• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vivi Desfita, Dwi Suryanto, dan Erman Munir Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara,

Dalam dokumen Beberapa Metode Uji Biologis Untuk Menil (Halaman 168-178)

Jln. Bioteknologi No. 1, Kampus USU, Medan 20155. E-mail: d.suryanto@lycos.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antimikroba herba meniran terhadap bakteri dan khamir patogen. Herba meniran diekstrak dengan pelarut yang berbeda seperti n-heksana, etil asetat, dan metanol. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi konsentrasi optimum yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan khamir patogen, mengetahui aktivitas sitotoksik ekstrak herba meniran, dan mengidentifikasi senyawa kimia yang dimilikinya. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak herba meniran dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen Staphylococcus aureus dan Eschericia coli serta khamir patogen Candida albicans. Ekstrak yang memiliki aktivitas antimikroba optimal dihasilkan dengan menggunakan pelarut metanol. Konsentrasi optimum yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan khamir patogen adalah konsentrasi 10% dengan aktivitas hambat yang ditunjukkan diameter zona bening pada media pertumbuhan S. aureus

21,29 mm, E. coli 16,33 mm, dan C. albicans 17,63 mm sedangkan konsentrasi 1% dan 5% tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan bakteri dan khamir patogen tersebut. Semua ekstrak herba meniran diketahui memiliki aktivitas sitotoksik rendah karena memiliki nilai LC50 < 1000

µg/ml. Senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak herba meniran adalah alkaloida, glikosida, steroida dan triterpen bentuk bebas, saponin, tanin dan flavonoida.

Kata kunci: Antimikroba, meniran, bakteri, khamir, patogen

PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia sudah sejak ratusan tahun yang lalu memiliki tradisi memanfaatkan tumbuhan dari lingkungan sekitarnya sebagai obat tradisional. Kecenderungan masyarakat mencari pemecahan

!"&*&"!"

terhadap masalah kesehatan melalui pengobatan tradisional sangat dirasakan akhir-akhir ini. Fenomena ini terus meningkat sejak krisis ekonomi tahun 1997 yang menyebabkan harga obat sintetik melonjak tinggi karena sebagian besar bahan baku obat sintetik tersebut merupakan komoditi impor (Dorly 2005).

Keuntungan penggunaan obat tradisional antara lain karena bahan bakunya mudah diperoleh dan harganya murah. Obat tradisional

mempunyai makna yang sangat penting karena disamping

ketidakmampuan masyarakat untuk memperoleh obat-obatan modern, juga karena obat tradisional adalah obat bebas yang dapat diperoleh tanpa resep dokter (Pudjarwoto et al 1992). Oleh karena itu salah satu pengobatan alternatif yang dilakukan adalah meningkatkan penggunaan tumbuhan berkhasiat obat di kalangan masyarakat. Agar peranan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan, perlu dilakukan upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat dan keamanan suatu tumbuhan obat (Yuharmen 2002).

Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat adalah herba meniran (Phyllanthus

niruri L.). Meniran dapat dipakai untuk menyembuhkan beberapa jenis

penyakit termasuk sariawan, sakit ginjal, gonore, sebagai antipiretik, diuretik, antispasmodik, diare, hepatitis, rabun senja, digigit anjing gila, bisul di kelopak mata, radang kandung kemih, kencing batu, radang ginjal, dan membuang kelebihan asam urat darah melalui urin (Soemiati

et al 2009; Praseno et al 2001; Syamsuhidayat dan Hutapea 1991; Heyne

1987). Berdasarkan kemampuannya mengatasi berbagai macam penyakit di atas, serta untuk mencari alternatif obat tradisional agar dapat menghindari dampak negatif dari obat-obatan modern maka perlu diuji pengaruh ekstrak herba meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri dan khamir patogen.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak herba meniran terhadap pertumbuhan bakteri dan khamir patogen, mengetahui konsentrasi optimum yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan khamir patogen, mengetahui aktifitas sitotoksik ekstrak herba meniran dengan metode uji Brine Shrimp, serta mengidentifikasi senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak herba meniran.

CARA KERJA

Pembuatan Ekstrak Herba Meniran

Herba meniran diperoleh dari Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Tanaman dicuci bersih, lalu dikeringanginkan pada suhu ruangan tanpa terkena sinar matahari langsung selama ± 1 minggu, kemudian dipotong kecil-kecil (± 1 cm). Sampel kemudian

!"&*'"!"

diblender kering hingga menjadi serbuk (simplisia). Selanjutnya ditimbang sebanyak 300 g dan dimasukkan ke dalam 3 buah erlenmeyer dan direndam (dimaserasi) dengan pelarut n-heksana. Pemerasian dilakukan pada suhu kamar dan hindari terkena sinar matahari, selama ± 3 hari dan pengadukan dilakukan setiap hari.

Setelah 3 hari pemaserasian, maserat kemudian disaring. Filtrat dipisahkan dan ampasnya direndam kembali dengan larutan yang baru. Maserasi dilakukan 5 kali hingga diperoleh maserat yang terakhir berwarna jernih. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary

evaporator pada suhu tidak lebih dari 50º C dan diuapkan in vacuo

sehingga terpisah pelarutnya dengan ekstrak kental herba meniran. Ekstrak kental kemudian dimasukkan ke dalam botol vial dan dikeringkan dalam desikator sehingga diperoleh ekstrak kering. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap larutan etil asetat dan metanol.

Penyiapan Bakteri dan Khamir Uji

Bakteri uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, diinokulasikan ke dalam media miring nurient agar (NA). Sedangkan untuk khamir uji Candida albicans diinokulasikan ke dalam media miring

potatodextrose agar (PDA). Inokulum selanjutnya diinkubasi pada suhu

37º C selama 24 jam. Dari stok kultur tersebut diambil biakan dengan jarum ose steril dan disuspensikan ke dalam tabung yang berisi 3 ml larutan NaCl fisiologis 0,9%. Kemudian dihomogenkan dengan vortex hingga diperoleh kekeruhan suspensi sebanding dengan kekeruhan larutan McFarland yang setara dengan 108 CFU/ml.

Uji Ekstrak Meniran terhadap Bakteri dan Khamir Patogen

Dalam pengujian ekstrak herba meniran digunakan kertas cakram kosong dengan diameter 6 mm. Cakram dimasukkan ke dalam cawan petri kosong steril. Larutan ekstrak yang telah diencerkan dengan konsentrasi 0%, 1%, 5% dan 10% masing-masing dipipet sebanyak 10µl selanjutnya diteteskan pada permukaan cakram dan ditunggu selama ± 1 jam hingga larutan ekstrak berdifusi ke dalam cakram.

Sebanyak 10 ml media Mueller Hinton Agar (MHA) dituangkan ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan memadat. Lidi kapas steril dicelupkan pada suspensi biakan, dan diusapkan perlahan-lahan pada permukaan media secara merata, selanjutnya dibiarkan mengering pada suhu kamar selama beberapa menit. Dengan menggunakan pinset steril, cakram yang telah ditetesi ekstrak dengan konsentrasi yang berbeda diletakkan secara teratur pada permukaan media uji.

Kultur diinkubasi pada suhu optimum pertumbuhan 37-38º C untuk bakteri uji dan 32º C untuk khamir uji selama 24 jam. Setelah masa

!"&*("!"

inkubasi, diameter zona hambat (daerah bening) di sekitar cakram diukur dengan menggunakan jangka sorong. Aktivitas ekstrak tumbuhan dapat dilihat dengan adanya zona hambat di sekitar cakram. Daerah bening di sekitar kertas cakram menunjukkan uji positif (Yuharmen 2002).

Prosedur Kerja Uji Brine Shrimp

Hewan uji yang digunakan adalah larva udang (Artemia salina). Kista A. salina ditetaskan di dalam bejana yang telah diisi air laut dan dilengkapi dengan alat aerasi. Selanjutnya dibiarkan selama 48 jam hingga kista menetas dan tumbuh dewasa (nauplii).

Larutan uji yang telah dibuat untuk konsentrasi 1000 ppm, 100 ppm dan 10 ppm masing-masing dibuat 3 vial dan 1 vial untuk kontrol dengan perlakuan yang sama tetapi tanpa menggunakan ekstrak. Ke dalam setiap vial ditambahkan dimetilsulfoksida sebanyak 50 µl dan ditambahkan air laut sebanyak 2 ml. Sebanyak 10 ekor larva udang dimasukkan ke dalam masing-masing vial dan ditambahkan air laut hingga volume total 5 ml. Kematian larva udang diamati setelah 24 jam. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program finney hingga diperoleh niali LC50 (Meyer et al 1982 dalam Dey & Harborne 1991).

Uji Fitokimia Herba Meniran

Uji fitokimia herba meniran adalah uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa kimia yang terkandung didalamnya. Senyawa kimia yang diuji antara lain: alkaloid, glikosida, steroida dan triterpen bentuk bebas, saponin, cyanogenik glikosida, antrakinon glikosida, tanin, dan flavonoida. Prosedur kerja uji fitokimia dapat dilakukan dengan cara:

Alkaloid.Satu g ekstrak metanol herba meniran ditambahkan ke dalam 10

ml 0,2 N HCl, kemudian dipanaskan selama 10 menit pada suhu 100º C, selanjutnya didinginkan dan disaring. Lalu ditambahkan 2 tetes larutan iodium ke dalam 0,5 ml filtrat, jika terdapat kekeruhan maka mengandung alkaloid (Depkes RI 1995).

Glikosida. Membuat larutan percobaan: Satu g ekstrak metanol herba

meniran dicampurkan dengan 10 ml campuran etanol 95% dengan air (7:3) dalam alat pendingin alir balik, kemudian direfluks selama 10 menit, lalu larutan tersebut didinginkan dan disaring. Kemudian 25 ml air dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M ditambahkan ke dalam 20 ml filtrat, kemudian dikocok dan didiamkan selama 5 menit, lalu disaring. Filtrat diekstrak sebanyak 3 kali dengan menambahkan 20 ml campuran kloroform-isopropanol (3:2). Kemudian ditambahkan Na2SO4 anhidrat ke

!"&*)"!"

dalamnya, lalu disaring dan diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50º C. Selanjutnya sisa filtrat dilarutkan dengan 2 ml metanol.

Cara percobaan: 0,1 ml larutan di atas diuapkan dengan penangas air. Kemudian sisanya dilarutkan dalam 5 ml asam asetat anhidrat, ditambahkan pula 10 tetes asam sulfat pekat, maka akan terjadi warna biru atau hijau, jika mengandung glikosida (reaksi Libermann-Bouchard) (Depkes RI 1995).

Steroid dan Triterpen Bentuk Bebas. Satu g ekstrak metanol herba

meniran dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, lalu disaring. Kemudian 5 ml filtrat diuapkan di dalam cawan penguap, lalu ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat, maka akan terbentuk warna ungu atau hijau jika mengandung steroid atau triterpen (Farnsworth 1996).

Saponin. Sepuluh ml air panas ditambahkan ke dalam 0,5 g ekstrak

metanol herba meniran, lalu didinginkan dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Apabila terbentuk buih selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm dan jika ditambahkan 1 tetes HCl 2 N, buih tidak hilang maka ekstrak tersebut mengandung saponin (Depkes RI 1995).

Cyanogenik Glikosida. Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer

kemudian dilembabkan dengan air. Kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan natrium pikrat dijepitkan dengan bantuan gabus pada mulut labu. Kemudian sampel tersebut dibiarkan terkena sinar matahari. Apabila timbul warna merah pada kertas saring menunjukkan adanya cyanogenik glikosida (Depkes RI 1995).

Antrakinon Glikosida. Dua ml larutan FeCl3 dan 8 ml air serta 5 ml HCl

pekat ditambahkan ke dalam 200 mg ekstrak metanol herba meniran, lalu dididihkan, kemudian didinginkan. Selanjutnya 5 ml benzen ditambahkan ke dalamnya, kemudian dikocok dan dibiarkan sampai lapisan benzen memisah, lalu dicuci 2 kali dengan 2 ml air, sampai lapisan benzen bewarna kuning. Kemudian 2 ml NaOH 2 N ditambahkan dan dikocok. Jika lapisan benzen tidak berwarna dan lapisan air berwarna merah, maka menunjukkan adanya antrakinon (Depkes RI 1995).

Tanin. Sepuluh ml air ditambahkan ke dalam 1 g ekstrak metanol herba

meniran, kemudian disaring dan diencerkan sampai hampir tidak berwarna. Kemudian 1-2 tetes larutan FeCl3 10% ditambahkan ke dalam

!"&**"!"

2 ml larutan sampel, jika muncul warna biru atau hijau menunjukkan adanya tanin (Farnsworth 1996).

Flavonoid. Sepuluh ml metanol ditambahkan ke dalam 0,5 g ekstrak

metanol herba meniran, kemudian direfluks dengan menggunakan alat pendingin balik selama 10 menit, lalu disaring dengan kertas saring kecil berlipat, filtrat diencerkan dengan 10 ml air. Setelah dingin ditambahkan 5 ml eter minyak tanah, dan dikocok dengan hati-hati, lalu didiamkan. Kemudian diuapkan pada suhu 40º C untuk membuang lapisan metanol. Filtrat dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, lalu disaring. Selanjutnya 1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml sampai 2 ml etanol 95%, ditambahkan 0,5 serbuk Zn dan 2 ml HCl 2 N, lalu didiamkan selama 1 menit. Kemudian ditambahkan 10 ml HCl pekat, jika dalam waktu 2-5 menit terjadi warna merah intensif, menunjukkan adanya flavonoid (glikosida-3-flavonol) (Depkes RI 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Meniran

Hasil pengujian 3 ekstrak herba meniran menunjukkan hasil yang bervariasi. Secara umum ekstrak metanol memberikan penghambatan

terbesar terhadap mikroba uji. Mekanisme penghambatan

mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat dibagi menjadi empat cara : 1) penghambatan sintesis dinding sel, 2) penghambatan fungsi selaput sel 3) penghambatan sintesis protein (yaitu hambatan translasi dan transkripsi bahan genetik) 4) penghambatan sintesis asam nukleat (Jawetz

et al 1996).

Pengujian aktivitas ekstrak n-heksana menunjukkan bahwa hambatan pertumbuhan terbesar terdapat pada khamir C. albicans yaitu 10,32 mm, kemudian diikuti oleh bakteri E. coli sebesar 9,65 mm pada konsentrasi 10% sedangkan pada bakteri S. aureus, ekstrak n-heksana memperlihatkan aktivitas hambat yang lebih kecil yaitu 7,34 (Tabel 1.).

Kemampuan ekstrak n-heksana herba meniran dalam

menghambat pertumbuhan mikroba mungkin disebabkan oleh senyawa aktif yang terkandung pada ekstrak tersebut. Berdasarkan hasil pengujian fitokimia ekstrak n-heksana herba meniran diketahui ekstrak tersebut mengandung senyawa steroida dan triterpen bentuk bebas (Tabel 2.). Zat aktif tersebut diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan khamir patogen. Didukung oleh penelitian Gunawan et al (2008) senyawa terpenoid merupakan senyawa antibakteri aktif terhadap bakteri E. coli

!"&*+"!"

Tabel 1:

Hasil Uji Ekstrak n-heksana Herba Meniran terhadap Mikroba Uji

Konsentrasi Hasil uji penghambatan pertumbuhan (mm)

S. aureus E. coli C. albicans

1% 6,97 6,33 7,33

5% 7,33 7,01 8,33

10% 7,34 9,65 10,32

Tabel 2:

Hasil Uji Fitokimia Masing-Masing Ekstrak

Golongan senyawa Ekstrak metanol Ekstrak etil- asetat Ekstrak n-heksana Alkaloida + - - Glikosida + + -

Steroida dan triterpen bentuk bebas + - + Saponin + + - Sianogenik glikosida - - - Antrakinon glikosida - - - Tanin + + - Flavonoida + + -

Hasil pengujian aktivitas ekstrak etil-asetat herba meniran menunjukkan bahwa hambatan pertumbuhan terbesar terdapat pada bakteri E. coli yaitu 12,00 mm dan diikuti oleh bakteri S. aureus 10,62 mm, serta khamir C. albicans 10,60 mm yang masing-masing terdapat pada konsentrasi 10%. (Tabel 3). Kemampuan ekstrak etil-asetat dalam menghambat pertumbuhan mikroba mungkin disebabkan oleh senyawa- senyawa aktif yang terkandung pada ekstrak tersebut, yaitu senyawa glikosida, saponin, tanin dan flavonoida. Sejalan dengan penelitian Ajizah et al 2007 senyawa flavonoida yang terkandung dalam ekstrak kayu ulin (Eusideroxylon zwageri T et B) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Selain itu Zuhud et al 2001 melaporkan bahwa senyawa saponin dan tanin yang dikandung oleh ekstrak kedaung (Parkia roxburghii G. Don) memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri S. aureus dan E. coli.

Tabel 3:

Hasil Uji Ekstrak Etil-Asetat Herba Meniran terhadap Mikroba Uji

Konsentrasi Hasil uji penghambatan pertumbuhan (mm)

S. aureus E. coli C. albicans

1% 8,58 9,33 8,31

5% 9,60 10,34 9,01

!"&*,"!"

Hasil pengujian aktivitas ekstrak metanol herba meniran menunjukkan bahwa hambatan pertumbuhan terbesar terdapat pada bakteri S. aureus 21,29 mm, diikuti oleh C. albicans 17,63 mm dan E. coli 16,33 mm yang masing-masing terdapat pada konsentrasi 10% (Tabel 4.). Hasil pengujian fitokimia menunjukkan bahwa dalam ekstrak metanol herba meniran terkandung senyawa alkaloida, glikosida, steroida dan triterpen bentuk bebas, saponin, tanin, dan flavonoida. Senyawa flavonoida memiliki aktivitas yang beragam diantaranya mempunyai efek sebagai anti virus (Cody 1985 dalam Adfa 2005). Selain itu menurut Osbourne 2003 dalam Sugiyarto 2006 saponin memiliki aktivitas antifungal.

Tabel 4. Hasil uji ekstrak metanol herba meniran terhadap mikroba uji

Konsentrasi Hasil uji penghambatan pertumbuhan (mm)

S. aureus E. coli C. albicans

1 % 15,30 13.01 11,31

5% 17,32 14,63 12,63

10% 21,29 16,33 17,63

Dari ketiga jenis ekstrak diketahui aktivitas optimum penghambat pertumbuhan bakteri dan khamir patogen dimiliki oleh ekstrak meniran yang dilarutkan dengan Metanol. Konsentrasi optimum yang dapat menghambat perumbuhan ketiga jenis mikroba uji terdapat pada konsentrasi 10% atau dengan kata lain, semakin tinggi konsentrasi ekstrak semakin besar pula aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri dan khamir uji tersebut.

Uji Sitotoksik Ekstrak Herba Meniran dengan Metode Brine Shrimp Metode brine shrimp sering digunakan untuk pra-skrining terhadap senyawa aktif yang terkandung di dalam ekstrak tanaman karena murah, cepat, mudah (tidak perlu kondisi aseptis) dan dapat dipercaya (Sundari 2007 dalam Cahyadi 2009). Selain itu uji ini juga digunakan untuk pra-skrining terhadap senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat anti tumor. Ekstrak dikatakan aktif atau memiliki aktivitas sitotoksik yang tinggi jika memiliki nilai LC50 < 1000 µg/ml (Juniarti, 2009).

Hasiluji sitotoksik ekstrak herba meniran dengan metode Brime

Shrimp memperlihatkan aktivitas sitotoksik tertinggi dimiliki oleh ekstrak

metanol dengan nilai LC50 sebesar 59,97 ppm, kemudian disusul oleh

ekstrak etil-asetat dengan nilai LC50 sebesar 675,45 ppm, sedangkan

ekstrak n-heksana memperlihatkan aktivitas sitotoksik yang sangat kecil (Tabel 2.). Aktivitas sitotoksik yang dimiliki herba meniran disebabkan oleh senyawa bioaktif yang terkandung dalam tanaman tersebut.

!"&*-"!"

Tabel 2:

Jumlah Kematian Larva A. salina yang Dipapar Ekstrak Meniran

Ekstrak n-heksana Ekstrak etil-asetat Ekstrak methanol

Ulangan 1000 µ g /m l 100 µ g/ m l 10 µ g/ m l K ont rol 1000 µ g /m l 100 µ g/ m l 10 µ g/ m l K ont rol 1000 µ g /m l 100 µ g/ m l 10 µ g/ m l K ont rol 1. 1 0 0 0 5 3 2 0 10 6 3 0 2. 1 1 0 0 6 5 1 0 10 4 1 0 3. 3 1 0 0 4 3 1 0 9 6 2 0 Rata-rata 1,7 0,7 0 0 5 3,7 1,3 0 9,7 5,3 2 0 DAFTAR PUSTAKA

Adfa M. 2005. Survey Etnobotani, Studi Senyawa Flavonoid dan Uji Brine Shrimp Beberapa Tumbuhan Obat Trasdisional Suku Serawai di Propinsi Bengkulu. Jurnal Gradien 1(1) : 43-50. Ajizah A, Thihana, Mirhanuddin. 2007. Potensi Ekstrak Kayu Ulin

(Eusideroxylon zwageri T et B) dalam Menghambat

Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara invitro.

Jurnal Bioscientiae 4(1) : 37-42.

Cahyadi R. 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare

(Momordica charantia L.) terhadap Larva Artemia salina Leach

dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro : Semarang.

Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Depkes RI: Jakarta.

Dey PM, Harborne JB. 1991. MethodsIn Plant Biochemistry Assay For

Bioactivity. Academic Press Inc.: San Diego.

Dorly. 2005. Potensi Tumbuhan Obat Indonesia dalam Pengembangan Industri Agromedisin. Makalah. Sekolah Pascasarjana S3 IPB. Bogor.

Farnsworth NR. 1996. Biologycal and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Science 55 (3) : 257-263. Gunawan IWG, Bawa IGAG, Sutrisnayanti NL. 2008. Isolasi dan

Identifikasi Senyawa Terpenoid yang Aktif Antibakteri pada Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn). Jurnal Kimia 2(1) : 31- 39.

!"&*."!"

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia . Jilid I-III. Yayasan Sarana Wana Jaya: Jakarta.

Jawetz, E., Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A. 1996. Mikrobiologi

Kedokteran. Edisi 20. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Juniarti., Osmeli D, Yuhernita. 2009. Kandungan Senyawa Kimia, Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) dan antioksidan (1,1-

diphenyl-2-pikrilhydrazyl) dari Ekstrak Daun Saga (Abrus

precatorius L.). Makara Sains 13( 1): 50-54

Praseno, Nuryastuti T, Mustafa M. 2001. Perbandingan Efikasi Infusa Meniran (Phyllanthus niruri L.) dan Kotrimoksazol pada Pengobatan Infeksi Kulit oleh Staphylococcus aureus. Jurnal

Berkala Ilmu Kedokteran 33 (2) : 89-93.

Pudjarwoto T, Simanjuntak CH, Indah NP. 1992. Daya Anti Mikroba Obat Tradisional Diare terhadap Beberapa Jenis Bakteri Enteropatogen. Cermin Kedokteran 76 (1) : 45-47.

Soemiati A, Elya B, Utami DA. 2009. Isolasi dan Identifikasi Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.). Di dalam : Prosiding

Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXXVII.

Departemen Farmasi FMIPA-UI.

Sugiyarto, Setyawan AD, Pitoyo A. 2006. Estimasi Kelimpahan dan Distribusi Plantago major L. Di Gunung Lawu. Jurnal

Biodiversitas 7(2) : 143-146.

Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat

Indonesia. Jilid I. Departemen kesehatan R.I. Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan: Jakarta.

Yuharmen YH, Eryanti Y, Nurbalatif. 2002. Uji Aktivitas Antimikrba Minyak Atsiri dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galanga).

Jurnal Natur 4 (2):1-7.

Zuhud EAM, Rahayu WP, Wijaya CH, Sari PP. 2001. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Kedawung (Parkia roxburghii G. Don) terhadap Bakteri Patogen. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan

!"&+/"!"

5*'%$X5*'%$)F;'(%)&,').,DE*"%)V,'()

.*",$#$%,$%)!,&,)!"#$*$)&*D#+!#$%$%)

$*",$,L)&,;'))78;6BB8:/D:58B:)YFN7=GZ)]8<7I)

$*E*-,L),!-%D,$%)F;'(%)))>E65?8<<=>)=^[3)

%=57=<<:58:)=^[3)*6B8;8<<8=D)=^[)

!,&,).*.*",!,)E%'(D,E)$,-%'%E,$)&%)&*$,)

$%S,','().*-,W,'_)

Dwi Suryanto, Afrida Yanti, Ika Wahyuni, dan Yunasfi

Dalam dokumen Beberapa Metode Uji Biologis Untuk Menil (Halaman 168-178)