Lokasi tambang PT SI di Kabupaten Rembang terletak di kawasan Cekungan Air Tanah Watuputih, Pegunungan Kendeng Utara. Kawasan Watuputih ditetapkan menjadi kawasan Cekungan Air Tanah (CAT). Penetapan CAT Watuputih dimuat dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26 Tahun 2011 mengenai Penetapan Cekungan Air Tanah. Pada lampiran Keppres tersebut tercantum koordinat batas, luas, dan klasifikasi CAT Watuputih. CAT Watuputih
dengan luas 31 km2 diklasifikasikan sebagai CAT B, yaitu CAT lintas
kabupaten/kota karena CAT Watuputih melintasi Kabupaten Rembang dan Blora.
59
Berdasarkan peta Hidrogeologi, akuifer di CAT Watuputih rekahan, dan saluran. Akuifer ini diperkirakan mempunyai produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini merupakan penyusun utama di CAT Watuputih, berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Akuifer ini terbentuk oleh batu gamping Formasi Paciran, yang terdiri dari batugamping pejal dan tergantung derajat karstifikasi pada batugamping. Dengan sifat-sifat batuan penyusunnya, produktifitas akuifer pada daerah produktif. Aliran air tanah pada sistem akuifer ini melalui zona celahan dan rekahan.
Mata air di wilayah CAT ini sebagian besar tersebar di luar wilayah konfigurasi CAT yang telah ditetapkan oleh Keputusan Presiden. Mata air-mata air banyak dijumpai di bagian selatan, dan sebagian di bagian timur dan utara cekungan air tanah. Hanya ada dua Air Tanah, yaitu mata air Sendang Gondang dan mata air Sendang Ngandong yang berada di desa Pancuran.
perlapisan. Pola perkembangan lorong-lorong gua dikontrol oleh rekahan-rekahan dan bidang-bidang patahan serta perkembangan dari pelarutan pada bidang-bidang perlapisan batuan yang terpengaruh oleh adanya rekahan-rekahan yang mengikuti pola perlapisan batuan. Sedangkan keberadaan mata air dan sumur banyak tersebar di formasi Paciran (merupakan Cekungan Air Tanah Watuputih), formasi Ngrayong dan formasi Wonocolo.
air yang tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air kemarau dan penghujan. Dari pengamatan lapangan, zona jenuh air berada di sekitar Sumber Semen dan Mata air Brubulan berada pada ketinggian 150 mdpl, sedangkan zona peralihan pada ketinggian lebih kurang 190 mdpl. Temuan sebaran mata air berada pada zona ketinggian 100 – 350 mdpl tersebar di area CAT Watuputih dan di wilayah yang berada di sebelah barat daya, utara dan selatan Pegunungan Watuputih, data ini yang menguatkan bahwa fungsi Pegunungan Watuputih adalah sebagai kawasan ditandai dengan mata air yang keluar melalui zona-zona rekahan bahwa Pegunungan Watuputih merupakan pegunungan yang mengalami proses karstifikasi aktif sebagai bagian dari Kawasan disekitarnya.
Berdasarkan peta Hidrogeologi, akuifer di CAT Watuputih rekahan, dan saluran. Akuifer ini diperkirakan mempunyai produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini merupakan penyusun utama di CAT Watuputih, berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Akuifer ini terbentuk oleh batu gamping Formasi Paciran, yang terdiri dari batugamping pejal dan tergantung derajat karstifikasi pada batugamping.
Penentuan lokasi usaha yang memerlukan Amdal untuk memperoleh izin lingkungan wajib memperhatikan RTRW. Apabila terdapat ketidaksesuaian lokasi usaha dengan RTRW, maka dokumen Amdal wajib dikembalikan. Hal tersebut tercantum yang merupakan penjelasan pasal 36 sampai dengan 40 UU PPLH. Sehubung dengan peraturan-peraturan yang menyatakan kembali. Apabila lokasi yang dicantumkan pada izin lokasi terbukti tidak sejalan dengan RTRW, berdasarkan PP yang sama pula,
seharusnya dokumen Amdal dikembalikan. Dengan
dikemballikannya dokumen Amdal, maka seluruh izin berkaitan pemerintah daerah. Selain itu, tumpang tindih RTRW Kabupaten rembang pun masih perlu dipertanyakan. Tidak seharusnya ada pada periode yang sama.
. Sebagai CAT, CAT Watuputih memiliki potensi suplai air yang sangat
besar sehingga menjadi sumber air terbesar bagi 14 kecamatan di
Kabupaten Rembang. CAT merupakan kawasan konservasi yang perlu dilindungi dan dikelola. Hal tersebut dinyatakan pada pasal 25 UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pada tanggal 1 Juli 2014, Dr. Surono sebagai Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
merekomendasikan agar tidak melakukan kegiatan penambangan
di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih karena fungsinya sebagai daerah imbuhan air tanah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) terdapat 49 goa di Kabupaten
Rembang.Penataan ruang di Indonesia diatur dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang. Undang-undang ini merupakan pembaruan UU Nomor 24 Tahun 1992. Untuk menjelaskan pasal 20 ayat 6 tentang RTRW Nasional, dibuat PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional. Di dalam PP tersebut, pasal 60 ayat 2 menyatakan semua bentang alam yang memiliki goa masuk ke dalam Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG). Masih dalam PP RTRW Nasional, KCAG termasuk kawasan lindung geologi (pasal 52 ayat 5) yang merupakan salah satu kawasan lindung nasional (pasal 51). Selain UU dan PP tersebut, Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Nomor 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029 pasal 63 juga menyatakan bahwa kawasan CAT Watuputih dikategorikan sebagai kawasan imbuhan air yang termasuk kawasan lindung geologi.
Dokumen RTRW Kabupaten Rembang yang dikeluarkan melalui
Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun
2011 menyatakan CAT Watuputih termasuk kawasan lindung geologi. Akan tetapi, pada peta RTRW Kabupaten Rembang tersebut menyatakan pula bahwa sebagian wilayah di kawasan CAT Watuputih merupakan kawasan pertambangan mineral dan batu bara.
Rencana tata ruang yang tercantum pada peta RTRW Kabupaten Rembang bertentangan dengan dokumen RTRW Kabupaten Rembang yang sudah sejalan dengan RTRW Provinsi Jawa Tengah. Prosedur hirarki mengatur bahwa RTRW yang lebih tinggi merupakan landasan untuk menyusun RTRW lainnya, sehingga
dalam hal ini Pemerintah Daerah (Pemda) kabupaten perlu
berkoordinasi dengan Pemda provinsi maupun Pemda kabupaten lain yang turut terlibat. Adanya tumpang tindih antara dokumen dan peta RTRW Kabupaten Rembang menunjukkan adanya ketidaksesuaian dalam proses penyusunan RTRW.
60
Berdasarkan peta Hidrogeologi, akuifer di CAT Watuputih rekahan, dan saluran. Akuifer ini diperkirakan mempunyai produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini merupakan penyusun utama di CAT Watuputih, berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Akuifer ini terbentuk oleh batu gamping Formasi Paciran, yang terdiri dari batugamping pejal dan tergantung derajat karstifikasi pada batugamping. Dengan sifat-sifat batuan penyusunnya, produktifitas akuifer pada daerah produktif. Aliran air tanah pada sistem akuifer ini melalui zona celahan dan rekahan.
Mata air di wilayah CAT ini sebagian besar tersebar di luar wilayah konfigurasi CAT yang telah ditetapkan oleh Keputusan Presiden. Mata air-mata air banyak dijumpai di bagian selatan, dan sebagian di bagian timur dan utara cekungan air tanah. Hanya ada dua Air Tanah, yaitu mata air Sendang Gondang dan mata air Sendang Ngandong yang berada di desa Pancuran.
perlapisan. Pola perkembangan lorong-lorong gua dikontrol oleh rekahan-rekahan dan bidang-bidang patahan serta perkembangan dari pelarutan pada bidang-bidang perlapisan batuan yang terpengaruh oleh adanya rekahan-rekahan yang mengikuti pola perlapisan batuan. Sedangkan keberadaan mata air dan sumur banyak tersebar di formasi Paciran (merupakan Cekungan Air Tanah Watuputih), formasi Ngrayong dan formasi Wonocolo.
air yang tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air kemarau dan penghujan. Dari pengamatan lapangan, zona jenuh air berada di sekitar Sumber Semen dan Mata air Brubulan berada pada ketinggian 150 mdpl, sedangkan zona peralihan pada ketinggian lebih kurang 190 mdpl. Temuan sebaran mata air berada pada zona ketinggian 100 – 350 mdpl tersebar di area CAT Watuputih dan di wilayah yang berada di sebelah barat daya, utara dan selatan Pegunungan Watuputih, data ini yang menguatkan bahwa fungsi Pegunungan Watuputih adalah sebagai kawasan ditandai dengan mata air yang keluar melalui zona-zona rekahan bahwa Pegunungan Watuputih merupakan pegunungan yang mengalami proses karstifikasi aktif sebagai bagian dari Kawasan disekitarnya.
Berdasarkan peta Hidrogeologi, akuifer di CAT Watuputih rekahan, dan saluran. Akuifer ini diperkirakan mempunyai produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini merupakan penyusun utama di CAT Watuputih, berada di bagian tengah daerah penyelidikan. Akuifer ini terbentuk oleh batu gamping Formasi Paciran, yang terdiri dari batugamping pejal dan tergantung derajat karstifikasi pada batugamping.
Penentuan lokasi usaha yang memerlukan Amdal untuk memperoleh izin lingkungan wajib memperhatikan RTRW. Apabila terdapat ketidaksesuaian lokasi usaha dengan RTRW, maka dokumen Amdal wajib dikembalikan. Hal tersebut tercantum
dalam pasal 4 PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang izin lingkungan
yang merupakan penjelasan pasal 36 sampai dengan 40 UU PPLH. Sehubung dengan peraturan-peraturan yang menyatakan
Kabupaten Rembang merupakan kawasan lindung geologi, izin lokasi yang diterbitkan oleh Bupati Rembang dapat dipertanyakan
kembali. Apabila lokasi yang dicantumkan pada izin lokasi terbukti tidak sejalan dengan RTRW, berdasarkan PP yang sama pula,
seharusnya dokumen Amdal dikembalikan. Dengan
dikemballikannya dokumen Amdal, maka seluruh izin berkaitan
dengan usaha pertambangan tidak seharusnya diterbitkan oleh
pemerintah daerah. Selain itu, tumpang tindih RTRW Kabupaten rembang pun masih perlu dipertanyakan. Tidak seharusnya ada
perbedaan dalam hal rencana penataan ruang sebuah wilayah
pada periode yang sama.
.
61
produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini
tergantung derajat karstifikasi pada batugamping. Dengan sifat-sifat batuan penyusunnya, produktifitas akuifer pada daerah
konfigurasi CAT yang telah ditetapkan oleh Keputusan Presiden. kemarau dan penghujan. Dari pengamatan lapangan, zona jenuh
mengalami proses karstifikasi aktif sebagai bagian dari Kawasan Karst Pegunungan Kendeng Utara yang berfungsi sebagai epikarst
produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Kelompok akuifer ini
tergantung derajat karstifikasi pada batugamping.
yang merupakan penjelasan pasal 36 sampai dengan 40 UU PPLH. Kabupaten Rembang merupakan kawasan lindung geologi, izin
seharusnya dokumen Amdal dikembalikan. Dengan
pemerintah daerah. Selain itu, tumpang tindih RTRW Kabupaten
62
I N V E S T I G A T I O N R E P O R T K O M U N E R A K A P A R E | R E M B A N G