• Tidak ada hasil yang ditemukan

Direktur Bertindak Mewakili Perseroan Terbatas Di Dalam Maupun Di Luar Pengadilan

BAB IV ANALISIS YURIDIS JUAL-BELI YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN PT.ASIA PACIFIC FIBERS TBK DENGAN

HUKUM JUAL-BELI

C. Pengorganisasian Sebagai Fungsi dari Manajemen

2. Direktur Bertindak Mewakili Perseroan Terbatas Di Dalam Maupun Di Luar Pengadilan

Menurut Undang-Undang PT Tahun 2007, maka direksilah yang dipercayakan untuk mengurus perseroan (Pasal 1 ayat (5), Pasal 92 ayat (1) dan (2), Pasal 97 ayat (1) UU PT 2007). Selain itu, tugas yang kedua dari direksi adalah tugas perwakilan. Siapa yang berwenang mewakili perseroan sekiranya perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk dan atas nama perseroan. Dalam hal ini direksilah yang berwenang mewakili perseroan untuk segala tindakan yang harus dijalankan untuk dan atas nama perseroan, baik untuk tindakan intern ke dalam maupun untuk tindakan ekstern terhadap pihak ketiga, termasuk untuk mewakili perseroan dalam pengadilan (Pasal 92 ayat (1) jo. Pasal 97 ayat (1) UU PT 2007).

Demikian pula pastinya di tiap-tiap perseroan dalam anggaran dasarnya mengatur bahwa direksi lah yang dipercayakan untuk mengurus, mengatur dan mewakili perseroan untuk dan atas nama perseroan tersebut. Pertanyaannya siapa yang berwenang mewakili perseroan, dalam hal terdapat beberapa direktur, pertanyaan ini dijawab oleh Pasal 98 ayat (2) UU PT 2007, sebagaimana menurut Pasal 98 ayat (2) dalam hal anggota direksi terdiri dari lebih dari satu orang, maka yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar perseroan. Jadi dalam prinsipnya semua anggota direksi itu mempunyai kedudukan sama, satu terhadap yang lain tidak ada yang lebih atau apabila anggota direktur berhalangan bisa langsung digantikan oleh direktur itu sendiri.183

183 Rudhi Prasetya, Op Cit., Hlm. 19, 25.

Banyak landasan hukum sebagai dasar tindakan direksi yang bertindak untuk dan atas nama perseroan ini, baik berdasarkan teori dan doktrin hukum maupun dalam perundang-undangan. Dalam bertindak untuk dan atas nama perseroan, direksi perseroan tidak memerlukan kuasa sebagaimana dimaksud kuasa dalam Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819 KUH Perdata, tetapi kuasa direksi yang bertindak untuk dan atas nama perseroan adalah kuasa yang melekat dalam diri direksi sebagai salah satu organ perseroan. Dengan demikian, dalam tindakan hukum perdata, tidak memerlukan kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam KUH Perdata. Hal ini sebagaimana Putusan Mahkamah Agung RI No. Reg.

2332/K/Pdt/1985 tanggal 17 April 1986, antara lain memutuskan bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum sendiri. Presiden direktur mewakilinya dalam hukum tanpa memerlukan surat kuasa khusus. Kuasa kepada direksi untuk mengurus perseroan hakikatnya muncul pada saat yang bersangkutan diangkat oleh rapat umum pemegang saham. Pada detik itu, direksi berwenang untuk melakukan perbuatan hukum mengurus perseroan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan mengurus perseroan itu timbul karena adanya perikatan yang timbul oleh karena undang-undang. Dilihat dari tata cara dan prosedur bagaimana direksi mendelegasikan sebagian kewenangan dalam mengurus perseroan, maka terdapat 3 (tiga) pendelegasian kewenangan yaitu pendelegasian kewengan direksi kepada anggota direksi lainnya, pendelegasian kepada pegawai perseroan dan pendelegasian kepada pihak di luar pegawai

perseroan. Pembagian tugas dan wewenang tersebut tidak menghilangkan sifat pertanggung jawaban kolegial direksi.184

Tindakan-tindakan hukum direksi dalam mengurus perseroan tidak mungkin dapat dilakukan sendiri oleh anggota direksi itu sendiri, berapa pun banyaknya anggota direksi. Oleh karena itu, hampir sebagian besar kewenangan direksi dalam mengurus perseroan didelegasikan kepada pihak lain, baik kepada pegawai dan atau kepada pihak lain yang bukan pegawai. Pendelegasian demikian harus memenuhi prinsip-prinsip pendelegasian sebagian kewenangan-kewenangan sebagaimana diatur dalam pemberi kuasa. Pemberi kuasa kepada pegawai untuk melakukan tugas dan kewenangan direksi mempunyai berbagai model, antara lain berdasarkan surat keputusan, surat edaran, pemberian kuasa langsung bahkan menggunakan kuasa nota riil. Namun, hakikatnya ketika seorang diangkat oleh direksi menjadi pegawai yang mempunyai ruang lingkup tugas dan jabatan tertentu, maka secara de facto dan de jure, yang bersangkutan telah diberikan kuasa untuk melakukan sebagian kewenangan direksi untuk mengurus perseroan sesuai dengan ruang lingkup tugas dan jabatannya yang tercantum dalam job description. Pemberian kuasa model demikian tetap dianggap sebagai bagian pemberian kuasa sebagaimana diatur dalam Pasal 1792 sampai Pasal 1819 KUH Perdata.185

Selanjutnya, berdasarkan Pasal 1 ayat (5), Pasal 92 ayat (5) dan (6), dan Pasal 103 UU PT 2007 diatur ketentuan mengenai pihak yang dapat mewakili perseroan. Pasal-pasal tersebut menjelaskan bahwa direksi adalah organ perseroan

184 Try Widiyono, Op Cit, Hlm. 61-62.

185 Ibid, Hlm. 63.

yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar, sepanjang tidak bertentangan dengan Pasal 99 UU PT 2007 (complicity of interest). Dalam posisi yang demikian, direksi atau direktur perseroan mempunyai tugas untuk menjalankan perseroan, termasuk mewakili perseroan. Hal ini sangat berbeda dalam organ RUPS yang bertugas untuk kepentingan pemegang saham. Sebab, direksi adalah mewakili kepentingan perseroan dalam melakukan tugas untuk mencapai maksud dan tujuan perseroan. Pemikiran ini sejalan dengan teori tentang fiduciary duties atau fiduciary responsibility bagi direksi, yang antara lain disebutkan dalam Pasal 1 ayat (5), Pasal 92 ayat (1) dan (2), serta Pasal 97 ayat (1) UU PT 2007.

Kewenangan direksi dalam mewakili perseroan bukan hanya adanya logika hukum, tetapi dalam UU PT 2007 terdapat ketentuan yang menegaskan secara formal pemberian kewenangan kepada direksi untuk mewakili perseroan, baik berkaitan acara litigasi dalam proses pengadilan maupun tindakan hukum atau peristiwa hukum lainnya. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan yang berhak mewakili perseroan dalam hubungan hukum dengan pihak lain (subjek hukum lain) adalah direksi.186

Keberadaan dan tanggung jawab direksi dikaitkan ke dalam doktrin hukum terutama yang telah diwujudkan dalam Pasal-pasal UU PT 2007 yakni sebagai berikut187 :

186 Ibid, Hlm. 63-64.

187 Ibid, Hlm. 81-103.

1. Piercing The Corporate Veil, yakni bahwa tanggung jawab terbatas pemegang saham, direksi dan atau komisaris dalam hal-hal tertentu dapat menjadi tidak terbatas.

2. Fiduciary Duty, yakni suatu tindakan untuk dan atas nama orang lain, di mana seseorang mewakili kepentingan orang lain yang merupakan standar tertinggi dalam hukum. Direksi harus bertolak dari landasan bahwa tugas dan kedudukan yang diperolehnya berdasarkan prinsip kepercayaan yang diberikan perseroan kepadanya (fiduciary duty).

3. Standart of Care dan Direktur Boneka, yaitu bahwa standart of care diartikan bahwa calon anggota direksi tersebar mempunyai kapabilitas atau kemampuan cukup memadai dalam bidang masing-masing. Dengan adanya direktur boneka pertanggung jawabannya menjadi tidak terbatas.

4. Self Dealing Transaction, yakni tugas-tugas direksi dalam mengurus perseroan terkadang akan menemui transaksi yang menyangkut dirinya sendiri. Transaksi ini antara lain transaksi yang dilakukan oleh dua perseroan yang mempunyai direksi yang sama, juga transaksi antara perusahaan holding dengan anak perusahaannya.

5. Doctrine Corporate Opportunity, yakni doktrin moral jabatan dan larangan penyalahgunaan jabatan apa pun untuk kepentingan dirinya, keluarganya dan kelompoknya.

6. Intra vires dan Ultra vires, Intra vires adalah kewenangan yang diberikan sesuai dengan anggaran dasar dan UU PT 2007, sedangkan Ultra Vires ialah bertindak melebihi kewenangan serta melanggar anggaran dasar perseroan.

7. Business Judgement Rule, yakni guna mengukur kepercayaan yang diberikan oleh perseroan kepada direksi maka sebagai organ perseroan menjalankan kegiatan usaha sebagaimana dengan maksud dan tujuan perseroan. Teori ini melindungi direksi dalam menjalankan tugasnya.

8. Insider Trading, yaitu direksi melakukan kepengurusan perseroan secara beritikad baik. Doktrin ini hakikatnya lebih banya dikenal berkaitan dengan perseroan yang telah go public.

9. Derivative Action dan Gugatan lain, yaitu suatu gugatan yang dilakukan oleh para pemegang saham untuk dan atas nama perseroan.

3. Legalitas Manager Bertindak Mewakili Perseroan Terbatas Dalam Hal