangpun yang menginginkan dirinya sakit. Oleh karenanya melakukan program mencegah penyakit adalah hal yang seharusnya dapat diterima semua orang. Meskipun demikian, tidak semua elemen masyarakat bersepakat tentang cara pencegahannya. Salah satu contoh adalah isu bagaimana mencegah dampak buruk konsumsi tembakau. Tidak mudah, karena belum ada kesamaan pandang antar pihak tentang bagaimana mengendalikan tembakau. Upaya mengendalikan konsumsi tembakau telah dilaksanakan oleh banyak negara yang tergolong maju. Beberapa di antaranya cukup berhasil. Studi yang dilakukan Borland dan Balmford menunjukkan bahwa kampanye tentang bahaya rokok di Austra-lia membuat para perokok mulai berpikir negatif tentang rokok serta berniat untuk berhenti dari kebiasaannya. Dengan demikian seharusnya advokasi kepada pemerintah dalam rangka pengendalian tembakau perlu terus menerus dilakukan.

2. Membuat Promosi Kesehatan Tanggung Jawab Semua Lini Pemerintah

Promosi kesehatan adalah program dan kegiatan yang sudah dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat. Meskipun demikian ke depan, promosi kesehatan masih perlu di dorong sehingga lebih menunjukkan peran strategis dalam mengatasi persoalan kesehatan. Di beberapa daerah, desentralisasi dan otonomi yang diberlakukan justru mengakibatkan berkurangnya peran promosi kesehatan. Untuk itu sektor kesehatan, utamanya tenaga promosi kesehatan, harus dapat meyakinkan pihak yang lebih makro tentang pentingnya promosi kesehatan. Pengalaman dan keberhasilan program promosi kesehatan harus disebarluaskan, diadvokasikan. Setiap tingkatan dan sektor pemerintahan harus ditumbuhkan kesadaran dan tanggung jawabnya mengatasi persoalan buruknya kesehatan dan ketidakadilan.

Kesehatan adalah determinan utama keberhasilan pembangunan sosial ekonomi dan politik, sehingga pemerintah lokal, regional dan nasional harus:

a. memberikan prioritas kepada investasi dibidang kesehatan, di dalam dan di luar sektor kesehatan

b. menyediakan pembiayaan yang berkelanjutan untuk promosi kesehatan.

Untuk memastikan pelaksanaan kedua hal tersebut, semua tingkatan pemerintahan harus dapat menyusun perencanaan yang dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel). Pemerintah juga harus secara eksplisit menyusun konsekuensi kesehatan dari kebijakan dan perundang-undangan yang dibuat, serta menyusun mekanisme evaluasi program yang memenuhi syarat-syarat benar dan akurat.

3. Menjadikan Promosi Kesehatan Untuk Pemberdayaan Masyarakat

Berdasarkan pengalaman, masyarakat seringkali mengambil inisiatif memulai, membentuk dan melakukan promosi kesehatan. Untuk itu masyarakat perlu mendapatkan hak, sumber daya dan kesempatan yang memungkinkan kontribusi mereka dapat diperkuat dan dipertahankan. Agar dapat memberikan kontribusi yang memadai dalam pembangunan kesehatan, pada masyarakat yang agak terbelakang, dukungan berbagai pihak untuk peningkatan kapasitas sangat penting. Organisasi PIAGAM BANGKOK

112 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

dengan tata kelola yang baik dan masyarakat yang terberdayakan sangat efektif dalam mendukung tercapainya kemandirian masyarakat dalam menentukan kesehatan mereka sendiri. Selain itu para promotor kesehatan dapat membuat pemerintah dan sektor swasta lebih bertanggung jawab atas segala konsekuensi kesehatan dari kebijakan dan

Dalam dokumen Komitmen Global Promkes (Halaman 114-130)