• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PROFIL ORGANISASI TANI LOKAL

4.3. Desa Pasawahan

4.3.1. Letak dan Keadaan Fisik

Desa Pasawahan berlokasi sekitar 14 Km dari Ibukota Kecamatan Banjarsari atau sekitar 64 Km dari Ibukota Kabupaten Ciamis. Di sebelah Utara, desa ini berbatasan dengan Desa Langkapsari, di sebelah Selatan dengan Desa Kalijati, di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kalijaya, dan di sebelah Timur dengan Desa Kawasen. Oleh karena letak desa yang jauh dari pusat fasilitas, penduduk terbiasa menggunakan mobil pick-up untuk mencapai jalan raya dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti belanja ke pasar untuk keperluan satu bulan dan sekolah ke Kota Banjarsari.

Desa Pasawahan terbagi atas enam dusun, enam rukun warga (RW), dan 35 rukun tetangga (RT). Enam dusun tersebut letaknya cukup berjauhan satu dengan yang lainnya, yaitu Dusun Ciakar, Dusun Mekarsari, Dusun Karang Anyar, Dusun Munggang Wareng, Dusun Cisarua, dan Dusun Ciawitali. Dusun Karang Anyar dan Dusun Munggang Wareng relatif mudah dicapai. Dusun-dusun di Desa Pasawahan letaknya cukup berjauhan satu sama lain sehingga dapat dikataka batas antar dusun sangat jelas kecuali untuk Dusun Munggang Wareng dan Dusun Karang Anyar.Dari keenam dusun yang ada, Dusun Ciawitali dan Dusun Cisarua letaknya paling jauh dan akses ke tempat tersebut cukup sulit.

Desa Pasawahan luasnya sekitar 2692,9 hektar dengan tataguna tanah seperti Tabel 4.6. Sebagian besar tanah dimanfaatkan untuk perkebunan dan tegalan yaitu seluas 1146 hektar (42,56 persen), sedangkan 894 hektar (33,19 persen) dari wilayahnya dimanfaatkan untuk sawah (lihat Tabel 4.8.). Desa ini terletak pada ketinggian 750 meter dari permukaan air laut dengan topografi wilayah berbukit-bukit, dan suhu rata-rata harian 24oC.

Tabel 4.8. Luas Wilayah Desa Pasawahan Berdasarkan Tataguna Tanah tahun Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, tahun 2008

Penggunaan Lahan Luas

(Hektar)

%

Pemukiman dan Pekarangan 245,9 9,13

Persawahan 894 33,19

Perkebunan dan Tegalan 1146 42,56

Lainnya (prasarana umum, kebun milik swasta) 407 15,12

Jumlah 2692,9 100

Sumber: Potensi Desa tahun 2008

Jalan di dalam dusun adalah jalan batu yang walaupun sempit ternyata sering dilewati kendaraan berat yaitu truk-truk yang mengangkut bahan bangunan dan

mengangkat kayu yang telah ditebang. Selain itu ada pula pick-up yang mengangkut pedagang dan hasil pertanian. Dengan ongkos Rp 10.000 per orang colt mini akan membawa penumpang dari dusun sampai ke pasar Kecamatan yang jauhnya sekitar 14 km. Angkutan umum lainnya adalah ojek dengan ongkos yang lebih tinggi yaitu Rp 40.000 per orang dari dusun Munggang Wareng ke pasar Kecamatan. Sedangkan ongkos ojek untuk bepergian antar dusun diseputar desa berkisar antara Rp 10.000 sampai Rp 20.000. Sarana angkutan yang cukup lancar dan ongkos yang terjangkau sangat membantu para pedagang maupun petani dalam menjual hasil produksinya.

Fasilitas jalan raya yang ada sangat buruk (lihat Lampiran 16). Menurut penduduk sekitar, pada tahun 2008 telah ada perbaikan jalan dari pemerintah desa. Namun, setelah terjadi musim hujan, jalan aspal kembali rusak karena terkikis oleh air hujan, sehingga jalanan menjadi aspal berbatu. Untuk beradaptasi dengan jalan yang rusak dan curam ini, masyarakat yang memiliki kendaraan bermotor, khususnya motor, harus memodifikasi kendaraan mereka sehingga sesuai dan dapat awet dipergunakan.

Desa Pasawahan kegiatan jual beli/pasar berlangsung dua kali seminggu yaitu pada hari selasa dan kamis. Pasar ini baru berfungsi untuk membeli keperluan sehari-hari saja belum sebagai tempat memasarkan hasil produksi pertanian. Petani lebih sering menjual hasil produksinya ke tengkulak, karena mereka malas untuk menjual ke pasar karena jaraknya relatif jauh dan perlu mengeluarkan ongkos tambahan untuk menyewa

pick-up.

4.3.2. Keadaan Penduduk dan Penguasaan Lahan

Data monografi desa tahun 2008 mencatat jumlah penduduk Desa Pasawahan sebanyak 4631 jiwa, yang terdiri dari 49,62 persen laki-laki dan 50,38 persen perempuan. Jumlah tersebut terbagi dalam 1522 kepala keluarga dengan jumlah

rata-rata tiap keluarga 4 jiwa. Dari jumlah penduduk yang ada, yang termasuk kelompok pemuda (16-25 tahun) sebanyak 532 jiwa atau 11,48 persen (Tabel 4.9.).

Tabel 4.9. Jumlah Penduduk menurut Golongan Usia, Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, tahun 2008.

Golongan umur Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan 0 - 05 tahun 170 209 379 6 - 10 tahun 170 199 369 11 - 15 tahun 169 170 339 16 - 20 tahun 86 97 183 21 - 25 tahun 150 199 349 26 - 30 tahun 178 192 370 31 - 35 tahun 181 208 389 36 - 40 tahun 172 193 365 41 - 45 tahun 177 191 368 46 - 50 tahun 183 189 372 51 - 55 tahun 182 181 363 56 - 60 tahun 161 196 357 61 - 65 tahun 72 79 151 66 - 70 tahun 59 73 132 71 - 75 tahun 67 83 150 > 75 tahun 18 20 38 Total 2298 2333 4631

Sumber: Data Monografi Desa 2008

Berdasarkan data Potensi Desa tahun 2008, sebagian besar (52,29 persen) petani memiliki lahan yang sempit yaitu sebanyak 800 keluarga, sedangkan yang memiliki lahan luas hanya sedikit yaitu 248 keluarga (16,21 persen). Adapun keluarga petani yang tak berlahan sejumlah 482 keluarga (31,5 persen), yang jumlahnya kurang lebih dua kali dari jumlah petani yang memiliki lahan luas (Tabel 4.10.).

Tabel 4.10. Jumlah dan Persentase Rumahtangga menurut Luas Kepemilikan Lahan di Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, 2008.

Luas Kepemilikan Lahan Jumlah keluarga %

1. Keluarga tak berlahan 482 31,5

2. Pemilik lahan sempit (kurang dari 1 hektar)

800 52,29

3. Pemilik lahan luas (lebih dari 1 hektar) 248 16,21

Jumlah 1530 100

Sumber: Potensi Desa tahun 2008 4.3.3. Mata Pencaharian Penduduk

Bertani sampai saat ini masih menjadi mata pencaharian utama penduduk Desa Pasawahan. Tabel 4.11. menunjukkan bahwa 31,34 persen penduduk desa (15,86 persen laki-laki dan 15,48 persen perempuan) mempunyai pekerjaan utama sebagai petani. Namun, jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan utama sebagai buruhtani ternyata jumlahnya lebih besar yakni 61,63 persen (30,66 persen laki-laki dan 30,97 persen perempuan).

Tabel 4.11. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, tahun 2008

Jenis pekerjaan Laki-laki % Perempuan %

Petani 420 15,86 410 15, 48 Buruh tani 812 30,66 820 30, 97 PNS 12 0,45 3 0,1 1 Pedagang keliling 5 0,19 10 0,3 9 Pengusaha kecil dan

menengah 150 5,66 0 0,0 0 Dusun kampung 6 0,23 0 0,0 0 Jumlah n = 2648 (100%) 1405 53,05 1243 46, 95 Sumber: Potensi Desa tahun 2008

4.3.4. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Potensi Desa tahun 2008, sebagian besar (51,23 persen) penduduk Desa Pasawahan tingkat pendidikan akhirnya yakni tamat SD. Setelah lulus SD, biasanya anak-anak diikutsertakan dalam kegiatan pertanian. Daripada sekolah orangtua lebih memilih untuk mempekerjakan anak-anak mereka karena dianggap lebih produktif dibandingkan mereka sekolah. Berdasarkan jenis kelamin tidak ada perbedaan yang signifikan persentase antara perempuan dan laki-laki. Hal ini memperlihatkan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk sekolah (Tabel 4.12.).

Tabel 4.12. Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, tahun 2008.

Tingkat pendidikan Laki-laki

(%) Perempuan (%)

Usia 18-56 tahun tidak tamat SD 111 48,05 120 51,95 Tamat SD/ sederajat 264 50,57 258 49,43 Tamat SMP/sederajat 98 48,51 104 51,49 Tamat SMA/sederajat 30 63,83 17 36,17 Tamat D1/sederajat - 0,00 1 100,00 Tamat D2/sederajat 6 75,00 2 25,00 Tamat S1/sederajat 5 62,5 3 37,5

Sumber: Potensi Desa tahun 2008

4.3.5. Aspek Sosial dan Budaya Pertanian

Lahan pertanian yang ada di Desa Pasawahan merupakan lahan kering. Lahan yang ada berciri-ciri tanah miring, berundak-undak, tanah kering, dan produktivitas yang rendah. Bentuk-bentuk pertanian yang ada di Pasawahan yaitu sawah, kebun, ladang, dan pekarangan. Bentuk pertanian kebun lebih banyak dibandingkan dengan bentuk pertanian sawah. Tanaman yang ditanam di kebun yaitu jenis tanaman jangka panjang antara lain albusia, kopi, coklat, petai, jengkol, dan lain-lain.

Bentuk sawah di Desa Pasawahan yaitu sawah tadah hujan karena masih mengandalkan air hujan untuk pengairan sawah. Sawah di desa ini belum memakai sistem irigasi yang menyalurkan pasokan air bagi lahan mereka. Teknologi yang digunakan masih tergolong sederhana, karena lokasi yang tidak mendukung dalam penggunaan teknologi seperti penggunaan traktor dan irigasi. Hal ini mengakibatkan jadwal penanaman padi sawah disesuaikan dengan musim penghujan. Sebagian besar petani menanam padi sawah sebanyak dua kali dalam setahun. Akan tetapi, ada juga

yang menanam padi sawah sampai tiga kali setahun, disesuaikan dengan kondisi air di lahan masing-masing.

Petani yang ada kebanyakan masih berpendidikan rendah. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang tata cara bertani yang baik pun belum diketahui. Tata cara bertani yang dilakukan berdasarkan ajaran orangtua. Mereka berharap kelak anak-anak mereka dapat menjadi petani yang berpendidikan sehingga produktivitas pertanian di Desa Pasawahan menjadi lebih meningkat dan lebih tersistematis.

Budaya bertani yang ada diantara petani, yaitu budaya ‘ikut-ikutan’. Hal ini berarti penanaman atau jenis tanaman yang akan ditanam tergantung pada petani lain yang telah berhasil menanam tanaman tersebut. Sebagai contoh, sejak tahun 2007, banyak petani yang menanam pohon albu (albizea) di kebun mereka. Banyak petani yang menanam albu karena ada salah satu petani yang berhasil menanam tanaman tersebut dan memperoleh keuntungan yang luar biasa hingga mencapai jutaan rupiah. Akibatnya, hasil produksi pertaniannya tidak cukup beragam dan pendapatan pun semakin sedikit karena produk yang dihasilkan. Untuk hasil pertanian, belum ada suatu wadah yang menyalurkan (distributor) hasil pertanian dengan baik. Petani langsung menjual hasil pertanian mereka kepada tengkulak yang tentunya dirasa sangat merugikan karena membayar dengan harga yang sangat murah.