• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM DERADIKALISASI OLEH BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME ( BNPT) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ( LAPAS) KLAS I CIPINANG JAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM DERADIKALISASI OLEH BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME ( BNPT) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ( LAPAS) KLAS I CIPINANG JAKARTA."

Copied!
390
0
0

Teks penuh

(1)

1

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ( LAPAS) KLAS I CIPINANG JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Skripsi Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh :

Nadiah Zafirah Khansa NIM : 11150520000034

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H / 2020 SM

(2)
(3)

1

PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS I CIPINANG JAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Nadiah Zafirah Khansa 11150520000034

Pembimbing

Dr.Siti Napsiyah, S.Ag, BSW, MSW.

NIP. 197401012001122003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H / 2020 SM

(4)

2

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nadiah Zafirah Khansa NIM : 11150520000034

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PROGRAM

DERADIKALISASI OLEH BADAN NASIONAL

PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS I CIPINANG JAKARTA adalah benar merupakan karya asli saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada di dalam penyusunan karya tuis skripsi ini telah saya cantumkan sumber kutipan yang ada di dalam penyusunan karya tulis skripsi ini telah saya cantumkan sumber kutipan di dalamnya. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiatn dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 09 Maret 2021

Nadiah Zafirah Khansa

(5)

3

Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Klas I Cipinang Jakarta” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Syarifhadayatullah Jakarta pada …Desember 2020.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Jakarta, 9 Maret 2021 Sidang Munaqosyah

Ketua Sekretaris

Ir.Noor Bekti Negoro, SE,M.Si Artiarini Puspita Arwan,M.Psi

NIP.19650301 199903 1 001 NIP. 19861109 201101 2 016

Anggota

Penguji I Penguji II

Dr.Taufik Hidayatulloh,M.Si Dra.Rini Laili Prihatini,M.Si

NIP. 19760626 200901 1 011 NIP.19690607 199503 2 003

Pembimbing

Dr.Siti Napsiyah, S.Ag.BSW,MSW NIP: 19740101 200112 2 003

(6)
(7)

i

Nadiah Zafirah Khansa, 11150520000034, Program Deradikalisasi Oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Cipinang Jakarta,di bawah bimbingan Dr.Siti Napsiyah, S.Ag, BSW, MSW.

Fenomena Radikalisme terlahir dari berbagai peristiwa lintas negara salah satu faktornya ialah doktrin Agama oleh para pemeluknya. Doktrin tersebut kerap disalah tafsirkan menjadi tindakan radikal dengan aksi terorisme. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah program Deradikalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Program Deradikalisasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Cipinang Jakarta.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang narapidana terorisme, 2 orang staf Lapas, dan 2 orang pejabat BNPT yang ditentukan melalui snowball sampling. Analisis data menggunakan deskriptif naratif Miles and Huberman yang terdiri dari Reduksi data, Penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) identifikasi subjek Narapidana terorisme dilakukan secara berkesinambungan yaitu dari awal penangkapan dilanjut penempatan harian hingga proses menuju bebas. (2) Program Deradikalisasi dalam pelaksanannya adalah Identifikasi melalui proses profiling yang kemudian dilanjut dengan Rehabilitasi keterpaparan paham Radikal yang tinggi, selanjutnya ialah Reedukasi atau mengedukasi kembali narapidana terorisme dengan wawasan keagamaan , kebangsaan, dan yang terakhir Resosialisasi menyiapkan psikologis para narapidana terorisme ketika waktunya untuk bebas. Program ini tidak hanya didapat oleh narapidana terorisme, tapi Istri dan anaknya.

Kata Kunci : Radikal, Program Deradikalisasi, Narapidana Terorisme, Badan Nasional Penanggulang Terorisme, Lembaga Pemasyarakatan

(8)

ii

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdullilah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan kita rahmat tanpa diminta, mengasihi dengan cinta yang tak terbatas, dan menjadikan kita memperoleh nikmat dengan memeluk agama Islam dan Iman yang kokoh. Limpahan Shalawat senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan, kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW. Suri Tauladan akhlak dan manusia sempurna kepada para umatnya hingga yaumul akhir.

Tiada hentinya Penulis berucap syukur kepada Allah SWT, telah mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Program Deradikalisasi Oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Klas I Cipinang Jakarta. Perjalanan penulis hingga menyelesaikan skripsi penuh dengan lika-liku ujian dan rintangan dilalui, semangat kesabaran serta dukungan orang-orang terdekat yang akhirnya membawa penulis sampai di tahap akhir dan menjadi penutup di jenjang sarjana meraih gelar sarjana sosial.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari terdapat banyak kekurangan, semua itu merupakan keterbatasan penulis dalam hal pengetahuan yang dimiliki. Dan sangat mengharapkan kritik dan saran untuk mengkoreksi dan melakukan perbaikan di kemudian hari.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, dorongan dan motivasi penulis dapatkan dari berbagai pihak. Dan pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih setulusnya kepada berbagai pihak-pihak yang terlah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, diantaranya :

(9)

iii

Napsiyah, S.Ag, BSW, MSW selaku Wakil Dekan bidang Akademik, Dr.Sihabudin Noor, MA Selaku Wakil Dekan bidang Administrasi Umum, dan Cecep Castrawijaya. MA.

Selaku Wakil dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama.

2. Ir.Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku ketua Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam dan Artiarini Puspita Arwan, M.Psi Selaku Wakil Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memotivasi agar menyelesaikan skripsi di waktu yang tepat.

3. Dr.Siti Napsiyah, S.Ag, BSW, MSW, Selaku dosen pembimbing yang senantiasa mengarahkan dan membimbing penulis dengan rinci dan telaten dalam penyusunan skripsi ditengah aktivitas kesibukannya.

4. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku dosen penasehat akademik yang telah mengarahkan dan juga membimbing penulis dalam penyusunan proposal skripsi.

5. Bapak dan ibu dosen Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jakarta yang telah memberikan wawasan keilmuan dan membimbing penulis selama melakasanakan perkuliahan di UIN Syarifhidayatullah Jakarta.

6. Segenap Bapak dan Ibu dosen beserta staf tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan Ilmu yang bermanfaat dan sangat bernilai, sehingga penulis mampu menyelesaikan studi maupun penulisan skripsi.

(10)

iv

selaku Kepala Seksi Identifikasi Subdit Bina Dalam Lembaga Pemasyarakatan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Bapak RM.Ibrahim Selaku Koordinator Wali Narapidana Terorisme, Bapak Boy Guntur Sagara, Amd.IP, S.Sos, MA selaku Kepala Seksi Bimbingan Kemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Klas I Cipinang, Pak Anang, Pak Kristianto, Pak Rudi dan Pak Budiman Selaku Warga Binaan Pemasyarakatan yang memberikan Informasi dan menambah keilmuan penulis.

8. Seluruh Keluarga Penulis Umi Siti Roghbaniyah, Abah Mochammad Amir Fatahrudin, Adik Rihadatul Aisy Salsabila, Adik Muhammad Daffa Ulhaq, kaka sepupu Naila tul izaah, Keluarga besar Haji Dimyati dan Keluarga besar Bani Hamzah atas dukungan dan motivasi-motivasinya kepada penulis.

9. Kepada teman-teman bermain penulis, Pratiwi Dwi Handari, Tias Mawarni Setiawati, dan Nusyahwati Anwar atas motivasi untuk menyelesaikan skripsi penulis.

10. Kepada teman terdekat penulis Milzam al faruqi, Dimas Darmawan, Ridwan Habiebie, Ayu naina Fatikha, Uswatun Hasanah, Nurhalimah, dan keluarga BPI angkatan 2015 yang penulis sayangi, serta teman teman BPI angkatan 2016,2017,2018 seluruhnya.

11. Kepada teman-teman Pramuka UIN Jakarta khususnya angkatan 2016 keluarga Batu, dan seluruh Keluarga Besar Pramuka UIN Jakarta atas motivasi dan semangatnya.

12. Kepada keluarga besar Outbond Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza (BRSKPN) Galih Pakuan

(11)

v

13. Kepada keluarga besar Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Darul Ma‟rif 3 Ciracas Jakarta atas motivasi dan semangatnya.

14. Terkhusus Fajar Andrianto yang sudah membantu peneliti dalam proses penulisan skripsi hingga memperoleh gelar sarjana.

Semoga segala Motivasi, semangat dan doa yang diberikan kepada penulis akan menjadi doa balasan oleh ALLAH SWT. Jazakumullahu Ahsana al-Jaza. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk skripsi ini penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat menjadi penelitian yang bermanfaat.

Jakarta,16 Desember 2020 Penulis

Nadiah Zafirah Khansa

(12)

vi

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR BAGAN ... 13

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Metodologi penelitian ... 11

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 20

F. Sistematika Penulisan ... 25

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR ... 28

A. Radikalisme... 28

1. Pengertian Radikalisme ... 28

2. Faktor- Faktor Penyebab Radikalisme ... 33

3. Ciri Radikalisasi ... 37

B. Deradikalisasi ... 39

C. Identifikasi ... 44

D. Rehabilitasi ... 45

E. Reeedukasi ... 46

F. Resosialisasi atau Reintegrasi sosial ... 48

G. Narapidana ... 49

(13)

H. Kerangka Berfikir ... 52

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ... 56

A. Profil BNPT ... 56

B. Visi dan Misi BNPT ... 58

1. Visi ... 58

2. Misi ... 59

C. Tugas pokok dan Fungsi BNPT ... 60

1. Tugas pokok BNPT ... 60

2. Fungsi BNPT ... 60

D. Strategi dan Program Nasional BNPT ... 61

1. Kesiapsiagaan Nasional ... 62

2. Kontra Radikalisasi ... 66

3. Deradikalisasi ... 69

E. Struktur kelembagaan BNPT ... 77

F. Tugas pokok dan Fungsi Unit kerja BNPT ... 78

1. Ketua BNPT ... 78

2. Sekretariat Utama ... 78

3. Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi ... 79

4. Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan ... 81

5. Deputi Bidang Kerjasama Internasional ... 82

6. Inspektorat ... 84

7. Satuan Tugas ... 84

G. Sejarah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang ... 85

H. Visi dan Misi ... 87

(14)

1. Visi ... 87

2. Misi ... 87

I. Tugas Pokok dan Fungsi Lapas Cipinang ... 88

J. Struktur Bangunan ... 89

K. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang ... 98

L. Tugas pokok dan fungsi unit kerja Lapas Cipinang ... 98

1. Kepala Lembaga Pemasyarakatan ... 98

2. Kepala Bagian Tata Usaha ... 100

3. Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan ... 100

4. Kepala Bidang Pembinaan Narapidana ... 102

5. Kepala Bidang Kegiatan Kerja ... 102

6. Kepala Bidang Administrasi Keamanan dan Ketertiban ... 103

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 104

A. Deskripsi Informan ... 104

1. Letkol Hendro ... 104

2. Ahmad Fauzi ... 104

3. R.M.Ibrahim ... 105

4. Boy Guntur Sagara ... 105

5. Anang Hariyanto ... 106

6. Kristianto ... 107

7. Rudi Haryan ... 108

8. Budiman ... 109

B. Kerjasama Lembaga ... 111

(15)

1. BNPT ... 111

2. KEMENKUMHAM ... 112

3. KEMENAG ... 113

4. POLRI ... 113

5. AIDA ... 114

C. Proses Pembinaan Narapidana Terorisme ... 115

1. Profiling dan Litmas ... 115

2. Assessment ... 117

3. Pembinaan Kemandirian ... 118

4. Pembinaan Kepribadian ... 119

5. Deradikalisasi ... 120

D. Program Deradikalisasi dalam Lapas ... 121

1. Identifikasi ... 121

2. Rehabilitasi ... 123

3. Reedukasi ... 125

4. Reintegrasi Sosial atau Resosialisasi ... 127

E. Kendala dalam pelaksanaan Program Deradikalisasi ... 129

1. Faktor Pelatihan dan Pendidikan ... 129

2. Faktor Minimnya petugas ... 130

3. Faktor revitalisasi undang-undang ... 131

BAB V ANALISIS HASIL DAN TEMUAN ... 134

A. Identifikasi Subjek ... 134

1. Identitas Narapidana Terorisme ... 134

2. Peran dan keterlibatannya dalam kelompok/Jaringan ... 134

(16)

3. Latar belakang bergabung dengan

jaringan ... 135

4. Pemahaman ideologi yang dianut ... 136

5. Tingkat Radikalisme ... 136

6. Tingkat Loyalitas terhadap jaringan ... 137

B. Analisis Program Deradikalisasi oleh BNPT di Lapas Cipinang ... 137

1. Identifikasi ... 138

2. Rehabilitasi ... 149

3. Reedukasi ... 157

4. Reintegrasi sosial ... 170

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 177

A. SIMPULAN ... 177

B. SARAN ... 178

DAFTAR PUSTAKA ... 180

LAMPIRAN ... 184

(17)

xi

Tabel 1. 1 Informan Penelitian ... 15 Tabel 1. 2 Tinjauan Kajian Terdahulu ... 20 Tabel 4. 1 Tahapan dan Waktu Pembinaan ... 115 Tabel 5.1 Identitas Subjek

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Denah Lapas Klas I Cipinang ... 97

(19)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. 1 Tekhnik Analisis Data... 20

Bagan 2. 1 Kerangka Berfikir ... 55

Bagan 3. 1 Struktur Lembaga BNPT ... 77

Bagan 3. 2 Struktur Organisasi Lapas ... 98

(20)
(21)

1 A. Latar belakang Masalah

Radikalisme di kalangan umat Islam saat ini seringkali disandarkan dengan paham keagamaan, sekalipun pencetus radikalisme bisa lahir dari berbagai sumbu, seperti ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya.1 Namun Agama yang menjadi pedoman hidup setiap manusia, Artinya Agama mendorong para pemeluknya untuk mempraktekkan ajaran-ajaran Agama dengan doktrin, para pemeluk tersebut haruslah taat, dan melakukan perintah Agama yang dianutnya secara maksimal. Dalam bahasan Radikalisme di kalangan Agama Islam, Peran para pemeluk agama sangatlah berpengaruh. Karena dari peranan ini hubungan fanatisme (keyakinan) dan toleransi harus berjalan beriringan dan seimbang, jika tidak seimbang maka akan menyebabkan ketidakstabilan sosial antara para pemeluk agama lain.

Sebagaimana yang tertera dalam surah Ar-Rum ayat 30 :

ْيِتَّلا ِ هّاللّ َت َر ْطِف ۗاًفْيِن َح ِنْيِّدلِل َكَه ْج َو ْمِقَاَف َكِل هذۗ ِ هّاللّ ِقْلَخِل َلْيِدْبَت َلَ ۗاَهْيَلَع َساَّنلا َرَطَف َُۙن ْوُمَل ْعَي َلَ ِساَّنلا َرَثْكَا َّنِكهل َو ُُۙمِّيَقْلا ُنْيِّدلا

1 Abu Rokhmad, Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal, (Jurnal Walisongo, 2012), Universitas Diponegoro Semarang, Vol.20.No.1.h.80

2 Bilveer Singh dan A.M.Mulkham, Jejaring Radikalisme Islam di

(22)

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Dalam ayat ini peneliti menekankan Fitrah yang telah Allah ciptakan dan berikan kepada umat manusia untuk tunduk kepada Allah Sang Maha Kuasa, Maha Bijaksana, dan Maha Esa yang tidak ada sekutu baginya. Fitrah dalam ayat ini ialah Agama Islam, agama yang Allah ridhai yang tidak akan pernah dan bisa tergantikan, tidak juga berubah jika umatnya masih berpegang teguh di atas Fitrah Agama Islam ini. Allah menjadikan Agama Islam sebagai Fitrah, bukan karena halangan tetapi menjadi pedoman hidup umatnya agar berjalan lurus dan mengantarkannya menuju Ridha Allah. Yang di dalamnya terdapat nikmat Islam, Iman, dan Ihsan dengan mengarahkan hati, niat dan badan kita untuk menegakkan syari‟at Islam dalam lima rukun Islam yaitu, syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.

Pada kenyataannya sebagian umat Muslim yang melakukan tindak kekerasan seringkali mengutip pada ayat- ayat yang ada dalam Al-Qur‟an dan Hadits Rasullulah.

Padahal Islam adalah Agama Rahmatan Lil Alamin, yang mengajarkan nilai-nilai toleransi, Keadilan, Kasih sayang, dan Kebijaksanaan bagi alam semesta. Tetapi aksi dan tindakan kekerasan masih sering terjadi, seolah-olah menghiraukan konteks Agama Islam yang Rahmatan Lil

(23)

Alamin, bahkan mereka para pelaku kekerasan tak segan mengutip, bahkan memotong ayat-ayat Al-qur‟an yang mengatas namakan Agama (Islam) khususnya ayar-ayat jihad dan perang. Mereka membaca tafsir ayat-ayat dalam surah di Al-Qur‟an tersebut sesuai dengan landasan fikir yang mereka anut, dan mereka menggabungkannya dengan situasi yang sedang terjadi.

Fenomena tersebut secara sederhana peneliti artikan sebagai Radikalisme. Radikalisme secara garis besar terbagi dua faktor internal dan eksternal, faktor internal (dalam) yaitu karena, kecenderungan sifat merusak atau menghancurkan yang ada pada diri manusia itu sendiri.

Bahkan malaikat pun mengetahui sifat merusak seorang manusia sejak ia tercipta dan diturunkan ke muka bumi ini.

Seperti firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 30 yang artinya : “ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat; sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi. Mereka berkata : mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu (ya Allah) orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah.

Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan menyucikan-mu? Allah berfirman: “sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Selanjutnya Faktor eksternal (Luar) yaitu karena, sifat manusia yang sangat beragam dan majemuk, antara lain adanya himpitan sosial politik, ketidakadilan, perekonomian, kekerasan, sekularisme dan pembunuhan. Gerakan

(24)

radikalisme ditutupi sedemikian rupa dengan menggunakan bahasa, pakaian atau atas nama keagamaan, demi mencapai tujuan yang di inginkan. Padahal, tindakan tersebut sebenarnya sangat bertentangan dengan misi dari agama itu sendiri.

Gerakan Radikalisme dalam Islam bukan hanya terjadi di Negara Timur Tengah saja, tetapi Radikalisme juga tumbuh subur di Indonesia. Gerakan Radikal dalam Islam terbagi menjadi dua makna, yaitu wacana dan aksi. Radikal dalam wacana adalah adanya pemikiran radikal untuk mendirikan Negara Islam, kekhilafahan Islam, tanpa menggunakan kekerasan secara terbuka. Sedangkan sebagai aksi, yaitu dengan melakukan suatu perubahan yang mendasar dengan menggunakan cara kekerasan yang mengatasnamakan suatu Agama.2

Wacana dan tindakan yang dilakukan oleh gerakan radikal tersebut diistilahkan sebagai aksi Terorisme.

Terorisme adalah puncak dari aksi kekerasan, kekerasan dalam aksi ini adalah suatu tindakan yang ditujukan kepada masyarakat sipil, termasuk personal, aparat keamanan militer ataupun agen-agen rahasia pemerintah. Dengan maksud melukai, menyakiti, mengintimidasi, pemaksaan dan membuat menderita secara fisik maupun psikis.

2 Bilveer Singh dan A.M.Mulkham, Jejaring Radikalisme Islam di Indonesia Jejak Sang Pengantin Bom Bunuh Diri (Yogyakarta: Bangkit Publisher, 2012), h.42

(25)

Menurut Paul Wilkinson, penanggulangan aksi terorisme saat ini dilakukan dengan dua pendekatan, Pertama Hard line Approach dengan bentuk penindakan yang secara hukum bertentangan karena masih menggunakan kekerasan.

Dalam istilah politik pemerintah, suara untuk dilakukannya penanggulangan aksi terorisme secara hard line approach belum mendapat dukungan penuh dari parlemen. Walau dari segi ekonomi dan efek penanggulangan ini lebih efesien, tidak memakan banyak waktu untuk penyelesaiannya, cepat dan tepat sasaran serta menimbulkan efek jera dengan kekerasan yang dilakukan. tetapi secara Hak Asasi Manusia sangatlah ditentang karena tidak sesuai prosedur hukum yang berlaku. Selain itu mengundang reaksi sosial negative dari masyarakat karena bukan tidak mungkin dalam pelaksanaannya masyarakat sipil pun turut menjadi korbannya.

Kedua Soft Line Approach dengan bentuk pencegahan, tinjauan dari segi hukum penanggulangan melalui cara ini sudah tertera dalam Undang-Undang Hukum yang berlaku dengan meminimalisir kekerasannya. Secara Hak Asasi Manusia diberikan dukungan penuh karena sesuai prosedur hukum yang berlaku, HAM juga membantu melindungi masyarakat sipil dari adanya gencatan senjata oleh kedua belah pihak. Tetapi efek yang diberikan tidak bisa dengan cepat dan tepat dirasakan, jangka waktu yang akan dirasakannya panjang dan bertahap, salah satu metode yang

(26)

digunakan ialah dengan proses deradikalisasi dan deideologisasi.3

Dalam penanganannya pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 16 Juli 2010, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 yang kemudian diubah dengan peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2012. Melalui Peraturan Presiden ini Pemerintah memberikan kewenangan pada BNPT untuk menyusun dan mengeluarkan kebijakan, strategi sekaligus menjadi koordinator dalam bidang pencegahan, perlindungan, penindakan, kerjasama International, dan deradikalisasi.4

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Idris suatu proses transformasi pola pikir, tindakan, maupun perilaku seseorang dari yang bersifat radikal anarkis menjadi radikal komprehensif, moderat, holistic, serta kritis. Program deradikalisasi merupakan suatu strategi yang dijalankan bagi para mantan teroris, mantan narapidana teroris, keluarga, jaringan dan pihak-pihak yang terindikasi radikal teroris”.

Dalam pemberian program Deradikalisasi pada para Narapidana Terorisme pada kenyatannya masih dalam tahapan mengubah perilaku Radikalnya saja, tidak menghilangkan dan menyentuh ideologi Radikal para napiter.

Jika pemberi program Deradikalisasi tidak memiliki

3 Hesti Wulandari, Terorisme dan Kekerasan , Sebuah Antologi Kritis (2014),h.9-10

4 Muhammad.A.S.Hikam, Peran Masyarakat Sipil Indonesia Menanggulangi Radikalisme: Deradikalisasi (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2016),h.138

(27)

kapasitas keilmuan yang memadai, adu argumen menjadi tak terelakan dan setiap perdebatan selalu ada kemungkinan kedua belah pihak akan bersikeras dengan pandangannya masing-masing, jika sampai terjadi seperti ini bukan tidak mungkin pemberian program Deradikalisasi akan berlangsung lebih lama, dikarenakan pemikiran napiter yang kaku (rigid). Praktek lainnya lebih banyak memberikan bantuan dan permodalan para napiter untuk berwirausaha ketika kelak mereka keluar nanti, selain kurang tepat Pemerintah nantinya hanya akan menyia-nyiakan anggaran penanggulangan terorisme pada kelompok yang lebih membutuhkan.

Menurut Kohler pengamat Deradikalisasi, program Deradikalisasi sendiri mampu digunakan untuk menjembatani komunikasi antara pejabat keamanan, anggota keluarga teroris dan komunitasnya. Dari fungsi ini seharusnya pemerintah mampu menanggapi prioritas yang dibutuhkan oleh para pemberi program Deradikalisasi.

Antara lain seperti diadakannya pusat pendidikan dan pelatihan khusus tentang tata cara Deradikalisasi, agar nantinya setiap pemberi program deradikalisasi mampu dan sanggup menjaga diri mereka dari pemikiran-pemikiran Radikal para napiter, dan lebih menguasai materi-materi dalam Deradikalisasi.

Selanjutnya pemberian program Deradikalisasi ini harusnya melibatkan Ormas-Ormas Islam, para Penyuluh Agama, Pemuka Agama dan Kiai, untuk membantu

(28)

menjalankan program Deradikalisasi kepada para napiter.

Saat ini keberadaan para penyuluh agama, pemuka agama, kiai, dan ormas-ormas Islam sendiri untuk dilibatkan kedalam pemberian program deradikalisasi di dalam Lapas masih sangat pasif atau bahkan belum terlihat keberadaannya.Oleh karena itu model pembinaan yang terdapat di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang diharapkan mendapatkan dan memberikan ruang pemahaman Deradikalisasi yang diberikan langsung oleh para pemberi program dari BNPT. Agar kedepannya laju pergerakan Terorisme dapat dibantu diredam oleh para napiter. Yang nantinya setelah para napiter usai menjalani masa hukuman (bebas) dapat menjadi bekal mereka. Terlebih lagi kepada para anggota-anggota Jaringannya yang masih terpapar, agar mau menerima dan mengikuti program deradikalisasi yang diberikan oleh BNPT.

Berdasarkan fenomena dan kejadian yang peneliti paparkan di atas, peneliti bermaksud membuat sebuah penelitian dengan judul “ PROGRAM DERADIKALISASI OLEH BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN

TERORISME (BNPT) DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS I CIPINANG JAKARTA.”

(29)

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka untuk lebih memfokuskan dan mempermudah penyusunan skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada Program Deradikalisasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

kepada para Narapidana Terorisme Simpatisan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Cipinang Jakarta. Dengan menggunakan teori Radikalisme Cillufo dan Saathof yang membagi bentuk Radikalisasi menjadi dua bagian yaitu Radikalisasi Individu dan radikalisasi kelompok, penulis juga menggunakan teori Deradikalisasi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2019.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah di uraikan, maka peneliti Merumuskan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana Program Deradikalisasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Cipinang Jakarta ?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(30)

Untuk mengetahui Program Deradikalisasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme di Lembaga Pemasyrakatan (Lapas) Cipinang.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung, adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

a) Manfaat akademik

Penelitian ini diharapkan berguna bagi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Khususnya bagi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dalam mengkaji tentang Program Deradikalisasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang pada Narapidana Terorisme.

b) Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan.

Yang berkaitan dengan Program Deradikalisasi Oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang.

c) Manfaat praktis

Dapat memahami dan mendalami ilmu pengetahuan peneliti, Mengenai Program Deradikalisasi oleh Badan Nasional Penanggulangan

(31)

Terorisme (BNPT) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang.

D. Metodologi penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan Latar Belakang masalah dan Rumusan Masalah yang terdapat dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah kerangka penelitian yang disusun untuk mencari makna pemahaman, pengertian, tentang suatu fenomena, kejadian, maupun kehidupan manusia dengan cara terlibat langsung atau tidak langsung dalam setting yang diteliti, secara kontekstual dan menyeluruh.5

Selanjutnya Menurut Creswell (2019), menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan. Melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi, serta dilakukan setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apa pun dari peneliti.6

Lebih lanjut menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

5 Prof.Dr.S.Nasution,MA, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, ( Bandung: PT.Tarsito Bandung),h.30

6 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2010), Cet ke-3,h.8

(32)

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati secara holistik (utuh). Jadi dalam penelitian ini tidak menyertakan perolehan hitungan statistik ataupun angka, dan tidak pula diarahkan kedalam variabel atau hipotesis.7

Jenis penelitian Kualitatif yang digunakan bersifat deskriptif dimana proses pencarian fakta, gambaran atau lukisan dilakukan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.8 Ditentukan melalui teknik snowball sampling, yaitu diperoleh melalui proses bergulir dari satu responden ke responden yang lain dalam pengambilan sampel dari suatu populasi,

Dengan demikian data diperoleh dari jawaban- jawaban infroman yaitu 2 Pejabat BNPT, 2 Staf Lapas Cipinang dan 4 Narapidana Terorisme secara langsung melalui wawancara berupa kata-kata dan tidak menggunakan perhitungan angka atau statistik. Dengan melihat jenis permasalahan berdasarkan fenomena yang terjadi menurut fakta, baik subjektif maupun objektif dalam suatu rekam jejak lapangan.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

7 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2016), h.4

8 M.Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Galia Indonesia 1998), Cet ke- 3,h.63

(33)

Penelitian ini dilakukan di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang beralamat di Jalan Anyar nomor 12 Sukahati Kecamatan Citeureup Bogor Jawa Barat 16810 dan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang beralamat di Jalan Raya Bekasi Timur nomor 170 Jakarta Timur. Adapaun penelitian ini dimulai dengan Prelimenary research (pendahuluan) di bulan September 2019 hingga Mei 2020, dengan penelitian dilaksanakan di bulan Juni 2020 hingga Desember 2020,dan dijalani sesuai dengan standar protokol kesehatan yang berlaku.

3. Subjek, dan Objek a. Subjek Penelitian

Subjek adalah target populasi yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.9 Adapun subjek penelitian ini adalah Narasumber pemberi program deradikalisasi yang berasal dari BNPT terdiri dari 2 pejabat, kemudian 2 staf Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Cipinang dan 4 warga binaan pemasyarakatan narapidana terorisme.

b. Objek Penelitian

Obyek penelitian adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang, organisasi atau barang yang

9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

(Bandung : ALFABETA,2008 )

(34)

akan diteliti.10 Dalam penelitian ini objek penelitian Adalah Program Deradikalisasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Cipinang.

4. Penentuan Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder, yaitu 11 :

a. Data Primer, merupakan data utama yang diperoleh langsung dari responden berupa catatan tertulis dari hasil wawancara, serta dokumentasi.

b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan untuk mencari konsep dari teori-teori yang berhubungan dengan masalah dalam penulisan skripsi ini, seperti buku-buku, website, jurnal dan literature terkait.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Yakni proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dan

10 J. Supranto M. A. Statistik Teori dan Aplikasi Jilid 1 (Jakarta..

Erlangga, Edisi Keenam (2000).

11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009) Cet.Ke.8,h.137

(35)

sumber informasi atau orang yang di wawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung.12 pengumpulan data melalui wawancara peneliti susun dan ajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan.

Tujuannya selain untuk mempermudah, juga mampu menjabarkan topik masalah yang sedang diteliti.

Adapun pertanyaan penelitian terlampir dalam lampiran. Berikut adalah informan penelitian yang diwawancarai oleh peneliti :

Tabel 1. 1 Informan Penelitian

No Nama Jabatan Keterangan Faktor Objektif

1. Letkol Hendro

Kepala Seksi Bina Masyarakat

Direktorat Deradikalisasi

_

Direkomendasikan oleh BNPT karena

jabatan sesuai dengan judul dan

topik peneliti

2 R.M Ibrahim

Koordinator Wali Narapidana

Terorisme

_

Direkomendasikan oleh Lembaga pemasyarakatan Kelas 1 Cipinang

karena jabatan sesuai dengan judul dan topik

peneliti

3 Ahmad Fauzi

Kepala Seksi Identifikasi Subdit Bina Dalam Lembaga Pemasyarakatan

_

Direkomendasikan oleh BNPT karena

jabatan sesuai dengan judul dan

topik peneliti

12 Yusuf .M, Kuantitatif, Kualitatif, & penelitian gabungan (Jakarta :Kencana, 2014)

(36)

4 Boy Guntur Sagara

Kepala seksi Bimbingan Kemasyarakatan

_

Direkomendasikan Koordinator Wali

Narapidana terorisme terkait

monitoring dan pembinaan narapidana terorisme di Lapas

Kelas 1 Cipinang

5 Anang Rusianto Narapidana

Terorisme

Menjalani pidana hingga 5

Maret 2021

Di duga Merupakan salah

satu simpatisan dalam aliran JAD

6 Kristianto Narapidana

Terorisme

Menjalani pidana hingga 25 November

2020

Merupakan salah satu simpatisan

yang ditunjuk menjadi Amir JAD Malang oleh

Amir JAD Jawa Timur

7 Rudi Haryanto Narapidana

Terorisme

Menjalani pidana hingga

25 Mei 2021

Di duga Merupakan salah

satu simpatisan dalam aliran JAD

8 Budiman Bin

makka

Narapidana Terorisme

Menjalani pidana hingga 7

Mei 2021

Satu-satunya Narapidana yang

belum tanda tangan NKRI.

Merupakan salah satu simpatisan dalam aliran MIT

b. Observasi

Cartwright & Cartwight mendefinisikan observasi adalah sebagai suatu proses melihat, mengamati serta merekam perilaku secara sistematis

(37)

untuk suatu tujuan tertentu.13 Dari metode ini maka penulis berusaha untuk mengamati BNPT dalam proses Deradikalisasi yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang tempat Narapidana Terorisme berada.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian, adalah dokumen resmi dan dokumen tidak resmi. Dokumen memiliki dua bentuk yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi.14 Dokumen pribadi adalah catatan harian, surat pribadi, dan auto bografi. Sedangkan dokumen resmi terbagi menjadi dua kategori yaitu dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal diantaranya memo, pengumuman, intruksi, atau aturan suatu lembaga, sistem yang diberlakukan, dan notulensi rapat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data yang diperoleh melalui sumber-sumber ataupun diktat-diktat yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

d. Studi Kepustakaan

13 Haris Hardiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010),h.131

14 Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial: Satu teknik Penulisan Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2008),h.70

(38)

Studi kepustakaan atau Studi Literature digunakan untuk melengkapi studi dokumentasi.

Dibutuhkan refrensi baik dari jurnal,skripsi, tesis, majalah, surat kabar, berita elektronik, disertasi, dokumen resmi internal BNPT maupun buku yang berhubungan dengan penelitian yang diambil.

6. Teknik Analisis Data

Analasis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, dan memilih mana yang penting, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain15.

Analisis data pada penelitian kualitatif ini terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu : reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.dijelaskan sebagai berikut :

a. Reduksi data (Data Reduction)

Reduksi data adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Kemudian dengan reduksi data peneliti merangkum, mengambil data yang pokok, membuat kategorisasi, berdasarkan

15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, da R&D, (Bandung:Alfabeta,2012), h.95

(39)

huruf besar, huruf kecil, dan angka. Data yang dianggap tidak penting disisihkan.

b. Penyajian data (Data Display)

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Penyajian data penelitian kualitatif sering menggunakan teks yang berbentuk naratif, bentuk grafik, matrik, network dan chart.

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan suatu temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obek, fenomena sosial yang sebelumnya belum jelas menjadi jelas setelah diteliti, baik berupa kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

(40)

Bagan 1. 1 Tekhnik Analisis Data

7. Teknik Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini, penulis berpedoman dan mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Desertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang merupakan Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2017.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Tabel 1. 2 Tinjauan Kajian Terdahulu

No.

Nama Peneliti dan Judul Penelitian

Identitas Tulisan (Skripsi/Tesis/Jurnal) Fakultas/Jurusan/Vol.

Tahun

Metode Penelitian dan Hasil Penelitian

1

Layla Rizki,

“Peran Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme dalam menanggulangi

Radikalisme di

Skripsi Mahasiswa Program studi

Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2018

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Kualitatif

dengan pendekatan Deskriptif Analisis.

Hasil dari penelitian ini adalah Program Pengumpulan

Data

Penyajian Data

Kesimpulan / Penarikan Reduksi Data

(41)

Indonesia : Studi Atas Program Deradikalisasi

Pendekatan Wawasan Kebangsaan”.

Deradikalisasi dalam pendekatan wawasan

kebangsaan yaitu memoderasi paham

kekerasan dengan memberikan

pemahaman nasionalisme kenegaraan dan

kebangsaan indonesia, dengan

menekankan Pancasila sebagai Bhineka tunggal ika

dalam mencapai tujuan bangsa

Indonesia.

2

Siti Nurmalita,

“Strategi Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT) dalam

Upaya Deradikalisasi

Pemahaman Agama Narapidana Terorisme di

Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang”.

Skripsi Mahasiswa Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif dengan pendekatan Deskriptif. Hasil dari

penelitian ini ialah kebijakan BNPT dalam menerapkan

Deradikalisasi dengan Strategi Soft

approach yaitu, membina kepribadian dengan mengadakan dialog

dari hati ke hati kepada para napiter

dan juga keluarga napiter terkait faham

kegamaan, pembinaan kepribadian melalui

kegiatan wirausaha

(42)

dan pembinaan preventif dengan bentuk sosialisasi pelatihan workshop

dan training.

3

Muhammad Khamdan

“Deradikalisasi Pelaku Tindak

Pidana Terorisme di

Indonesia”.

Tesis Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Jurusan Kajian Agama

dan Studi Perdamaian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2015

Penelitian ini menggunakan metode Trianggulasi

dengan pendekatan Analisis Deskriptif.

Hasil dari Penelitian ini adalah Teori Konflik dan Teori Identitas Sosial,yaitu

menujukkan bahwa semakin marginal

seseorang maka akan semakin radikal pemahaman

dan aksi yang dilakukan dengan

menguatkan identitas kelompoknya.

Artinya Terorisme di Indonesia saat ini

masuk dalam kategori sub revolusioner yang

dilakukan oleh warga sipil untuk mengubah kebijakan

politik atau balas dendam terhadap

pemerintah.

4

Sadawi

“Peran Badan Nasional Penanggulangan

Skripsi Mahasiswa Program Studi Agama-Agama Fakultas Ushuludin

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif

(43)

Terorisme (BNPT) dan

Masyarakat sipil dalam mencegah radikalisme

Agama di Indonesia”.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2019

dengan pendekatan Deskriptif. Hasil dari

penelitian ini adalah melalui peraturan

presiden dan undang-undang

Peran dan wewenang BNPT dalam menentukan strategi yaitu melalui

soft approach maupun hard approach. Antara

lain kontra Radikalisasi,kontra

propaganda atau kontra ideologi,

didalam lapas melalui 3 aspek

wawasan kebangsaan,

keagamaan, kewirausahaan, membentuk forum

koordinasi pencegahan terorisme (FKPT) di

32 provinsi, dan mulai melakukan pendekatan sosial budaya terutama kearifan local (Local

wisdom)

5

Mochamad Nurhuda Febriansyah,

Lailatul Khodriah, Raka Kusuma

Wardana

Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang Dalam Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dengan pendekatan

Yuridis Sosiologis yang berbasis pada

(44)

“Upaya Deradikalisasi

Narapidana Teorisme di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kedung

Pane Semarang”.

Semarang Vol.3.Nomor 1

Tahun 2017

ilmu hukum normatif atau perundang-undangan

namun mengamati reaksi dan interaksi dari norma tersebut.

Hasil dari penelitian ini adalah upaya Deradikalisasi di Lapas Kedung Pane

yang masih terkendala dalam

faktor sarana, prasarana, jumlah petugas yang minim,

kurangnya kerjasama dengan lembaga-lembaga lain dan sifat rigid (kaku) dari para

narapidana terorisme.

6

Muhammad Nursalim

“Deradikalisasi Teorisme :

Studi atas Epistemologi,

Model Interpretasi dan

Manipulasi Pelaku Teror”

Jurnal Institut Agama Islam Negeri Raden

Intan Lampung Dalam Studi Agama dan Pemikiran Islam

Vol.8 Nomor 2 Tahun 2014

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menyimpulkan

bahwa Terorisme terjadi karena cara

pandang yang sempit, interpretasi

yang tidak utuh terhadap ayat-ayat

al-Qur‟an serta manipulasi pelaku

teror. Apabila terorisme dibiarkan

tumbuh maka menganggu

kehidupan

(45)

berbangsa, beragama dan bernergara.

7

Mohamad Rapik

“Deradikalisasi Faham Keagamaan Sudut Pandang

Islam”.

Jurnal Inovatif Dalam Deradikalisasi,

Faham Kegamaan, Islam Vol.7 Nomor 2 Mei

Tahun 2014

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

yang membahas tentang penanggulangan

faham-faham keagamaan yang

radikal, karena radikalisme terbukti

lebih memberikan dampak negatif

dibanding sisi positifnya terutama

dalam konteks hubungan sosial,

kehidupan berbangsa,bernegara.

Selanjutnya radikalisme bila dikaji dalam teks- teks Agama hampir

tidak dapat dibenarkan karena

tujuan dari misi kerasulan adalah menyempurnakan akhlak dengan Islam

sebagai Rahmatan Lil alamin.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Skripsi ini untuk memudahkan peneliti serta memberikan kemudahan pembaca dalam naskah skripsi ini, maka peneliti menguraikan secara singkat dan

(46)

sistematika pembahasan dalam susunan penulisan skripsi ini.

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi dalam 6 (enam) bab yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN.

Pada bab ini memuat Latar belakang, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian, Kajian Terdahulu dan diakhiri dengan Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang teori Radikalisme, faktor-faktor penyebab radikalisme, serta ciri-ciri radikalisme, teori Deradikalisasi, teori Identifikasi, teori Rehabilitasi, teori Reedukasi, teori Resosialisasi atau Reintegrasi, Teori Narapidana sosial, dan diakhiri dengan Kerangka Berfikir.

BAB III : GAMBARAN UMUM PROFIL PENELITIAN Profil BNPT, Visi dan Misi BNPT, Tugas pokok dan fungsi BNPT, Strategi dan Program Nasional BNPT, Struktur Kelembagaan BNPT, Tugas Pokok dan Fungsi Unit kerja BNPT. Sejarah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Cipinang, Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Cipinang, Tugas Pokok dan Fungsi Lapas Cipinang, Struktur Bangunan, Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Cipinang, Tugas Pokok dan Fungsi unit kerja Lapas Cipinang.

(47)

BAB IV : PROGRAM DERADIKALISASI OLEH Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) DI Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I CIPINANG Jakarta

Pada bab ini membahas Deskripsi informan, Kerjasama Lembaga, Proses Pembinaan Narapidana Terorisme, Program Deradikalisasi dalam Lapas dan Kendala dalam Program Deradikalisasi.

BAB V : PEMBAHASAN.

Identifikasi Subjek, yang terdiri dari identitas Narapidana terorisme, Peran dan keterlibatannya dalam kelompok atau jaringan, Latar belakang bergabung dengan jaringan, pemahaman ideologi yang dianut, tingkat radikalisme, Tingkat loyalitas terhadap jaringan. Dan Analisis program Deradikalisasi oleh BNPT di Lapas Cipinang, Identifiikasi, Rehabilitasi, Reedukasi, Reintegrasi sosial.

BAB VI : SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN.

Bab ini berisi uraian tentang kesimpulan yang didapat dari proses pembuatan tugas akhir.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(48)

28 A. Radikalisme

1. Pengertian Radikalisme

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, radikal didefinisikan sebagai paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan.16 Dalam kamus politik Radikalisme di artikan sebagai ide-ide politik yang mengakar dan mendasar pada doktrin yang dikembangkan dalam menentang status quo.

Sedangkan Radikal dalam prosesnya disebut dengan Radikalisasi, yang merupakan sebuah proses perubahan individu maupun kelompok mengarah pada penolakan nilai dan sistem yang ada (seperti demokrasi, keagamaan, ideologi yang ada dan lain-lain) dengan keinginan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, di pertengahan tahun 1970-an hingga menjelang kejatuhan rezim. Aksi yang dilakukan kelompok-kelompok Radikal belum dalam bentuk pengeboman. Lebih banyak menggunakan pola propaganda politik, pembajakan, penculikan, pembunuhan dan pengeroyokan. Aksi secara terang-terangan bahwa para kelompok-kelompok radikal

16 Suaib Tahir dkk, Ensiklopedi Pencegahan Terorisme, (Bogor: Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme,2016).h.54

(49)

melakukan perlawanan muncul dan meningkat sejak Mei 1998 hingga tahun 2001. Puncaknya setelah terjadinya pemboman di Amerika Serikat tepatnya di gedung World Trade Center dan Pentagon di tanggal 11 September 2001.

Setelah pengeboman ini terjadi sentimen anti Islam semakin menguat, pelabelan Terorismepun muncul seiring dengan kemunculan kelompok-kelompok Radikal yang semakin marak dengan mengatas namakan Agama Islam di seluruh dunia maupun Indonesia. Dalam ranah nasional kemunculan aksi Radikalisme melalui perlawanan dengan melakukan pemboman besar yang memakan korban puluhan hingga ratusan, di awali dari peristiwa Bom Bali 1 di tanggal 12 Oktober 2002, kemudian pemboman kedutaan Besar Australia 9 September 2004, peristiwa di tempat yang serupa yaitu Bom Bali 2 di tanggal 1 Oktober 2005, setelah itu berturut-turut terjadi di Hotel Marriot dan Ritz Carlton Jakarta 17 Juli 2009, GBIS Solo 25 September 2011, Sarinah Jakarta 14 Januari 2016.17

Di masa Orde baru sejak peristiwa pemboman Bali berlangsung Indonesia sedang mengalami masa transisi.

Fakta ini diperkuat oleh teori dari Alberto Abadie “bahwa Negara yang tengah mengalami masa transisi dari totalitarianisme menuju demokrasi ditandai dengan

17 Josefhin Mareta, Rehabilitasi Dalam Upaya Deradikalisasi Narapidana Terorisme, (Jurnal : Masalah-masalah Hukum, 2018), Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM, Jilid 47, No.4,h.339

(50)

maraknya aksi-aksi kekerasan termasuk terorisme.18 bahkan hingga kini teror-teror yang terjadi langsung mengarah pada pihak keamanan nasional seperti Polri dan TNI. Seperti yang belum lama ini terjadi di Polresta Medan tertanggal 13 November 2019 terjadi Bom bunuh diri, yang dilakukan oleh seorang pemuda berusia 24 tahun yang hingga kini motif terjadinya masih diselidiki. Motif lain yang sering terjadi merupakan aksi bom bunuh diri dimana korban yang sering ditemukan adalah para pemuda. Dominasi faktor internal yang saat ini sangat berpengaruh antara lain heterogenitas etnis, Agama, kultur, kesenjangan ekonomi dan sosial. Dominasi ini yang memicu dan berpotensi memperbesarnya ideologi-ideologi radikal dalam merekrut para anggota baru dengan mudah, mereka menggunakan konstruksi pikiran dan juga cuci otak (Brain wash) kepada para calon anggota baru tersebut. keberpengaruhan faktor ini juga di dukung oleh konsep keagamaan yang kompleks, dimana sikap resisten (perlindungan) dan perlawanan itu akan diposisikan sebagai tugas suci.

Menurut Cilluffo dan Saathof proses radikalisasi terjadi dalam dua bagian, yaitu radikalisasi individual dan kelompok. Radikalisasi individual merupakan hasil dari terpaparnya seseorang dengan sumber online maupun yang memiliki pemikiran yang ekstrim. Inilah yang kemudian dikenal sebagai serigala tunggal (lone wolf) yang

18 Alberto Abadie, Proverty, political Freedom, and the roots of Terrorism, (NBER Working paper 2004), No. 1085,h.3

(51)

mengalami proses radikalisasi dengan sendirinya (self- radicalization). Ia tidak harus terhubung dengan jaringan teror, tetapi sangat rentan pada waktunya direkrut dalam jaringan teror. Tipe kedua radikalisasi kelompok adalah proses di mana kelompok mencari dan mempengaruhi individu yang rentan untuk direkrut dalam jaringan teror.

Radikalisasi kelompok ini lebih sistematis terstruktur dan top-down recruiting.19

Menurut Azyumardi Azra, radikalisme merupakan bentuk ekstrem dari revivalisme. Revivalisme merupakan intesifikasi keIslaman yang lebih berorientasi ke dalam (inward oriented), dengan arti bentuk aplikasi dari sebuah kepercayaan hanya diterapkan untuk diri pribadi. Adapun bentuk radikalisme yang cenderung berorientasi keluar (outward oriented), atau kadang dalam penerapannya cenderung menggunakan aksi kekerasan lazim disebut fundamentalisme.20

Menurut Eko Endramoko dalam bukunya menjelaskan arti radikal yang merupakan sinonim dengan fundamental yaitu primer, esensial, ekstrim, fanatic, keras, reaksioner, progresif, liberal, reformis dan seterusnya.21 Dalam sudut pandang ilmu sosial, radikalisme erat

19 Suaib Tahir dkk, Ensiklopedi Pencegahan Terorisme, (Bogor: Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme,2016).h.54

20 Azyumardi Azra, Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999),h.46-47

21 Eko Endarmoko, Treasur Bahasa Indonesia, (Jakarta:

GPU,2006),h.501

(52)

kaitannya dengan sikap atau posisi yang mendambakan perubahan terhadap status quo dengan jalan menghancurkan status quo secara total, dan menggantikannya dengan sesuatu yang baru, dengan yang sangat berbeda.22 Motif terorisme yang mengatas namakan Agama saat ini lekat kaitannya dengan proses rekrutmen calon anggota kelompok-kelompok Radikal, pada tahapan pertama para calon anggota di tuntut keaktifannya untuk menghadiri kajian-kajian atau pengajian dengan narasumber ustadz-ustadz yang sudah terpilih serta mampu merekontruksi pemikiran dengan ideologi radikalisme kepada para calon anggotanya, dengan kata lain psikisnya diluluhkan dengan perkataan akan ideologi radikalisme, tahapan kedua sering disebut Takniwiyah (pembentukan) pada tahap ini para guru atau ustadz memberikan atau menampilkan hasil rekaman video tentang kekejaman negara-negara penentang terorisme seperti, Amerika serikat dan kaum Yahudi secara berulang-ulang agar membentuk dan memunculkan semangat rasa juang kepada para calon anggotanya , tahapan ketiga yaitu proses pematangan dengan proses Baiat, Pematangan kepada para calon anggota pada tahap ini bahwa aksi terror yang berakar dari radikalisme selalu menghubungkan tindakan mereka termasuk jihad yang hukumnya wajib, merupakan suatu keharusan untuk berjihad dan mengorbankan semangat

22 Edi Susanto, “Kemungkinan Munculnya Faham Islam Radikal di Pesantren”,(Jurnal Tadris,2007),Vol.2.No.1,h.3

(53)

jihad kepada umat Islam di seluruh dunia, karena konsep jihad dalam Islam menangkap spirit perang spiritual

“perang suci” melawan diri sendiri dan mati syahid.

Dalam teori self categorisation menurut Kumar Ramakhrisna, gerakan radikalisme didukung adanya seseorang yang mendefinisikan dirinya dalam hubungan kelompok dibanding dengan hubungan pribadi baik sebagai kawan maupun lawan berdasarkan kategori yang dibangun atau berdasarkan identitas sosial yang terbangun.23

2. Faktor- Faktor Penyebab Radikalisme a. Faktor politik atau tekanan kekuasaan

Di berbagai dunia termasuk di Indonesia, fenomena radikalisme dan fundamentalisme muncul merupakan buah dari otoritarianisme. Pada masa orde baru radikalisme merupakan common enemy sehingga pemerintah membabat habis gerakan tersebut, pemerintah tidak membeda-bedakan antara radikalisme kanan dan kiri.24

b. Faktor keagamaan

Tidak dapat dibantah lagi bahwa salah satu penyebab munculnya radikalisme adalah faktor sentiment keagamaan. Termasuk juga aksi solidaritas keagamaan untuk saudara seimannya yang tertindas oleh

23 Kumar Ramakhrisna, Radical Pathways: Understanding Muslim Radicalization in Indonesia, (London: Praeger International, 2009),h.7

24 Sun Choirul Ummah, “Akar Radikalisme Islam di Indonesia”, (Jurnal Humanika, 2012), No.12,h.118-121

(54)

kalangan tertentu. Dalam kondisi seperti itu lebih tepat menggunakan istilah keagamaan bukan agama, sebab radikalisme selalu menggunakan simbol atau bendera sebagai dalih untuk membela Agama, jihad dan syahid.

Maka dari itu dalam konteks ini emosi keagamaan adalah Agama sebagai pemahaman realitas yang sifatnya intepreatif.25 Dampak yang paling nyata dari terjadinya radikalisme adalah terbentuknya politisasi di dalam agama, dimana agama sangat sensitive sifatnya, sehingga paling mudah untuk membakar fanatisme yang kemudian terjadi berbagai tindakan yang sangat keras, baik dalam kehidupan sosial antar individu maupun kelompok, sehingga terbentuklah dengan yang dinamakan kelompok Islam radikal.26

c. Faktor kultural

Merupakan faktor yang efeknya cukup besar dalam melatarbelakangi munculnya radikalisme, sebagai antitesa terhadap budaya sekularisme. Oleh sebab itu dalam kehidupan sosial, kita sering melihat ada beberapa bagian masyarakat yang berusaha keluar dari kebudayaan yang dianggap tidak sesuai dengan kehidupan secara umum, atau menyimpang dari kebiasaan sebelumnya seperti budaya sekuler. Bahkan memusuhi sekularisme, karena mereka menganggap

25 Ibid,h.118-121

26 Edi Susanto, “Kemungkinan Munculnya Faham Islam Radikal di Pesantren”,(Jurnal Tadris,2007),Vol.2.No.1,h.10-13

Gambar

Tabel 1. 1 Informan Penelitian .................................................... 15  Tabel 1
Gambar 3. 1 Denah Lapas Klas I Cipinang ......................................... 97
Tabel 1. 1 Informan Penelitian
Tabel 1. 2 Tinjauan Kajian Terdahulu
+4

Referensi

Dokumen terkait