• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak Dan Kewajiban Para Pihak Ketika Melakukan Suatu Perjanjian Jual-Beli

BAB IV ANALISIS YURIDIS JUAL-BELI YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN PT.ASIA PACIFIC FIBERS TBK DENGAN

TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN JUAL-BELI DENGAN MENGGUNAKAN SURAT ELEKTRONIK (E-COTRACT)

5. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Ketika Melakukan Suatu Perjanjian Jual-Beli

Hal-hal yang berhubungan dengan perjanjian jual-beli pada dasarnya meliputi kewajiban pihak penjual maupun pihak pembeli. Pada Pasal 1457 KUH Perdata menyebutkan bahwa jual-beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak

64 Ibid, Hlm.118.

65 Ibid, Hlm. 51.

yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Berdasarkan rumusan tersebut, maka dalam suatu transaksi jual-beli terkandung suatu perjanjian yang melahirkan hak dan kewajiban bagi para pihak. Para pihak yang mengadakan perjanjian disebut kreditur dan debitur, dalam hal ini kreditur berhak atas prestasi dan debitur berkewajiban memenuhi prestasi.

Hak dan Kewajiban Penjual (debitur)

Pada pokoknya penjual memiliki dua kewajiban utama yaitu menyerahkan hak milik atas barang dan menanggung kenikmatan tentram atas barang tersebut atau menanggung cacat tersembunyi dari barang yang dijual.66 Hak dan kewajiban penjual dalam KUH Perdata adalah sebagai berikut67 :

a. Penjual wajib menyatakan dengan tegas keinginannya dalam perjanjian (Pasal 1473 KUH Perdata) ;

b. Penjual wajib menyerahkan barang dan juga menanggungnya (1474 KUH Perdata). Penyerahan barang ini diartikan sebagai suatu pengalihan kekuasaan atas barang yang telah dijual tersebut dari tangan penjual ke dalam kekuasaan dan kepunyaan pembeli (1475 KUH Perdata). Di dalam penyerahan barang ketentuan yang harus diperhatikan oleh penjual antara lain68 :

1. Kewajiban penjual ialah menyerahkan barang yang dijualnya kepada pembeli (Pasal 1473 KUH Perdata) ;

66 R.Subekti, Op Cit., Hlm. 8.

67 Pasal 1473, 1474 dan 1475 Kitab Undang-Udang Hukum Perdata Indonesia.

68 http://gumilar69.bospot.co.id/2013/11/hak-dan-kewajiban-para-pihak-dalam-jual.html. (diakses pada tanggal 6 Februari 2017).

2. Penyerahan barang ini dilakukan ditempat dimana barang berada pada waktu penjualan terjadi, kecuali di perjanjikan lain (Pasal 1477 KUH Perdata) ;

3. Barang yang diserahkan harus dalam keadaan utuh seperti yang telah dinyatakan dalam perjanjian atau pada saat penjualan (Pasal 1481 dan 1483 KUH Perdata) ;

4. Penjual tidak diwajibkan menyerahkan barangnya sebelum pembeli membayar harganya, jadi dalam artian haknya penjual mendapat sejumlah uang dari pembeli lalu barang tersebut diberikan kepadanya (Pasal 1478 KUH Perdata) ;

5. Penjual wajib menyerahkan segala sesuatu yang menjadi perlengkapan untuk menggunakan barang yang telah dijualnya tersebut (Pasal 1482 KUH Perdata) ;

6. Penjual wajib menjamin pembeli untuk dapat memiliki barang itu dengan aman dan tentram, serta bertanggung jawab terhadap cacat-cacat yang tersembunyi yang dapat dijadikan alasan untuk pembatalan pembelian.

(Pasal 1491,1504,1506,1508,1509,1510 KUH Perdata), akan tetapi penjual tidak diwajibkan menanggung cacat kelihatan oleh pembeli (Pasal 1505 KUH Perdata) ;

7. Penjual wajib menanggung kerugian yang diderita oleh pembeli apabila ternyata barang yang telah diperjualbelikan tersebut harus disita atau harus diambil dari pembeli karena suatu sengketa, yang disebabkan tidak ada

pemberitahuan terlebih dahulu pada saat mengadakan perjanjian jual-beli (Pasal 1492,1495,1496,1497,1499 KUH Perdata) ;

8. Penjual diwajibkan bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang merupakan akibat langsung dari pembuatnya sehingga merugikan pembeli, walaupun di dalam perjanjian ditentukan bahwa penjual tidak menanggung segala resiko dalam jual-beli tersebut (Pasal 1494 KUH Perdata) ;

9. Penjual wajib menggunakan biaya penyerahan barang artinya apabila dalam perjanjian ditentukan bahwa penyerahan dilakukan di gudang milik pembeli, maka biaya pengangkutan dari tempat penjual menuju gudang milik pembeli ditanggung oleh penjual, sedangkan biaya pengambilan dari gudang pembeli menuju ketempat pembeli ditanggung oleh pembeli (Pasal 1476 KUH Perdata) ;

10. Penjual berhak menuntut pembayaran harga pada waktu dan tempat yang telah penyerahan bersama dalam perjanjian, pada tempat penyerahan barang dilakukan (Pasal 1513,1514 KUH Perdata) ;

11. Penjual berhak menahan barangnya atau tidak menyerahkan kepada pembeli jika pembeli belum membayar harganya (Pasal 1478 KUH Perdata) ;

12. Baik penjual maupun pembeli berhak membuat persetujuan yang isinya memperluas atau mengurangi kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan dalam undang-undang ini, bahkan untuk membebaskan penjual dari tanggungan apapun (Pasal 1493 KUH Perdata) ;

13. Haknya penjual Jika pembeli tidak membayar harga pembelian maka penjual dapat menuntut pembatalan pembelian (Pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata) ;

14. Jika pada saat penjualan, barang yang dijual sama sekali telah musnah maka pembelian adalah batal (Pasal 1427 KUH Perdata) ;

15. Kewajiban penjual ialah biaya penyerahan dipikulnya, sedangkan biaya pengambilan dipikul oleh si pembeli jika tidak telah diperjanjikan sebelumnya (Pasal 1874 KUH Perdata) ;

16. Adapun barang yang diserahkan harus dalam keadaan sebagaimana adanya pada saat persetujuan dilakukan, serta mulai saat terjadinya penjualan, segala hasil dan buah yang timbul dari barang menjadi kepunyaan pembeli (Pasal 1481 KUH Perdata).

Berdasarkan Undang-Undang Konsumen dalam kontrak jual-beli para pelaku yang terkait didalamnya yaitu penjual atau pelaku usaha dan pembeli yang berkedudukan sebagai konsumen memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda.

Berdasarkan ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, diatur mengenai kewajiban-kewajiban pelaku usaha, dalam hal ini yang diuraikan ialah hak dan kewajiban penjual yang menawarkan dan menjual suatu produk yaitu69 :

1. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan ;

69 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

2. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar, jujur dan tidak diskriminatif ;

3. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku ;

4. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan ;

5. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan dan memberikan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian.

Sementara itu, berdasarkan ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Perlindungan Konsumen diatur pula mengenai beberapa perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha/penjual, antara lain pelaku usaha/penjual dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yaitu70 :

1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan ;

2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut ;

70 Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya ;

4. Tidak sesuai dengan kondisi jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut ;

5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut ;

6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut ;

7. Tidak mencantumkan tanggal daluwarsa atau jangka waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu ;

8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan dalam label ;

9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang atau dibuat ;

10. Tidak mencantumkan informasi dan atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Disamping itu, pelaku usaha atau penjual juga tidak diperkenankan menjual barang yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang serta memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar. Dengan demikian apabila terjadi hal seperti itu, maka pelaku usaha atau penjual wajib menarik barang yang diperdagangkannya itu dari peredaran. Pada kenyataannya pelaku usaha atau penjual sering melakukan tindakan yang merugikan dalam menjual produk-produknya sehingga menimbulkan kerugian bagi para pembeli atau konsumennya. Oleh karena itu, Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah dengan tegas memberikan batasan bagi pelaku usaha dalam hal ini penjual dalam menawarkan dan menjual produknya tersebut antara lain termuat dalam Pasal 9 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang menegaskan bahwa penjual dilarang menawarkan mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan atau jasa secara tidak benar yakni71 :

1. Barang tersebut telah memenuhi dan atau memiliki potongan harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu ;

2. Barang tersebut dalam keadaan baik dan atau baru ;

3. Barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan dan atau memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja atau aksesori tertentu ;

71 Pasal 9 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

4. Barang dan/atau jasa termaksud dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi ;

5. Barang dan/atau jasa tersebut tersedia ;

6. Barang tersebut tidak mengandung cacat tersebunyi ;

7. Barang tersebut merupakan barang perlengkapan dari barang tertentu ; 8. Barang tersebut berasal dari daerah tertentu ;

9. Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang lain ;

10. Menggunakan kata-kata yang berlebihan seperti aman, tidak menimbulkan efek samping, tidak berbahaya, tidak mengandung risiko atau bahkan tanpa keterangan yang lengkap ;

11. Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.

Dengan demikian seorang penjual tidak diperbolehkan menawarkan dan atau menjual barang dan atau jasa melalui penawaran yang mengandung pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai harga atau tarif barang dan atau jasa; kegunaan barang dan atau jasa; kondisi, tanggungan, jaminan hak atau ganti rugi atas suatu barang dan atau jasa; tawaran potongan harga atau hadiah menarik serta bahaya penggunaan barang dan atau jasa, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang perlindungan Konsumen. Pelaku usaha atau penjual dilarang pula untuk menawarkan dan memperdagangkan barang dan atau jasanya dengan cara pemaksaan yang dapat menimbulkan gangguan fisik dan atau psikis terhadap konsumen atau pembelinya. Apabila transaksi jual-beli dilakukan dengan sistem pesanan, maka pelaku usaha atau penjual harus menepati kesepakatan yang telah dibuat dengan konsumen atau pembeli sehingga tidak

melampaui batas waktu yang telah diperjanjikan. Bagi para pelaku usaha atau penjual yang menawarkan produknya melalui suatu iklan, tidak diperkenankan mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang dan atau jasa, jaminan/garansi atas barang dan atau jasa; juga dilarang untuk memberi informasi yang salah mengenai barang dan atau jasa yang ditawarkan termasuk risiko pemakaiannya serta melanggar etika periklanan lainnya.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 6, pelaku usaha dalam hal ini termasuk penjual memiliki hak-hak sebagai berikut72 :

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang diperdagangkan ;

2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik ;

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam penyelesaian sengketa ;

4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang diperdagangkan ;

5. Hak-hak diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

72 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Hak dan Kewajiban Pembeli (Kreditur)

Kewajiban utama si pembeli ialah membayar harga pembelian pada waktu dan ditempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian. “Harga” tersebut harus dibayar dengan sejumlah uang. Mengenai hal ini tidak ditetapkan dalam sesuatu Pasal undang-undang, namun sudah dengan sendirinya terdapat didalam pengertian jual-beli, oleh karena bila tidak, umpamanya harga itu berupa barang, maka itu akan merubah perjanjiannya menjadi tukar-menukar. Harga itu harus ditetapkan oleh kedua belah pihak.73 Kewajiban membayar harga merupakan kewajiban yang paling utama bagi pihak pembeli, maka pembeli harus menyelesaikan pelunasan harga bersamaan dengan penyerahan barang. Jual-beli tidak akan ada artinya tanpa pembayaran harga. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam KUH Perdata, pembeli memiliki hak dan kewajiban diantaranya74 :

1. Pembeli mempunyai kewajiban utama yaitu membayar harga pembelian pada waktu dan tempat yang telah ditentukan dalam perjanjian (Pasal 1513 KUH Perdata) ;

2. Jika tempat pembayaran tidak ditentukan, pembeli berkewajiban untuk membayar harga barangnya ditempat penyerahan barang dilakukan (Pasal 1514 KUH Perdata) ;

3. Pembeli diwajibkan menanggung biaya pengambilan barang, artinya apabila dalam perjanjian ditentukan bahwa penyerahan dilakukan di gudang milik pembeli, maka biaya pengambilan barang dari gudang

73 R.Subekti, Op Cit., Hlm. 20-21.

74 http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-perjanjian-jual-beli.html (di akses pada tanggal 8 Februari 2017).

menuju tempat pembeli ditanggung pembeli, sedangkan biaya pengiriman dari tempat penjual menuju gudang milik pembeli ditanggung oleh penjual (Pasal 1476 KUH Perdata) ;

4. Barang yang harus diserahkan kepada pembeli adalah dalam keadaan utuh seperti pada saat penjualan atau saat perjanjian diadakan dan sejak penyerahan barang, segala yang dihasilkan dari barang tersebut menjadi hak pembeli (Pasal 1481, 1483 KUH Perdata) ;

5. Pembeli berhak mendapatkan jaminan untuk dapat memiliki barang itu dengan aman dan tentram. Serta jaminan terhadap cacat tersembunyi dan sebagainya, yang dapat dijadikan alasan untuk pembatalan pembelian (Pasal 1491, 1504, 1506, 1509, 1510 KUH Perdata) ;

6. Pembeli berhak menuntut pembatalan pembelian, jika penyerahan barang tidak dapat dilaksanakan karena akibat kelalaian penjual (Pasal 1480 KUH Perdata) ;

7. Jika barang yang telah dibeli oleh pembeli di ambil oleh orang lain karena suatu hal, maka berdasarkan Pasal 1456 KUH Perdata adalah sebagai berikut :

a. Pembeli dapat menuntut pengembalian uang harga pembelian dari penjual ;

b. Pembeli dapat menuntut pengembalian hasil yang diperoleh pembeli dari barang tersebut kepada penjual ;

c. Pembeli dapat menuntut penggantian biaya kerugian dan bunga serta biaya perkara mengenai pembelian dan penyerahan dalam perjanjian jual-beli.

8. Pembeli mempunyai hak menangguhkan atau menunda pembayaran terjadi sebagai akibat gangguan (stornis) yang dialami pembeli atas barang yang dibelinya (Pasal 1500 KUH Perdata).

Pembeli (Konsumen) yaitu beberapa orang yang menjadi pembeli atau pelanggan yang membutuhkan barang untuk mereka gunakan atau mereka konsumsi sebagai kebutuhan hidupnya. Hak dan Kewajiban pembeli (konsumen) adalah sebagai berikut :

• Hak-Hak Pembeli (Konsumen)

Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen Pasal 4, hak-hak konsumen sebagai berikut75 :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa ;

2. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan ;

3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa ;

4. Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang atau jasa yang digunakan ;

75 Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut ;

6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen ;

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif ;

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya ;

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Disamping hak-hak dalam Pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan dalam Pasal 7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha.

Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha merupakan hak konsumen. selain hak-hak yang disebutkan tersebut ada juga hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang. Hal ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan oleh pengusaha sering dilakukan secara tidak jujur yang dalam hukum dikenal dengan terminologi "persaingan curang".

• Kewajiban Pembeli (Konsumen)

Kewajiban Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Kewajiban Konsumen adalah 76 :

76 Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan ; 2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa

;

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati ;

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Perlu ditambahkan kembali tentang wanprestasi, karena kajian penulis adalah kajian putusan dimana pihak tergugat wanprestasi kepada pihak penggugat dalam perjanjian jual-beli yang dilakukan. Wanprestasi artinya perikatan atau perjanjian buruk yang dikarenakan tidak dipenuhinya suatu kewajiban sebagaimana ditetapkan dalam perikatan atau perjanjian. Ini biasanya disebabkan karena dua hal yaitu karena kesalahan debitur baik sengaja maupun karena kelalaian dan karena keadaan memaksa (Overmacht,Forcemajeur). Ada 4 (empat) keadaan wanprestasi ialah tidak memenuhi prestasi, terlambat memenuhi prestasi, memenuhi prestasi secara tidak baik dan melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Akibat hukum wanprestasi ialah para pihak yang melakukan wanprestasi harus memberikan ganti rugi terhadap pihak yang dirugikannya tersebut akibat perbuatannya (Pasal 1243 KUH Perdata).77

77 Djaja. S. Meliala, Op Cit., Hlm. 75-76.

B. Perjanjian Jual-Beli yang dilakukan dengan Surat Elektronik

1. Pengertian Dan Dasar Hukum Berlakunya Surat Elekronik Di Indonesia