• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

L. Tugas pokok dan fungsi unit kerja Lapas

6. Kepala Bidang Administrasi Keamanan

Dalam menjalankan tugasnya bidang Administrasi Keamanan dan Ketertiban bertugas mengatur jadwal tugas pengamanan, penggunaan perlengkapan, dan pembagian tugas pengamanan.95

94 Lis Susanti, Tesis : Pola Adaptasi Narapidana Laki-laki dalam pemenuhan kebutuhan sesksual di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang, (Depok: Universitas Indonesia, 2009),h.62

95 Lis Susanti, Tesis : Pola Adaptasi Narapidana Laki-laki dalam pemenuhan kebutuhan sesksual di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang, (Depok: Universitas Indonesia, 2009),h.62

104

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai temuan-temuan data yang didapatkan peneliti selama kegiatan observasi dan wawancara berlangsung. Penelitian ini meneliti tentang Program Deradikalisasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang.

A. Deskripsi Informan 1. Letkol Hendro

Nama Letnan Kolonel Hendro, beliau merupakan Kepala seksi Bina Masyarakat Direktorat Deradikalisasi BNPT 2019. Sebelum ia menjabat menjadi KASI, posisi beliau adalah seorang TNI Angkatan Darat. Beliau telah menyelesaikan studi S1 di sebuah Perguruan Tinggi di Medan, dan saat ini masih menempuh Pendidikan Pascasarjana dengan program studi Kriminologi di Universitas Indonesia.

2. Ahmad Fauzi

Nama Ahmad Fauzi, merupakan Kepala seksi (KASI) Identifikasi Direktorat Deradikalisasi 2019 berusia 34 tahun. Beliau telah menjabat menjadi KASI sejak awal tahun 2018. Tetapi telah bekerja sama dengan BNPT sejak tahun 2013/2014. Sebelum masuk menjadi staf BNPT, beliau bekerja di sebuah Kementrian Hukum dan Ham. Dalam kerjanya, beliau bersama dengan timnya 2-3 orang mengunjungi Lapas dan melakukan tahapan

awal dalam proses pembinaan deradikalisasi yaitu identifikasi.

3. R.M.Ibrahim

Nama R.M.Ibrahim akrab di panggil pak baim berusia 40 tahun, merupakan salah satu wali atau pamong narapidana terorisme di Lapas Cipinang. Beliau telah bekerja sejak tahun 2010 hingga sekarang. Dalam penanganannya beliau bertanggung jawab atas delapan orang narapidana terorisme yang menjadi binaannya.

Ketika BNPT tidak hadir untuk memberikan pembinaan program deradikalisasi kepada napiter, para pamonglah yang memberikannya. Bahkan dalam intensitas waktu setiap hari. Beliau juga yang menjembatani komunikasi serta informasi terupdate terkait narapidana terorisme kepada staf BNPT dan Balai Pemasyarakatan (Bapas).

4. Boy Guntur Sagara

Nama Boy Guntur Sagara atau akrab dipanggil pak Boy, beliau lahir di Jakarta 32 tahun silam saat ini menjabat sebagai Kepala Seksi Bimbingan Kemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang sejak Januari 2020. Sebelumnya beliau bertugas menjabat menjadi Kepala Sub Pelayanan tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Depok. Dalam menjalankan tugasnya beliau rutin memonitoring narapidana terorisme ataupun narapidana umum terkait program pembinaannya, serta menerima laporan dari Pamong narapidana terorisme terkait kunjungan atau kegiatan terutama pelaksanaan

Deradikalisasi sudah berjalan optimalkah atau belum yang sesuai dengan standar pelaksanaan BNPT dan Direktorat Jendral Pemasyarakatan (Dirjenpas).

5. Anang Hariyanto

Nama Anang Rusianto akrab di panggil pak Anang atau di dalam lapas Abu dzaki, berusia 50 tahun.

Beliau merupakan narapidana terorisme atau warga binaan pemasyarakatan dengan usia tertua di dalam blok khusus narapidana terorisme. Pak Anang memiliki 2 orang anak yang masing-masing berumur 21 tahun dan 14 tahun. Awal mula tergabung dengan kelompok atau jaringan teroris adalah saat mengenalnya lewat sosial media.

Dari media sosial itu pula ada berita tentang umat islam yang ditekan dan beliau juga mendengar umat Islam tersebut mendapat pertolongan dan bantuan oleh daulah.

Sebelumnya bapak anang memang telah mengenal Amir daerah Blitar, kemudian berlanjutlah tergabung dalam jaringan. Ketika sudah ikut tergabung beliau disampaikan salah satu hadits yang mengatakan bahwa “jika tidak ada lingkar baiat di leher maka ketika meninggal ia meninggal dalam keadaan jahiliyah”. Maka selanjutnya beliau berbaiat ke daulah tersebut, tapi sebetulnya saya hanya berhenti disitu, hanya sampai melaksanakan hadits yang disampaikan tadi.

Selanjutnya kenapa beliau bisa masuk dan ditangkap hingga ke lapas, karena beliau dituduhkan

dengan keterkaitan atau keterikatan kepemilikan senjata api. Beliau di tangkap di tahun 2018 dengan masa pidana adalah 4 tahun. Penangkapan terjadi di Blitar yang memang tempat domisilinya, di bulan Oktober 2018.

Mulai menandatangani NKRI yang selanjutnya mendapat pembinaan program Deradikalisasi di dalam lapas dan juga BNPT seperti wawasan keagamaan dan wawasan kebangsaan.

6. Kristianto

Nama Kristianto atau akrab dipanggil mas abi, kelahiran Solo 43 tahun silam memiliki 3 orang anak yang saat ini menempuh pembelajaran homescholling oleh istrinya sendiri di Solo. Awal mula tergabung dengan kelompok atau jaringan teroris adalah ketidakpahaman Agama beliau dan beranggapan orang yang mengerti ilmu Agama lebih darinya dianggap hebat. Berawal dari pertemuan dalam pengajian, mengikuti sholat berjamaah yang akhirnya berkelanjutan.

Di awal tergabung dengan kelompok atau jaringan prinsip Agama yang beliau anut masih mengikuti arus mana yang memang cocok untuk dirinya. Hingga di tahun 2017 beliau ditunjuk langsung oleh amir JAD Jawa Timur untuk menjadi amir JAD Malang, beliau sekaligus mengajak istri dan anak-anaknya untuk ikut serta. Sampai di tahun 2018 beliau ditangkap di Malang atas kasus keterlibatannya dalam kelompok JAD hingga menjadi amir, dan mendapatkan hukuman pidana 3 tahun 6 bulan.

Setelah ditetapkan hukuman pidana beliau sempat mendapatkan penolakan oleh istrinya terkait penandatanganan NKRI. Dugaan sang istri jika beliau sampai menandatangani ialah sama saja berkhianat.

Beberapa kali bujukan oleh beliau dan memohon maaf karena telah melibatkannya, beliau diizinkan dan tak lama setelah itu menandatangani NKRI. Hingga selanjutnya mendapat pembinaan program Deradikalisasi oleh lapas dan juga BNPT seperti wawasan kebangsaan dan wawasan keagamaan.

7. Rudi Haryan

Nama Rudi Haryan atau akrab dipanggil Abdullah atau Abdillah, kelahiran Pekanbaru 37 tahun silam memiliki 6 orang anak, yaitu 3 putra dan 3 putri yang kini tinggal bersama Istri di kota Depok. Awal mula tergabung dengan kelompok atau jaringan terorisme adalah berjumpa kembali dengan kawan-kawan lama yang ternyata sudah terindikasi JAD, padahal awalnya sama-sama dengan beliau dalam perbandingan manhaj salafi.

Dari hal itu beliau memperdalam ilmu lagi antara perbandingan manhaj salafi jihadi dan manhaj salafi pada umumnya. Ternyata perihal surah Al-maidah ayat 45 hingga 49 yang berbunyi “ wa mal lam yahkum bima anzalallahu fa ula ika humul kafirun, fa ula ika humul dzhalimun, fa ula ika humul fasiqun”. Kalo salafi jihadi memang mutlak zalimun, fasiqun, kafirun kafir akbar.

Sedangkan salafi yang beliau pahami tidak bisa dengan

mutlak di kafirkan, dzhalim ataupun fasiq keluar dari Islam.

Sosial media pun tak luput dari pencariannya hingga beliau mengetahui dan mendapatnya dari Aplikasi telegram bernama Milah Ibrahim. Setelah beliau mendapatkan pemahaman-pemahaman dari orang-orang JAD, kesimpang siuran antara apa yang mereka katakan dan praktekan. Sampailah ditahun 2018 beliau ditangkap dengan dugaan aktivis islam yang ingin mengadakan penyerangan ke Lapas Cipinang, karena waktu itu beliau masih di Pekanbaru. Semakin berminatnya beliau hingga ikut serta bergabung dalam sebuah aplikasi telegram dan mengikutsertakan diri dalam sebuah group serta channel yang bernama Milah Ibrahim gold dan singa nusantara.

Hingga akhirnya beliau mendapat hukuman pidana selama 3 tahun 3 bulan. Setelah ditetapkan hukuman pidana beliau sempat mendapatkan keterlambatan karena proses administrasi alamat keluarga penjamin harus diganti, tetapi di luar itu semua beliau bersedia menandatangani NKRI dan keluarga pun mendukung, akhirnya mendapat pembinaan program Deradikalisasi dalam lapas dan juga BNPT seperti wawasan kebangsaan dan keagamaan.

8. Budiman

Nama Budiman bin maka alias Abu afiyah, kelahiran Bone 30 tahun silam ini memiliki 2 orang anak yang berumur 4 tahun dan 2 tahun yang kini tinggal

bersama Istri. Awal mula tergabung dengan kelompok atau jaringan teroris adalah puncak tragedi pembantaian Suriah yang terekspose media, dari situ beliau termotivasi bagaimana kalo kejadian ini terjadi ditempat tinggalnya, dan apa yang harus dilakukannya. Hingga Akhirnya beliau bicarakan kepada salah satu teman, dia bilang kita harus punya persiapan, kita harus latihan yang artinya kita bisa melindungi diri dan keluarga.

Beliau tanyakan ke teman tentang pelatihannya, tanpa diberitahu langsung saja dibawa ke Poso. Di tahun 2012 beliau bergabung dengan MIT atas ketidaksadarannya diajak dan akhirnya mengikuti pelatihan militer di camp selama 3 bulan, selain pelatihan diberikan juga teori perakitan itupun hanya teorinya saja, posisi beliau hanya menjadi laskar dalam kelompok.

Sampai di tahun 2018 ditangkap bersama dengan sepupunya atas keterlibatannya dalam kelompok atau jaringan MIT basis Poso Sulawesi Selatan. Hukuman pidana yang didapati ialah 2 tahun 9 bulan, dan di tahun 2020 ini baru dipindahkan ke Lapas Cipinang yang sebelumnya berada di Lapas Gunung Sindur. Budiman merupakan satu-satunya narapidana terorisme yang belum mentandatangani NKRI disaat peneliti berkunjung ke Lapas. Alasan terbesarnya karena keamanan dan keselamatan keluarga beliau di Bone yang jika memang seseorang pernah ikut terlibat masuk kedalam kelompok atau jaringan, saat beliau ditangkap sudah mendapat

ancaman diawal agar tidak berkhianat dengan kelompok atau jaringannya, karena memang daerah Poso yang rawan konflik.

B. Kerjasama Lembaga 1. BNPT

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme adalah salah satu instansi pemerintah dalam membuat kebijakan dan strategi nasional penanggulangan terorisme, yang secara tidak langsung membantu Mentri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan dalam merumuskan kebijakan bagi pemberantasan tindak pidana terorisme.

Dalam Undang-undang nomor 5 Tahun 2018 tentang Pencegahan tindak pidana terorisme, pelindungan terhadap penyidik, penuntut umum, hakim dan petugas pemasyarakatan kepada Lembaga Penyelenggara urusan di bidang penanggulangan terorisme, Lembaga Pemasyarakatan menjadi instansi aktif untuk pembinaan terorisme.

Dengan Penyelenggaraan program deradikalisasi di dalam Lapas, BNPT beserta beberapa staf akan turut serta dalam implementasi program deradikalisasi dalam bentuk pembinaan di Lapas. Selain beberapa staf BNPT juga merangkul Kementrian Agama terutama para penyuluh Agama, dosen-dosen Perguruan tinggi Agama Islam dan juga ulama MUI. Serta lembaga-lembaga swadaya masyarakat.

Deradikalisasi sendiri mempunyai tujuan menghilangkan atau mengurangi dan membalikkan pemahaman radikal Terorisme yang telah terjadi, dengan 4 tahapan yaitu, Identifikasi, Rehabilitasi, Reedukasi dan Reintegrasi sosial. Tidak hanya narapidana teroris yang mendapatkan pembinaan program deradikalisasi, tetapi para keluarga narapidana yang berada di daerah asal mereka juga tidak luput dari pemberiannya.

Pendampingan juga diberikan kepada narapidana yang sudah bebas dan akan kembali ke masyarakat, bersama dengan Densus 88, Lapas, Kodim atau Koramil daerah, untuk memberikan pengawasan dan juga pengamanan.

2. KEMENKUMHAM

Kementrian Hukum dan Ham sebagai salah satu instansi pemerintah dalam hal ini turut andil dalam bersinergi dengan Lembaga Pemasyarakatan, yaitu Direktorat Jendral Pemasyarakatan (Ditjenpas) yang bertugas menempatkan sementara terpidana dalam Rumah Tahanan sampai pada putusan pengadilan terkait hukuman tahanan seorang narapidana, hingga menentukan penempatan narapidana sesuai klasifikasi, apakah ditempatkan dalam kapasitas medium, maximum atau super maximum menurut Penelitian Masyarakat (Litmas) awal yang salah satunya berupa administrasi dan penjamin.

3. KEMENAG

Kementerian Agama sebagai salah satu instansi pemerintah dalam hal ini turut bersinergi dengan merangkul para ulama-ulama yang berada di MUI, lembaga akademik setingkat Universitas seperti UIN atau STAIN tepatnya mereka para dosen-dosen di bidangnya, serta tak lupa Para Penyuluh Keagamaan yang berkompeten di setiap daerah. Kemenag membantu dan fasilitasi mereka, terlebih saat pelaksanaan program deradikalisasi dalam Lapas, dari BNPT turut serta merangkul para dosen, ataupun penyuluh agama untuk membantu pembinaan program deradikalisasi dalam wawasan keagamaan kepada para narapidana terorisme dan keluarga narapidana terorisme yang berada di daerah asal mereka.

4. POLRI

Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu instansi pemerintah yang berperan aktif dalam penegakan hukum beserta jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI), Badan Intelijen Negara (BIN) Detasemen Khusus 88 (Densus 88), Kepolisian Resort (Polres), Komando Dsitrik Militer (Kodim), serta Komando Rayon Militer (Koramil) yang bertugas di setiap masing-masing daerah. Terutama saat proses penangkapan para narapidana terorisme yang selanjutnya di proses masuk kedalam Markas Komando (Mako)

Brimob di setiap daerah penangkapan tersebut. Hingga menyelesaikan P21 kemudian seorang narapidana tersebut ditempatkan sementara dalam Rumah Tahanan hingga proses sidang putusan pidana ditetapkan, dan mendapat pidana. Kemudian masuk dalam sesi klasifikasi menurut kasus untuk penempatan Lapas hingga masa pidana selesai.

5. AIDA

Aliansi Indonesia Damai (AIDA) merupakan salah satu LSM yang menangani bidang sosial kemanusiaan, dimana fokusnya ialah pembinaan kepada para korban terorisme.. Dengan mengusung tag line Bersama, Bersaudara, Berbangsa dengan tujuan mewujudkan Indonesia yang lebih damai melalui peran korban dan mantan pelaku terorisme.

Aida memiliki empat fokus program yaitu : Pemberdayaan dan pendampingan, Program sekolah, Program komunikasi, dan terakhir Program Lapas Yang memfokuskan pada program Pelatihan Petugas Lapas dan Program Intervensi Warga Binaan Lapas. Salah satu bentuk intervensi yang pernah dilakukan ialah pembinaan kepribadian dengan komunitas skateboard Bandung.

Hal itu sejalan dengan yang diungkapkan Bapak Ibrahim selaku Pamong Narapidana teroris Lapas Klas I Cipinang Jakarta :

“Pernah dulu kita bermitra dengan komunitas skateboard dari Bandung salah satu bentuk

pembinaan kepribadian yaitu olahraga. Kita meeting dulu, kemudian kita putuskan untuk pembinaan kepada napiter agar mereka ada kesibukan atau ada program yang mereka dapatkan walaupun sepenuhnya mereka nolak, tidak mau sama sekali sampai mereka bilang ngapain pak. Awalnya mereka nerima pada saat nerima dan prakteknya tidak sampai 5 menit keluar fatwa dari mereka haram, padahal sudah ada komitmen kalau itu tidak apa apa boleh, yang menyetujui mereka yang menolak juga mereka.

Berasa sia sia udah dibeliin karena yang bertanggung jawab disitu dan menganggarkan adalah AIDA,terakhir saya ketemu dengan ketuanya di probolinggo beberapa tahun lalu.”96

C. Proses Pembinaan Narapidana Terorisme

Tabel 4. 1 Tahapan dan Waktu Pembinaan

Tahapan Pembinaan Waktu Pelaksanaan Tahap Awal Tahap Akhir (Reintegrasi) 2/3 Masa Pidana s.d Bebas

1. Profiling dan Litmas

Dalam tindak langsungnya profiling tidak hanya dilakukan saat pertama kali napiter masuk ke dalam lapas, melainkan berkesinambungan idealnya 3 bulan sekali.

Karena untuk mengetahui track record, perubahan,

96 Hasil wawancara langsung dengan Bapak Ibrahim selaku Pamong Narapidana Terorise di kedai Malabar Roti dan Kopi Jakarta, pada 11 Desember 2020 Pukul 16.40

perkembangan serta perolehan remisi yang akan napiter dapatkan. Dan hanya dijadikan sebagai alat ukur tambahan Litmas merupakan alat ukur untuk semua Lapas, sedangkan Profiling untuk terpidana khusus yang memang baru dibuat atau direalisasi sesuai dengan persetujuan ditjenpas, BNPT, polri, sebagai alat ukur terpidana khusus, khususnya teroris. Profiling ini juga digunakan hanya pada lapas yang memiliki napiter, sedangkan lapas umum tetap dengan proses Litmas. Selain itu pengaruh proses Litmas dengan Profiling sendiri, sudah lebih baku Litmas di bandingkan Profiling yang hingga hari ini masih pada tahap perbaikan serta perubahan dalam rakor.

lebih spesifik lagi, profiling itu tujuannya kan hampir sama dengan identifikasi, kalo identifikasi kan secara umum saja, sedangkan profiling lebih detail lagi lebih spesifik lagi. Dalam proses penyelidikan baru. Kalo dulu kan namanya identifikasi awal sebelum profiling, terus di buat terus tuh kita berapa kali rakor waktu itu keluarlah profiling persetujuan dari pihak pemasyarakatan, polri, bnpt. Tiga serangkai inih sepakat merubah namanya, lalu kita simpulin profiling ini apa maksudnya, tujuannya apa, jawabannya sebagai alat ukur suspect subjek hukum tadi.

Yang bersangkutan dikategorikan minimum, medium, maximum (high risk). Hasil dari profiling ini adalah penempatan, sesuai dengan nomenklatur klasifikasi lapas, yaitu minimum, medium, maximum, high risk paling tinggi . Dengan profiling tadi bisa menentukan juga sebenarnya untuk Bapas sebagai alat ukur seorang napiter. karena di Bapas juga ada, tetapi namanya bukan profiling melainkan Litmas (penelitian kemasyarakatan).”

“ profiling diarahkan kepada narapidana terpidana khusus seperti terorisme, sedangkan narapidana dengan kasus umum hanya mendapatkan Litmas saja. Jika

seorang narapidana tadi hasil profilingnya tidak sesuai dengan nomenklatur klasifikasi lapas otomatis ada tindakan baru oh cara administrasi tidak kooperatif engga mau NKRI, engga mau ngurus dc, tempatnya bukan di lapas minimum yang penanganannya skala kecil engga bisa dipindahkan ke medium jika masih belum di pindahkan lagi ke super maximum yang lebih ketat lagi.

Profiling ini idealnya berkesinambungan yaitu 3 bulan sekali, idealnya seperti itu walau implementasinya sekali saja sudah dan tidak berkelanjutan, salah satu minusnya.

Karena namanya alat ukur penilaian, yang dilihat itu track record selama di dalam lapas bagaimana? Karena perilaku seseorang setiap detiknya bisa berubah, maka itu idealnya dilakukan berkesinambungan.”97

2. Assessment

Assessment Adalah sebuah Penilaian yang diberikan Lapas kepada para narapidana umum maupun narapidana khusus yaitu terorisme, diberikan bersamaan dengan Penelitian Masyarakat (Litmas) sesuai dengan hitungan waktu pembinaan. Yaitu 1/3 masa pidana atau dalam tahapan awal berupa administrasi dan orientasi, kemudian 1/3 sampai dengan 2/3 masa pidana atau telah masuk dalam tahapan lanjutan pembinaan dan asimilasi, dan yang terakhir ialah 2/3 masa pidana hingga seorang narapidana tersebut bebas yaitu tahap reintegrasi.

“Assessment dari narapidana adalah track recordnya di dalam lapas, idealnya dilakukan 3-9 bulan, Karena konsepnya pemasyarakatan adanya perubahan perilaku, tolak ukur dari adanya pembinaan ada

disitu. Yang menjadi penekanan dari assessment ini adalah perilaku narapidana tersebut, dalam beberapa indikator antara lain indikator penyesalan, indikator kedua ialah mereka sadar apa yang mereka lakukan begitu juga konsekuensinya, indikator ketiga adanya komitmen baru yaitu ingin kembali ke pihak keluarga.

Timbul ego masing masing, yang tidak peduli dengan pihak pihak manapun hanya fokus kepada keluarga, kembali lagi kepada anak istri.”98

3. Pembinaan Kemandirian

Adalah sebuah pembinaan bakat dan ketrampilan kepada warga binaan pemasyarakatan atau narapidana, agar dapat kembali berperan sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab. Tetapi dalam prakteknya terkendala karena klasifikasi pengamanan Lapas.

“Kalo kita kan memang dinyatakan sebagai lapas maximum, tapi tidak khusus. Artinya masih ada narapidana kasus lainnya. Makanya hanya bloknya yang kami pisahkan.”99

“Terkait pengamanan Lapas, Lapas Cipinang sendiri menyandang klasifikasi lapas Super Maximum Security dari empat klasifikasi pengamanan Lapas. Super maximum security disini diartikan sebagai lapas yang memiliki pembinaan khusus untuk teroris. Karena pembinaan yang bisa diberikan serta dilaksanakan hanya pembinaan kepribadian seperti menjalankan Ibadah dan Olahraga senam.seperti contoh yaitu dengan keberadaan Pondok Pesantren di dalam Lapas

98 Hasil wawancara langsung dengan Bapak Ibrahim selaku Pamong Narapidana Terorise di kedai Malabar Roti dan Kopi Jakarta, pada 11 Desember 2020 Pukul 16.40

99 Hasil wawancara langsung dengan Bapak Boy selaku Kepala Seksi Bimbingan Kemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Cipinang , Jakarta (Via Video Call) pada tanggal 18 November 2020 pukul 15.13

dengan menekankan Pemahaman wawasan keagamaan.

Dalam pemberian pemahaman wawasan keagamaan kami pamong atau wali napiter juga bersinergi dengan Kementrian Agama terutama oleh para penyuluh Agama, untuk memberikan proses pembinaan dengan metode tausyiah ataupun ta’lim yang rutin dilakukan, baik kepada para narapidana kasus umum ataupun narapidana kasus terorisme, Proses pembinaan kepribadian lainnya ialah olahraga yang rutin dilaksanakan.Pembinaan khusus atau kemandirian lainnya secara total berada di lapas dengan klasifikasi Medium Security. Klasifikasi lapas medium security saat ini yang dapat menampung narapidana teroris sendiri baru tersedia di Lapas Sentul yang memberikan pembinaan secara total.”100

4. Pembinaan Kepribadian

Adalah sebuah pembinaan mental dan watak agar warga binaan pemasyarakatan atau narapidana menjadi manusia seutuhnya, bertakwa dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Pak Boy Kepala Seksi Bimbingan Kemasyarakatan Klas I Lapas Cipinang :

“terkait dengan pembinaan berjalan itu kami kategorikan dua lagi. Ada yang diberikan kepada narapidana terorisme yang sudah menyatakan diri NKRI dan yang belum menyatakan diri kembali ke NKRI. Nah untuk yang menyatakan diri kembali ke NKRI mereka setiap hari masih di berikan jam angin-angin, masih diberikan kesempatan sholat jum’at di masjid lapas cipinang berbaur dengan narapidana lainnya walaupun dengan pendampingan petugas pamong tadi. Jadi apa

100 Hasil wawancara langsung dengan Bapak Ibrahim selaku Pamong Narapidana Terorise di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang , Jakarta yang dilakukan pada tanggal 24 Januari 2020 pukul 09.30

yang mereka interaksikan dan itu dalam pengawasan, kami juga menyertakan cctv khusus di blok terorisme tersebut. untuk yang belum menyatakan diri NKRI mereka hanya diberikan jam angin-angin satu minggu 2 kali, ya selasa dan kamis itu hanya diberikan jam angin-angin sekitar satu sampai dua jam dalam pengawasan petugas, tidak berbaur dengan narapidana lainnya”.101 5. Deradikalisasi

Deradikalisasi adalah suatu proses yang terencana, terpadu, sistematis dan berkesinambungan yang dilaksanakan untuk menghilangkan atau mengurangi dan membalikkan pemahaman radikal Terorisme yang telah terjadi.102 Program Deradikalisasi yang dilakukan BNPT bersinergi dengan Lapas dalam praktiknya dibantu penanganan programnya dalam setiap pembinaan yang diperoleh para narapidana terorisme, terutama dalam pembinaan kepribadian yang menekankan wawasan keagamaan dengan turut menghimbau para napiter untuk sholat jamaah, kajian bersama dengan narapidana lain di masjid Lapas, dan wawasan kebangsaan dalam satu atau dua kali kesempatan mengajak para napiter untuk menjadi petugas upacara kebangsaan yang dihadiri beberapa

Deradikalisasi adalah suatu proses yang terencana, terpadu, sistematis dan berkesinambungan yang dilaksanakan untuk menghilangkan atau mengurangi dan membalikkan pemahaman radikal Terorisme yang telah terjadi.102 Program Deradikalisasi yang dilakukan BNPT bersinergi dengan Lapas dalam praktiknya dibantu penanganan programnya dalam setiap pembinaan yang diperoleh para narapidana terorisme, terutama dalam pembinaan kepribadian yang menekankan wawasan keagamaan dengan turut menghimbau para napiter untuk sholat jamaah, kajian bersama dengan narapidana lain di masjid Lapas, dan wawasan kebangsaan dalam satu atau dua kali kesempatan mengajak para napiter untuk menjadi petugas upacara kebangsaan yang dihadiri beberapa