• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA By

C. Pengujian Ekstrak Daun Terap terhadap Hama Rayap

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum tentang Tanaman Cabai (Capsicum anuum)

Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu. Biasanya batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan. Untuk jenis cabai besar, panjang batang dapat mencapai 2 meter bahkan lebih. Batang tanaman cabai berwarna hijau tua, atau hijau muda. Pada batang-batang yang telah tua, akan muncul warna cokelat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim.

Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang lanset. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah, umumnya berwarna hijau muda atau hijau pucat. Permukaan daun cabai ada yang halus dan adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3-11 cm, dengan lebar antara 1-5 cm.

Tanaman cabai berakar serabut dan biasanya terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme. Meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang semu.

Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama yaitu berbentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas

Asteridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun dalam

keadaan tunggal atau bergerombol di dalam tandan.

Buah cabai merupakan bagian tanaman yang tidak dapat dipisahkankan dari kebutuhan manusia sehari-hari, terutama sebagai bumbu karena buah cabai dapat memberikan organoleptik yang dapat menentukan rasa dalam masakan. Dalam buah cabai terkandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin C, vitamin E, vitamin K, fitosterol, betakaroten, betacryptoxanthin, mineral, dan minyak atsiri yang memberikankan rasa pedas.

2.2 Tinjauan tentang Tanaman Gambir (Uncaria gambir)

Gambir termasuk tumbuhan perdu setengah merambat dengan percabangan memanjang. Ciri-ciri dari tanaman ini adalah daunnya berbentuk oval, memanjang, ujung meruncing, permukaan tidak berbulu (licin), dengan tangkai daun pendek. Bunganya tersusun majemuk dengan mahkota berwarna merah muda atau hijau, buah berupa kapsula dengan dua ruang.

Kandungan yang utama adalah flavonoid (terutama gambiriin), katekin (sampai 51%), zat penyamak (22-50%), serta sejumlah alkaloid, seperti

gambirtannin. Selain itu gambir dijadikan obat-obatan modern, sebagai pewarna cat,

pewarna pakaian, dan sebagai komponen menyirih. Fungsinya yang tengah dikembangkan saat ini adalah sebagai perekat kayu lapis atau papan partikel. Di samping itu secara alami para produsen makanan menggunakan tanaman ini sebagai pengawet makanan, karena dalam daunnya terdapat kandungan katekin yang dapat mengawetkan bahan makanan atau makanan dari kerusakan akibat mikroorganisme dan degradasi reaksi oksidasi (penyebab basi).

2.3 Tinjauan tentang Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera)

Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman yang bersifat sukulen, akar serabut, batang pendek, daun berbentuk tombak, tidak bertulang daun, berdaging tebal, mempunyai lapisan lilin, bermelingkar (roset), serta

bunga berbentuk lonceng. Tanaman ini di Indonesia terkenal sebagai bahan baku kosmetik, terutama sebagai penyubur rambut.

Berdasarkan hasil penelitian tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu, Lidah Buaya berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri, dan membantu proses regenerasi sel (Wahyono dan Kusnandar, 2002).

Salah satu zat yang terkandung dalam lidah buaya adalah aloe emoidin sebuah senyawa organik dari golongan antrokuinon yang mengaktivasi jenjang sinyal insulin seperti pennyerap insulin-beta dan -substrat1, fosfatidil insitol-3 kinase dan meningkatkan laju sintetis glikogen dengan menghambat glikogen sintase kinase3beta¹ sehingga sangat berguna untuk mengurangi rasio gula darah. Khasiat lainnya adalah sebagai antibakteri (Staphylococcus aureus, Streptococcus

pyogens), sebagai antiinflamasi, dan antiviral HIV).

Potensi lidah buaya sangat baik untuk terus dikembangkan, salah satunya adalah sebagai bahan pengawet alami. Kandungan enzim oksidase yang ada didalamnya dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan dalam peningkatan daya simpan bahan pangan, sehingga bahan pangan menjadi lebih awet atau tahan lama. Pengawetan sendiri bertujuan untuk menghambat terjadinya pembusukan bahan pangan dan menjamin kualitas bahan pangan agar tetap terjaga selama mungkin. Lidah buaya sebagai antioksidan yang mengandung beragam antibiotik dan zat-zat pengawet akan menekan reaksi yang terjadi pada saat pangan berkontak dengan oksigen, sinar panas dan beberapa logam sehingga dapat mencegah terjadinya kebusukan dan munculnya noda-noda hitam pada produk pangan. Di samping itu gel lidah buaya yang mengandung lapisan lilin mampu menjaga kualitas pangan dengan baik (Wahyono dan Kusnandar, 2002).

2.4 Kerusakan Bahan Pangan

perubahan-kerusakan fisik, kimia, enzimatis. Namun secara umum, perubahan-kerusakan pangan disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tumbuhnya bakteri, kamir atau kapang pada pangan yang dapat merusak protein sehingga, mengakibatkan bau busuk, dan juga dapat membentuk lendir, gas, busa, asam ataupun racun (Anonim, 2006).

Suatu bahan pangan dinyatakan rusak jika terjadi penyimpangan yang melewati batas dapat diterima secara normal oleh panca indra atau parameter lain yang biasa dilewatkan. Beberapa bahan dianggap rusak bila menunjukan penyimpangan organoleptip serta tekstur dari keadaan normal. Misalnya suatu bahan pangan dalam keadaan normal kental tetapi bila berubah menjadi encer maka dikatakan mengalami kerusakan.

Penyebab utama kerusakan bahan pangan meliputi pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, terutama bakteri, kapang dan kamir. Faktor-faktor ini sangat sulit diisolasi di alam misalnya bakteri, insekta, sinar, dapat secara kontinu menimbulkan kerusakan baik selama di lapangan maupun di gudang. Faktor panas, kadar air, dan udara salin dapat menyebabkan kerusakan dan dapat juga menunjang aktivitas mikroba.

Selama proses pemanenan, penyinaran dan pengangkutan ke pasar, buah dan sayuran berpeluang terkontaminasi bahan kimia pertanian seperti residu pestisida, antibiotik pertanian, pupuk dan bahan perangsang tumbuh. Karena itu sebelum diolah dan dikonsumsi, buah dan sayuran harus dicuci terlebih dahulu dengan air bersih. Kerusakanjuda sering terjadi karena benturan fisik, serangan serangga dan serangan mikroorganisme. Buah dan sayuran yang rusak terlihat busuk, berubah warna dan rasa, serta berlendir (Dwiari, 2008).

III. METODE PENELITIAN