• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dr Khairil, M.Si dan Elviant

Dalam dokumen Beberapa Metode Uji Biologis Untuk Menil (Halaman 80-87)

Staf Pengajar Prodi Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh

Emai: khairilcut@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung di Kilometer Nol Pulau Weh Provinsi Aceh. Pengumpulan data dilakukan dengan metode IPA (Index Point Abundace) dan data dianalisis dengan rumus indeks keanekaragaman Sannon. Hasil penelitian menunjukkan di kilometer nol Iboih Pulau Weh terdapat 32 jenis burung yang tergolong kedalam 17 famili, dengan Indeks keanekaragaman burung tergolong tinggi yaitu H= 3,0619. Berdasarkan skala tingkat pertemuan burung di Kilometer Nol Iboih Pulau Weh jenis burung yang paling melimpah ditemui adalah burung Terucuk (Pycnonotus goiavier) dan jenis burung yang tidak umum di temui adalah Elang bondol (Heliastur indus), Raja udang (Alcedo coerutescens) dan Punai bakau (Treron fulvicollia). Kawasan wisata Kilometer Nol yang terdiri dari hutan hujan tropis merupakan salah satu habitat yang disukai oleh burung. Melihat keanekargaman jenis burung yang terdapat di Kilometer Nol Pulau Weh Provinsi Aceh tergolong tinggi, maka penulis menyarankan dalam mempertahankan keanekaragaman burung di Kilometer Nol Iboih Pulau Weh, perlu dibuat peraturan daerah yang melarang perburuan burung khususnya dan fauna umumnya. Sebagai daerah tujuan wisata keanekaragaman burung dapat dijadikan salah satu objek yang ditawarkan kepada wisatawan dengan pengelolaan yang lebih profesional tanpa merusak habitat aslinya.

Kata kunci: Keanekaragaman burung, Kilometer Nol, Pulau Weh.

PENDAHULUAN

Kilometer Nol merupakan suatu tempat yang berada di Pulau Weh Provinsi Aceh, merupakan suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW), karena memiliki keindahan alam dan keragaman hayati dan hewani yang dapat dinikmati langsung atau tidak langsung di lokasi tersebut. Sebagai daerah kepulauan, Pulau Weh banyak dijumpai hutan-hutan lindung yang dapat dijadikan sebagai habitat berbagai jenis burung. Selain di daerah

!"+("!"

perkebunan dan hutan lindung, ada beberapa wilayah yang juga di senangi dan menjadi habitat bagi burung.

Dalam rangka menciptakan kesan bagi kunjungan wisatawan ke Tugu Kilometer Nol, di lokasi ini dibangun sebuah penginapan yang dikelola secara profesional oleh sebuah perusahaan. Keberadaan rumah penginapan dan tempat penjualan berbagai barang souvenir akan menimbulkan dampak langsung dan tidak langsung terhadap keberadaan berbagai jenis burung. Dampak langsung yang dapat di lihat yaitu, dapat memperkecil habitat asli hewan-hewan khususnya burung yang hidup di daerah Kilometer Nol. Sedangkan dampak tidak langsung yaitu, dapat memberikan fasilitas bagi pemburu burung untuk lebih leluasa menangkap burung yang ada di daerah Kilometer Nol.

Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk memperoleh informasi mengenai keanekaragaman jenis burung di Kilometer Nol Pulau Weh Provinsi Aceh

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan pada zona perumahan penduduk, hutan lindung, dan perkebunan pada 10 titik pengamatan..

Pengumpulan data dilakukan dengan metode IPA (Index Point Abundace), metode ini dilakukan dengan cara :

1. Menentukan titik pengamatan atau titik hitung sebanyak 10 titik pengamatan yang dilakukan secara acak.

2. Tempat yang dipilih secara acak merupakan nomor IPA yang menjadi titik pengamatan.

3. Melakukan pengamatan dan pencatatan jenis-jenis burung yang berada di titik pengamatan, kemudian bergerak melakukan pencatatan pada titik pengamatan berikutnya.

4. Pengamatan di lakukan pada pagi hari jam 6.30 – 10.00 dan pada sore hari 15.30–18.30.

5. Dilakukan determinasi berdasarkan buku panduan tentang burung (Mackinon : 1999).

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan rumus indeks keanekaragaman Sannon-Weaver:

H = -

6

pi ln pi (Odum, 1996:179)

Dengan ketentuan:

H > 3 indeks keanekaragaman tinggi. H 2-3 indeks keanekaragaman sedang

!"+)"!"

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Jenis Burung di Kilometer Nol Pulau Weh.

Hasil pengamatan di Kilometer Nol Pulau Weh, jenis burung yang dijumpai berjumlah 32 jenis dari 17 familia. Jenis burung yang paling banyak dijumpai adalah burung terucuk (Pycnonotus goiavier), burung madu sriganti (Nectarinia jugularis), burung srigunting bukit (Dicrurus remifer), burung punai kecil (Treron olax), burung pergam hijau (Ducula aenea), burung serindit melayu (Loriculus galgulus), burung bondol maluku (Lonchura molucca), burung tiung emas (Gracula religiosa), burung kucica (Copcychus saularis), burung walet sarang putih (Collocalia fuchipaga), dan burung elang perut putih (Haliaetus leucogaster).

Jenis burung yang jarang dijumpai adalah burung punai bakau (Treron fulvicollia), burung raja udang (Alcedo coerutescens), burung tekukur biasa (Streptopilia chinensis), burung madu sepah raja (Aethopyga siparaja), burung madu kelapa (Antreptes malacensis), dan burung kepodang (Oriolus chinensis).

Grafik jenis burung yang dijumpai di Kilometer Nol Pulau Weh dapat dilihat pada gambar 1

Gambar 1. Grafik Jenis Burung di Kilometer Nol Pulau Weh

1. Heliastur indus 17. Dicrurus paradiseus 2. Haliaeetus leucogaster 18. Dicrurus macrocercus 3. Ictinaetus malayensis 19. Hirundo tahitica 4. Alcedo coerutescens 20. Aethopyga siparaja 5. Halcyon chloris 21. Nectarinia jugularis 6. Collacalia fuchipaga 22. Antreptes malacensis 7. Aegithima tiphia 23. Oriolus chinensis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 2627 28 29 30 3132 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 1 Jenis Burung Ju m la h P o p u la si

!"+*"!" 8. Columba vitensis 24. Lonchura molucca

9. Ducula aenea 25. Loriculus galgulus 10. Streptopilia chinensis 26. Pycnonotus goiavier 11. Treron olax 27. Orthotomus sutorius 12. Treron capellei 28. Aplonis minor

13. Treron fulvicollia 29. Acridotheres javanicus 14. Centropus bengalensis 30. Gracula religiosa 15. Dicaeum tricholeum 31. Copcychus saularis 16. Dicrurus remifer 32. Copsychus malabarychus

Pada tititk pengamatan 1 pada lokasi perumahan penduduk, jenis burung punai kecil (Treron olax) adalah jenis paling dominan ditemui. Banyaknya jumlah burung punai kecil yang ditemukan pada lokasi ini disebabkan rona lingkungan yang berupa pekarangan dan taman.

Pada titik pengamatan 2 pada lokasi hutan lindung, jenis burung bondol tarub (Lonchura molluca) adalah jenis yang paling dominan ditemui. Banyaknya jumlah burung bondol tarub yang ditemukan pada lokasi ini disebabkan rona lingkungan yang berupa hutan yang terbuka, dimana burung bondol tarub mempunyai kebiasaan memilih habitat daerah hutan terbuka, padang rumput dan persawahan.

Pada titik pengamatan 3, 4 dan 5 pada lokasi perkebunan, ladang penduduk, hutan terbuka, jenis burung yang paling banyak ditemukan adalah burung terucuk (Picnonotus goiavier). Banyaknya jumlah burung terucuk yang ditemukan pada lokasi ini di sebabkan rona lingkungan yang sebagian besar berupa daerah pedesaan, kebun, daerah terbuka dan hutan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mackinnon (1990:270) “Terucuk umumnya memilih habitat yang terbuka”.

Pada titik pengamatan 6 pada lokasi hutan hujan tropis jenis burung yang paling banyak ditemukan adalah burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) dan burung serindit melayu (Loriculus galgulus) dengan rata-rata (5 individu per hari pengamatan). Banyaknya jumlah kedua burung ini di sebabkan karena rona lingkungan yang sebagian besar merupakan daerah terbuka.

Pada titik pengamatan 7, 8, dan 9 di lokasi hutan lindung, jenis burung geri kecil (Aplonis minor), burung terucuk (Picnonotus goiavier) dan serindit melayu (Loriculus galgulus) adalah jenis burung yang banyak ditemukan pada lokasi ini. Banyaknya jumlah burung yang ditemukan pada lokasi ini disebabkan rona lingkungan yang sebagian besar berupa hutan.

Pada titik pengamatan 10 di lokasi Kilometer Nol, jenis burung walet sarang putih (Collacalia fuchipaga) adalah jenis yang paling banyak ditemukan pada lokasi ini. Banyaknya jumlah walet yang ditemukan pada

!"++"!"

lokasi ini disebabkan rona lingkungan yang sebagian besar berupa hutan yang berada di Kilometer Nol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mackinnon (1990:211) “Walet pada umumnya memilih daerah perbukitan dan hutan-hutan pegunungan”.

2. Indeks Keanekaragaman Jenis Burung di Kilometer Nol Pulau Weh Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui indeks keanekaragaman jenis burung di Kilometer Nol Pulau Weh tergolong tinggi dengan H = 3,0619. Indeks keanekaragaman jenis burung pada setiap titik pengamatan di Kilometer Nol Pulau Weh adalah: titik pengamatan 1 H = 2,52, titik pengamatan 2 H = 2,36, titik pengamatan 3 H = 2,60, titik pengamatan 4 H = 2,49, titik pengamatan 5 H = 2,31, titik pengamatan 6 H = 2,22, titik pengamatan 7 H = 2,03, titik pengamatan 8 H = 2,06, titik pengamatan 9 H = 2,05, dan titik pengamatan 10 H = 2,01.

Indeks keanekaragaman jenis burung tertinggi di Kilometer Nol Pulau Weh terdapat pada titik pengamatan 3, sedangkan indeks keanekaragaman jenis burung terendah di Kilometer Nol Iboih Pulau Weh terdapat pada titik pengamatan 10.

Titik pengamatan 3 mempunyai indeks keanekaragaman tertinggi

H= 2,60, hal ini disebabkan oleh rona lingkungan wilayah tersebut

sangat bervariasi yang terdiri dari perumahan penduduk, perkebunan dan hutan sekunder. Sedangkan pada titik pengamatan 10 merupakan lokasi yang mempunyai indeks keanekaragaman terendah H= 2,01, hal ini disebabkan wilayah tersebut hanya terdiri dari hutan dan rumah penginapan, sehingga jenis burung di lokasi tersebut kurang bervariasi. 3. Komposisi Familia dari Jenis Burung yang Terdapat pada Lokasi

Penelitian

Jenis burung yang sering ditemui berarti jumlah populasinya cukup tinggi hal ini berkaitan dengan kemampuan burung berinteraksi terhadap vegetasi dan makanan yang ada di Kilometer Nol Pulau Weh.

Familia Columbidae merupakan suku yang besar yang tersebar luas diseluruh dunia, terutama memakan buah-buahan dan biji. Mempunyai tubuh yang agak gemuk, padat, dahinya tinggi, paruh pendek dan kokoh yang khas. Bunyinya mengalun berderuk berulang-ulang. Sedangkan familia Turdidae merupakan burung yang beranggota sangat banyak, tersebar luas di dunia. Burung ini sangat beragam dalam polawarna tetapi umumnya berukuran sedang, kepala bulat, kaki agak panjang, paruh runcing, dan ramping, serta sayapnya lebar. Burung ini

!"+,"!"

memakan serangga, invertebrata dan buah buni hutan. Banyak anggota jenis bernyanyi merdu (Mackinon, 1990:163).

4. Habitat Burung di Lokasi Penelitian

Proses adaptasi merupakan hal yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan suatu individu dalam suatu lingkungan tertentu. Demikian pula halnya dengan burung, keberadaan tempat tinggal dengan ketersediaan pakan yang cukup akan mempertahankan suatu jenis burung untuk mendiami suatu lokasi dalam jangka waktu yang lama. Keberhasilan suatu janis burung mempertahankan dirinya sangat dipengaruhi oleh keberhasilannya dalam memilih habitat yang cocok dan khusus bagi dirinya. Dalam proses memperoleh habitat yang cocok sangat tergantung dari kemampuan interaksi jenis burung tersebut dengan habitat dan vegetasi yang mendiami wilayah tersebut.

Kawasan wisata Kilometer Nol yang sebagian besar terdiri dari hutan hujan tropis dan pemukiman penduduk serta perkebunan penduduk sangat memungkinkan untuk dijadikan habitat yang sesuai untuk berbagai jenis burung. Seperti yang telah dinyatakan di atas, bahwa vegetasi juga merupakan hal yang mempengaruhi keberadaan jenis burung pada suatu kawasan. Keberadaan vegetasi yang demikian beragam sangat mendukung bagi kehidupan burung, baik untuk mendapatkan pakan, istirahat dan berkembang biak sehingga burung-burung tersebut tidak bermigrasi lagi untuk mencari habitat yang baru.

KESIMPULAN

Berdasarkan skala tingkat pertemuan burung di Kilometer Nol Pulau Weh jenis burung yang paling melimpah ditemui adalah burung Terucuk (Pycnonotus goiavier) dan jenis burung yang tidak umum di temui adalah Elang bondol (Heliastur indus), Raja udang (Alcedo coerutescens) dan Punai bakau (Treron fulvicollia). Kawasan wisata Kilometer Nol yang terdiri dari hutan hujan tropis merupakan salah satu habitat yang disukai oleh burung.

Melihat keanekargaman jenis burung yang terdapat di Kilometer Nol Pulau Weh Provinsi Aceh tergolong tinggi, maka penulis menyarankan dalam mempertahankan keanekaragaman burung di Kilometer Nol Iboih Pulau Weh, perlu dibuat peraturan daerah yang melarang perburuan burung khususnya dan fauna umumnya. Sebagai daerah tujuan wisata keanekaragaman burung dapat dijadikan salah satu objek yang ditawarkan kepada wisatawan dengan pengelolaan yang lebih profesional tanpa merusak habitat aslinya.

!"+-"!"

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2004). Kilometer Nol Repoblik Indonesia. Banda Aceh: Bali Scan

Iskandar, J. (1989). Jenis Burung yang Umum di Indonesia. Jakarta: Jambatan.

Kreb, C. J. (1985). Ecology The Experimental Analysis Of Distribution and

Odum, E. P. (1996). Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mackinon, J. (1988). Field Guide to the Birds Java and Bali. Jakarta: Gadjah Mada University Press.

!"+."!"

.%#&%U*"$%E,$)S*'&,W,')+,D"#$D#!%D)&%)

E,+,')W%$,E,),-,+)$%.#-,'(%E)&,')$%S%D*LX

S%D*L3)$;+,E*",);E,",'

Dalam dokumen Beberapa Metode Uji Biologis Untuk Menil (Halaman 80-87)