• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan

DAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA By

C. Pengujian Ekstrak Daun Terap terhadap Hama Rayap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan hasil pengamatan terhadap mortalitas Rayap selama 24 jam setelah aplikasi dapat dilihat pada Tabel 1 dan data berat kayu yang dimakan Rayap selam 24 jam setelah aplikasi disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 1

Rata-Rata Mortalitas Rayap 24 Jam Setelah Aplikasi

Perlakuan Ulangan (ekor) I II III Mortalitas Rayap Mortalitas Rayap Mortalitas Rayap Kontrol 0 0 0

Ekstrak Daun Terap 0 0 1

%

100

)

1

( x

Bmk

Bmp

PA 

Tabel 2.

Rata-Rata Berat Kayu yang dimakan Rayap 24 Jam Setelah Aplikasi (mg)

Perlakuan

Ulangan (gram)

I II III

Berat kayu Berat kayu Berat kayu

Kontrol 1,75 1,80 1,65

Ekstrak Daun Terap 0,08 0,10 0,08

B. Pembahasan

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat dijelaskan bahwa pada perlakuan kontrol (P0) jumlah Rayap yang mati tidak ada (0%), sedangkan pada perlakuan ekstrak daun Terap jumlah Rayap yang mati berjumlah 1 ekor atau sebesar 0,33%. Adanya kematian Rayap sebesar 0,33 % belum bisa dikatagorikan senyawa kimia yang terkandung dalam ektrak daun Terap sebagai racun atau pembunuh Rayap. Hal ini sesuai dengan pendapat Prijono dkk. (1998) bahwa mortalitas larva Croccidolomia

binotalis instar III yang mencapai 33,9% sampai dengan 43,9% pada pemberian

ekstrak biji mahoni, belum cukup sebagai pembunuh, tetapi lebih bersifat menghambat pertumbuhan. Lebih lanjut dinyatakan oleh Muron dan Norton (1984)

dalam Laba dan Soekarna (1986), melaporkan bahwa suatu senyawa dikatakan

efektif bila mampu membunuh 80% atau lebih serangga uji.

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dijelaskan pada perlakuan kontrol terjadi berat kayu yang dimakan sebesar rata-rata 1,73 gram selama 24 jam setelah aplikasi, sedangkan pada perlakuan ektrak daun Terap terjadi berat kayu yang dimakan Rayap rata-rata 0,09 gram. Adanya selisih berat kayu yang dimakan Rayap antara perlakuan kontrol (P0) dengan perlakuan ektrak daun Terap (P1) sebesar 1,64 gram sebagai tanda terjadinya penurunan berat kayu yang dimakan oleh Rayap selam 24 jam setelah aplikasi. Penurunan berat kayu yang dimakan Rayap selama 24 jam

setelah aplikasi sebesar 1,64 gram dari berat kayu awal yaitu 2 gram menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (sangat nyata). Penurunan berat kayu yang dimakan oleh Rayap sebesar 1,64 gram terhadap kontrol menunjukkan bahwa pada perlakuan (P1) mengandung senyawa aktif yang bersifat antifidan (penurunan nafsu makan) Rayap pada kayu yang dicelupkan ke dalam ekstrak daun Terap, sehingga ekstrak terap berpotensi dijadikan sebagai bahan tir (cat) kayu.

C. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan tersebut di atas, maka dapat diambil suatu simpulan bahwa

1. Dongeng yang diberikan dalam pembelajaran di sekolah dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan pendidikan karakter serta pelestarian budaya.

2. Ektrak daun Terap (A. elastica) dapat bersifat antifidan dengan menurunkan nafsu makan Rayap, sebesar 1,64 gram.

D. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut di atas dapat disarankan bahwa :

1. Perlu diberikan pelajaran Dongeng di sekolah untuk meningkatkan pelestarian budaya dan pendidikan karakter serta tumbuhnya ide inovatif untuk mengembangkan sikap ilmiah siswa, sehingga siswa kreatif untuk mencoba dan menghasilkan suatu pengetahuan baru berupa teori baru. 2. Ekstrak daun Terap dapat direkomendasikan untuk dijadikan bahan “Teer”

agar serangan Rayap tidak terjadi pada perabotan rumah tangga DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2009. Tanaman Obat Indonesia Available at: http//: www. Iptek.net.id/index.php.id=12.ch=pd Opened: 15-3-2009.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Beruna Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Vol. I –IV

Huton, P. and Reilly. 2001. Biopesticides. United States Enviromental Production Agency. Pp 1-3.

Kardinan, A. 1999. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. Bogor.Penebar Swadaya.

Laba, I W. dan D. Soekarno. 1986. Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera litura) pada Berbagai Instar Perlakuan Insektisida pada Kedelai. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Jakarta.

Nandika, D. Yudi R. dan Farah Diba. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya. Harun JP. Ed Surakarta. Muhamandyah Univ. Press.

Prijono, D. 1998. Insecticidal Activity of Meliaceous seed Extracts Againts

Crocidolomia binotalis Zeller. Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan

Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Vol. 10 No. 1.

Suanda, I Wayan. 2002. Aktivitas Insektisida Ektrak Daun Brotowali (Tinospora

crispa L) terhadap Larva Plutella xylostella L. pada Tanaman Kubis.

Tesis. Program Pascasarjanan. Denpasar. Universitas Udayana. _____,. 2010. Uji Aktivitas Insektisida Ekstrak Daun Terap (Artocarpus elastica)

terhadap Hama Rayap (Macrotermes gilpus (Hagen)) sebagai pemakan Kayu (dalam Majalah Ilmiah Mahawidya Saraswati UNMAS Denpasar No. 71, Januari - Juni 2010).

Suprapta, D.N. 2001. Meninjau Kembali Kebijaksanaan Penggunaan Pestisida pada Lahan Pertanian. Pertanian Masa Depan: Kembali ke Pupuk Nabati. Yayasan Manikaya Kauci.

Taruminangkeng, Rudy C. 1990. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Indonesia. Lap. L.P.H. No. 138. 28p.

PERBEDAAN PENGARUH EKSTRAK GAMBIR (Uncaria gambir) DAN GEL LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP DAYA SIMPAN BUAH

CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum) Oleh

I Gusti Ayu Rai

Dosen FPMIPA IKIP PGRI BALI ABSTRACT

Gambier plant (Uncaria gambier) and aloe vera (Aloe vera) may be used as a natural preservative, especially for the shelf life of fruit. This is possible because the gambier plant contains catechins, flavonoids, tanning substances, a number of alkaloids like gambirtanin allegedly capable of inhibiting the damage caused by microorganisms and oxidation degradation. Similarly, aloe vera and wax coating containing oxidase which acts as an antioxidant that has the potential to slow down and inhibit the growth of microorganisms in food.

The purpose of this study was to determine the effects difference gambier extract, aloe vera gel and mix gambier extract and aloe vera gel to keep the big red chilies. Furthermore this study aims to determine the most optimal effect of the extract on the shelf life of red chilies.

Data collected in this study is a quantitative difference chilies weight (grams) on the first day by day 14, and the qualitative data about the signs of decay in pepper fruit such as texture (wrinkles), blacking, the growth of mold, and discharge. To obtain the data used the method of observation and recording of direct observations. Data on the weight of a large red chilies, analyzed with a statistical hypothesis testing using the One Way ANAVA. Based on the analysis of data was obtained F0 value is 11.40029, where the value is greater than the rejection of the null hypothesis at 5% significance level is 4.49, and at 1% significance level is 5.95. It can therefore be interpreted that there are differences in the influence of gambier extract and aloe vera gel to keep the big red chilies (C. annuum). Among the three natural preservatives, which gives the best effect on the shelf life of red chilies are the aloe vera gel. This can be supported by qualitative data during the observation, that the signs of decay that occurs at least chilies are given treatment with extracts of aloe vera gel (Aloe vera), and the most common on pepper fruit extracts are not given the treatment (control).

Key words : gambier extract, aloe vera gel, the shelf life of red chilies. I. LATAR BELAKANG MASALAH

menangani hasil pertanian tersebut, terutama saat pasca panen. Di samping itu kerusakan juga disebabkan oleh mikroba, baik yang berasal dari tanah, air, udara, serangga maupun hewan. Mikroba dapat tumbuh pada permukaan buah tanaman. Apabila ada kerusakan fisik, maka kerusakan oleh mikroba dapat berkembang dengan cepat. Cara pemanenan yang kurang baik menyebabkan keluarnya cairan buah yang berisi nutrien, sehingga cairan tersebut dapat digunakan oleh mikroba yang menyebabkan mikroba cepat tumbuh dan memudahkan penetrasi ke dalam jaringan tanaman, termasuk pada buah cabai (Dwiari, 2008).

Cabai merupakan salah satu komoditas pangan yang keberadaannya tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Bumbu dapur, industri saos, industri bubuk cabai, industri mie instan, sampai industri farmasi menggunakan cabai sebagai bahan baku utamanya. Kandungan gizi buah cabai sangat tinggi dan baik bagi kesehatan karena mengandung banyak karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Namun karena adanya kandungan minyak

atsiri yang bersifat ”membakar” maka cabai berasa pedas dan dilupakan kandungan

gizinya. Bisa dikatakan bahwa cabai, yang paling pedas sekalipun kandungan gizinya relatif setara dengan sayur dan buah-buahan lain (Warisono, 2010). Dari kandungan gizi dan organoleptik yang terdapat pada cabai, maka kebutuhan akan cabai terus meningkat.

Produksi cabai dapat dipengaruhi oleh iklim seperti iklim hujan yang berkepanjangan, sehingga perlu adanya teknologi pangan sebagai upaya untuk mengawetkannya. Teknologi pangan sangat dibutuhkan untuk mencegah aktivitas mikroorganisme ataupun mencegah proses peluruhan yang terjadi sesuai dengan pertambahan waktu, agar kualitas makanan senantiasa terjaga sesuai dengan harapan konsumen. Walaupun banyak pengawet sintetis yang bisa digunakan namun penggunaannya sering tanpa mengindahkan dampaknya terhadap kesehatan konsumen. Untuk menghindari dampak negatif yang ditimbulkan oleh bahan pengawet sintetis maka perlu adanya alternatif lain yang dapat menggantikan pengawet sintetis, salah satunya adalah ekstrak gambir (Uncaria gambir) dan gel

lidah buaya (Aloe vera). Gambir memiliki kandungan katekin yang dapat mengawetkan bahan pangan dari kerusakan akibat mikroorganisme dan degradasi reaksi oksidasi (Anonim, 2011). Lidah buaya juga memiliki kandungan berupa enzim oksidase yang dapat dimanfaatkan sebagai anti oksidan, yang menekan reaksi yang terjadi pada saat pangan berkontak dengan oksigen, sinar panas, dan beberapa logam sehingga dapat mencegah terjadinya kebusukan (Anonim, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pelapisan antara yang menggunakan ekstrak gambir (Uncaria gambir) dengan yang menggunakan gel lidah buaya (Aloe vera) terhadap daya simpan cabai merah besar (Capsicum anuum).