• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data tentang Pengklasifikasian Tanaman Kelapa Ditinjau dari Segi Etnobotani oleh Masyarakat Marga Dajan puri Tabanan

DI DESA MARGA DAJAN PURI TABANAN Oleh

II. Hasil Penelitian dan Pembahasan

2.1 Hasil Penelitian

2.1.3 Data tentang Pengklasifikasian Tanaman Kelapa Ditinjau dari Segi Etnobotani oleh Masyarakat Marga Dajan puri Tabanan

Pengklasifikasian tanaman kelapa secara etnobotani oleh masyarakat Marga Dajan Puri Tabanan, dilakukan berdasarkan atas manfaat atau fungsinya yaitu :

a. Berdasarkan kepentingan konsumsi/ekonomi.

Umumnya buah kelapa yang digunakan untuk keperluan konsumsi atau ekonomi dicari buah kelapa yang ukurannya relatif besar, tebal, kadar minyak tinggi, dan rasa daging kelapa muda manis.

b. Berdasarkan kepentingan upakara/upacara

Umumnya buah kelapa yang digunakan adalah kelapa yang mempunyai ciri khas yang spesifik (khusus) seperti warna buah (warna eksokarp dan warna mesokarp), struktur atau bentuk anak daun, morfologi kelopak bunga, dan morfologi seludang buah Pada jenis-jenis upakara tertentu ada yang menggunakan kelapa yang sudah tua (nyuh) dan ada pula yang menggunakan kelapa yang masih muda (kelungah). Misalnya, pada upakara pengresikan

upakara/banten pejati, daksina, dan banten suci mempergunakan buah kelapa yang sudah tua (nyuh). Hal itu disesuaikan dengan fungsi dan makna buah kelapa pada upakara yadnya.

2.2 Pembahasan

Bagi umat Hindu jenis dan varietas buah kelapa dalam kaitannya dengan pelaksanaan upakara yadnya memiliki makna filosofi dan penggunaannya berdasarkan bentuk atau aspek morfologi dan nama banten/upakara.

a. Nyuh Gading

Nyuh gading merupakan sebutan lokal dari jenis kelapa genjah (dwarf

variety) dengan nama Indonesia kelapa raja (C. nucivera var. regia). Kelapa jenis ini

digunakan dalam Upacara Dewa yadnya, yang terdiri dari upakara/banten sesayut prayascita luwih, prayascita sakti, prayascita biasa, dan pedudusan agung (pedarinan, pengenteg, penyegjeg). Pada upacara Manusa Yadnya kelapa raja atau nyuh gading digunakan dalam upakara/banten pewintenan, peras potong gigi, eteh-eteh pengelukatan, eteh-eteh-eteh-eteh pedudusan alit, dan sebagai tempat pembuangan pedanggal.

Pada upacara Pitra Yadnya nyuh gading dipergunakan sebagai tempat abu puspa sarira dan caru panca sato dalam upacara Bhuta Yadnya. Bagian yang digunakan dalam upakara adalah kelungah (kelapa yang masih muda), nyuh (kelapa tua), dan janur nyuh gading. Keterkaitan antara aspek morfologi buah dalam upakara yadnya, yaitu kandungan air dan warna buah nyuh gading bermakna sebagai lambang kesucian, pebersihan, serta sebagai simbul perwujudan manifestasi Ida Sang Hyang Widi Wasa sebagai Dewa Mahadewa dalam kontek Dewata Nawa Sanga (Dewa penguasa 9 penjuru arah mata angin).

b. Nyuh Bulan

Nyuh bulan merupakan sebutan lokal dari kelapa gading (Cocos nucivera var.

ebunea) termasuk ke dalam jenis kelapa genjah (dwarf varied). Kelapa gading atau

pedudusan agung (pedarman, penyegjeg, pengenteg). Pada upacara Manusa Yadnya nyuh hulas digunakan sebagai upakara eteh-eteh pedudusan alit, banten pewintenan, dan banten pangulapan. Digunakan pula pada caru panca sato dalam upacara Bhuta Yadnya, bagian yang digunakan adalah kelungah dan nyuh. Keterkaitan aspek morfologi buah dalam upakara yadnya adalah kandungan air dan warna buah yang dimiliki. Buah berwarna kuning gading/kuning keputihan bermakna sebagai lambang kesucian dan pebersihan serta sebagai simbol perwujudan Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Iswara (arah timur).

c. Nyuh Gadang

Nyuh gadang merupakan sebutan lokal dari jenis kelapa genjah (dwarf

variety) dengan nama Indonesia kelapa puyuh/kelapa bagi. Nyuh gadang digunakan

dalam upacara Dewa Yadnya digunakan sebagai sarana upakara pedudusan agung (pedarman, penyegjeg, pengenteg). Kemudian pada upacara Manusa Yadnya digunakan dalam etch-eteh pedudusan alit. Pada upacara Bhuta Yadnya digunakan dalam upakara tebasan durmengala dan upakara caru panca sato. Bagian yang digunakan kelungah dan nyuh. Keterkaitan aspek morfologi buah dalam upakara yadnya adalah kandungan air dan warna buah yang dimiliki. Maknanya sebagai lambang kesucian dan pebersihan.

d. Nyuh Mulung

Nyuh mulung merupakan sebutan lokal dari jenis kelapa dalam (tall variety) dengan nama indonesia kelapa hijau (Cocos veridis). Nyuh mulung digunakan dalam upacara Manusa Yadnya sebagai sarana upakara banten mewinten, dan eteh-eteh pedudusan alit. Untuk upakara tebasan durmengala dan caru panca sato digunakan dalam upacara Bhuta yadnya.Bagian yang digunakan ialah kelungah nyuh mulung. Keterkaitan aspek morfologi buah dalam upakara yadnya ialah kandungan airnya, bermakna sebagai lambang kesucian dan pebersihan serta sebagai simbul perwujudan Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Wisnu (arah utara).

e. Nyuh Bojog

Nyuh bojog merupakan sebutan lokal dari jenis kelapa dalam (tall variety) dengan nama Indonesia kelapa hijau (Cocos veridis). Dalam upacara Dewa Yadnya nyuh bojog digunakan sebagai sarana upakara pedudusan agung (pedarman, penyegjeg, pengenteg). Bagian yang digunakan untuk upakara adalah kelungah nyuh bojog. Keterkaitan antara aspek morfologi buah dalam upakara yadnya adalah kadungan air dan warna buah yang dimiliki, bermakna sebagai lambang kesucian dan pebersihan serta sebagai simbol perwujudan Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Sangkara (arah barat laut).

f. Nyuh Rangda/Nyuh Bingin

Nyuh rangda atau nyuh bingin merupakan sebutan lokal dari jenis kelapa dalam (tall variety) dengan nama Indonesia kelapa merah (Cocos rubescen). Nyuh rangda/Nyuh bingin digunakan pada upacara Dewa Yadnya sebagai sarana upakara pedudusan agung (pedarman, pengenteg penyegjeg). Bagian yang digunakan dalam upakara yadnya ialah nyuh (kelapa tua). Keterkaitan aspek morfologi buah dalam upakara yadnya adalah kandungan air dan warna buah yang dimiliki bermakna sebagai lambang kesucian dan pebersihan serta sebagai simbol perwujudan Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Rudra (barat daya).

g. Nyuh Macan

Nyuh macan merupakan sebutan lokal dari jenis kelapa dalam (tall variety) dengan nama Indonesia kelapa merah (Cocos rubescen). Nyuh macan digunakan pada upacara Dewa Yadnya sebagai sarana upakara/banten catur (upacara nganteg linggih), pedudusan agung (pedarman, pengenteg, penyegjeg). Bagian yang digunakan dalam upakara yadnya adalah nyuh (kelapa tua). Keterkaitan antara aspek morfologi buah dalam upakara yadnya ialah kandungan air, warna buah, sebagai lambang kesucian dan pebersihan serta karakter dari sifat macan yang bermakna sebagai lambang kekuatan yang kokoh sebagai simbol/nyasa agar ajeg dan tegteg.

h. Nyuh Bejulit

Nyuh bejulit merupakan sebutan lokal dari jenis kelapa dalam (tall variety) dengan nama Indonesia kelapa hijau (Cocos veridis). Nyuh bejulit digunakan pada upacara Dewa Yadnya sebagai sarana upakara pedudusan agung (pedarman, pengenteg, penyegjeg). Bagian yang digunakan dalam upakara ialah nyuh (kelapa tua). Keterkaitan antara aspek morfologi buah dalam upakara yadnya ialah kandungan air dan warna buah yang miliki. Maknanya sebagai lambang kesucian dan pebersihan serta sebagai simbol perwujudan Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Sambhu (arah timur laut).

i. Nyuh Surya

Nyuh surya merupakan sebutan lokal dari jenis kelapa dalam (tall variety) dengan nama Indonesia kelapa merah (Cocos rubescen). Nyuh surya digunakan pada upacara Dewa Yadnya sebagai sarana upakara pedudusan agung (pedarman, penyegjeg, pengenteg) serta pada upacara Manusa Yadnya digunakan dalam upakara pewintenan. Bagian yang digunakan dalam upakara yadnya ialah kelungah (kelapa yang masih muda) dan nyuh (kelapa tua). Keterkaitan antara aspek morfologi buah dalam upacara yadnya ialah kandungan air dan warna buah yang dimiliki, bermakna sebagai lambang kesucian dan pebersihan serta sebagai simbul perwujudan Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Maheswara (arah tenggara). j. Nyuh Sudamala

Nyuh sudamala merupakan sebutan lokal dari jenis kelapa dalam (tall

variety) dengan nama Indonesia kelapa hijau (Cocos veridis). Nyuh sudamala

digunakan pada upacara Dewa Yadnya sebagai sarana upakara pedudusan agung (pedurman penyegjeg, pengenteg). Pada upacara Manusa Yadnya digunakan dalam upakara etch-eteh pedudusan alit serta digunakan pada upacara Bhuta Yadnya dalam upakara caru panca sato. Bagian yang digunakan dalam upakara yadnya ialah kelungah dan nyuh. Keterkaitan antara aspek morfologi buah dalam upacara yadnya ialah kandungan air dan warna buah yang dimiliki, bermakna sebagai lambang

Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Ciwa (arah tengah). k. Nyuh udang/Nyuh brahma

Nyuh udang atau Nyuh brahma merupakan sebutan lokal dari jenis kelapa dalam (tall variety) dengan nama Indonesia kelapa merah (Cocos rubescen). Nyuh udang atau Nyuh brahma digunakan pada upacara Dewa Yadnya sebagai sarana upakara pedudusan agung (pedarman, penyegjeg, pengenteg). Pada upacara Manusa Yadnya digunakan dalam upakara eteh-eteh pedudusan alit, dan banten byakala serta digunakan pada upacara Bhuta Yadnya dalam upakara caru panca sato. Bagian yang digunakan dalam upakara yadnya ialah kelungah (kelapa yang masih muda) dan nyuh (kelapa tua). Keterkaitan antara aspek morfologi buah dalam upakara yadnya adalah kandungan air dan warna buah yang dimiliki, bermakna sebagai lambang kesucian dan pebersihan serta sebagai simbul perwujudan Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Brahma (arah selatan).

Deskripsi morfologi buah kelapa yang digunakan untuk upakara yadnya di Desa Marga Dajan Puri Tabanan dapat dilihat berdasarkan atas ciri-ciri morfologi yang ada pada kelapa tersebut. Dimulai dari warna buah, kelapa yang digunakan untuk upakara yadnya memiliki warna kuning emas, merah kecoklatan (warna dadu), kuning gading/kuning keputihan, hijau muda pekat, hijau kebiruan, hijau kekuningan dengan sedikit warna merah pada pangkal buah, jingga (orange), hijau, hijau tua, dan hijau kekuningan.

Dilihat dari struktur anak daun, jenis kelapa untuk upakara yadnya tersebut ada yang mempunyai susunan anak daun pada pelepah saling menempel (nyuh bejulit). Ada pula memiliki susunan anak daun pada ujung pelepahnya menjurai vertikal (nyuh rangda). Pada nyuh sudamala mempunyai struktur seludang buah/ spata (keloping) bertumpuk dua, ada pula yang memiliki sepasang kelopak bunga. Melalui hasil pengamatan struktur anatomi dengan membelah buah kelapa menjadi dua tampak mesokarp (sabut) ada yang berwarna merah (nyuh udang/nyuh brahma) dan abu-abu (nyuh bojog).

fungsi buah kelapa dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Berdasarkan manfaat atau fungsinya dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan yaitu berdasarkan konsumsi/ekonomi, dan berdasarkan kepentingan upakara/upacara.

Semua bagian dari buah kelapa, mulai dari sabut, tempurung, daging buah, dan air dapat dimanfaatkan untuk upakara yadnya. Buah kelapa yang dimanfaatkan dalam upakara yadnya adalah kelungah dan nyuh. Secara umum makna filosofis kelungah adalah sebagai lambang penyucian jasmani dan rohani, sedangkan makna filosofis nyuh adalah sebagai lambang bumi/alam semesta (Bhuwana Agung) dan tubuh manusia (Bhuwana Alit) (Nala, 2004).

Pada upakara yang menggunakan sarana kelungah, menggunakan jenis kelungah dengan warna yang berbeda-beda, makna filosofis dari berbagai jenis kelungah yang digunakan tersebut melambangkan kekuasaan Tuhan (Ida Sang Hyang Widi Wasa) dalam manifestasinya sebagai Dewa-Dewa penguasa seluruh penjuru mata angin (Dewata Nawa Sanga).

Jro Mangku Kahyangan Tiga, seorang pemangku di Desa Marga Dajan Puri, mengatakan bahwa semua kelungah yang dipergunakan dalam upakara di-kasturi terlebih dahulu; yaitu bagian atas (pangkal) buah dilubangi dengan bentuk segitiga, barulah kemudian dipergunakan sesuai dengan tata cara upacara yang dilakukan. "kasturi" yang dilakukan pada kelungah mengandung makna : (l) agar tirta tersebut mendapatkan penganugrahan dari Dewa Tri Murti dan (2) merupakan penyupatan dari Tri Mala," jelas Jro Mangku Jingga, pemangku Pura Desa Marga Dajan Puri. Selanjutnya, (Suwita Utami, dalam Kumpulan Publikasi Tanaman Adat Bali 2004) menyatakan kasturi yang berbentuk segitiga merupakan lambang trinitas:

Utpati (penciptaan), Stithi (pertumbuhan), dan Pralina (peniadaan) kehidupan

manusia.

Secara umum makna filosofis kelungah setiap jenis kelapa sangat penting, karena masing-masing mempunyai makna dalam setiap bagian upakara yadnya seperti; (1) untuk membersihkan atau menyucikan bangunan/pelinggih di Pura-Pura,

bersih dari kotoran secara niskala; (2) untuk menyucikan banten yang dihaturkan; dan (3) untuk menyucikan seseorang yang akan dibuatkan upacara (Ngurah Nala, dalam Prosiding Seminar Tanaman Upacara Adat Bali 2004).

Dari hasil penelitian dan pengamatan antara morfologi dan pemanfaatan buah kelapa dalam upakara yadnya memiliki hubungan erat. Hal ini disebabkan karena pada banten/upakara yang menggunakan sarana kelungah, menggunakan jenis kelungah dengan warna yang berbeda-beda, yang merupakan lambang dari Dewa-Dewa penguasa seluruh penjuru mata angin. Sedangkan penggunaan buah kelapa pada upakara/banten yang menggunakan nyuh, misalnya kelapa tidak membedakan warna buah, boleh menggunakan buah kelapa dari semua jenis warna. Hal ini disebabkan karena makna filosofis nyuh pada upakara tidak berdasarkan warna, tetapi berdasarkan bentuk, yang melambangkan bumi (bulat). Ida Pedanda Istri Putra Tangkeban menyatakan bahwa kelungah pada banten tidak bisa digantikan dengan kuud atau nyuh karena komposisi air kelungah sudah berbeda dengan kuud atau nyuh. Hal ini dapat dilihat dari komposisi air kelungah adalah sebagai berikut, gula : 1,7 %; kandungan mineral tinggi; kandungan protein tinggi; kandungan sitokinin juga tinggi; dan memiliki pH 5,0. sedangkan komposisi air kuud adalah gula 3 %, kandungan protein berkurang, kandungan mineral bertambah, hormon sitokinin berkurang, dan memiliki pH 6,5 dan komposis air nyuh adalah gula 2,5 %, protein 0,55 %, mineral dan pH 5,5 (Warisno, 2003).

Menurut (Suwita Utami, dalam Kumpulan Publikasi Tanaman Upacara Adat Bali 2004) dikatakan jika kelapa dimaknai sebagai Bhuwana Alit (tubuh manusia) buah kelapa tersusun atas tujuh lapisan. Lapisan luar dari kelapa melambangkan kulit luar manusia, lapisan dalam melambangkan kulit dalam manusia. Serabut basah pada buah kelapa melambangkan urat-urat pada tubuh manusia. Batok kelapa sebagai lapisan keras merupakan lambang tulang, isi atau daging kelapa melambangkan daging. Air yang ada di dalamnya melambangkan darah, dan kesucian yang ada dalam air kelapa melambangkan atma yang memberikan manusia hidup.

Selain itu, dalam pustaka rontal "Aji Sangkhya" dalam (Arwati, 2002) alam semesta (Buana Agung) dinyatakan terdiri dari 14 lapisan, terdiri dari 7 (tujuh) lapisan dalam pertiwi, disebut "Sapta Petala, " dan 7 (tujuh) lagi yang termasuk ke dalam angkasa disebut "Sapta Loka”. Adapun lambang "Sapta Loka" pada kelapa adalah 1) Air sebagai lambang mahalala; 2) Isinya yang lembut sebagai lambang tala-tala; 3) Isinya sebagai lambang lala; 4) Lapisan pada isi sebagai simbol antala; 5) Lapisan isinya yang keras sebagai lambang sutala; 6) Lapisan tipis paling dalam sebagai lambang nitala; 7) Batoknya sebagai lambang patala.

Lambang "Sapta Loka" pada kelapa disebutkan sebagai berikut. 1) Bulu batok kelapa sebagai lambang bhur Loka; 2) Serat saluran sebagai lambang bhwah Loka; 3) Serat serabut sebagai lambang swah Loka; 4) Serabut basah sebagai lambang maha Loka; 5) Serabut kering sebagi lambang jnana Loka; 6) Kulit serat kering sebagai lambang tapa Loka; dan 7) Kulit keras kering sebagai lambang setia Loka.

III. PENUTUP 3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

3.1.1 Jenis-jenis kelapa yang digunakan untuk upakara yadnya di Desa Marga Dajan Puri Tabanan ada 2 jenis yaitu; (1) kelapa dari jenis Typika (kelapa dalam); dan (2) kelapa dari jenis Nana (kelapa genjah). Sebutan lokal kelapa tersebut yaitu nyuh mulung, nyuh bojog, nyuh rangda/nyuh bingin, nyuh macan, nyuh bejulit, nyuh surya, nyuh sudamala, nyuh udang, nyuh gading, nyuh bulan, dan nyuh gadang.

3.1.2 Aspek morfologi buah kelapa yang digunakan untuk upakara yadnya adalah warna buah, struktur bentuk anak daun, pelepah daun, bentuk buah, seludang buah/keloping, warna mesokarp/serabut, bentuk dan warna kelopak bunga/ tapuk/nyamuk, dan warna tapis. Makna filosofis buah

3.1.3 Pengklasifikasian etnobotani oleh masyarakat adalah berdasarkan kepentingan konsumsi/ekonomi dan kepentingan upakara/upacara.

3.2 Saran-saran

3.2.1 Kepada Pemerintah Daerah, khususnya Pemerintah Daerah Bali, mengingat banyaknya jenis dan varietas kelapa yang diperlukan untuk kepentinyan Upakara Yadnya, maka diharapkan adanya program pelestarian tanaman kelapa, misalnya dengan penanaman secara mengkhusus pada suatu areal atau tempat, sehingga ke depannya dapat mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi tentang jenis-jenis kelapa yang dapat digunakan untuk kepentingan upakara Yadnya.

3.2.2 Dalam pembelajaran Biologi yang berorientasi pada kearifan lokal, maka bagi guru diharapkan dapat mensinergikan antara pembelajaran di kelas dengan pengetahuan lokal yang ada di masyarakat yang terkait dengan materi pelajaran guna mempermudah serta memperkaya pemahaman dan pengetahuan siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2000. Obyek Peningkatan Sarana dan Prasaruna Kehidupan Beragama

Panca Yadnya (Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya). Denpasar : Pemerintah Provinsi Bali

Mantera. 2004. Tanaman Upacara Adat Bali Sebagai Upaya Mendukung

Pelestarian Tanaman Bali. Baturiti : Kebun Raya Eka Karya

Bali-LIPI.

Nala, Ngurah. 2004. Prosiding Seminar Tanaman Upacara Adat Bali. Bali : UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI

______, 2004. Filosofis Pemanfaatan dan Keanekaragaman Tanaman Upacara

Agama Hindu di Bali. Makalah Seminar Konservasi Tumbuhan

Upacara Agama Hindu : Kebun Raya Ekakarya Bali

Purwanto. 2008. Etnobotani Ilmu Interdisipliner dan Holistik : Labotatorium Etnobotani Bidang Botani Pusat Penelitian Bogor.

Surayin, I.A.P. 2002 Melangkah Kearah Persiapan Upakara-Upacara Yadnya. Surabaya : Paramita Surabaya.

Sudarsaria, I.B.P. 2001. Ajaran Agama Hindhu, Upacara Manusa Yadnya

Magedong-Gedongan. Denpasar : Yayasan Dharma Acarya Mandara

Sastra.

Sudarsana, I. B. P. 2002 . Ajaran Agama Hindu Filsafat Yadnya. Denpasar : Yayasan Dharma Acarya

Suwita Utami. 2004. Kumpulan Publikasi Tanaman Upacara Adat Bali. Baturiti Kebun Raya Eka Karya Bali-LIPI

Tantra, Sri Mpu Nabe Dwi. 1984. Penuntun Upacara Panca Yadnya. Singaraja : Pengurus Pusat Maha Gotra Sanak Sapta Rsi.

Wahyu, Astiti. 2005. Etnobotani Buah Kelapa (Cocos sp) yang digunakan dalam upakara Yadnya. Singaraja : Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas MIPA Skripsi, tidak diterbitkan

Walujo, E. B. 2004. Tumbuhan Upacara Adat Bali dalam Persepektif Penelitian

Etnobotani. Makalah Seminar Konscrvasi Tumbuhan Upacra Agama

AFIKSASI INFLEKSIONAL DALAM