• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pernyataan Sundsvall :

Dalam dokumen Komitmen Global Promkes (Halaman 66-84)

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN YANG MENDUKUNG KESEHATAN

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ketiga, dilaksanakan di Sundsvall, Swedia, tanggal 9 - 15 Juni 1991. Tema Konferensi yang ketiga ini adalah : Menciptakan Lingkungan yang Mendukung Kesehatan atau “Supportive Enviromant For Health”. Tema ini adalah merupakan strategi yang kedua promosi kesehatan dan telah dirumuskan dalam Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Oleh sebab itu konferensi di Sundsvall adalah merupakan penjabaran yang lebih rinci tentang pengembangan lingkungan yang mendukung kesehatan. Konferensi hanya dihadiri oleh 318 orang peserta atau perwakilan dari 81 negara, baik dari negara maju maupun negara berkembang. Hasil konferensi promosi kesehatan yang ke tiga ini dirumuskan dalam pernyataan Sundsvall (Sundsvall Statement). Isi dan pembahasan pernyataan Sundsvall dapat diikuti dalam uraian dibawah ini.

Konferensi diselenggarakan berjarak 3 tahun setelah konferensi kedua di Adelaide, Autralia, dan 5 tahun setelah konferensi pertama di Ottawa. Sesuai dengan tujuan yang disusun sejak awal perencanaan konferensi, konferensi memang dimaksudkan untuk memfokuskan diri pada hal yang bersifat kegiatan, “action”. Untuk itu, peserta yang datang ke konferensi ini membawa dan menyajikan pengalaman mereka tentang upaya-upaya yang sudah berhasil dijalankan berkenaan dengan “lingkungan yang mendukung kesehatan”. Ada tujuh isu pokok tentang lingkungan yang mendukung ini, dan didiskusikan melalui seri lokakarya : pendidikan, makanan dan gizi, rumah dan lingkungan rumah tangga, pekerjaan dan tempat kerja, transportasi, dan dukungan sosial.

MODEL PRAKTIK PROMOSI KESEHATAN

Dari konferensi ini, selain sebuah pernyataan, juga dihasilkan sebuah “handbook” yang berisi “cerita” berbasis pengalaman disajikan oleh para peserta konferensi. Selain itu, dihasilkan pula tiga model praktis untuk dijalankan dalam upaya promosi kesehatan. Model-model tersebut adalah

1. Health Promotion Strategy Analysis Model (HELPSAME),

Model ini berguna untuk menganalisis pengalaman dalam menciptakan lingkungan yang mendukung.

Dengan menyediakan struktur analisis, HELPSAME dapat dipakai sebagai alat analisis dalam menciptakan lingkungan yang mendukung. Dengan menyediakan struktur analisis, HELPSAME dapat dipakai sebagai alat analisis dalam mengklarifikasi strategi PERNYATAAN SUNDSVALL

56 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

dan unsur-unsur yang penting untuk dipakai dalam menjalankan kegiatan promosi kesehatan. Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam HELPSAME mencakup “bagaimana?” (pendekatan, prosedur, alat), “siapa?” (pelaku). “untuk siapa” (kelompok sasaran), “dimana?” (tingkat atau arena), dan “untuk menghasilkan apa?” (hasil yang diharapkan)

2. Sundsvall Pyramid of Supportive Environment, yang didasarkan pada 6 topik yang didiskusikan: makanan, rumah dan lingkungan tetangga, makanan dan transportasi sebagai alas piramid, dan pendidikan dan dukungan sosial sebagai dinding piramid. 3. Supportive Environment Action Model. (SESAME)

Model ini berperan dalam memfasilitasi kegiatan, dan dapat dilihat sebagai sebuah spiral. HELPSAME dan SESAME bersifat saling melengkapi, tidak masing masing eksklusif dan tidak pula dapat saling mengganti. Delapan langkah dalam model ini dapat dilihat pada diagram di bawah :

DIAGRAM

SUPPORTIVE ENVIRONMENTS ACTION MODEL (SESAME)

Sumber : Creating supportive environment for health: stories from the Third International Conference on Health Promotion, Sundsvall, Sweden

57 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

LINGKUNGAN YANG MENDUKUNG KESEHATAN

Kerangka Pernyataan Sundsvall tentang Lingkungan yang mendukung kesehatan terdiri dari : (semacam) Preambul, Himbauan untuk bertindak, Dimensi Tindakan, Usulan untuk Bertindak, Memperkuat Aksi Sosial, Perspektif Global dan Upaya Menggapai Akuntabilitas Global. Pada bagian preambul (walau tidak disebut secara eksklusif dengan judul preambul) konferensi ini menghimbau dan mendesak setiap rakyat di semua bagian dunia untuk terlibat secara aktif di dalam upaya membuat lingkungan menjadi lebih mendukung bagi kesehatan. Himbauan ini tidak hanya berlaku bagi para pejabat, penguasa, pekerja kesehatan dan lingkungan serta para aktivis dan pekerja yang bergerak dalam upaya pelestarian lingkungan, tetapi seluruh masyarakat, baik belum mengalami maupun sudah mengalami yang berkenaan dengan masalah lingkungan. Ini didasarkan pada kenyataan yang sepenuhnya disadari para peserta konferensi tentang sulitnya mencapai tujuan “kesehatan untuk semua pada tahun 2000, antara lain berkenaan dengan masalah lingkungan ini.

Artinya jutaan orang hidup dalam kemiskinan dan keterpurukan yang amat dalam di tengah kemunduran lingkungan yang semakin parah mengancam kesehatan mereka. Dapat dikatakan, kemiskinan, lingkungan yang buruk dan ancaman kesehatan saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu, konferensi melihat bahwa upaya ke depan hanyalah membuat lingkungan yang mendukung kesehatan ketimbang menghancurkannya.

Konferensi mengkategorikan lingkungan menjadi 3 macam, yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial-ekonomi, dan lingkungan politik, Di dalam literatur, lazim digambarkan hubungan timbal balik antara lingkungan, perilaku dan kesehatan, tanpa melihat dimensi dari lingkungan. Green misalnya menggambarkannya sebagai berikut.

DIAGRAM

HUBUNGAN ANTARA LINGUNGAN, PERILAKU DAN KESEHATAN

PERNYATAAN SUNDSVALL

58 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

Akan tetapi, bila lingkungan dielaborasi menjadi lingkungan fisik, sosial, ekonomi dan politik, maka dapat dilihat bahwa lingkungan politik tidak akan berpengaruh secara langsung pada kesehatan, melainkan melalui lingkungan sosial, perilaku dan/atau lingkungan fisik. Peragaan 3 memperlihatkan bagaimana hubungan antara 4 dimensi lingkungan itu dengan perilaku dan kesehatan. Diagram dibawah ini menggambarkan 3 Hubungan : Lingkungan Sosial, Lingkungan Ekonomi, Lingkungan Politik dan Lingkungan Fisik dengan Kesehatan.

DIAGARAM

PERILAKU, LINGKUNGAN DAN KEBIJAKAN

Meskipun dikeluarkan hampir 20 tahun yang lalu, kaidah dan pernyataan yang dikemukakan di dalam preambul Pernyataan Sundsvall ini masih sangat relevan saat ini dan mungkin sampai beberapa dasawarsa ke depan dengan sejumlah modifikasi. Konferensi Sundsvall ini mengidentifikasi sejumlah contoh dan pendekatan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, dan dapat digunakan para pembuat kebijakan, pembuat keputusan aktivis komunitas di sektor kesehatan dan lingkungan. Konferensi ini juga mengakui bahwa setiap orang mempunyai peran dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan.

Konferensi Sundsvall yakin bahwa proposal untuk penerapan strategi kesehatan untuk Semua harus mencerminkan dua prinsip dasar:

1. Pemerataan harus menjadi prioritas dasar dalam percepatan lingkungan yang mendukung bagi kesehatan, dengan mengeluarkan energi dan kekuatan kreatif dan mengajak semua orang dalam upaya yang unik ini. Semua kebijakan yang dimaksudkan untuk menjamin keberlangsungan pembangunan harus diarahkan pada pembangunan harus diarahkan pada prosedur-prosedur baru yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai distribusi tanggung jawab dan sumber data yang merata. Semua tindakan dan alokasi sumber daya harus didasarkan pada PERNYATAAN SUNDSVALL

59 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

prioritas yang jelas dan komitmen terhadap kelompok minortitas yang sangat miskin dan terpinggirkan, dan orang-orang yang tidak berdaya. Dunia industri harus membayar dosa lingkungan dan kemanusiaan yang sudah menumpuk melalui eksploitasi dunia yang sedang berkembang.

2. Kegiatan publik untuk lingkungan yang mendukung bagi kesehatan harus mengakui saling ketergantungan diantara semua makhluk hidup dan harus menatalaksana semua sumber daya alam, dengan memperhatikan kebutuhan generasi masa depan. Masyarakat lokal memiliki hubungan spiritual dan budaya yang unik dengan lingkungan fisik yang dapat menjadi pelajaran berharga bagi bagian lain dunia. Karena itu, sangatlah penting melibatkan masyarakat lokal dalam aktivitas pembangunan yang berkesinambungan, dan tawar-menawar dlakukan berkenaan dengan hak mereka terhadap tanah dan warisan budaya

Dengan menggunakan contoh-contoh yang disajikan, konferensi berhasil mengidentifikasi empat strategi kegiatan kunci kesehatan masyarakat untuk meningkatkan penciptaan lingkungan yang mendukung pada tingkat komunitas. a. Menguatkan advokasi melalui kegiatan komunitas, khususnya melalui

kelompok-kelompok yang diorganisasikan oleh kaum perempuan.

b. Upaya memampukan komunitas dan individu untuk mengendalikan kesehatan dan lingkungannya melalui pendidikan dan pemberdayaan.

c. Membangun kemitraan bagi kesehatan dan lingkungan yang mendukung dalam rangka memperkuat kerjasama antara kampanye dan strategi kesehatan dan lingkungan.

d. Menjembatani berbagai konflik kepentingan di dalam masyarakat dalam rangka menjamin akses yang merata terhadap lingkungan yang mendukung. Membahas masalah lingkungan yang mendukung kesehatan, tidak dapat dipisahkan dengan determinan kesehatan yang utama, yakni kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan adalah prasyarat utama tercapainya kesehatan penduduk atau masyarakat dunia ini. Bukti empirik dari berbagai negara, di antaranya di China menunjukkan bahwa perbaikan lingkungan bersama-sama dengan peningkatan perilaku adalah upaya strategik dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di Mexico, lingkungan yang sehat dan aksi komunitas adalah dua komponen yang paling kuat pengaruhnya dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

Lingkungan yang sehat adalah keadaan atau gambaran lingkungan yang optimum, yang berpengaruh positif pada terwujudnya status kesehatan masyarakat yang diinginkan. Beberapa gambaran tersebut, di antaranya adalah pemukiman dan prasarana wilayah yang bersih, memenuhi kaidah kesehatan, kecukupan air bersih, sistem sanitasi dan pengelolaan sampah, bebas dari hewan-hewan (vector) penyakit. Diperlukan berbagai upaya yang komprehensif dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan lingkungan sehat. Namun mewujudkan lingkungan sehat bukan hal yang mudah, diperlukan berbagai upaya advokasi, koordinasi, serta sosialisasi.

60 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

Dengan diselenggarakannya konferensi internasional promosi kesehatan yang ke tiga di Sundsvall, Swedia dapat dimaknai sebagai upaya meneguhkan eratnya kaitan antara promosi kesehatan dan lingkungan sehat. Konferensi ini pada hakekatnya merupakan rangkaian:

a). Kegiatan ilmiah dalam rangka mewujudkan kesehatan bagi semua tahun 2000 (Health for All Year 2000) sebagaimana yang dinyatakan oleh WHO tahun 1977, b). Konferensi internasional Primary Health Care di Alma Ata tahun 1978 yang

diselenggarakan oleh UNICEF/WHO, dan

c). Konferensi promosi kesehatan yang pertama di Ottawa, 1986, konferensi promosi kesehatan ke dua di Adelaide 1988.

Rangkaian tersebut menunjukkan bahwa sejalan dengan berkembangnya kesadaran masyarakat dan bangsa-bangsa di berbagai negara, tumbuh pula kekhawatiran masyarakat akan ancaman terhadap lingkungan global. Hal ini terlihat dari dikeluarkannya pernyataan Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (Our Common Future) yang memberikan pemahaman baru tentang imperatif pembangunan berkelanjutan.

Konferensi Promosi Kesehatan berskala global di Sundsvall ini menyerukan agar segenap warga bangsa meningkatkan peran sertanya dalam usaha menciptakan lingkungan yang lebih mendukung kesehatan. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa status kesehatan yang buruk pada sebagian masyarakat di berbagai belahan dunia tidak terlepas dari lingkungan yang semakin buruk. Konferensi menunjukkan bahwa jutaan orang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan, tinggal dalam lingkungan yang buruk dan semakin rusak yang mengancam kesehatannya. Akibatnya jelas, buruknya kesehatan akan mengakibatkan visi Kesehatan Untuk Semua Tahun 2000 (Health for All Year 2000) sangat sulit dicapai. Tentu saja bahwa segenap masyarakat perlu bekerja keras, dan bekerja cerdas, bahu membahu menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi yang lebih baik serta lebih mendukung kesehatan.

Kerja keras bersama-sama ini harus dilakukan oleh para pembuat kebijakan di semua sektor dan semua tingkatan. Gerakan untuk menciptakan lingkungan sehat juga harus diikuti oleh berbagai lembaga swadaya masyarakat, pemerhati dan aktivis lingkungan serta para penggiat hak asasi manusia dan keadilan sosial. Kesemuanya perlu bergandengan tangan, bekerjasama, membentuk aliansi yang kuat dalam rangka mendorong tercapainya kesehatan bagi semua. Oleh karenanya: a) tindakan nyata untuk menyebarluaskan informasi (lingkungan sehat) perlu dilakukan pemerintah dan masyarakat di berbagai belahan dunia, b) komitmen untuk dan kerjasama antar berbagai organisasi internasional, di bawah PBB, perlu dilakukan guna menjamin tercapainya pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

61 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

DIMENSI-DIMENSI AKSI UNTUK MENCIPTAKAN LINGKUNGAN YANG MENDUKUNG

Dalam konteks kesehatan, lingkungan yang mendukung mencakup aspek fisik, sosial, dan budaya di mana masyarakat tinggal, beraktivitas, serta dengan siapa saja mereka berinteraksi. Oleh karena itu konsep lingkungan tidak dapat dipisahkan dari : a) besarnya akses terhadap sumber data dan daya dukung yang memadai untuk kehidupannya, dan b) seberapa besar peluang bagi masyarakat untuk diberdayakan. Dengan demikian, dalam menciptakan lingkungan yang mendukung, setidaknya terdapat beberapa dimensi, yaitu melakukan perubahan fisik, perubahan sosial, meningkatkan aspek spiritual, serta mendorong peningkatan kualitas ekonomi dan politik. Semua dimensi saling terkait membentuk interaksi yang dinamis. Sebagai contoh, terjadinya perubahan fisik lingkungan dari desa menjadi kota juga disertai oleh perubahan dalam hubungan sosial antar warga masyarakat, perubahan pranata sosial, perubahan aktivitas ekonomi. Efek perubahan dapat bersifat positif, namun tidak kurang juga yang negatif. Stover menunjukkan bahwa perubahan (krisis) ekonomi yang melanda sebagian belahan bumi ini telah menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan, sosial dan kesehatan yang serius. Banyak orang kehilangan pekerjaan, kehilangan rumahnya, anak-anak kehilangan pendidikannya, dan banyak orang tidak mampu memperoleh pelayanan kesehatan, bahkan yang minimal.

Oleh sebab itu, pemerintah dan masyarakat di berbagai negara perlu mencermati terjadinya perubahan, sekaligus melakukan berbagai tindakan proaktif dan antisipatif yang cerdas, serta empatik. Berbagai aksi perlu dirancang dengan cermat, dan koordinasi pada tingkat lokal, regional, nasional dan tingkat global harus dilakukan agar solusi yang diperoleh tepat dan sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Konferensi ini mengupas empat dimensi dalam lingkungan yang mendukung kesehatan, yaitu :

1. Dimensi sosial budaya :

Dimensi sosial meliputi nilai dan norma, adat kebiasaan serta proses-proses sosial di masyarakat yang mempengaruhi kesehatan. Dalam masyarakat tradisional berbagai praktik sosial budaya dapat mengancam kesehatan. Salah satu contoh adalah praktik sunat perempuan (female genital cutting). Laporan WHO menunjukkan bahwa perempuan-perempuan yang disunat mempunyai risiko obstetrik lebih besar dibandingkan yang tidak di sunat. Selain gangguan kesehatan pada ibu, praktik sunat perempuan juga mengancam jiwa bayinya . Namun praktik sunat perempuan masih ada di beberapa negara, utamanya negara-negara di Benua Afrika. Studi Eldin dkk di Mesir menunjukkan bahwa mereka disunat ketika berumur 8-12 tahun. Prevalensi murid-murid perempuan di Mesir yang disunat adalah 50,3%, yang tersebar di sekolah pemerintah di perkotaan 46,2%, sekolah swasta 9,2%, dan sekolah di pedesaan 61,7%. Di Indonesia, praktik sifon di Nusa Tenggara Timur juga meningkatkan risiko terjangkitnya infeksi menular seksual dan HIV/AIDS. Demikian pula halnya yang terjadi pada rokok, di mana pada sebagian masyarakat telah menjadi budaya.

62 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

Di sisi lain, terdapat juga budaya masyarakat yang berdampak positif pada kesehatan, misalnya kebiasaan bergotong royong masyarakat. Berdasarkan penelitian oleh ahli hukum adat berkebangsaan Belanda yang bernama Van Vollenhoven abad-18, di wilayah kelautan/kemaritiman (Archipelago) yang disebut sebagai nusantara terdapat 17 wilayah hukum adat (het adat recht).

Van Vollenhoven menyimpulkan bahwa di semua wilayah hukum adat tersebut terdapat adat kebiasaan yang menyerupai gotong royong. Dengan demikian gotong royong dapat dikatakan sebagai kebudayaan masyarakat. Seorang ahli antropologi bernama Marga-ret Mead melakukan analisis lintas kebudayaan (cross cultural analisis) terhadap beberapa suku bangsa di dunia, dan ternyata gotong royong bersifat universal. Dengan demikian gotong royong dapat diimplementasikan untuk memudahkan kehidupan manusia, termasuk dalam bidang kesehatan. Kebudayaan adalah salah satu dari 12 determinan kesehatan, bersama dengan pendapatan, jejaring dukungan sosial, pendidikan, pekerjaan, lingkungan sosial, lingkungan fisik, perilaku, pengembangan kesehatan anak, warisan genetik, pelayanan kesehatan, serta gender . Dimensi sosial masyarakat harus dipahami dengan mengapresiasi beberapa konsep yang terkait, yaitu budaya, etnisitas, ras, pluralisme dan relativisme budaya.

Budaya diberi makna sebagai kombinasi antara gaya hidup, kepercayaan, nilai, pengetahuan, aturan dan benda-benda yang memberikan pedoman pada pengikutnya, berwujud pemikiran dan tindakan, dan berkelanjutan, kumulatif dan progresif . Etnisitas adalah suatu konsep yang merupakan kombinasi antara budaya, organisasi, gagasan, sikap dan perilaku, yang seringkali memberikan identitas tertentu yang dirasakan oleh pengikutnya berbeda dari budaya lain. Ras adalah ciri-ciri fisik dan biologis yang termanifestasikan dalam warna kulit, golongan darah dan struktur tulang, di mana secara sosiobiologis akan menghasilkan tiga kelompok yaitu kaukasoid, mongoloid dan negroid. Pluralisme budaya adalah suatu pandangan yang mengakui bahwa bangsa-bangsa manusia di muka bumi ini diciptakan beragam, sehingga tidak pada tempatnya terjadi diskriminasi antar etnik atau budaya.

2. Dimensi politik

Sejalan dengan tumbuh kembangnya demokrasi, terjadi pergeseran perspektif hubungan antara pemerintah dan rakyatnya, dari suatu keadaan kewenangan mutlak pemerintah atas rakyatnya (the state society) menjadi partisipasi rakyat dalam mengelola negara (civil society). Untuk itu pemerintah harus menjamin peran serta masyarakat dalam mengambil keputusan, menumbuhkan tanggung jawabnya sekaligus mendesentralisasikan sumber daya yang diperlukan dalam pembangunan. Untuk itu pemerintah harus memiliki komitmen yang kuat terhadap hak asasi manusia, perdamaian, serta mencegah terjadinya perlombaan senjata antar bangsa. Selain di tingkat nasional, pergeseran politik telah mendorong terjadinya pergeseran dalam kerjasama internasional, utamanya bidang kesehatan. Ravishankar dkk menunjukkan bahwa kini berbagai lembaga dan organisasi non pemerintah tingkat internasional hadir dan melengkapi kehadiran lembaga internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa PERNYATAAN SUNDSVALL

63 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

(PBB/UN). Terlepas dari berbagai kekurangan dan persoalan yang menyertainya, kehadiran lembaga-lembaga internasional telah memberikan sumbangan yang besar dalam pembangunan kesehatan yang bersifat global dan berkelanjutan.

3. Dimensi ekonomi

Ekonomi adalah determinan utama kesehatan, untuk menjamin tercapainya kesehatan untuk semua dan pembangunan berkelanjutan diperlukan peningkatan dan redistribusi ekonomi, termasuk di dalamnya penggunaan teknologi yang aman dan terpercaya.

4. Dimensi Gender

Sejalan dengan terjadinya perkembangan peradaban, berbagai pihak perlu melihat secara lebih berimbang tentang persoalan gender. Berbagai peran dalam pembangunan seharusnya harus terbebaskan dari diskriminasi gender. Perempuan mempunyai kemampuan yang tidak kalah dari laki-laki. Semua pihak perlu mengakui pengetahuan dan keterampilan perempuan pada berbagai sektor. Perempuan mempunyai kemampuan menghasilkan kebijakan, termasuk kebijakan ekonomi, dalam rangka mengembangkan infrastruktur yang mendukung lingkungan. Komunitas perempuan harus bersuara lebih lantang dalam pengembangan struktur dan kebijakan promosi kesehatan.

Untuk mewujudkan lingkungan yang mendukung kesehatan, Konferensi Sundsvall merumuskan pelaksanaan promosi kesehatan yang berdasarkan 2 prinsip utama, yakni :

a) Ekuitas (pemerataan)

Ekuitas harus menjadi prioritas utama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung bagi kesehatan. Semua daya upaya dan sumber data serta kekuatan kreatif dapat digunakan oleh semua pihak dalam upaya ini. Semua kebijakan yang bertujuan mewujudkan pembangunan berkelanjutan harus memenuhi kelayakan serta dapat dipertanggungjawabkan dalam kerangka mencapai pemerataan pembagian tanggung jawab dan sumber daya. Semua tindakan dan alokasi sumber daya harus berdasarkan pada prioritas yang jelas dan komitmen terhadap kelompok masyarakat yang sangat miskin, meringankan penderitaan sebagian masyarakat yang terpinggirkan, kelompok minoritas, dan penyandang cacad. Diperlukan kebijakan global dalam rangka mengurangi eksploitasi negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang, dalam rangka membayar hutang akibat kerusakan lingkungan dan kemanusiaan yang diperbuat.

b) Keseimbangan ekologis dan sustainabilitas

Berbagai tindakan publik dalam mewujudkan lingkungan yang mendukung kesehatan harus: (i) menghargai adanya ketergantungan ekologis antara semua makhluk hidup, dan (ii) mengatur pemanfaatan sumber daya alam dengan mempertimbangkan kebutuhan generasi mendatang. Masyarakat adat mempunyai tatacara spiritual dan budaya dalam menjaga hubungan dengan lingkungan fisik, yang kesemuanya merupakan pelajaran berharga. Karena itu sangat penting untuk mendorong agar masyarakat terlibat dalam upaya melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan, di atas tanah dan kebudayaan mereka.

64 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

MEMPROMOSIKAN LINGKUNGAN YANG MENDUKUNG

Berdasarkan contoh-contoh yang disajikan, konferensi Sundsvall mengidentifikasi empat strategi utama di tingkat masyarakat dalam mempromosikan terciptanya lingkungan yang mendukung kesehatan, yaitu:

a. Penguatan advokasi melalui tindakan masyarakat, khususnya melalui kelompok yang diorganisir oleh kaum perempuan.

b. Memungkinkan masyarakat dan individu mengontrol kesehatan dan lingkungannya melalui pendidikan dan pemberdayaan.

c. Membangun aliansi untuk kesehatan da lingkungan yang mendukungnya sejalan dengan kerjasama dalam strategi dan kampanye kesehatan dan lingkungan. d. Melakukan mediasi antara berbagai kepentingan masyarakat yang bertentangan

guna menjamin akses yang adil untuk mewujudkan lingkungan yang mendukung kesehatan. Singkatnya, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat harus dilihat sebagai faktor penting dalam pendekatan promosi kesehatan yang demokratis serta mendorong terciptanya kemandirian dan pembangunan.

Advokasi

Advokasi adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh dukungan politis dalam kebijakan dan implementasi program. Berdasarkan kepentingannya, sasaran advokasi dapat dikelompokkan menjadi:1). pengambil kebijakan utama, 2). legislatif 3). stakeholder, 4). publik figure, dan 5). asosiasi/organisasi profesi. Adapun tujuan advokasi adalah:

a). meningkatkan jumlah kebijakan publik yang selaras dengan yang diharapkan, b). meningkatkan opini masyarakat dalam mendukung program, dan

c). teratasinya masalah yang menimpa banyak orang.

Untuk itu dalam rangka memenuhi syarat dasar melakukan advokasi, pada waktu memilih sasaran advokasi hal-hal berikut perlu diperhatikan: 1) bentuk instrumen kebijakan publik yang diinginkan (apakah berbentuk peraturan, anggaran, atau hal lain), 2) kompetensi dan jangkauan kewenangan unsur atau instansi yang hendak diadvokasi , dan 3) ciri dan kondisi spesifiknya sebagai sasaran komunikasi.

Substansi advokasi

Agar jelas perbedaan antara sesuatu hal yang bersifat biasa dan yang penting, sehingga perlu diadvokasikan, maka pengelola program perlu memahami adanya beberapa syarat tertentu agar suatu substansi/program tertentu dapat diadvokasikan, yaitu:

1. CREDIBLE - Program yang diajukan dapat dipercaya

2. FEASIBLE - Secara teknis program layak untuk dilaksanakan

3. RELEVANT - Program memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah

4. URGENT - Program harus segera dilaksanakan 5. HIGH PRIORITY - Program mempunyai prioritas tinggi

65 PROMOSI KESEHATAN KOMITMEN GLOBAL OTTAWA-JAKARTA-NAIROBI

Dalam dokumen Komitmen Global Promkes (Halaman 66-84)