• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI TEORETIS Motivasi Berprestasi

Motivasi merupakan faktor penting di dalam memahami perilaku manusia dalam hubungannya dengan manusia lain, seperti dalam kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi. Motivasi adalah fa ktor pemicu timbulnya perilaku manusia, dimana manusia memiliki kebutuhan -kebutuhan dan secara sadar ataupun tidak berusaha memenuhinya. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku untuk memenuhi keinginan atau kebutuhannya itu. Jadi perilaku manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan, yaitu dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu.(Hersey dan Blanchard, 1988:18)

Di dalam organisasi, pemahaman tentang motivasi adalah masalah yang tidak sederhana karena kebutuhan dan k einginan individu sebagai anggota organisasi tidak homogeny, tetapi sebagai acuan dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan sesuatu di dalam diri manusia yang memberi energi, aktivasi dan gerakan yang mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan (Koontz, dkk, 1982: 632) Dengan memahami pengertian motivasi serta mengetahui motivasi manusia lain maka kita dapat mengambil sikap yang sesuai. Motivasi bagi seorang anggota organisasi dapat dikatakan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke a rah tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu memenuhi sesuatu kebutuhan individual (Robbins, 1995: 212)

Motivasi yang ada di dalam diri manusia dapat diuraikan berdasarkan tiga pendekatan yaitu pendekatan perilaku, pendekatan

kognitif dan pendekatan humanis. Mereka yang menganut paham pendekatan perilaku mengatakan bahwa motivasi berawal dari situasi, kondisi dan objek yang menyenangkan, jika hal ini memberi kepuasan yang berkelanjutan maka akan menimbulkan tingkah laku yang siap untuk melakukan sesuatu. Kelompok yang menganut faham kongnitif mempercayai bahwa yang mempengaruhi perilaku individu adalah proses pemikiran, karena itu penganut paham kongnitif memfokuskan pada bagaimana individu memproses informasi dan memberikan penaf siran untuk situasi khusus. Sedangkan kelompok humanis mengatakan bahwa manusia bertindak pada suatu lingkungan dan membuat pilihan mengenai apa yang dikerjakannya (Robbins, 1995: 360)

Sebagai suatu konstruk yang memberi andil di dalam pembentukan perilaku manusia, motivasi dapat diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal dari dalam diri manusia, yang akan mempengaruhi cara bertindak seseorang, untuk memenuhi keinginannya atau mencapai tujuan tertentu. Pengertian serupa tentang motivasi, ialah kerelaan untuk berusaha secara sungguh-sungguh dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang disertai dengan kemampuan berusaha guna mencapai keinginan dan kepuasan beberapa individu dalam organisasi tersebut (Robbins, 1997: 38)

Di samping itu di dalam pembahasan lebih luas faktor motivasi anggota organisasi dikaitkan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan organisasi dengan penekanan pada intensitas usaha dan pencapaian terhadap tujuan organisasi serta kepentingan individu dalam organisasi. Motivasi merupakan doro ngan di dalam diri manusia yang mengaktifkan, menggerakkan serta mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan, sebagai suatu konsep yang dimanfaatkan untuk menguraikan kekuatan -kekuatan yang bekerja terhadap atau di dalam diri individu untuk memulai dan mengarahkan perilaku, dimana unsure utama untuk mengerti motivasi

adalah dengan memmahami hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan yang ada di alam diri manusia.(Luthans dalam Gunada, 2000: 23)

Dari gambar proses motivasi seperti di atas, dapat dilihat bahwa kebutuhan dan keinginan akan menyebabkan timbulnya ketegangan -ketegangan di dalam diri manusia. Pada tahap selanjutnya dari keteganagn yang timbul akan merangsang timbulnya dorongan -dorongan di dalam diri, dimana doronga tersebut akan berperan dalam pembentukan perilaku manusia untuk menemukan formula mencapai tujuan, yang berarti terpenuhinya kebutuhan dan keinginan. Perilaku pencarian yang memungkinkan tujuan tercapai akan menyebabkan pengurangan ketegangan-ketegangan di dalam d iri, dan kalau tujuan tercapai berarti kebutuhan terpuaskan (Robbins, 1995: 213)

Unit dasar dari perilaku manusia adalah aktivitas atau kegiatan, karena pada dasarnya perilaku manusia merupakan kumpulan dari kegiatan -kegiatan yang berlangsung secara berkes inambungan. Pada waktu yang sama, bisa saja manusia melakukan lebih dari satu kegiatan, akan tetapi jika hal itu tidak dapat dikerjakan secara bersama -sama maka manusia harus memilih kegiatan mana yang akan dilakukannya terlebih dahulu. Di dalam proses pemilihan kegiatan ini pertimbangan manusia di dasarkan oleh motivasinya, karena itu motivasi dapat dikatakan sebagai sekumpulan faktor yang mendorong, menopang dan mengarahkan perilaku menuju

Ketegangan Dorongan Perilaku Pencarian Ketegangan Berkurang Kebutuhan dipuaskan Kebutuhan Tak Terpuaskan

pencapaian tujuan. Jika melihat proses ini maka motivasi dapat pul a dikatakan sebagai suatu dorongan di dalam diri individu yang menggerakkan individu untuk melakukan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu (Terry dan Franklin, 1985: 298)

Motivasi dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal, tergantung dari mana suatu kegiatan dimulai. Motivasi internal adalah dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri manusia. Walaupun sebetulnya motivasi dibangun di atas motivasi internal(Hadiprojo, dan Handoko, 1986: 257). Kebutuhan dan keinginan yang ada di di dalam diri akan menimbulkan motivasi internal, menjadi sesuatu kekuatan yang mengarah perilaku, tetapi dalam kenyataan tidak semua motivasi internal menjadi suatu kekuatan yang dapat memuaskan kebutuhan, terkadang jika tujuan tidak tercapai maka terjadi mekanisme pertahanan diri pada manusia, misalnya ia melakukan rasionalisasi, berkompromi, mengundurkan diri, tetapi dapat pula menjadi regresi atau agresif.

Teori Kebutuhan Manusia yang iperkena lkan oleh Maslow, mengatakan bahwa ada lima tingkatan kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosialisasi, kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri (Maslow, 1970:35) Pertama adalah kebutuhan fisik (psysiological needs), yang merupakan kebutuhan manusia tingkat pertama yang paling bawah. Termasuk di dalam kebutuhan fisik ini adalah sandang, pangan, papan dan seks. Ke dua adalah kebutuhan akan rasa aman (safety and security needs), dimana yang termasuk di dalam kebutuhan ini adalah rasa aman di dalam diri, keselamatan diri, bebas dari ketakutan, bebas dari ancaman dan yang lainnya. Ketiga adalah kebutuhan akan sosialisasi yaitu kebutuhan untuk dicintai, dikasihi, diterima oleh teman dan lingkungan sosial.

Kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman bersama -sama dengan kebutuhan sosialisasi dogolongkan sebagai kebutuhan tingkat rendah. Sedangkan dua tingkatan selanjutnya digolongkan sebagai kebutuhan tingkat tinggi. Keempat adalah kebutuhan untuk dihargai ( esteem needs), dimana di dalam kebutuhan ini antara lain : kebutuhan untuk mendapat penghargaan, dihargai hasil kerjanya, rasa percaya diri. Kelima adalah kebutuhan mengaktualisasikan diri ( self actualization needs), merupakan kebutuhan tingkat tertinggi dimana termasuk dia ntaranya adalah kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan diri, mewujudkan eksistensi, ekspresi kreatif dan lain-lain (Maslow, 1970: 35-46)

Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow harus dipenuhi secara berurutan, mulai dari kebutuhan paling rendah yaitu kebut uhan tingkat pertama. Manusia memerlukan kebutuhan yang lebih rendah untuk dapat dipuaskan pertama-tama sebelum menginjak pada upaya pemenuhan kebutuhan selanjutnya. Pada kondisi dimana kebutuhan lebih rendah belum terpuaskan maka kebutuhan dengan tingkat lebih tinggi akan terdesak ke belakang, demikian pula sebaliknya.

McClelland yang dikutip oleh Harold Koontz dkk, menyebutkan di dalam teorinya bahwa kebutuhan manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu kebutuhan untuk berkuasa ( need for power), kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation) dan kebutuhan untuk berprestasi ( need for

achievement). (1) Manusia yang mempunyai keinginan berkuasa tinggi

mempunyai keinginan berkuasa tinggi mempunyai keinginan yang besar untuk menanamkan pengaruhnya dan me ngendalikan orang lain, dimana selalu mencari posisi untuk memimpin, penuh daya, pintar bicara, keras kepala, suka memerintah serta gembira jika berbicara di depan umum. Motivasi untuk berkuasa merupakan dorongan untuk mempengaruhi orang lain, untuk mengubah situasi, yang akan menimbulkan dampak pada organisasi. (2) Manusia yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi

umumnya senang sosialisasi, senang dicintai dan tidak menyukai kesendirian, diasingkan oleh lingkungan sosial dan sebagainya. Manusia jenis ini menikmati rasa keakraban dan saling pengertian, slalu siap menghibur dan menolong orang yang kesulitan serta menyenangi persahabatan. Motivasi untuk berafiliasi merupakan dorongan untuk berhubungan dengan orang atas dasar sosial. (3) Manusia yang mempu nya i kebutuhan berprestasi tinggi mempunyai keinginan tinggi untuk sukses, dimana keinginan untuk sukses ini sama besar dengan ketakutannya untuk gagal. Manusia jenis ini menyukai tantangan, berani mengambil resiko, berani menghadapi kesulitan, sanggup mengambil alih tanggung jawab dalam tugas, tangkas, senang bekerja keras, serta cenderung menonjolkan diri (Koontz dkk dalam Gunada, 2000:28)

Teori mengenai kebutuhan hidup manusia menurut Teori ERG dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu eksistensi ( existence), keterhubungan (relatedness) dan pertumbuhan (growth). Maksud dari teori dari ketiga pengelompokan itu adalah : (1) Eksistensi adalah kebutuhan eksistensi untuk bertahan hidup merupakan kebutuhan fisik, misalnya makan, minum, sex dan kebutuhan fisik lainnya. (2) keterhubungan adalah kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lain, sosialisasi, saling membutuhkan seperti dengan keluarga, sahabat, atasan, keanggotaan di dalam masyarakat. (3) Pertumbuhan adalah kebutuhan manusia untuk menjadi produktif dan kreatif misalnya diberdayakan di dalam potensi tertentu dan berkembang secara terus menerus.

Teori dua faktor yang diperkenalkan oleh Herzberg membagi motivasi manusia menjadi dua kumpulan yaitu faktor perawatan (maintenance factor) dan faktor (motivational faktor). (1) Faktor perawatan yang bersifat ekstrinsik, dimana faktor -faktor perawatan ini jika tidak ada akan lebih menyebabkan ketidakpuasan dibandingkan menyebabkan

perawatan adalah kebijakan dan adsministrasi perusahaan, supervise, hubungan dengan supervisor, hubungan dengan rekan sekerja, hubungan dengan bawahan, gaji, keamanan kerja, kehidupan pribadi, kondisi kerja dan status. (2) Faktor motivasional yang bersifat intrinsik, merupakan faktor-faktor yang kehadirannya akan menyebabkan kepuasan kerja sekaligus memberikan motivasi jika ada. Termasuk di dalam faktor -faktor motivasional adalah pencapaian prestasi, penghargaan, kemajuan, pekerjaan sendiri, kemungkinan untuk maju dan t anggung jawab.

Dari uraian teori mengenai motivasi di atas, maka yang dimaksud dengan motivasi berprestasi adalah suatu dorongan, upaya dan keinginan individu yang mengarahkan perilakunya untuk berprestasi dengan baik di dalam bekerja, yang mencakup aspek : bekerja dengan baik, memanfaatkan umpan balik, berusaha untuk mencapai tujuan, bekerja dengan tanggung jawab, berani bersaing, menikmati kesuksesan, kesediaaan menerima tugas serta takut akan kegagalan.

Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses mendorong dan membantu orang lain untuk bekerja secara antusias ke arah tujuan (Davis dan Newsterm, 1985: 158) Kepemimpinan adalah sebuah bagian yang penting dari manajemen tetapi bukan merupakan keseluruhan dari manajemen itu sendiri. Pemimpin antara lain diwajibkan untuk merencanakan dan mengorganisasikan, tetapi peran utama pemimpin adalah mempengaruhi orang lain orang lain untuk berusaha mencapai tujuan dengan antusias. Hal ini berarti bahwa jika perencanaan mereka jelek, sehingga menyebabkan kelompoknya menuju pada arah yang salah. Gagasan mereka dapat menerima kelompoknya bergerak, mereka hanya tidak dapat bergerak menuju kearah yang dapat melayani tujuan organisasi (Davis dan Newsterm, 1985: 158)

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan apa yang anda inginkan untuk dikerjakan oleh mereka. Konsep demikian kelihatannya cukup sederhana pada permukaannya, tetapi pada kenyataannya seringkali kompleks. Dimana di dalam kepemimpinan hadir suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi tugas -tugas yang berhubungan dengan kegiatan anggota kelompok. Dari pengertian tersebut maka dapat diuraikan empat implikasi penting, yaitu (1) kepemimpinan melibatkan orang lain sebagai berikut, misalnya karyawan. Dengan keinginan mereka untuk menerima pengarahan da ri pimpinan, anggota kelompok membantu mendefinisikan status pimpinan dan membuat proses kepemimpinan memungkinkan; tnpa orang mengarahkan, semua kualitas kepemimpinan dari seorang manajer akan anyang tidak seimbang antara pemimpin dan anggota kelompok. Anggota kelompok bukan tanpa kekuatan; mereka dapat dan membentuk kegiatan dalam sejumlah cara. Selain itu pemimpin biasanya mempunyai kekuatan lebih. (3) kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan bentuk -bentuk kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perila ku-perilaku pengikut dalam sejumlah cara. Tentu saja, pemimpin telah mempengaruhi karyawan untuk membuat pengorbanan pribadi untuk kebaikan perusahaan. Kekuatan membawa pengaruh kita pada aspek keempat kepemimpinan. (4) aspek gabungan dari ketiganya dan me ngakui bahwa kepemimpinan adalah tentang nilai-nilai (values). Ini adalah sebuah catatan berharga bahwa meskipun kepemimpinan adalah dihubungkan secara tinggi dan penting bagi manajemen, kepemimpinan dan manajemen bukanlah konsep yang sama (Freeman, dan Gilbert, 1995: 470)

Kepemimpinan adalah proses seorang individu untuk memengaruhi anggota kelompok lain kea rah pencapaian tentang definisi tujuan kelompok atau organisasi. Catatan menurut definisi ini, kepemimpinan

pemimpin mengubah kegiatan-kegiatan atau sikap-sikap dari beberapa anggota kelompok atau bawahan. Kepemimpinan atau memimpin ( leading) adalah mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan apa yang pimpinan inginkan mereka kerjakan (Mondy, dan Premeux, 1993: 332)

Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Proses kepemimpinan melibatkan penggunaan kekuasaan untuk menentukan tujuan-tujuan kelompok atau organisasi, memotivasi anggota organisasi untuk bekerja kearah pencapaian tujuan tersebut, dan mempengaruhi dinamika kelompok dan budaya organisasi. Seorang pemimpin adalah seorang yang memajukan tujuan organisasi dengan mempengaruhi sikap dan kegiatan-kegiatan orang lain. Kepemimpinan dan motivasi bekerja bahu-membahu seperti karyawan menarik inspirasi dari pimpinan, pemimpin tidak dipertimbangkan sebagai pemimpin apabila mereka tidak mampu memotivasi orang lain. Secara umum, kepemimpinan organisasi adalah sebuah proses terus menerus bukan sebuah peristiwa sekali, mempersiapkan tujuan akhir untuk kerja ( performance).(L. Bovee, dkk, 1993:468)

Telah diuraikan diatas bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dalam keadaan tertentu. Disamping itu pengertian kepemimpinan yang dipesentasikan dalam buku ini juga menyatakan secara tidak langsung bahwa : (1) pimpinan mempunyai sebuah pengertian tentang arah ( a sense of

direction), dan (2) keefektifan seseorang mencoba untuk mempe ngaruhi

tergantung pada faktor-faktor situasi unik.

Kepemimpinan secara sederhana adalah sebuah tipe tentang pengaruh, pengaruh seorang individu mendesak melalui sebuah kelompok. Kepemimpinan adalah perilaku seorang manajer menggunakan pengaruh sebuah kelo mpok. Dimana di dalam proses tersebut kepemimpinan

berusaha mempengaruhi kegiatan para pengikut melalui proses komunikasi dan kearah pencapaian beberapa tujuan. Pengertian ini secara tidak langsung menyatakan bahwa kepemimpinan melibatkan penggunaan pegaruh dan bahwa semua hubungan dapat melibatkan kepemimpinan. Di samping itu di dalam definisi ini juga dinyatakan pentingnya proses komunikasi. Kejelasan dan ketetapan komunikasi mempengaruhi perilaku dan unjuk kerja pengikut. Elemen lainnya dari definisi mem fokuskan pada penyelesaian tujuan. Pemimpin yang efektif harus dapat bertransaksi dengan individu, kelompok, dan tujuan-tujuan organisasi. Keefektifan pemimpin secara khas dipertimbangkan dalam arti tingkat penyelesaian satu atau kombinasi dari tujuan-tujuan tersebut.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sebuah kelompok kea rah pencapaian tujuan. Sumber dari pengaruh dapat berasal dari formal, seperti kepemilikan dari tingkat manajerial dalam suatu organisasi (Robbins, 1996: 413)

Kepemimpinan adalah sebuah proses mendorong, mengembangkan, dan bekerja dengan orang dalam suatu organisasi. Hal ini sebuah proses yang berorientasi pada manusia dan memfokuskan pada motivasi personal, hubungan manusia atau interaksi sosial, komunikasi antar personal, suasana organisasi, konflik antar personal, pertumbuhan dan pengembangan personal, dan meningkatkan produktivitas faktor -faktor manusia secara umum. Kepemimpinan mengambil tempat dalam konteks sebuah organisasi dan oleh karena itu, harus diperhatikan dengan realisasi tujuan, menetapkan arah baru, penyerahan pelayanan kualitas pendidikan, implementasi perubahan esensial dan seterusnya, maupun kepuasan dan ketidakpuasan aktivitas personal dan hubungan manusia. Kesimpulan yang dibuat bahwa kepemimpinan adalah kompleks dan multi dimensi.

kompetensi yang diminta. Kepemimpinan adalah sebuah proses yang memfokuskan pada orang dan dapat diukur dengan dampaknya pada prilaku organisasi. Termasuk membantu orang dalam sebuah organisasi memperoleh sebuah pengertian baru tentang arah dimana ada kekurangan atau tidak realistik, menciptakan jenis -jenis pola struktural yang akan meningkatkan produktivitas personal, memotivasi orang ke tingkat unjuk kerja lebih tinggi, dan seterusnya.

Kepemmpinan adalah kompleks dan multi dimensi dalam karakter dan tak seorangpun dapat menghasilkan resep lompatan secara premature dan menggeneralisasi dari riset kep emimpinan. Kepemimpinan adalah ramuan yang kritis dalam keefektivan organisasi. Hal ini adalah sebuah proses antar personal yang kompleks untuk mempengaruhi perilaku (Rao, dan Surya P. Rao dalam Gunada, 2000: 60)

Ada tiga teori kepemimpinan – teori ciri-ciri (trait theory), teori perilaku (behavioral theory), dan teori situasional ( situasional theory), (Rao, dan Surya P Rao dalam Gunada, 2000: 60) Pendekatan pertama, memandang kepemimpinan sebagai sebuah konglemerasi dari sebuah susunan ciri-ciri kepribadian. Tradisi tertua dalam studi-studi kepemimpinan telah dicari untuk dikelompokkan ke dalam ciri -ciri, atribut atau perbedaan tipe individu lainnya, yang menyusun pemimpin terpisah dari pengikutnya atau yang membedakan pemimpin yang efektif dari pemimpin yang tidak efektif. Teori ciri-ciri mencoba menggali sebuah prototype yang murni tentang kepribadian kepemimpinan. Pendekatan kedua, mempelajari kepemimpinan mencoba mengidentifikasi perilaku individu pemimpin yang berhubungan dengan kepemimpinan yang efekt if. Tentu saja, satu asumsi fundamental diletakkan pada teori ciri -ciri dan perilaku bahwa seorang individu yang memiliki ciri-ciri pantas atau mempertonton perilaku yang pantas akan muncul sebagai pemimpin dala m kelompok apapun ia berada. Berpikir dan ris et yang terbaru menyandarkan

pendekatan ketiga terhadap sebuah perspektif situasional. Disini periset mengubah perhatiannya untuk mengidentifikasikan faktor -faktor situasional tertentu yang menentukan bagaimana sebuah gaya kepemimpinan khusus akan menjadi efektif.

Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang untuk tercapainya tujuan tertentu. Dari pengertian kepemimpinan sebagai suatu proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tert entu maka dapat diketahui bahwa kepemimpinan adalah fungsi dari pemimpin, pengikut dan variabel situasional lainnya. Sumber dari pengaruh di dalam kepemimpinan bisa formal, misalnya yang disediakan oleh pemilikan tingkat manajerial dalam suatu organisasi, seseorang menjadi pemimpin karena kedudukannya yang formal. Sumber kepemimpinan dapat pula berasal dari luar struktur formal, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi walaupun tidak berada dari struktur formal organisasi.

Keberhasilan pemimpin tergantung pada perilaku, tindakan yang tepat dan keterampilan. Ada dua katagori utama perilaku kepemimpinan yaitu struktur inisiasi ( iniating structure) dan konsiderasi (consideration). Struktur inisiasi mengacu pada perilaku pemimpin dalam menggambarkan hubungan antara diri pemimpin sendiri dengan anggota kelompok kerja dan dalam upaya membentuk pola organisasi, saluran komunikasi dan metode atau prosedur yang ditetapkan dengan baik. Sebaliknya konsiderasi mengacu pada perilaku yang menunjukkan persahabatan, kepercayaan timbal balik, rasa hormat dan kehangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan anggota stafnya. (Agus Darma, 1996: 153)

Ditinjau dari keterampilan pemimpin, maka ada tiga jenis keterampilan yang berbeda yaitu keterampilan teknis, keterampilan manusiawi dan keterampilan konseptual. (1) Keterampilan teknis ( technical

satu jenis proses atau teknik. Antara lain keterampilan yang dimilik i seorang juru ketik, insinyur, akuntan, dan tukang. Keter ampilan jenis ini merupakan ciri yang menonjol dari prestasi kerja pada tingkat operasional, semakin tinggi jabatan dan tanggung jawab maka keterampilan teknis menjadi semakin berkurang. (2) Keterampilan manusiawi ( human skill) yaitu kemampuan kerja secara efektif dengan rekan kerja di dalam satu tim. (3) Keterampilan konseptual ( conceptual skill) merupakan kemampuan untuk berfikir secara konsep berkaitan dengan model, kerangka dan hubungan yang luas, seperti rencana jangka panjang. Semakin tinggi jabatan maka keterampilan konseptual semakin dibutuhkan.

Dari uraian di atas, maka yang dimaksudkan dengan kepemimpinan adalah suatu cara pandang individu terhadap pimpinan, gaya kepemimpinan dan motivasi kerjanya, dimana tercakup di dalamnya adalah pola hubungan, kesempatan berinteraksi, masa kerja, lingkungan kerja, mampu membaca situasi, kesediaan menerima tugas serta tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian, maka dapat diduga terdapat pengaruh positif antara kepemimpinan rektor terhadap profesi dengan motiva si dosen untuk berprestasi.