• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh Heri Wahyudi Sudrajat Wayan Meter UPBJJ-UT Denpasar. Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh Heri Wahyudi Sudrajat Wayan Meter UPBJJ-UT Denpasar. Abstract"

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PRESTASI AKADEMIK RENDAH PADA MAHASISWA PROGRAM

NON-PENDAS DI UPBJJ-UT DENPASAR

Oleh

Heri Wahyudi (heriw@ut.ac.id) Sudrajat

Wayan Meter UPBJJ-UT Denpasar

Abstract

This study aims to analyze the factors that cause low student academic achievement. To achieve these objectives, this study used a survey design to collect data from respondents. Before the first study researchers conducted pre-survey interview technique to several respondents in order to obtain information to formulate a construct that will be analyzed and research instruments.

The context of this study conducted in UPBJJ-UT Denpasar with respondents of Non-Pendas Program student that low academic achievement. Respondents in this study was 71 students with a response rate of 92.5%.

To analyze the factors that lead to low academic achievement and determine the level of influence with confirmatory factor analysis and descriptive statistics using SPSS 16.0 software support for windows.

Key words : Analysis of the factors, low academic achievement

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan inti dan utama. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh perubahan tingkah laku untuk mendapatkan pola respon baru yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungannya. Proses perbuatan belajar menyangkut berbagai aspek diantaranya mengenai latar belakang timbulnya belajar, jenis dan bentuk-bentuk belajar, faktor yang mempengaruhi perbuatan belajar, transfer dalam belajar sehingga sangat menentukan keberhasilan dalam proses perbuatan belajar. Selain itu ada aspek lain yang sangat penting dalam keberhasilan proses perbuatan belajar yaitu, seperti kematangan idividu pembelajar,

(2)

lingkungan keluarga yang mendukung, lingkungan sekolah yang kondusif, lingkungan masyarakat mendukung, metode belajar yang up to date dan tersedianya alat-alat belajar/media belajar dan materi pembelajaran yang mudah dipelajari dan dimengerti.

Dengan demikian pelaksanaan proses perbuatan belajar terdapat beberapa masalah baik bagi mahasiswa seperti dalam pengaturan waktu belajar, memilih metode belajar, pengunaan sumber/buku belajar, cara belajar dengan kelompok, dan persiapan menghadapi ujian. Begitu pula dengan permasalahan bagi tutor/dosen sebagai pelaksana proses pembelajaran harus mempersiapan materi pembelajaran, teknik pembelajaran yang tepat digunakan agar dapat menunjang proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dimana hal ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang pembelajar, tentunya apabila permasalahan telah diantisipasi lebih awal oleh tutor/dosen diharapkan proses pembelajaran akan tercapai secara optimal.

Universitas Terbuka (UT) sebagai lembaga pendidikan tinggi, tentu saja mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu para mahasiswa agar mereka berhasil dalam belajarnya. Untuk itu hendaknya UT memberikan bantuan kepada para mahasiswa dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dari kegiatan belajar. Universitas Terbuka (UT) sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pelayanan dengan Sistem Belajar Jarak Jauh (SBJJ), mempunyai implikasi terhadap penataan proses belajar mengajar yang berbeda dari sistem pengajaran perguruan tinggi “tatap muka” biasa. Proses belajar mengajar jarak jauh yang diterapkan oleh UT, pada dasarnya ditujukan kepada kegiatan mahasiswa untuk belajar mandiri dan belajar berkelompok.

Bahan pelajaran disampaikan melalui paket pelajaran yang disebut modul yang terdiri dari bahan ajar cetak dan non cetak. Bahan ini dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa. Belajar mandiri lebih menuntut ketekunan, disiplin dan kejujuran. Sebab selain belajar, mahasiswa juga diwajibkan melakukan penilaian sendiri

(3)

Untuk membantu para mahasiswa belajar secara mandiri agar dapat mencapai hasil belajar yang optimal diperlukan bimbingan yang terarah. Bimbingan tersebut menjadi tanggung jawab tutor. Proses bimbingan ini disebut dengan tutorial. Dalam setiap kegiatan Orientasi Studi Mahasiswa Baru (OSMB) Mahasiswa Program Non Pendas yang dilakukan setiap semester, mahasiswa dibekali strategi belajar mandiri dan pembentukan kelompok belajar untuk membantu mahasiswa dalam menyelesaikan studinya dengan tepat waktu dan prestasi yang bagus, namun dari pengamatan terhadap nilai indeks prestasi mahasiswa pada setiap semester, masih sangat banyak mahasiswa yang mendapatkan indeks prestasinya di bawah dua koma. Berdasarkan data pada masa registrasi 2009.2 jumlah mahasiswa dengan IP antara 2,00 sampai 4,00 sebanyak 127 mahasiswa dan IP di bawah 2,00 sebanyak 349 mahasiswa. Sedangkan pada masa registrasi 2010.1 jumlah mahasiswa dengan IP antara 2,00 sampai 4,00 sebanyak 86 mahasiswa dan IP di bawah 2,00 sebanyak 341 mahasiswa. Data SRS hasil Ujian Akhir Semester yang diolah UT Pusat.

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1). Faktor-faktor yang menyebabkan prestasi akademik rendah pada mahasiswa program Non-Pendas? (2). Sejauhmana faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap prestasi akademik rendah pada mahasiswa Program Non-Pendas di UPBJJ-UT Denpasar?

II. LANDASAN TEORI

Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Kemampuan orang untuk belajar ialah ciri penting yang membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu memberikan manfaat bagi induvidu dan juga bagi masyarakat. Bagi masyarakat, belajar memainkan peranan penting dalam penerusan kebudayaan berupa kumpulan pengetahuan ke generasi baru. Hal itu memungkinkan temuan-temuan dan penemuan-penemuan baru berdasarkan perkembangan di waktu sebelumnya.

(4)

Orang sebagai induvidu dan masyarakat mempunyai kepentingan agar berhasil dalam mengelola balajar. Orang-orang yang sudah terampil belajar mandiri mampu mengusai berbagai keterampilan untuk mengisi waktu senggang dan melakukan pekerjaan baru. Mereka juga mengembangkan kemampuan berkehidupan yang kreatif sepanjang hayatnya. Bila ditelusuri secara mendalam, proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal.

Menurut pendapat Muhammad Ali (1987) Pengertian belajar maupun mengajar yang dirumuskan para ahli, antara satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan. Perbedaan ini disebabkan oleh latar belakang pandangan maupun teori yang dipegang. Terdapat beberapa alasan mengapa muncul aneka ragam pengertian itu. Di antara alasan itu adalah: (1). Karena adanya perbedaan dalam mengidentifikasi fakta. Dasar perumusan suatu teori adalah fakta yang diindentifikasikan melalui penelitian terhadap sejumlah subjek sebagai sampel. Antara seorang ahli dengan ahli lain penelitian dilakukan terhadap obyek yang

berbeda. Perbedaan ini mengakibatkan diperoleh hasil berbeda pula, (2). Perbedaan penafsiran terhadap fakta. Perbedaan ini pada umumnya disebabkan

oleh latar belakang peninjauan yang berbeda-beda. Perumusan suatu teori di samping terpengaruh oleh penafsiran terhadap fakta, juga oleh banyaknya fakta yang dapat diindentifikasi. Dengan demikian teori yang dirumuskan pun berbeda pula, (3). Perbedaan terminologi (peristilahan) yang digunakan serta konotasi masing-masing istilah itu. Peristilahan yang digunakan sebagai dasar analisis dan pembahasan ilmiah seringkali berbeda-beda. Setiap istilah mempunyai konotasi tertentu. Oleh karena itu teori sebagai hasil studi ilmiah berbeda-beda sejalan dengan perbedaan istilah yang digunakan dan konotasinya masing-masing, (4). Perbedaan penekanan terhadap aspek tertentu. Dalam melakukan studi tentang mengajar ataupun belajar setiap ahli memberi penekanan terhadap aspek tertentu. Studi tentang mengajar ada menekankan pentingnya proses belajar. Demikian pula tentang belajar, ada menekankan pada aspek asosiasi (hubungan) antara stimulus-respon,

(5)

ada pula menekankan pentingnya hasil kognitif. Hal ini membawa pengaruh terhadap kesimpulan yang diperoleh

Kesulitan Belajar

Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih keras lagi untuk dapat mengatasi kesulitan itu. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tetap untuk mencapai hasil belajar. Hambatan ini mungkin disadari mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya. Orang yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajarnya, sehingga prestasi yang dicapainya berada di bawah yang semestinya.

Kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan kedalamannya termasuk pengertian seperti learning disorder (kekacauan belajar), learning

disfunction (proses belajar yang tidak berfungsi), under echiever (prestasi belajar

rendah), slow learner (lambat belajar) dan sebagainya. Menurut Ngalim Purwanto (1998), ada empat hal atau kategori dalam belajar, yaitu: (1). Ada perubahan tingkah laku yang lebih baik, atau mungkin lebih buruk, (2). Perubahan yang terjadi dapat melalui latihan atau pengalaman, (3). Perubahan itu relatif mantap, dan (4). Perubahannya menyangkut aspek kepribadian.

Sementara itu Skinner (1997) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat. Hal ini merupakan dasar dari teori belajar conditioning dari Skinner, yaitu bahwa timbulnya tingkah laku lantaran adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan respons.

(6)

Berkaitan dengan proses belajar mengajar dalam kelas, maka proses stimulus dan respons pada dasarnya merupakan situasi dan proses yang melibatkan dua faktor perbuatan, yaitu faktor perbuatan belajar oleh mahasiswa, dan faktor perbuatan mengajar dari guru. Interaksi antara mahasiswa dengan guru dan antara mahasiswa dengan mahasiswa menjadi proses interaksi sosial yang terjadi di dalam kelas. Tanpa interaksi di antara mereka maka proses belajar dan mengajar tidak akan terjadi.

Pada dasarnya, ada dua faktor utama yang berpengaruh dalam proses belajar yaitu faktor yang ada dalam diri organisme, yang disebut dengan faktor individual, seperti kematangan, kecerdasan, latihan dan motivasi. Sedangkan faktor kedua berasal dari luar individu, yang dapat disebut sebagai faktor sosial. Termasuk faktor sosial adalah keadaan rumah tangga, keadaan guru, cara mengajar, alat pelajaran, lingkungan dan kesempatan yang tersedia.

Munawar dalam pustaka psikologi pendidikan (1999), paling tidak terdapat tiga golongan teori belajar yang cukup populer, yaitu teori belajar menurut ilmu jiwa daya, teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi, dan teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt. Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Daya memandang bahwa jiwa manusia terdiri dari beberapa daya dan masing-masing daya memiliki fungsi tertentu seperti daya pikir, mengingat, mengkhayal dan sebagainya. Daya tersebut dapat dilatih melalui proses belajar sehingga fungsinya akan bertambah baik.

Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi berpendapat bahwa keseluruhan itu terdiri atas penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsur. Dalam golongan teori ini terdapat dua aliran yang terkenal yaitu teori connectionisme dan teori

conditioning. Teori connectionisme memandang bahwa belajar adalah pembentukan

atau penguatan hubungan antara stimulus dan respons, sedangkan teori conditioning memandang bahwa belajar merupakan pembentukan hubungan antara stimulus dan respons yang perlu dibantu dengan situasi tertentu.

(7)

keseluruhan, yakni individu yang dinamis dan senantiasa dalam keadaan berinteraksi dengan dunia sekitarnya dalam mencapai tujuan-tujuannya. Menurut teori ini, seseorang akan belajar jika ia mendapat suatu insight. Dalam hal ini, timbulnya

insight tergantung pada kesanggupan, pengalaman, sifat atau taraf kompleksitas,

latihan dan trial and error. Selain itu, masih menurut teori ini, belajar harus dirangsang dengan adanya permasalahan.

Gejala kesulitan belajar akan dimanifestasikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai bentuk tingkah laku. Tingkah laku yang dimanifestasikannya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu. Kesulitan belajar ini akan nampak dalam aspek-aspek motoris, kognitif, afektif baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapainya. Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain : (1). Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah nilai yang dicapai kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya, (2). Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan, (3). Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, (4). Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti : acuh tak acuh, menentang, berpura-pura dan sebagainya, (5). Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah dan sebagainya.

Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai individu yang mengalaminya, diperlukan adanya patokan atau kriteria sebagai batas untuk menetapkannya. Dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana seseorang dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Kemajuan belajar seseorang dapat dilihat dari segi tujuan yang harus dicapai, kedudukannya dalam kelompok yang memiliki potensi yang sama, tingkat pencapaian hasil belajar dibandingkan dengan potensi (kemampuannya) dan dari segi kepribadiannya.

Terjadinya kesulitan belajar pada seseorang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1). Faktor-faktor yang terdapat dalam diri seseorang : (a). Kelemahan secara fisik antara lain: susunan syaraf yang tidak berkembang secara sempurna/cacat/sakit sehingga sering membawa gangguan emosional, panca

(8)

indera kurang berkembang secara sempurna sehingga menyulitkan proses interaksi secara efektif, (b). Kelemahan secara mental, (c). Kelemahan emosional, seperti terdapat rasa tidak aman, ketidakmatangan, (d). Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah seperti banyak melakukan aktifitas yang bertentangan dan tidak menunjang proses pembelajaran yang sedang diikuti seseorang, gagal untuk memusatkan perhatian, tidak disiplin dalam mengikuti proses pembelajaran, (e). Tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan seperti kurang menguasai pengetahuan dasar untuk bidang studi yang diikuti, memiliki kebiasaan dan cara bekerja yang salah. (2). Faktor yang terdapat di luar diri seseorang antara lain : (a). Kurikulum yang seragam, (b). Ketidaksesuaian standar administrasi atau sistem pengajaran, (c). Materi pelajaran kurang diminati, (d). Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga seperti tingkat pendidikan, status sosial ekonomi (Sudjana, 1988).

Dalam sistem belajar jarak jauh (SBJJ) yang diselenggarakan oleh UT, tutorial atau pembimbingan merupakan salah satu komponen yang penting bagi keberhasilan sistem belajar jarak jauh secara keseluruhan. Untuk itu maka pengelolaan program tutorial perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, terencana, baik penyiapan materi yang akan digunakan sampai dengan metode pengajaran yang dipakai dengan peran serta para tutor secara aktif. Agar pelayanan bimbingan belajar atau tutorial dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya, maka sistem belajar jarak jauh dan tutorial perlu dipahami dengan baik oleh para tutor. Di samping itu tutor hendaknya memahami pula tentang masalah-masalah yang dihadapi mahasiswa dalam mempelajari modul.

Selain itu sistem belajar jarak jauh (SBJJ) menuntut belajar mandiri para mahasiswa. Permasalahan belajar yang berbeda sehingga menjadi hambatan dalam proses pembelajaran. Hambatan tersebut dapat berupa hambatan dalam masalah akademis, misalnya kesulitan dalam mempelajari modul, kesulitan dalam menentukan jadwal dan strategi belajar, kesulitan dalam menentukan sumber dan

(9)

dihadapi mahasiswa. Hambatan-hambatan yang sifatnya psikologis misalnya perasaan terisolir, menurunnya motivasi belajar, kesulitan dalam keluarga dan sebagainya.

Untuk membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi mahasiswa Program Non-Pendas terutama dalam masalah akademis, maka perlu dilaksanakan program pembimbingan mahasiswa atau tutorial. Dalam pembimbingan (tutorial) tersebut para mahasiswa dapat berdialog dalam mengemukakan kesulitannya secara langsung kepada tutor ataupun kepada sesama rekan mahasiswa (tutorial tatap muka). Sedangkan kontak itu sendiri dapat dilakukan melalui beberapa macam media seperti : tatap muka, radio, TV, Online dan sebagainya.Seorang tutor mempunyai peran sebagai fasilitator dalam proses belajar mahasiswa pada sistem belajar jarak jauh (SBJJ), berperan juga membantu lancarnya proses belajar mahasiswa dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi mahasiswa.

III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Cooper dan Schindler (2006) dalam bukunya mengatakan bahwa desain penelitian adalah sebuah aktivitas dan rencana berdasarkan pada waktu, didasarkan pada pertanyaan penelitian, mengarahkan pilihan dari sumber dan tipe-tipe informasi, sebuah kerangka kerja untuk menentukan hubungan di antara variabel penelitian dan garis besar prosedur untuk setiap aktivitas penelitian. Sedangkan Sekaran (2003) menyatakan bahwa desain penelitian merupakan upaya yang melibatkan sebuah urutan dari pilihan pengambilan keputusan rasional.

Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan prestasi akademik rendah. Desain penelitian ini merupakan exploratory study yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor dengan waktu penelitian yang bersifat

(10)

variabel dikumpulkan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner penelitian berisi item-item pernyataan yang menggambarkan variabel-variabel yang diteliti. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan pra survei pada beberapa responden dimaksudkan untuk menggali informasi guna mendesain instrumen penelitian.

3.2. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis data berdasarkan model ini, peneliti melakukan analisis dengan menggunaka statistik deskriptif yaitu nilai mean dari setiap variabel dengan bantuan software SPSS 16.0 for windows.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis hasil penelitian mengenai variabel-variabel yang diuji. Analisis dimulai dengan tahap pengumpulan data, karakteristik responden, pengujian validitas dan reliabilitas serta analisis pembahasan.

4.1. Hasil Pengujian Faktor-Faktor

Hasil analisis faktor-faktor yang menyebabkan prestasi akademik rendah tersaji pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Hasil Pengujian Faktor-Faktor

No. Faktor Pengaruhnya

1 Kurangnya motivasi belajar  prestasi akademik rendah rendah 2 Kurangnya waktu belajar  prestasi akademik rendah rendah 3 Tidak memiliki bahan ajar  prestasi akademik rendah rendah 4 Tidak mengikuti tutorial online  prestasi akademik

rendah

cukup tinggi 5 Tidak membentuk kelompok belajar  prestasi akademik

rendah

cukup tinggi 6 Kurangnya persiapan ujian  prestasi akademik rendah cukup tinggi 7 Kurangnya pengayaan materi  rendahnya prestasi

akademik

cukup tinggi 8 Tidak mendukungnya situasi belajar  prestasi akademik

rendah

cukup rendah 9 Kurangnya perencanaan studi  prestasi akademik rendah cukup rendah

(11)

4.2. Hasil Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang respon mahasiswa pada faktor-faktor yang menyebabkan prestasi akademik mahasiswa rendah. Sebelum peneliti menyusun kuesioner penelitian sebagai instrumen penelitian untuk mengumpulkan data penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan pra-survei dengan teknik wawancara terhadap beberapa mahasiswa Program Non-Pendas yang mempunyai prestasi akademik secara berturut-turut dua semester rendah yaitu indeks prestasinya kurang dari 2,00. Tujuan dari wawancara tersebut adalah untuk mendapatkan data yang menyebabkan prestasi akademik mahasiswa rendah. Kesimpulan dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa diperoleh sembilan faktor yang menyebabkan prestasi akademik mahasiswa rendah yaitu kurangnya motivasi belajar, kurangnya waktu belajar, tidak memiliki bahan ajar, tidak mengikuti tutorial online, tidak membentuk kelompok belajar, kurangnya persiapan ujian, kurangnya pengayaan materi, tidak mendukungnya situasi belajar serta kurangnya perencanaan studi.

Faktor-faktor atau variabel-variabel tersebut memiliki beberapa item-item atau indikator-indikator yang membentuknya. Agar variabel tersebut valid maka perlu diuji validitasnya dengan uji Confirmatory Factor Analysis (CFA) menggunakan software SPSS 16.0 for windows. Item-item yang tidak memenuhi persyaratan statistik dalam membentuk konstruk atau variabel maka direduksi dan tidak diikutsertakan pada analisis. Uji reliabilitas juga dilakukan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konstruk atau variabel. Variabel yang diuji reliabilitasnya adalah yang memiliki item atau indikator lebih dari dua. Sedangkan untuk menentukan tinggi-rendahnya pengaruh varibel tersebut diukur dengan nilai rata-ratanya (mean) pada statistik deskriptif.

Dari hasil analisis faktor, variabel kurangnya motivasi belajar dibentuk oleh satu indikator yaitu “mahasiswa mengikuti kuliah bertujuan untuk mencari status”. Pada umumnya kalau mahasiswa mengikuti kuliah bertujuan mencari status seperti agar diakui oleh masyarakat seseorang yang berpendidikan maka motivasi untuk

(12)

belajar guna mendapatkan ilmu pengetahuan kurang. Kurangnya motivasi untuk belajar menyebabkan pemahamanan atau penguasaan terhadap materi kuliah akan berkurang sehingga prestasi akademik yang diperoleh rendah.

Faktor atau variabel kurangnya waktu belajar dibentuk oleh satu indikator yaitu “saya sangat sibuk dengan hobby sehingga tidak sempat belajar”. Kesibukan mahasiswa dengan hobby yang mereka gemari akan menyebabkan waktu untuk belajar sangat kurang sehingga mahasiswa yang sangat sibuk dengan hobby tidak sempat untuk belajar, ini berakibat rendahnya prestasi akademiknya.

Bahan ajar yang berupa buku materi pokok atau modul bagi mahasiswa Universitas Terbuka merupakan pengganti dosen seperti halnya pada kuliah tatap muka (konvensional). Dosen memberikan materi perkuliahannya melalui modul yang dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa. Apabila mahasiswa tidak mempunyai modul maka tidak dapat mengikuti perkuliahan, ilmu pengetahuan yang diperoleh tidak ada. Modul bagi mahasiswa Universitas Terbuka wajib dimiliki karena sistem belajarnya secara mandiri melalui modul dan media lain. Mahasiswa yang tidak memiliki modul maka tidak bisa menguasi materi perkuliahan sehingga dapat menyebabkan prestasi akademik mahasiswa rendah. Beberapa hal mengapa mahasiswa tidak mempunyai bahan ajar diantaranya tidak mengerti cara membeli modul lewat internet dan mahasiswa tidak tahu ke mana. Bagi UPBJJ-UT Denpasar kiranya perlu disosialisasikan pada mahasiswa menganai ke mana dan bagaimana caranya membeli bahan ajar atau modul.

Dalam sistem belajar mandiri, insiatif belajar datang dari mahasiswa. Selain mahasiswa belajar mandiri dengan bahan ajar berupa modul atau media lainnya, Universitas Terbuka memberikan layanan bantuan belajar berupa tutorial tatap muka dan tutorial online. Tutorial online selain dapat menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah yang ditempuh juga dapat berkontribusi terhadap nilai akhir sebesar 30%. Tutorial online dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja asal ada jaringan internetnya. Mahasiswa yang tidak

(13)

mengikuti tutorial online bisa saja menyebabkan prestasi akademik rendah karena pemahaman terhadap materi kurang dan tidak mempunyai kontribusi nilai akhir.

Belajar mandiri bukan berarti belajar sendirian tetapi belajar atas insiatif sendiri. Belajar mandiri dapat belajar sendiri maupun belajar berkelompok dengan cara membentuk kelompok belajar. Keuntungan belajar berkelompok salah satunya dapat berdiskusi terhadap suatu masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri. Mahasiswa yang membentuk kelompok belajar akan mempunyai teman yang bisa diajak belajar bersama, mempunyai teman yang bisa dimintai penjelasan jika ada kesulitan belajar dan mempunyai teman yang bisa diajak berdiskusi. Sehingga mahasiswa yang tidak membentuk kelompok belajar akan menyebabkan prestasi akademik rendah.

Ujian akhir semester merupakan evaluasi terhadap hasil belajar mahasiswa selama mengikuti perkuliahan satu semester. Untuk mendapatkan nilai ujian yang baik atau lulus, kiranya perlu dipersiapkan mahasiswa baik secara materi maupun mental jauh hari sebelumnya. Persiapan yang matang dan baik akan dapat memberikan kepercayaan diri bagi mahasiswa dalam menghadapi ujian. Sebaliknya mahasiswa yang kurang persiapan ujian akhir maka tidak memberikan kepercayaan diri bahwa mereka mampu mendapatkan nilai baik dan dapat ujian dengan baik dan tenang. Sehingga kurangnya persiapan ujian ini dapat menyebabkan rendahnya prestasi akademik.

Selain belajar mandiri dengan menggunakan buku materi pokok atau modul, mahasiswa dapat melakukan pengayaan materi kuliah dengan mempejalari media lain seperti VCD, web supplemen, siaran radio atau buku-buku lain yang relevan. Dengan melakukan pengayaan materi maka akan dapat menambah wawasan, pemahaman dan pengetahuan terhadap suatu matakuliah yang sedang dipelajari. Sehingga mahasiswa yang kurang pengayaan materi dapat menyebabkan rendahnya prestasi akademik.

Agar sesorang dapat belajar dengan baik maka perlu pada situasi dan kondisi yang mendukung. Belajar di tempat yang terlalu ramai, pencahayaan kurang,

(14)

tidak pada tempat belajar yang khusus maka berpengaruh terhadap pemahaman materi yang sedang dipelajari. Bisa saja mahasiswa yang belajar pada situasi dan kondisi seperti itu sangat sulit untuk menyerap dan memahami materi yang sedang dipelajari. Sehingga tidak mendukungnya situasi dan kondisi belajar akan menyebabkan rendahnya prestasi akademik mahasiswa tersebut.

Untuk mencapai suatu tujuan tertentu, biasanya dimulai dengan melakukan perencanaan. Begitu juga dengan mengikuti suatu perkuliahan atau studi, agar dalam studi mencapai hasil yang maksimal, indeks prestasi yang baik, lulus tapat waktu dan menambah ilmu pengetahuan maka perlu adanya perencanaan studi yang baik. Dengan adanya perencanaan yang baik maka akan lebih terarah dalam proses belajarnya. Salah satu contoh mahasiswa dapat mengikuti paket arahan sehingga tidak asal saja dalam mengambil matakuliah. Sehingga kurangnya perencanaan dapat menyebabkan rendahnya prestasi akademik.

V. KESIMPULAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang respon mahasiswa Program Non-Pendas terhadap faktor-faktor yang menyebabkan prestasi akademik rendah. Seperti telah dibahas sebelumnya, penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan: Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan prestasi akademik rendah pada mahasiswa Program Non-Pendas di UPBJJ-UT Denpasar? Bagaimana faktor-faktor tersebut pengaruhnya terhadap prestasi akademik rendah pada mahasiswa Program Non-Pendas di UPBJJ-UT Denpasar?

Untuk menjawab kedua pertanyaan penelitian tersebut, peneliti melakukan

cross-sectional survey untuk mendapatkan data primer menggunakan kuesioner.

Keusioner didesain dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa pada saat pra-survei. Kuesioner tersebut digunakan untuk mengukur persepsi mahasiswa terhadap faktor-faktor yang menyebabkan prestasi akademik rendah. Total 39 item

(15)

Unit analisis dalam penelitian ini adalah individual. Individu-individu tersebut merupakan mahasiswa Program Non-Pendas di UPBJJ-UT Denpasar. Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

non-probability sampling dengan teknik purposive sampling.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa hal penting, di antaranya:

1. Kurangnya motivasi belajar, kurangnya waktu belajar dan tidak memiliki bahan ajar merupakan faktor-faktor yang menyebabkan prestasi akademik rendah, namun pengaruhnya rendah.

2. Tidak mengikuti tutorial online, tidak membentuk kelompok belajar, kurangnya persiapan ujian dan kurangnya pengayaan materi merupakan faktor-faktor yang menyebabkan prestasi akademik rendah, di mana pengaruhnya cukup tinggi. 3. Tidak mendukungnya situasi belajar serta kurangnya perencanaan studi

merupakan faktor-faktor yang menyebabkan prestasi akademik rendah, namun pengaruhnya cukup rendah.

DAFTAR RUJUKAN

Ali, M., Sukarman, M., dan Rahmad, C. 1984. Bimbingan Belajar, Penuntun Sukses

di Perguruan Tinggi Dengan Sistem SKS. Bandung: Sinar Baru.

Ali, M., 1987. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru. Cooper, D.R. and Schindler, P.S. 2006. Business Research Methods. 9th edition.

New York: McGraw-Hill.

Munawar, A. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Dian Ilmu.

Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business: A Skill-Building Approach.New Jersey: John Wiley & Sons Inc.

(16)

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAl (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DALAM MATA KULIAH PEMBANGUNAN

MASYARAKAT DESA DAPAT MENUMBUHKAN JIWA ENTREPRENEUR PADA MAHASISWA JURUSAN

PENDIDIKAN EKONOMI Oleh

Ni Nyoman Murniasih Program Studi Pendidikan Ekonomi

FP IPS IKIP PGRI BALI Abstract

Learning is a process to grow behaviour or attitude of someone according to practical or certain experience. Learning experience which makes motivation grew is the experience where the university student actively participate in facing the nature. Through CTL (Contextual Teaching Learning) approach in The Development of Village Society University Subject, the university student will have a meaningful learning The subject material given linked with situation in real world and support University Student to make a correlation between the knowledge they have with the implementation in everyday‟s life.

To make the learning process more effective, it is the lecturer‟s job to facilitate so that the student can implementate the ideas that they have. On The development of village society subject, university students are directed to have the spirit of entrepreneurship. Enterpreneurship is the implementation of creativity and innovation to solve problems and and the effort to use the chance that they have. As University student who majoring economical science, will not only be job seeker, but also able to create job opportunity in order to support village development and national development to reduce unemployment.

I. LATAR BELAKANG

Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu pembelajar, pendidik, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari pembelajar setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti : perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (behaviour) yang dapat diamati oleh orang lain melalui alat indra baik tutur kata motorik dan gaya hidupnya.

Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik. Salah satu diantaranya adalah

(17)

yang dikemukakan oleh Zainal Aqib yaitu ada sepuluh pendekatan; pendekatan lingkungan, penemuan, konsep, ketrampilan proses, pemecahan masalah, induktif-deduktif, sejarah, nilai, komunikatif, tematik. Sedangkan Udin S Winataputra berpendapat bahwa pendekatan terdiri dari; pendekatan lingkungan, ketrampilan proses, penemuan dan terpadu.

Pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah pendekatan yang berorientasi pada kepentingan siswa atau siswa sentries. Hal ini sesuai dengan pendekatan penemuan (discovery and inquiry) yang menunjukkan dominasi pembelajar selama proses pembelajaran dan fungsi pendidikan hanya sebagai fasilitator. Di samping berfungsi sebagai fasilitator pendidik juga berfungsi sebagai planner yaitu dengan memiliki program kerja yang jelas mulai dari merencanakan setiap pembelajaran yang dilakukan sehingga berhasil maksimal. Hal ini dilakukan dengan merubah pola lama yang tidak memberikan hasil maksimal menuju pola baru dalam pembelajaran yang memungkinkan untuk mencapai pendidikan yang lebih berkualitas efektif dan cepat. Pendidikan bukan sekedar mencetak tenaga kerja yang siap pakai, pendidikan adalah proses pembentukan generasi yang siap memerankan kehidupan.

Dalam kurikulum pendidikan ekonomi yang telah diperbaharui salah satu mata kuliah yang relevan dengan mengaplikasikan pendekatan di atas adalah mata kuliah; Pembangunan Masyarakat Desa, yang materinya kebanyakan bersentuhan dengan dunia nyata di pedesaan antara lain; Masalah-masalah yang dihadapi desa, faktor penyebabnya, teknik pendekatan terhadap masyarakat desa, potensi-potensi desa yang bisa dikembangkan, industri kecil dipedesaan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang cocok untuk diterapkan berkaitan dengan materi ajar di atas adalah pendekatan konnstektual. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang mampu mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan kehidupan sehari-hari. Kondisi ini sekaligus menyiapkan mahasiswa sedini mungkin tertarik berwiraswasta, mengingat desa memiliki potensi-potensi yang siap digarap dan dikembangkan sehingga masyarakat desa tingkat kesejahteraannya dapat ditingkatkan. Peran mahasiswa pada

(18)

jurusan pendidikan ekonomi sangat strategis dalam turut serta membuka kesempatan kerja, bukan sebagai pencari kerja.

II. PEMBAHASAN

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat dalam jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam jangka panjang. Kebanyakan pembelajar tidak mampu membuat kaitan antara apa yang diajarkan dengan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan. Dalam pendekatan konstektual (CTL) pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk mahasiswa bekerja dan mengalami dan bukan transfer pengetahuan dari dosen ke mahasiswa. Proses dan strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil (learning by process) dalam konteks ini mahasiswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana mencapainya. Jika mahasiswa sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti maka siswa akan memposisikan diri sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya. Mahasiswa akan lebih tertarik mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya inilah diperlukan kehadiran dosen sebagai pembimbing dan pengarah.

Agar pembelajaran dengan pendekatan CTL berhasil dengan baik ada 7 prinsip yang harus diikuti :

1. Belajar berbasis masalah (problem based learning) belajar bukanlah sekedar drill informasi tetapi bagaimana menggunakan informasi dan berpikir kritis yang ada untuk memecahkan masalah yang ada di dunia nyata.

2. Pengajaran autentik (autentik instruction) pendekatan pembelajaran yang mempelajari konteks bermakna sesuai dengan kehidupan nyata.

3. Belajar berbasis inquiri (inqury based learning) belajar adalah kegiatan memproduksi bukan mengkonsumsi belajar untuk mengetahui kebutuhan apa yang ingin diketahui dan mencari sendiri jawabannya.

(19)

tetapi secara komprehensif/terpadu untuk mendapatkan banyak hal. Proyek membantu orang untuk melibatkan keseluruhan mental dan fisik, syaraf, indera termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal sekaligus.

5. Belajar berbasis kerja (work based learning) untuk membuat belajar lebih efektif belajar harus berdasarkan pengalaman dan bukan kata-kata semata. Jika mencari informasi perlu membaca kata-kata. Jika memerlukan pengalaman milikilah pengalaman dengan melakukannya. Belajar adalah bekerja dan ketika ia bekerja ia belajar banyak hal.

6. Belajar jasa layanan (servise learning) emosi sangat menentukan proses dan hasil belajar. Perasaan positif yang timbul saat belajar dapat mempercepat belajar. Belajar dengan percaya diri, merasa dibutuhkan, bekerja sama menolong orang lain dan akrab pada kegiatan diluar maupun didalam kelas lebih mejanjikan hasil.

7. Belajar kooperatif (cooperative learning) biasanya orang akan lebih banyak belajar melalui interaksi dengan teman-teman. Satu kelas yang belajar bersama akan menghasilkan prestasi lebih baik daripada setiap individu belajar sendiri-sendiri. Dengan belajar bersama akan timbul persaingan individu yang satu dengan yang lainya ini akan memotivasi setiap orang untuk lebih berprestasi.

Pembelajaran dengan pendekatan konstektual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan ke permasalahan lain dari suatu konteks ke konteks lain. Dengan layanan dosen yang memadai melalui berbagai bentuk penugasan mahasiswa belajar bekerja sama untuk menyelesaikan masalah (problem based learning) dan saling menghargai sehingga hubungan antar mahasiswa akan lebih harmonis. Mahasiswa yang merasa kurang dapat belajar bersama-sama mahasiswa yang pandai mengerjakan dan mempertanggung jawabkan hasil penelitiannya dengan presentasi dihadapan kelas dan mendiskusikannya. Melalui diskusi mahasiswa dibiasakan mengemukakan ide dan buah pikiran serta menerima berbagai kritik dan saran, sehingga apa yang disimpulkan menjadi kesimpulan bersama.

Pentingnya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran masa kini lebih didasarkan pada berbagai kelebihan yang dimiliki, dibandingkan dengan pendekatan

(20)

pembelajaran konvensional. Berikut ini merupakan perbandingan yang membedakan antara kedua pendekatan.

No Pendekatan CTL Pendekatan Konvensional 1. Siswa terlibat aktif dlm proses

pembelajaran (student center )

Siswa hanya menerima informasi secara pasif (teacher center ) 2 Siswa belajar bersama dalam kerja

dan diskusi kelompok

Siswa belajar secara individual 3 Pembelajaran dikaitkan dengan

kehidupan nyata atau didasarkan pada masalah

Pembelajaran telalu abstrak dan teoritis

4 Perubahan perilaku siswa dibangun atas kesadaran sendiri

Perubahan perilaku siswa dibangun atas kebiasaan

5 Memperoleh keterampilan yang dikembangkan dari pemahaman

Memperoleh keterampilan yang dikembangkan atas dasar latihan 6 Penghargaan yang diberikan berupa

kepuasan diri

Penghargaan diberikan dalam bentuk angka/nilai rapor

7 Siswa tidak berprilaku jelek karena dia sadar dan merugikan

Siswa tidak berprilaku jelek karena dia takut hukuman

8 Bahasa yang disampaikan komunikatif

Bahasa yg disampaikan terkesan satu arah (struktural)

9 Belajar dari apa yang sudah dikenal siswa

Belajar dari sesuatu yang asing atau tidak dikenal siswa

10 Adanya kemampuan proses dalam pembelajaran

Hanya berlaku pasif menerima imformasi

11 Pengetahuan yang ada dibangun dan dikembangkan sendiri

Pengetahuan didasarkan pada penangkapan serangkaian fakta, konsep atau hukum diluar dirinya 12 Didasarkan pada pengalaman siswa Tidak didasarkan pada pengalaman

siswa 13 Hasil belajar diukur berdasarkan

proses

Hasil belajar hanya diukur dari hasil tes

14 Pembelajaran tidak terbatas pada ruang kelas

Pembelajaran hanya terjadi di ruang kelas

15 Adanya upaya pemecahan masalah Tidak ada upaya pemecahan masalah Salah satu perbedaan antara pendekatan CTL dengan konvensional adalah Mahasiswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran (Student Center) Konsep pembelajaran aktif sudah dikembangkan oleh Confusius dengan mengungkapkan teori sebagai berikut :

(21)

Apa yang saya lihat saya ingat Apa yang saya kerjakan saya paham

Selanjutnya dalam buku Active Learning dari Mel Silberman mengembangkan pernyataan Confusius menjadi paham belajar aktif sebagai berikut:

Apa yang saya dengar saya lupa Apa yang saya lihat saya ingat sedikit

Apa yang saya dengar, lihat dan diskusikan saya mulai mengerti Apa yang saya lihat, dengar, diskusikan dan kerjakan saya dapat pengetahuan dan ketrampilan

Apa yang saya ajarkan saya kuasai.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk melibatkan mahasiswa secara aktif dalam pembelajaran adalah dengan menugaskan mahasiswa mencari permasalahan yang ada di masyarakat (lingkungan) yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran. Dalam mata kuliah Pembangunan Masyarakat Desa materinya hampir semuanya menyangkut kehidupan nyata dalam masyarakat desa. Dengan pendekatan CTL Mahasiswa diberikan tugas untuk mencari potensi-potensi apa yang bisa dikembangkan dan industri apa yang ada di suatu desa berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki. Untuk lebih meyakinkan mahasiswa diharapkan membuat kalkulasi (perhitungan) antara pendapatan yang diterima (Revenue) dengan pembiayaan (Cost) yang dikeluarkan untuk suatu usaha.

Adapun langkah pembelajaran dengan pendekatan CTL pada mata kuliah: Pembangunan Masyarakat Desa adalah sebagai berikut;

1. Penyampaian materi sesuai dengan tuntutan silabus 2. Pembagian kelompok yang beranggotakan 3 – 4 orang 3. Melakukan penelitian lapangan, sesuai dengan tema/materi 4. Menyususun laporan hasil penelitian

5. Mempresentasikan hasil penelitian yang dilengkapi dengan Tanya jawab 6. Simpulan dan solusi yang ditawarkan.

(22)

Judul penelitian yang dipresentasikan oleh mahasiswa dengan alokasi waktu penyampaian 15 menit dilanjutkan dengan tanya jawab 25 menit dan merumuskan simpulan 10 menit.

Penelitian yang diangkat oleh mahasiswa meliputi judul;

1. Manfaat Usaha Water Rafting Bagi Masyarakat Desa Bongkasa Badung 2. Budidaya Asparagus dan Pare Putih di Desa Pelaga Kabupaten Badung 3. Pengelolaan Air Panas di Desa Penatahan Merupakan Salah Satu Potensi

Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan 4. Peternakan Babi Sebagai Salah Satu Alternatif Meningkatkan

Perekonomian Desa Pedungan

5. Pengembangan Objek Pariwisata Melalui Agrowisata Perkebunan Salak di Desa Sebetan Kabupaten Karangasem

6. Pembudidayaan Rumput Laut di Desa Kutuh Kecamatan Kuta Selatan Mampu Membuka Kesempatan Kerja

7. Potensi Desa Mas Sebagai Daerah Pengerajin Patung

8. Usaha Produksi Coklat Di Desa Batubulan Kabupaten Gianyar

9. Usaha Pengerajin Gamelan (Gong) Mampu Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Tihingan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung

10. Pengembangan Garam Rakyat Di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang

11. Potensi Air Pembejian Mampu Meningkatkan Pendapatan Desa Adat di Desa Baha Badung

12. Produksi Dodol Nangka di Desa Jasri Kabupaten Karangasem

13. Hutan Bakau (Mangrove) Merupakan Salah Satu Taman Wisata Alam di Desa Pemogan

14. Produksi Genteng dan Keramik Mampu Meningkatkan Perekonomian Di Desa Pejaten dan Nyitdah Kabupaten Tabanan

(23)

15. Industri Kerajinan Bambu di Desa Sulahan Kecamatan Susut Kabupaten Bangli

Dengan pengajaran yang menitik beratkan pada pengalaman ini dapat mengarahkan mahasiswa ke dalam eksplorasi yang alami dan investigasi langsung ke dalam suatu situasi nyata. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat kegitan belajar secara aktif dengan personalisasi pengajaran berdasarkan pengalaman memberikan kepada mahasiswa seperangkat atau serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya.

Berdasarkan pengalaman untuk mengadakan pembahasan berbagai permasalahan di masyarakat diharapkan jiwa entrepreneur tumbuh dan berkembang, hal ini sejalan dengan pendapat Thomas W Zimerte mengatakan kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari, sebagai langkah strategis mengembangkan jiwa kewirausahaan adalah melalui pendidikan dan pelatihan.

III. PENUTUP

Melalui pendekatan CTL dalam mata kuliah pembangunan masyarakat desa, mahasiswa diajak belajar melalui pengalaman langsung bukan hanya menghafal, karena CTL adalah konsepsi pembelajaran yang menghubungkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata. CTL telah mampu menggugah motivasi dan meningkatkan aktivitas melalui berbagai diskusi dan yang bermuara pada berbagai permasalahan di lapangan. Hal ini diharapkan akan mendorong jiwa kewiraswastaan bagi mahasiswa, sehingga pada gilirannya setelah tamat bukan saja menambah antrean pencari kerja tetapi mampu ikut menciptakan berbagai peluang untuk menciptakan kesempatan kerja di masyarakat. Sehingga secara otomatis ikut berperan untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan.

(24)

DAFTAR RUJUKAN

Amirullah Imam Harjanto, 2005. Pengantar Bisnis, Yogyakarta, Graha Ilmu. Aqib, Zainal, 2002. Profesional Guru Dalam Pembelajaran, Jakarta, Insan

Cendekia.

Beratha, I Nyoman, Desa Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Boeree, C, George, 2008. Metode Pembelajaran dan Pengajaran, Yogyakarta, A M. Depdiknas, 2003. Pendekatan Konstektual (Contextual Theaching and Learning),

Jakarta.

________, 2005. Ilmu Pengetahuan Sosial: Materi Pelatihan Terintegrasi, Jakarta. Hamalik, Oemar, 2009. Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara.

Lia Amalia, 2007. Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Meredithg, Geoffrey, 1996. Kewirausahaan Teori dan Praktek, Jakarta, Pustaka Binaman Presindo

Muchith, Soekhan, M, 2008. Pembelajaran Kontekstual, Semarang, Rasail.

Nurhadi Dan Senduk, A.G, 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching

And Learning/CTL). Dan Penerapan dalam KBK, Malang, Universitas

Negeri Malang.

Sagala, H. Syaiful, 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, CV Alfabeta. Sanusi, Bachrawi, 2004. Pengantar Ekonomi Pembangunan, Jakarta, Rineka Cipta. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, PT

Renika Cipta.

Sobry Sutikno, M. 2006. Pendidikan Sekarang Dan Masa Depan, Mataram, NTP Press.

Udin S Winataputra, 2007. Materi dan Pembelajaran IPS SD, Jakarta, Universitas Terbuka.

(25)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA SISWA KELAS XI IPA2 SMA NEGERI 1 SUKAWATI GIANYAR

TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Oleh

Ketut Yarsama IKIP PGRI BALI

ABSTRACT

During this time, teachers apply lecture and question and answer method in teaching drama appreciation. The result, the ability to play drama is still low. Therefore, teachers implementing cooperative method jigsaw type to improve the ability to play drama. The purpose of this study is to improve students' ability to play drama the students of class XI science 2 SMA Negeri 1 Sukawati with the application of Cooperative Learning jigsaw type.

The design of this implementation uses a class action research. The research was planned two cycles with the stages of planning, implementation and reflection observations. Data collected by testing and observation method.

From the results of data analysis found that the application of the type of jigsaw cooperative learning can enhance students' ability to play drama in class XI IPA 2 SMA N 1 Sukawati Academic Year 2010/2011.

(26)

Pembelajaran koperatif yang diterapkan dalam proses pembelajaran sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk social yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, melalui belajar berkelompok siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi ( sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih karena kerja kelompok adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing -masing.

Data tentang kondisi siswa yang kurang aktif dan bekerja sama yang penulis paparkan di atas terlihat pula dari sedikitnya siswa yang memberikan respon (pertanyaan, tanggapan, komentar, dan sejenisnya). Guru selama pro ses pembelajaraan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas.

Lebih lanjut penulis uraikan, di kelas XI IPA 2 hanya kurang lebih 4 orang (+ 10%) anggota kelas yang memberikan respon dalam proses pembelajaran. Di samping interaksi dalam pr oses pembelajaran kadarnya relatif rendah, prestasi belajar yang dicapai siswa juga rendah. Interaksi yang terjadi hanyalah antara guru dengan siswa, sehingga situasi dan kondisi kelas kurang menyenangkan.

Dengan situasi dan kondisi kelas yang penulis temukan di atas berdampak negatif pada prestasi belajarnya. Berdasarkan observasi penulis pada catatan nilai siswa kelas XI IPA 2 ternyata prestasi belajar bahasa Indonesia khususnya pada substansi menerpkan drama relatif rendah (hanya mencapai nilai rata-rata sebesar 65). Tentunya nilai rata-rata yang diperoleh siswa tersebut belum memenuhi kriteria tuntas seperti yang diterapkan oleh Kurikulum yaitu 70.

Berdasarkan data-data empiris yang penulis temukan, maka penulis berpendapat bahwa di dalam proses belajar -mengajar siswa perlu diberikan

(27)

dalam kelompok akan menumbuhkan gairah dan motivasi belajar siswa dan pada akhirnya prestasinya juga meningkat.

Untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan bermain drama siswa kelas XI IPA 2 Sekolah menengah Atas Negeri 1 Sukawati sehubungan dengan fenomena-fenomena yang penulis uraikan di atas, menurut penulis pembelajaran kooperatif dengan teknik Jigsaw merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Di dalam pembelajaran kooperatif dengan teknik Jigsaw, siswa dapat bekerjasama, saling menisi antara individu satu dengan yang lain dalam upaya meningkatkan prestasi belajarnya. Kooperatif jigsaw juga memiliki kelebihan yang dilakoni oleh Suyatno (2009 : 53-54). (1) meningkatkan pemahaman siswa secara bermakna dalam permainan drama, (2) meningkatkan pemahaman siswa secara bermakna dalam bermain drama, (3) meningkatkan pemahaman siswa tentang terori drama, (4) meningkatkan pemahaman siswa tentang apresiasi sastra.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapatlah dirumuskan masalah penelitian itu yaitu apakah penerapan pembelajaran kooperatif dengan Tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan bermain drama siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sukawati Gianyar tahun pelajaran 2010/2011 ?

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan Tipe Jigsaw dalam meningkatkan kemampuan bermain drama siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Sukawati Gianyar ta hun pelajaran 2010/2011.

Kajian Pustaka

Antariasih (2002) meneliti tentang “Kemampuan Bermain Peran pada Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri Blahbatuh Tahun Pelajaran 2002/2003”.

Hasil penelitiannya menemukan bahwa siswa mampu bermain peran karena nilai rata-rata kelasnya sebesar 76. Sehubungan dengan

(28)

penelitian tersebut penelitian ini ada hubungannya tetapi berbeda dengan penelitian tersebut. Penelitian ini meneliti kemampuan siswa pada tataran kemampuan bermain drama melalui penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw. Kemampuan bermain drama merupakan tataran kemampuan pada ranah yang lebih dalam dibandingkan dengan penelitian ini.

Widiantari (2007) meneliti tentang “Kemampuan Menyusun Naskah Drama pada siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri di Denpasar Tahun pelajaran 2007/2008”.

Hasil Penelit iannya menunjukkan bahwa siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama Ngeri di Denpasar Tahun Pelajaran 2007/2008 mampu menyusun naskah drama. Penelitian tersebut menitikberatkan pada penyusunan naskah mampu menyusun mesti mampu bermain, sehingga memerlukan waktu yang relatif lama. Penelitian ini juga mencakup tentang drama tetapi sub materinya tentang bermain drama, sehingga berimbang antara teori dan praktek.

Berdasarkan tinjauan terhadap kedua penelitian tersebut ternyata ada persamaan dengan penelitian ini yaitu sama -sama meneliti tentang drama persamaan dengan penelitian ini yaitu sama -sama meneliti tentang drama perbedaannya terletak fokus variabel yang diteliti. Penelititian ioni difokuskan pada kemampuan bermain drama dengan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw. Dengan demikian, dapat dikatakan penelitian ini masih layah untuk diteliti.

Landasan Teori

Sumardjo dan Saini (1986 : IX) apresiasi adalah mencintai dan menikmati sastra. Santosa (2004 : 8.14-1.15) menyatakan pengertian apresiasi antara lain : (arti pertama) apresiasi bertalian dengan kesadaran

(29)

dalam karya seni dan budaya membimbing manusia ke arah kehidupan yang beradab, lebih baik, dan manusiawai; (arti kedua) apresiasi bertalian dengan penilaian atau penghargaan terhadap sesuatu hal/masalah, dengan menghargai sesuatu hal/masalah berarti memberi perhatian, penghormatan, menjunjung tinggi, dan mengindahkan hal yang diamanatkan kalau perlu melaksanakan sesuatu itu; (arti ketiga) apresiasi bertalian dengan dunia ekonomi.

Santosa (2004 : 8.28) menyatakan manfaat apresiasi sastra adalah untuk memberi hiburan, kepuasan, kenikmatan, dan kebahagiaan batin ketika karya sastra itu dibaca atau ditonton. Juga mendidik, melatih kepekaan batin atau sosial serta menambah wawasan dan mengembangkan kepribadian yang baik pada pembaca atau penonton.

Meurut Kurnioa (1998:92), drama termasuk ragam sastra karena ceritanya (lakon drama) bersifat imajinatif dalam bentuk naskah. Seagai suatu seni, drama merupakan seni yang kompleks, karena terkait dan ditunjang oleh seni-seni yang lain, diantaranya seni musik, seni arsitektur (tata panggung), seni dekorasi, seni hias (tata wajah dan tata busana), tata sinar, dan seni tari.

Rahmanto (1998 : 89) menyatakan, pengajaran drama diperlukan karena drama adalah bentuk sastra yang dapat merangsang gairah dan mengasyikkan para pemain dan penonton sehingga sangat digemari masyarakat. Bentuk ini didukung oleh tradisi sejak jaman dulu yang melekat erat pada budaya masyarakat setempat. Di samping mudah disesuaikan untuk dimainkan dan dinikmati masyarakat segala umur, drama sangat tinggi nilai pendidikannya. Karena drama merupakan peragaan tingkah laku manusia yang mendasar, drama baru dapat disusun dan dipentaskan dengan berhasil jika diikuti pengamatan yang teliti baik oleh penulis maupun para pemainnya.

(30)

Johnson (2007 : 296) menyatakan, seperti halnya pembuatan proyek dan portofolio, pertunjukan drama juga bisa dipakai sebagai alat ajar sekaligus alat penilaian. Dalam pertunjukan, para siswa mempertontonkan dihadapan khalayak bahwa mereka telah menguasai tujuan belajar tertentu.

Tarigan (1990 : 74-78) menyatakan agar dapat mengevaluasi suatu lakon, maka terlebih dahulu harus dikenal unsur -unsur drama yang baik. Unsur-unsur drama antara lain: (1) alur, (2) penokohan, (3) dialog, dan (4) aneka sarana kesastraan dan kedramaan.

Tokoh atau lakon sangat berperan penting dalam kesuksesan pergelaran suatu drama. Dalam suatu pergelaran drama, biasanya ada beberapa jenis tokoh. Beberapa jenis pelaku yang biasa dipergunakan dalam teater/pergelaran drama diantaranya : (1) The Foil: tokoh yang kontras dengan tokoh lainnya dan berfungsi memerankan suatu bagian penting dalam lakon tersebut, tetapi secara insidental bertindak sebagai seorang pembantu. (2) the Type Character: tokoh yang dapat berperan dengan tepat dan tangkas. Kemampuan tokoh tipeini serba bisa.

Dapatlah diketahui bahwa keberhasilan suatu pentas drama bergantung pada kemampuan tokoh dalam berperan atau kemampuannya dalam menunjukkan karakter tokoh (Tarigan, 1990 : 76)

Dalam setiap lakon, dialog itu haruslah memenuhi dua hal, yaitu : (1) dialog haruslah dapat mempertinggi nilai gerak. Maksudnya seorang dramawan haruslah dapat berbuat lebih banyak. Selain membuat dialognya menarik hati, dia harus membuatnya baik dan selalu wajar; (2) dialog haruslah baik dan bernilai tinggi. Yang dimaksud dengan baik dan bernila i tinggi di sini ialah dialog itu haruslah lebih terarah dan teratur daripada percakapan sehari-hari.

(31)

Jadi, dialog merupakan pembicaraan antar pelaku. Dalam hal ini, diperlukan kemampuan berbicara yang relevan dengan tema (Tarigan, 1990 : 77)

Berbagai sarana yang terdapat dalam bidang kesastraan da n kedramaan merupakan unsur yang amat pentingdan tarut pula menentukan keberhasilan suatu lakon. Beberapa unsur tersebut diantaranya : (1) Perulangan, (2) Gaya dan Atmosfer, (3) Simbolisme, (4) Empati dan Jarak Estetik, secara artistik, (Tarigan, 1990 : 78 )

Sehubungan dengan apresiasi drama, perlu diketahui tentang naskah dan lakon. Setiawan (1988 : 5.33) menyatakan naskah berbeda dengan lakon. Naskah merupakan urutan cerita sebelum dipentaskan. Urutan itu dalam drama modern berbentuk tulisan sedangkan dala m drama tradisional biasanya berbentuk lisan (ludruk, ketoprak, lenong, dan lain -lain). Lakon adalah cerita dari naskah yang terlihat saat dipentaskan. Dengan begitu, meskipun naskah drama yang sama dipentaskan dalam waktu yang berlainan atau oleh grup drama yang berbeda, lakon yang muncul akan berbeda. Perbedaan itu lebih ditentukan oleh imajinasi sang sutradara, gaya para aktor, tatapentas, tatarias, dan sebagainya.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengupayakan seorang siswa mampu mengajarkan kepada peserta lain. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan, ia menjad i nara sumber bagi peserta lainnya. Pengorganisasian pembelajaran dicirikan siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif untuk bekerja sama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Mereka akan berbagi penghargaan bila mereka berhasil sebagai kelompok.

Muslimin Ibrahim dkk (2006 : 6) dalam pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur antara lain: (1), Siswa dalam kelompoknya haruslah

(32)

beranggapan bahwa mereka hidup sepenanggungan bersama; (2), siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri; (3), siswa haruslah melihat bahwa semua anggota dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama; (4), siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya; (5), siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok; (6), siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajar; dan (7), siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situa si di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, dkk. (2000), yaitu: (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap keragaman, dan (3) pengembangan ketrampilan sosial.

Pada pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama. Selanjutnya langkah-langkah pembelajaran kooperatif dari awal hingga dapat dilihat pada Tabel 01. Berikut ini.

(33)

Tabel 01. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase

ke Indikator Aktivitas/Kegiatan guru

1 Menyampaikan tujuan dan Memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa

2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan

3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah dipelaja ri atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk

menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.

Kerangka Berpikir

Ketrampilan bermain drama harus dikuasai siswa kelas XI SMA (sesuai dengan KTSP tahun 2006). Bermain drama dapat meningkatkan mental, moral dan wawasan sastra di kalangan siswa. Dalam bermain drama diperlukan kelompok masing -masing anggota memegang peran sesuai dengan keahlian/kesanggupannya. Anggota dalam kelo mpok saling bekerja sama positif sehingga terwujudlah kesan yang benar -benar dramatis dalam permainan.

Karena kemampuan siswa dalam bermain drama belum tuntas maka pemanfaatan metode kooperatif tipe jigsaw dipandang layak untuk diterapkan. Metode kooperatif tipe jigsaw dilaksanakan secara berkelompok dan masing-masing anggota bekerja sama positif, saling

(34)

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan bahasaan teoretik dapatlah dirumuskan hipotesis tindakan yang berbunyi “Pemanfaatan Pembelajaran Kooperatif dengan Tipe Jigsaw dapat Meningkatkan Kemampuan Bermain Drama Siswa Kelas XI IPA 2 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sukawati Gianyar Tahun Pelajaran 2010/2011”.

METODE PENELITIAN Produser PTK

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sukawati Gianyar pada siswa kelas XI IPA 2 beserta guru pengajar. Keduanya mendapat perhatian yang sama karena pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas.

Penelitian ini dalam pelaksanaannya dirancang dalam n siklus penelitian, mengingat keterbatasan peneliti. Adapun hasil temuan nanti merupakan hasil penelitian yang perlu di bahas. Secara umum produser PTK dapat digambarkan sebagai berikut.

Refleksi Awal Rencana Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I Observasi / Evaluasi Analisis + Refleksi Rencana Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II Observasi / Evaluasi Analisi + Refleksi

(35)

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Tes adalah suatu cara untuk mencari data dengan memberikan tugas pada seluruh responden yang nantinya diperoleh skor. Skor tersebut dapat dibandingkan de ngan skor standar. Tes yang diberikan berupa tes lisan (tes tugas bermain peran).

Instrumen yang digunakan untuk menilai kemampuan siswa bermain peran dalam penelitian ini berupa tes (tes lisan bermain peran). Tes lisan yang digunakan dalam menilai kemampu an siswa bermain peran sudah disusun berdasarkan materi yang ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/ materi yang disajikan dalam kelas sehingga tes tersebut sudah memiliki raliditas isi.

Peningkatan hasil tes belajar kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus: P = 1 x 1 x 2 x  x 100% (Hadi, 2008 : 29)

Untuk mencapai peningkatan hasil belajar perindividu. Keterangan:

P : persentase peningkatan X2 : skor setelah tindakan X1 : skor sebelum tindakan

Hasil belajar siswa tersebut dianalis is dan dicari nilai rata-rata kelasnya.

Dalam menganalisis data digunakan uji perbedaan nilai rata -rata sebelum tindakan dengan setelah tindakan dengan rumus :

(36)

M = X ΣX (Hadi, 2008 : 29) Keterangan :

M : skor rata-rata kelas ΣX : jumlah skor siswa X : jumlah siswa

Hasil Penelitian

Pada bagian ini dikemukakan hasil penelitian dari siklus I dan siklus II. Semua subjek penelitian yang terdiri dari siswa kelas XI IPA 2 yang berjumlah 38 orang. Ternyata semua siswa memiliki da ta lengkap. Dipilihnya siswa kelas XI IPA 2 sebagai subjek penelit ian, karena berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru pengajar kelas XI IPA 2 dan Kepala Sekolah diperoleh informasi bahwa siswa kelas XI IPA 2 pada umumnya pasif dan rendah prestasi belajarnya dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran bermain peran. Oleh karena itu peneliti cenderung untuk mengadakan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI IPA 2 yang terdiri dari 38 orang.

Untuk menjawab masalah penelit ian ini diadakan dua siklu s. Dalam dua siklus itu, peneliti menyajikan dua kali pembelajaran bermain peran. Kedua siklus tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

Siklus I

Dari langkah yang telah dilakukan pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut.

(37)

Tabel 02 Rekapitulasi Skor Mentah dan Skor Standar Kemampuan Bermain Peran Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sukawati Tahun Pelajaran 2010/2011 Pada Siklus I

No Nama Siswa Skor

Mentah

Skor Standar

1 2 3 4

1 Adeprima Adiluhur Made 75 80

2 Adi Putra I Made 70 70

3 Agus Oka Wirjaya I Gusti 60 60

4 Agus Purna Jaya I Gede 70 70

5 Agus Putra Wiratmaja I Made 80 80

6 Andi Aries Tenaya Kadek 70 70

7 Anggy Samantha Putra I Wayan 70 70

8 Asih Arini Ni Luh Gede 60 60

9 Bayu Sutrisna I Gusti Putu 60 60

10 Candra Dewi Ida Ayu 70 70

11 Candrawati Ni Made 65 70

12 Dessy Karolina Sari Ni Wayan 70 70

13 Dian Rosita Kadek 80 80

14 Dwi Candra Yadnya Sari Dewa Ayu 65 70

15 Dwi Hendrayana Surya I Made 70 70

16 Eka Candra Merta Sari Dewa Ayu 80 80

17 Eka Tirtayani Ni Putu 70 70

18 Hermadi Putra I Made 70 70

19 Indah Widyasari I Gusti Ayu 80 80

20 Indra Adi Saputra I Wayan 70 70

21 Irvan Ade Candra I Putu 80 80

22 Lavi Arini Ni Made 65 70

23 Mirah Sanjiwani I Gusti Ayu 70 70

(38)

25 Pitri Widnyani I Gusti Ayu 65 70

26 Puranamawan Putra I Gede 75 80

27 Putra Wedantha Pande Made 70 70

28 Reni Wijayanti Ni Luh 65 70

29 Ria Safari Ni Kadek 70 70

30 Sarwan Hedi Peradnyana I Nyoman 60 60

31 Sintya Pramestiana Dewi Ni Kadek 70 70

32 Sri Mahadewi Kadek Ayu 65 70

33 Sri Utami Putu 70 70

34 Suarningsih Ni Luh 80 80

35 Suradnya Adi Brata Gede 70 70

36 Teja Dewanti Ni Putu 65 70

37 Wisnu Anugrah Pradana Made 60 60

38 Wisnu Shintaro Waraspati I.B 60 60

Jumlah 2625 2650

Rata-rata 69,08 69,26

Dari tabel di atas, diketahui nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 69,26.

Siklus II

Hasil yang diperoleh dari langkah-langkah pelaksanaan siklus II dapat dilihat tabel 03 di bawah ini.

Gambar

Tabel 01. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif   Fase
Tabel 02 Rekapitulasi Skor Mentah dan Skor Standar Kemampuan Bermain  Peran Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sukawati  Tahun Pelajaran 2010/2011 Pada Siklus I
Tabel 03 Rekapitulasi Skor Mentah dan Skor Standar Kemampuan Bermain  Peran Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sukawati  Tahun Pelajaran 2010/2011 Pada Siklus II
Tabel 1.   Daya Hambat Ekstrak Daun Beleng terhadap Pertumbuhan Koloni Jamur  Fusarium oxysporum f.sp.vanillae pada Media PDA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diketahui bahwa variabel atau faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kematian anak pada tahun 2017 yaitu persentase penduduk dengan akses terhadap fasi-

Dalam penilaian responsi ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memvalidasi, yaitu: aspek materi soal, aspek konstruksi, aspek bahasa, dan aspek waktu. Dari

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, jenis penelitian deskriptif kualitatif dikarenakan penelitian ini mengemukakan obyek yang diteliti berdasarkan

Dalam rangka peningkatan kerjasama pemberantasan Mafia Narkoba internasional, dilakukan Konferensi Penanggulangan Hukum Narkotika Internasional (International Drug

Penyesuaian diri memiliki 7 aspek yaitu aspek tidak adanya emosionalitas yang berlebih, tidak adanya mekanisme psikologis, tidak adanya frustasi terhadap diri

Namun begitu, sesuai dengan kemajuan pembangunan yang dilakukan pada zaman sekarang, dapat diperhatikan bahawa pola petempatan di desa Petanak lebih bersifat

Unsur dan sub unsur kegiatan pelayanan penelitian dan perekayasaan akan mengalami perubahan baik dalam nilai angka kredit, bukti fisik yaitu berupa laporan dalam setiap