• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Investigasi Berebut Berkah Tan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Investigasi Berebut Berkah Tan"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

03

Laporan Investigasi

Berebut Berkah Tanah Kendeng

Copyleft - Komune Rakapare

PENERBIT DIKARA KARSA Bale Pare

Jl. Ir. H. Djuanda No. 109 Bandung, Jawa Barat 40132 Telepon : +6285624100833

Email : dikarakarsa@rakapare.org Website : rakapare.org

Cetakan pertama tahun 2015

Penyelia : Andi Bhatara

Redaksi : Husein Abdulsalam, Luthfi Anshari Desain Isi : Nayaka Angger

Desain Sampul : Andi Bhatara

Hak Cipta dinaungi Semangat Perjuangan

(5)

04

EDITORIAL

Berjuang nampaknya menjadi sebuah kisah tersendiri yang digariskan dalam kala nyawa manusia, bahkan teruntuk mereka yang hanya menghendaki kehidupan sederhana. Bagaimana tidak, para petani di Rembang harus terkutuk letih berjuang dalam kemelut konflik pembangunan pabrik semen oleh PT Semen Indonesia. Masalah ini mungkin terlampau berat dan berlarut untuk diperjuangkan oleh seorang petani yang seharusnya menggarap lahannya, menyuapi keluarganya sepiring nasi, ketimbang bertempur mempertahankan kemaslahatan tanahnya yang seharusnya dijaga oleh negara.

Namun, pembangunan juga tidak lagi menjadi sebuah mitos destruksi kultur ataupun ekologi. Pembangunan telah menjelma menjadi proses pendewasaan dan persiapan bangsa untuk perhelatan dunia yang tidak dapat dipungkiri. Konflik ini menjadi sebuah dilema yang menyadarkan kita bahwa segalanya bukan seperti yang terlihat. Nyatanya banyak sekali pihak dan berbagai kepentingan yang dipertemukan dalam friksi pada permasalahan ini, yang masing-masingnya tidak bisa disalahkan.

Lewat dokumen ini, Komune Rakapare mencoba mengguratkan berbagai cerita tentang konflik Rembang yang dikisahkan dari beberapa perspektif untuk menghindari ketimpangan sudut pandang. Laporan ini dibuat dan disusun sebelum survei besar kami ke Rembang, sebuah analisis awal tanpa data lapangan yang komprehensif, sehingga kekurangan akan senantiasa menghiasi. Semua yang tertulis di sini ditujukan untuk tujuan penelitian semata dan demi keadilan yang setegak-tegaknya.

Cerita ini kami harapkan menjadi sebuah risalah agar setiap perjuangan kawan-kawan kita di sana menjadi sebuah perjuangan yang layak diperjuangkan.

(6)

SENARAI

CERITA

S E L AYA N G

PA N D A N G

07

11

B A L A D A S E N G K E T A

R E M B A N G

23

P U S A R A N A K T O R

D I M E D A N P O L I T I K

35

T E L A A H K O N T E K S T U A L

S O S I A L K U L T U R A L

43

D A M P A K S O S I A L

D A N P S I K O L O G I

49

P O L E M I K S E M E N D A N

S U M B E R D A Y A A L A M

63

S E M E N : M E N I L I K D A R I

K A C A M A T A E K O N O M I

69

P A S A N G S U R U T H A M

B U M I R E M B A N G

81

R E M B A N G D A L A M

P E R S P E K T I F H U K U M

89

R E M B A N G D A L A M

B I N G K A I M E D I A

95

D A F T A R P U S T A K A /

P R O F I L P E N U L I S

BALADA SENGKETA REMBANG

(7)

Debu-Debu & Eulogi Padi

(8)

Dari kacamata sederhana, konflik ini adalah pertentangan antara

antara satu sama lainnya memiliki kepentingan masing-masing yang sama baik nilainya. Para petani tidak mau tanahnya diambil

juga berpengaruh terhadap kegiatan pertanian. Sementara

lapangan kerja baru terhadap masyarakat setempat. Sebagai

aktivitas dalam medan pasar nasional maupun internasional.

Keduanya memiliki kontribusi yang baik terhadap nasib bangsa ini.

bisa akur dan melebur. Panggung konflik yang turut melibatkan kaum intelektual, institusi pendidikan, jaringan aktivis, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), media, Polri, dan TNI ini pun menciptakan kompleksitas tersendiri dalam dinamika konflik Rembang.

koridor-koridor permasalahan yang menjadi kerangka kontekstual penyebab konflik yang terjadi. Berdasarkan survey kecil Operasi Rembang yang dilakukan pada 23-26 April 2015 di kecamatan

merumuskan sejumlah level analisis permasalahan demi

lanjutan. Koridor permasalahan dikelompokkan menjadi Delapan Koridor, yaitu :

Sebagai salah satu negara berkembang dengan pertumbuhan

ekonomi paling pesat, pemerintah Indonesia kian gencar

mendaraskan wacana pembangunan nasional. Semakin dekatnya tenggat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 pun turut

mendorong pemerintah Indonesia untuk menciptakan iklim

kondusif bagi bisnis dan investasi ekonomi yang dipercaya dapat menciptakan efek imbas (trickle-down effect) yang akan

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sayangnya,

pembangunan nasional merupakan frasa terminologis yang

seringkali tidak diinterpretasikan secara seragam oleh aktor-aktor yang mengklaim (atau diklaim) sebagai subyeknya.

Dari sekian banyak sektor untuk mempercepat ekonomi, pertambangan dianggap sebagai salah satu sektor paling potensial

untuk mendongkrak pertumbuhan dan pembangunan Indonesia. Agenda ini pun termanifestasi dalam instalasi situs-situs

pertambangan di berbagai wilayah di Indonesia yang memang

kaya akan mineral tambang, mulai dari Papua hingga Sumatera, termasuk pulau Jawa. Namun situs-situs pertambangan yang

dibangun di area rural ini justru seringkali menjadi titik mula

terperciknya konflik. Kasus-kasus konfliktual yang melibatkan

protes masyarakat lokal atas didirikannya situs pertambangan di

habitat mereka bukanlah cerita baru. PT Freeport di Papua

misalnya, hanyalah sedikit contoh dimana masyarakat setempat

resisten terhadap manifestasi investasi pembangunan yang menjelma kompleks tambang.

Akhir-akhir ini, konflik dengan topik serupa muncul di Rembang, Jawa Tengah. Rencana salah satu upaya PT. Semen Indonesia (SI)

untuk mengeksplorasi kekayaan karst di Rembang mendapatkan

perlawanan dari masyarakat setempat. Justifikasi akan pentingnya

memenangkan kompetisi ekonomi global dan pembangunan nasional tak menyurutkan gelombang resistensi dan polemik

kontroversial yang kini telah meluas di media daring.

07

SELAYANG

PANDANG

(9)

Dari kacamata sederhana, konflik ini adalah pertentangan antara

masyarakat pertanian dan perusahaan pertambangan yang

antara satu sama lainnya memiliki kepentingan masing-masing yang sama baik nilainya. Para petani tidak mau tanahnya diambil

ataupun terganggu dengan adanya pembangunan pabrik semen, yang disinyalir akan berdampak terhadap sumber daya alam yang

juga berpengaruh terhadap kegiatan pertanian. Sementara

perusahaan ingin membangun pertambangan semen yang akan memanfaatkan sumber daya alam lokal dan memberikan sebuah

lapangan kerja baru terhadap masyarakat setempat. Sebagai

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) manfaatnya jelas, meningkatkan produksi komoditas semen dalam negeri untuk dapat meningkatkan perekonomian Indonesia lewat segala

aktivitas dalam medan pasar nasional maupun internasional.

Keduanya memiliki kontribusi yang baik terhadap nasib bangsa ini.

Tapi sampai hari ini keduanya seperti air dan minyak yang tidak

bisa akur dan melebur. Panggung konflik yang turut melibatkan kaum intelektual, institusi pendidikan, jaringan aktivis, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), media, Polri, dan TNI ini pun menciptakan kompleksitas tersendiri dalam dinamika konflik Rembang.

08

koridor-koridor permasalahan yang menjadi kerangka kontekstual penyebab konflik yang terjadi. Berdasarkan survey kecil Operasi Rembang yang dilakukan pada 23-26 April 2015 di kecamatan

merumuskan sejumlah level analisis permasalahan demi

lanjutan. Koridor permasalahan dikelompokkan menjadi Delapan Koridor, yaitu :

Sebagai salah satu negara berkembang dengan pertumbuhan

mendaraskan wacana pembangunan nasional. Semakin dekatnya tenggat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 pun turut

kondusif bagi bisnis dan investasi ekonomi yang dipercaya dapat menciptakan efek imbas (trickle-down effect) yang akan

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sayangnya,

seringkali tidak diinterpretasikan secara seragam oleh aktor-aktor yang mengklaim (atau diklaim) sebagai subyeknya.

untuk mendongkrak pertumbuhan dan pembangunan Indonesia. Agenda ini pun termanifestasi dalam instalasi situs-situs

kaya akan mineral tambang, mulai dari Papua hingga Sumatera, termasuk pulau Jawa. Namun situs-situs pertambangan yang

terperciknya konflik. Kasus-kasus konfliktual yang melibatkan

habitat mereka bukanlah cerita baru. PT Freeport di Papua

resisten terhadap manifestasi investasi pembangunan yang menjelma kompleks tambang.

Akhir-akhir ini, konflik dengan topik serupa muncul di Rembang, Jawa Tengah. Rencana salah satu upaya PT. Semen Indonesia (SI)

perlawanan dari masyarakat setempat. Justifikasi akan pentingnya

kontroversial yang kini telah meluas di media daring.

(10)

Dari kacamata sederhana, konflik ini adalah pertentangan antara masyarakat pertanian dan perusahaan pertambangan yang antara satu sama lainnya memiliki kepentingan masing-masing yang sama baik nilainya. Para petani tidak mau tanahnya diambil ataupun terganggu dengan adanya pembangunan pabrik semen, yang disinyalir akan berdampak terhadap sumber daya alam yang juga berpengaruh terhadap kegiatan pertanian. Sementara perusahaan ingin membangun pertambangan semen yang akan memanfaatkan sumber daya alam lokal dan memberikan sebuah lapangan kerja baru terhadap masyarakat setempat. Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) manfaatnya jelas, meningkatkan produksi komoditas semen dalam negeri untuk dapat meningkatkan perekonomian Indonesia lewat segala aktivitas dalam medan pasar nasional maupun internasional.

Keduanya memiliki kontribusi yang baik terhadap nasib bangsa ini. Tapi sampai hari ini keduanya seperti air dan minyak yang tidak bisa akur dan melebur. Panggung konflik yang turut melibatkan kaum intelektual, institusi pendidikan, jaringan aktivis, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), media, Polri, dan TNI ini pun menciptakan kompleksitas tersendiri dalam dinamika konflik Rembang.

Oleh karena itu, kami, Komune Rakapare hendak mengurai koridor-koridor permasalahan yang menjadi kerangka kontekstual penyebab konflik yang terjadi. Berdasarkan survey kecil Operasi Rembang yang dilakukan pada 23-26 April 2015 di kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, tim Komune Rakapare telah merumuskan sejumlah level analisis permasalahan demi pemahaman holistik sekaligus pijakan untuk perumusan tindak lanjutan. Koridor permasalahan dikelompokkan menjadi Delapan Koridor, yaitu :

09

Sebagai salah satu negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi paling pesat, pemerintah Indonesia kian gencar mendaraskan wacana pembangunan nasional. Semakin dekatnya tenggat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 pun turut mendorong pemerintah Indonesia untuk menciptakan iklim kondusif bagi bisnis dan investasi ekonomi yang dipercaya dapat menciptakan efek imbas (trickle-down effect) yang akan

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sayangnya,

pembangunan nasional merupakan frasa terminologis yang seringkali tidak diinterpretasikan secara seragam oleh aktor-aktor yang mengklaim (atau diklaim) sebagai subyeknya.

Dari sekian banyak sektor untuk mempercepat ekonomi, pertambangan dianggap sebagai salah satu sektor paling potensial untuk mendongkrak pertumbuhan dan pembangunan Indonesia. Agenda ini pun termanifestasi dalam instalasi situs-situs pertambangan di berbagai wilayah di Indonesia yang memang kaya akan mineral tambang, mulai dari Papua hingga Sumatera, termasuk pulau Jawa. Namun situs-situs pertambangan yang dibangun di area rural ini justru seringkali menjadi titik mula terperciknya konflik. Kasus-kasus konfliktual yang melibatkan protes masyarakat lokal atas didirikannya situs pertambangan di habitat mereka bukanlah cerita baru. PT Freeport di Papua misalnya, hanyalah sedikit contoh dimana masyarakat setempat resisten terhadap manifestasi investasi pembangunan yang menjelma kompleks tambang.

Akhir-akhir ini, konflik dengan topik serupa muncul di Rembang, Jawa Tengah. Rencana salah satu upaya PT. Semen Indonesia (SI) untuk mengeksplorasi kekayaan karst di Rembang mendapatkan perlawanan dari masyarakat setempat. Justifikasi akan pentingnya memenangkan kompetisi ekonomi global dan pembangunan nasional tak menyurutkan gelombang resistensi dan polemik kontroversial yang kini telah meluas di media daring.

KOMUNIKASI POLITIK

SOSIAL / KULTURAL

SOSIAL / PSIKOLOGI

MEDIA EKOLOGI /

GEOLOGI

EKONOMI

HAK ASASI MANUSIA

HUKUM

(11)

Melalui reportase ini, Komune Rakapare bermaksud mengajak rekan-rekan mahasiswa, aktivis, kaum intelektual, karyawan, ilmuwan, seniman, dan siapapun yang peduli dengan kemanusiaan dan lingkungan untuk bergabung dalam penelitian lebih lanjut

terkait konflik Rembang. Penelitian ini nantinya bertujuan untuk

mendesak pemerintah agar menciptakan kerangka regulasi baru

yang relevan agar konflik-konflik sama nan serupa tidak terus menerus berulang tanpa penyelesaian yang adil dan berkelanjutan.

Apalah artinya pembangunan, jika dasarnya ternyata

ketidak-adilan yang menyengsarakan.

Sepi ing pamrih, rame ing gawe, memayu hayuning bawana.

/

Redaksi Komune Rakapare

10

(12)

BALADA SENGKETA

REMBANG

A N D I B H A T A R A K R O N O L O G I

EKSPANSI PEMBANGUNAN SEMEN

2006 - 2012

Sejarah konflik ini dimulai tahun 2006. Saat itu PT Semen Gresik (SG) hendak melakukan pembangunan pabrik semen di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Hal ini ditolak warga Samin karena takut pabrik semen merusak lingkungan dan mata air sehingga berdampak pada pertanian mereka. Masyarakat

yang menolak lalu membawa persoalan ini ke pengadilan, sampai

pada akhirnya warga Samin memenangi gugatan di Pengadilan Tinggi Umum Negeri (PTUN) dan Mahkamah Agung (MA) pada pertengahan 2009. Akhirnya PT SG terpaksa membatalkan investasinya dan angkat kaki dari Pati. Namun ternyata keputusan itu tidak menghentikan PT SG untuk membangun pabrik semen.

Rencana tersebut dipindahkan ke Kecamatan Gunem, Kabupaten

Rembang, Provinsi Jawa Tengah.

Setahun setelahnya, pada tanggal 14 Oktober 2010, PT SG mendapatkan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) melalui keputusan Bupati No. 545/68/2010 perihal pemberian WIUP eksplorasi kepada PT SG. Keputusan itu disambut Bupati dengan keputusan berikutnya di surat Kep. Bupati No. 591/40/2011 tentang pemberian izin lokasi eksplorasi kepada PT Semen Gresik. Setelah

mengalami proses yang terbilang cukup singkat, keputusan

berikutnya dikeluarkan oleh Bupati yaitu keputusan No. 591/40/2011 tentang pemberian izin lokasi kepada PT SG untuk

pembangunan pabrik semen, lahan tambang bahan baku, dan

sarana pendukung lainnya pada tanggal 18 November 2011. Pada tanggal 20 Desember 2012 PT Semen Gresik (Persero) Tbk. berganti nama menjadi PT Semen Indonesia (SI) (Persero) Tbk. Setelah PT SG

berganti lama, tanggal 7 Juni 2012 dikeluarkan keputusan

Gubernur Jawa Tengah No. 660.1/17/2012 tentang izin kegiatan pembangunan dan pengembangan pabrik semen oleh PT SI.

11

(13)
(14)

pendirian pabrik semen PT SI kepada pemerintah desa. Namun di

masih tidak tahu menahu soal pendirian pabrik semen PT SI. Warga

seorang warga Tegaldowo, Adi Purwoto. Dari pihak yang kontra pembangunan pabrik semen, Muslihin dan Masduriantok-lah yang terlibat dengan dialog itu. Berdasarkan laporan, keduanya merasa terintimidasi karena diancam akan diculik. Dialog tersebut dihadiri bukan hanya oleh Adi Purwoto, tapi juga melibatkan Isroi seorang anggota TNI Koramil Gunem, Suwito yang menjabat ketua BPD Desa Tegaldowo, Supriyadi yang merupakan Ketua Karang Taruna

Tegaldowo, Rakiman, Hendarsun dan Agus yang juga warga Tegaldowo. Menurut tuturan Muslihin dan Masduriantok ada juga

dari LSM yang berjumlah 2 orang dan seorang pihak PT SI berada di kediaman Adi. Intimidasi yang terjadi berupa himbauan agar mereka tidak menolak PT SI, tapi disarankan untuk membuat sesuatu acara atau kegiatan lalu meminta PT SI untuk mendanainya.

kehadiran semen (pro-semen). Berita tersebut diketahui warga

menyuarakan "Tolak Pabrik Semen!" di masing-masing pengeras suaranya. Ketakutan, seluruh perangkat desa dan DPRD melarikan diri dari Desa Tegaldowo.

Tanggal 23 September 2013, beberapa warga Tegaldowo dipanggil oleh Wakil Bupati, H. Abdul Hafidz di kediaman dinasnya. Wakil

di sana dikatakan olehnya "Bahwa PT SI tidak akan merusak

ngaritnya bisa pindah ke Purwodadi".

Konflik antara warga semakin membuncah tengah malam tanggal 24 September 2013, warga Desa Timbrangan, Suyasir dan Sofyan

tuduhan telah merusak spanduk milik orang pro-semen. Warga

dihormati. Istigosah diadakan tanggal 4 Oktober 2013 dalam

Timbrangan, Suntri, Bitingan dan Pasucen dengan dipimpin oleh Ustadz Ubaidillah Ahmad dan Ustadz Gufron yang berasal dari Desa Sidorejo, Pamatan. Pada tanggal 22 Oktober 2013 istigosah

melestarikan pegunungan Kendeng Utara.

Tegaldowo. PT Semen Gresik memasang umbul-umbul di sekitar

tahun perusahaan. Ulang tahun tersebut diramaikan dengan

siswa sekolah dasar dan ibu-ibu dan berakhir di panggung yang berada di calon tapak pabrik. Acara tersebut didatangi dan dibubarkan oleh warga desa Tegaldowo, Timbrangan, Suntri,

diadakan disana karena masih banyak warga yang belum setuju. Esoknya tanggal 28 Oktober 2013 warga kembali melakukan

dan dipimpin oleh Ustadz yang sama.

agar dapat dilihat oleh pihak PT SI. Pada pukul 09.00 tindakan kekerasan terjadi. Ibu-ibu yang ingin mendirikan tenda dihalang-halangi oleh preman, polisi dan tentara. Namun polisi

melempar ibu-ibu ke semak-semak hingga pingsan. Murtini, warga Timbrangan dan Suparmi, warga Tegaldowo yang menjadi korban tindakan tersebut. Beberapa warga yang mendokumentasikan aksi

gadungan. Namun, beberapa ibu-ibu berhasil mendokumentasikan aksi kekerasan dan tindakan para polisi. Karena terdesak, warga memutuskan untuk mendirikan tenda di malam hari.

Siang harinya polisi berdatangan lagi dengan truk polisi. Polisi membawa surat penangkapan atas nama tiga orang: Luthfi dari LBH Semarang, Gun Retno dengan tuduhan provokator dari Pati dan Joko Priyanto. Dua truk polisi masuk ke desa dan mencari ketiga orang tersebut, hanya Luthfi yang berhasil ditangkap. Sampai pada malam harinya warga berhasil mendirikan tenda dan diisi oleh ibu-ibu. Polisi yang melihat hal itu mengepung ibu-ibu dengan berbondong-bondong. Ibu-ibu yang ketakutan kemudian menangis dan melakukan wiridan. Mereka bersikeras tidak akan pergi apabila semua aktivitas PT SI tidak dihentikan. Aan, yang juga berasal dari LBH Semarang berhasil bernegosiasi dengan polisi sehingga polisi memutuskan untuk mundur.

Semenjak hari itu, tenda perjuangan terus berdiri, meskipun

ditinggalkan. Tanggal 22 Juni 2014 contohnya, Ustadz Ubaidillah menghampiri ibu-ibu yang ada di tenda perjuangan dan

di bulan puasa itu tidak baik menurut hukum agama. Tanggal 26 Juni 2014, Teguh Gunawarman mendatangi tenda ibu-ibu dan menanyakan warga "Apakah ibu-ibu sudah membaca AMDAL atau belum?" Spontan Sukinah, salah seorang warga Tegaldowo,

menutupi tanaman kami".

Camat Gunem tersebut kemudian menanyakan kepada ibu-ibu

tambang yang lain. Dengan lantang kemudian Yani juga yang

mata air kami dan pertanian kami. Tambang semen adalah

Tangal 20 Februari 2014, warga masyarakat Tegaldowo menggelar

tambang. Hal ini dilakukan seiring dengan perlawanan warga

perusahaan tersebut adalah PT Bangun Artha (BA), PT Amir Hajar Kilsi (AKH), PT United Tractors Semen Gresik dan PT Kurnia Artha Pratiwi. Warga memprotes perusahaan tersebut karena merasa

lalang ke perusahaan menghasilkan debu-debu yang menutupi lahan dan tanaman mereka. Belum lagi kebisingan yang sangat mengganggu penduduk sekitar. Dialog yang direncanakan ternyata

membubarkan acara dialog. Disinyalir preman tersebut merupakan preman yang dibayar perusahaan. Warga merasa sangat tersinggung ketika mengetahui bahwa Wuryadi yang merupakan anggota BPD Tegaldowo sekaligus pekerja di PT BA melemparkan botol air mineral kepada Sumarno, salah satu warga di tengah-tengah acara.

patok terhadap lahan-lahan mereka dengan tulisan "Tanah ini tidak akan pernah dijual". Solidaritas Jaringan Masyarakat Peduli

2014. Tanggal 20 Mei 2014 warga melakukan istigosah di dalam calon lokasi pabrik semen. Kemudian tanggal 1 Juni warga

di Desa Tegaldowo.

Tanggal 15 Juni 2014 warga Tegaldowo yang bersikeras menolak pendirian pabrik harus sekali lagi kalang kabut. Warga melihat spanduk PT SI di sekitar calon tapak pabrik semen mengenai kabar peletakan batu pertama. Segera kabar tersebut dilayangkan pada warga setempat. Ketika berita tersebut sampai ke sesepuh desa, sontak mereka langsung membuat pertemuan pada pukul 19.30

lainnya. Pukul 05.30, tanggal 16 Juni 2014, warga langsung berangkat dengan segala tindakan yang telah direncanakan. Ratusan ibu-ibu petani terlibat mengikuti aksi ini, warga berniat

04

PERTUMBUHAN BIBIT PERLAWANAN

2012 - 2013

Pada tahun 2012, kabar pendirian pabrik semen tersebut akhirnya sampai ke telinga warga, warga yang merasa tidak tahu menahu

lantas mencari-cari kepastian soal rencana tersebut. Pada akhir tahun 2012, Sumarno, Supristianto, Kusrin, Abdullah dan Pamin

(semuanya warga Tegaldowo) menanyakan kabar terkait rencana

pendirian pabrik semen PT SI kepada Bapak Kepala Desa Tegaldowo, Suyanto. Namun, jawaban yang didapatkan oleh warga

adalah bahwa pihak Kepala Desa pun tidak tahu menahu

mengenai adanya rencana pendirian pabrik semen. Warga yang

tidak puas dan masih merasa curiga pun memutuskan untuk

menanyakan hal tersebut ke kantor Kecamatan Gunem. Warga sejumlah 8 orang, yaitu Joko Prianto, Sumarno, Abdullah, Supristianto, Parmin, Rusman, Joko, Zanjuli dan Nardi berdialog dengan pihak Camat Gunem, Teguh Gunawarman. Namun, ternyata jawaban tidak sesuai yang diharapkan. Teguh

Gunawarman, selaku Camat Gunem, mengaku tidak tahu soal

rencana pendirian pabrik semen PT SI di Rembang. Ia lalu menyarankan warga mengirim surat kepada pihak PT SI, DPRD

Rembang, Bupati Rembang, Gubernur, MPR RI dan Presiden terkait

permintaan sosialisasi pendirian pabrik PT SI.

Di saat bibit penolakan mulai tumbuh, 15 Februari 2013, Bupati Rembang mengeluarkan putusan no. 545/230/2013 tentang

pemberian IUP mengenai operasi produksi batuan tanah liat

kepada PT SI. Karena pembangunan akan diadakan di Desa

Tegaldowo yang merupakan tempat tinggal mereka, warga menjadi

semakin khawatir dengan kabar yang berkembang. Warga yang resah bingung hendak berbuat apa. Sampai tanggal 17 April 2013,

warga akhirnya mencoba mengikuti saran dari Teguh Gunawarman untuk mengirim surat kepada pihak yang telah disebutkan dan meminta sosialisasi soal kebenaran kabar

pendirian pabrik PT SI di Tegaldowo untuk disegerakan. Surat pun

dikirim melalui kantor pos Rembang diiringi aksi teatrikal di halaman kantor pos dengan rombongan warga yang

beranggotakan 19 orang.

Tak kunjung mendapatkan surat balasan, warga Tegaldowo pun berinisiatif mengadakan pertemuan di balai desa antara seluruh elemen desa (mulai dari Karang Taruna, pejabat desa dan tokoh

masyarakat) pada tanggal 22 April 2013. Menggunakan momen

tersebut, warga mengangkat kembali pertanyaan rencana

13

Warga yang semakin dibingungkan dengan laporan tersebut berencana untuk menemui kembali pemerintah desa. Namun

produktivitas desa. Naas, organisasi yang didirikan tanpa hubungan dengan konflik dituduh oleh pemerintah desa bahwa

pemerintah desa. Saat itu masyarakat pun kehilangan kepercayaan

memihak pada kepentingan dan nasib rakyat.

untuk melakukan sosialisasi pembangunan pabrik semen. Puluhan

pihak keamanan. Beberapa diundang dan masuk ke dalam forum, mereka antara lain Sumarno, Supristianto, Sunardo dan Sujito. Warga yang merasa belum pernah dikabari oleh pemerintah setempat merasa tidak terima. Adu mulut pun terjadi dan berujung penyekapan keempat warga tersebut. Mereka mengaku diintimidasi oleh Suyanto, Suwito, Turmen yang merupakan Kepala

Masudi, Badri, Rakiman, Nyono dan Jumadi. Dikemudian hari, menurut keterangan warga, forum ini selalu menjadi justifikasi telah berlangsungnya sosialisasi di Desa Tegaldowo oleh PT SI. Joko

tersebut. Padahal di hari itu Priyanto tidak berada di kediaman karena sedang berada di Pontianak.

Warga yang semakin geram karena merasa keputusan tidak disepakati bersama-sama lalu menggeruduk gedung DPRD Rembang pada tanggal 18 September 2013. Warga menyatakan

Semen PT SI. Warga meminta kepada DPRD Rembang untuk turut

pinjam pakai kawasan hutan yang diajukan oleh pihak PT SI. DPRD

sampai sekarang Pansus tersebut tidak pernah ada. Keesokan harinya, tanggal 19 September 2013, Sunarto selaku Ketua DPRD Rembang, wakilnya Catur Winarto bersama Teguh Gunawarman

menderita akibat tambang". Pada tanggal yang sama Alissa Wahid,

ibu-ibu.

Esoknya tanggal 27 Juni 2014 Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah datang ke tenda. Ganjar ingin menyalami ibu-ibu tapi

merasa bahwa Ganjar sudah tidak bersama warganya. Ganjar

didampingi ahli masing-masing. Warga di sini diberi kesempatan seminggu untuk mencari ahli. Setelah warga siap dengan ahlinya,

mengabarkan kesiapannya. Joko Priyanto kemudian ditunjuk warga untuk mencari pakar, pada tanggal 28 Juni 2014 Priyanto bertemu Ardi Wibowo dari IPB dan Teguh dari UPN Veteran Yogyakarta. Tanggal 29 Juni 2014 pun warga langsung mengirim

ada.

Tanggal 1 Juli 2014, Dr. Surono sebagai Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih karena fungsinya sebagai daerah imbuhan air tanah. Surono pun kemudian

pihak semen dan warga pada tanggal 7 Juli 2014. Bersamaan di

kantor Gubernur. Namun oleh Naryo (salah seorang staff kantor

menuju pemilu. Warga pun mengalah. Di dalam, Surono dicecar dengan banyak argumen yang menjatuhkan argumennya. Pihak PT SI mengaku sudah disetujui warga sekitar untuk mendirikan pabrik

Juni 2013. Pada akhirnya pertemuan tersebut tidak menghasilkan apapun.

Pada tanggal 19 Februari 2014, warga semakin konfrontatif karena

dengan baik. Warga melakukan aksi kembali di depan DPRD

sampai 400 orang menuntut untuk menghentikan semua aktivitas

pembangunan pabrik semen PT SI dan mencabut dukungan dan persetujuan terhadap rencana pembangunan pabrik-pabrik semen yang ada di Rembang. Mereka meminta peninjauan ulang dan konsistensi pemerintah terhadap Perda Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2010 tentang RTRW dan Perda Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa Cekungan Watu Putih adalah kawasan imbuhan air dan kawasan lindung geologi. Warga sempat berdorong-dorongan dengan pihak keamanan karena pihak DPRD tidak kunjung menemui warga di halaman gedung DPRD. Akhirnya

pihak DPRD hanya menjelaskan hal-hal normatif yang

pada warga dan kemajuan desa.

(15)

pendirian pabrik semen PT SI kepada pemerintah desa. Namun di

akhir pertemuan jawaban yang diberikan masih sama, mereka

masih tidak tahu menahu soal pendirian pabrik semen PT SI. Warga

yang pulang dengan tangan hampa lalu mendapat kabar bahwa ternyata sebelum pertemuan sempat terjadi dialog di rumah salah

seorang warga Tegaldowo, Adi Purwoto. Dari pihak yang kontra pembangunan pabrik semen, Muslihin dan Masduriantok-lah yang terlibat dengan dialog itu. Berdasarkan laporan, keduanya merasa terintimidasi karena diancam akan diculik. Dialog tersebut dihadiri bukan hanya oleh Adi Purwoto, tapi juga melibatkan Isroi seorang anggota TNI Koramil Gunem, Suwito yang menjabat ketua BPD Desa Tegaldowo, Supriyadi yang merupakan Ketua Karang Taruna

Desa Tegaldowo, Bambang Pornadi yang bertugas sebagai Hansip

Tegaldowo, Rakiman, Hendarsun dan Agus yang juga warga Tegaldowo. Menurut tuturan Muslihin dan Masduriantok ada juga

orang yang tidak diketahui namanya oleh mereka, dicurigai berasal

dari LSM yang berjumlah 2 orang dan seorang pihak PT SI berada di kediaman Adi. Intimidasi yang terjadi berupa himbauan agar mereka tidak menolak PT SI, tapi disarankan untuk membuat sesuatu acara atau kegiatan lalu meminta PT SI untuk mendanainya.

14

kehadiran semen (pro-semen). Berita tersebut diketahui warga

menyuarakan "Tolak Pabrik Semen!" di masing-masing pengeras suaranya. Ketakutan, seluruh perangkat desa dan DPRD melarikan diri dari Desa Tegaldowo.

Tanggal 23 September 2013, beberapa warga Tegaldowo dipanggil oleh Wakil Bupati, H. Abdul Hafidz di kediaman dinasnya. Wakil

di sana dikatakan olehnya "Bahwa PT SI tidak akan merusak

ngaritnya bisa pindah ke Purwodadi".

Konflik antara warga semakin membuncah tengah malam tanggal 24 September 2013, warga Desa Timbrangan, Suyasir dan Sofyan

tuduhan telah merusak spanduk milik orang pro-semen. Warga

dihormati. Istigosah diadakan tanggal 4 Oktober 2013 dalam

Timbrangan, Suntri, Bitingan dan Pasucen dengan dipimpin oleh Ustadz Ubaidillah Ahmad dan Ustadz Gufron yang berasal dari Desa Sidorejo, Pamatan. Pada tanggal 22 Oktober 2013 istigosah

melestarikan pegunungan Kendeng Utara.

Tegaldowo. PT Semen Gresik memasang umbul-umbul di sekitar

tahun perusahaan. Ulang tahun tersebut diramaikan dengan

siswa sekolah dasar dan ibu-ibu dan berakhir di panggung yang berada di calon tapak pabrik. Acara tersebut didatangi dan dibubarkan oleh warga desa Tegaldowo, Timbrangan, Suntri,

diadakan disana karena masih banyak warga yang belum setuju. Esoknya tanggal 28 Oktober 2013 warga kembali melakukan

dan dipimpin oleh Ustadz yang sama.

agar dapat dilihat oleh pihak PT SI. Pada pukul 09.00 tindakan kekerasan terjadi. Ibu-ibu yang ingin mendirikan tenda dihalang-halangi oleh preman, polisi dan tentara. Namun polisi

melempar ibu-ibu ke semak-semak hingga pingsan. Murtini, warga Timbrangan dan Suparmi, warga Tegaldowo yang menjadi korban tindakan tersebut. Beberapa warga yang mendokumentasikan aksi

gadungan. Namun, beberapa ibu-ibu berhasil mendokumentasikan aksi kekerasan dan tindakan para polisi. Karena terdesak, warga memutuskan untuk mendirikan tenda di malam hari.

Siang harinya polisi berdatangan lagi dengan truk polisi. Polisi membawa surat penangkapan atas nama tiga orang: Luthfi dari LBH Semarang, Gun Retno dengan tuduhan provokator dari Pati dan Joko Priyanto. Dua truk polisi masuk ke desa dan mencari ketiga orang tersebut, hanya Luthfi yang berhasil ditangkap. Sampai pada malam harinya warga berhasil mendirikan tenda dan diisi oleh ibu-ibu. Polisi yang melihat hal itu mengepung ibu-ibu dengan berbondong-bondong. Ibu-ibu yang ketakutan kemudian menangis dan melakukan wiridan. Mereka bersikeras tidak akan pergi apabila semua aktivitas PT SI tidak dihentikan. Aan, yang juga berasal dari LBH Semarang berhasil bernegosiasi dengan polisi sehingga polisi memutuskan untuk mundur.

Semenjak hari itu, tenda perjuangan terus berdiri, meskipun

ditinggalkan. Tanggal 22 Juni 2014 contohnya, Ustadz Ubaidillah menghampiri ibu-ibu yang ada di tenda perjuangan dan

di bulan puasa itu tidak baik menurut hukum agama. Tanggal 26 Juni 2014, Teguh Gunawarman mendatangi tenda ibu-ibu dan menanyakan warga "Apakah ibu-ibu sudah membaca AMDAL atau belum?" Spontan Sukinah, salah seorang warga Tegaldowo,

menutupi tanaman kami".

Camat Gunem tersebut kemudian menanyakan kepada ibu-ibu

tambang yang lain. Dengan lantang kemudian Yani juga yang

mata air kami dan pertanian kami. Tambang semen adalah

Tangal 20 Februari 2014, warga masyarakat Tegaldowo menggelar

tambang. Hal ini dilakukan seiring dengan perlawanan warga

perusahaan tersebut adalah PT Bangun Artha (BA), PT Amir Hajar Kilsi (AKH), PT United Tractors Semen Gresik dan PT Kurnia Artha Pratiwi. Warga memprotes perusahaan tersebut karena merasa

lalang ke perusahaan menghasilkan debu-debu yang menutupi lahan dan tanaman mereka. Belum lagi kebisingan yang sangat mengganggu penduduk sekitar. Dialog yang direncanakan ternyata

membubarkan acara dialog. Disinyalir preman tersebut merupakan preman yang dibayar perusahaan. Warga merasa sangat tersinggung ketika mengetahui bahwa Wuryadi yang merupakan anggota BPD Tegaldowo sekaligus pekerja di PT BA melemparkan botol air mineral kepada Sumarno, salah satu warga di tengah-tengah acara.

patok terhadap lahan-lahan mereka dengan tulisan "Tanah ini tidak akan pernah dijual". Solidaritas Jaringan Masyarakat Peduli

2014. Tanggal 20 Mei 2014 warga melakukan istigosah di dalam calon lokasi pabrik semen. Kemudian tanggal 1 Juni warga

di Desa Tegaldowo.

Tanggal 15 Juni 2014 warga Tegaldowo yang bersikeras menolak pendirian pabrik harus sekali lagi kalang kabut. Warga melihat spanduk PT SI di sekitar calon tapak pabrik semen mengenai kabar peletakan batu pertama. Segera kabar tersebut dilayangkan pada warga setempat. Ketika berita tersebut sampai ke sesepuh desa, sontak mereka langsung membuat pertemuan pada pukul 19.30

lainnya. Pukul 05.30, tanggal 16 Juni 2014, warga langsung berangkat dengan segala tindakan yang telah direncanakan. Ratusan ibu-ibu petani terlibat mengikuti aksi ini, warga berniat lantas mencari-cari kepastian soal rencana tersebut. Pada akhir

tahun 2012, Sumarno, Supristianto, Kusrin, Abdullah dan Pamin

pendirian pabrik semen PT SI kepada Bapak Kepala Desa Tegaldowo, Suyanto. Namun, jawaban yang didapatkan oleh warga

mengenai adanya rencana pendirian pabrik semen. Warga yang

menanyakan hal tersebut ke kantor Kecamatan Gunem. Warga sejumlah 8 orang, yaitu Joko Prianto, Sumarno, Abdullah, Supristianto, Parmin, Rusman, Joko, Zanjuli dan Nardi berdialog dengan pihak Camat Gunem, Teguh Gunawarman. Namun, ternyata jawaban tidak sesuai yang diharapkan. Teguh

rencana pendirian pabrik semen PT SI di Rembang. Ia lalu menyarankan warga mengirim surat kepada pihak PT SI, DPRD

permintaan sosialisasi pendirian pabrik PT SI.

Di saat bibit penolakan mulai tumbuh, 15 Februari 2013, Bupati Rembang mengeluarkan putusan no. 545/230/2013 tentang

kepada PT SI. Karena pembangunan akan diadakan di Desa

semakin khawatir dengan kabar yang berkembang. Warga yang resah bingung hendak berbuat apa. Sampai tanggal 17 April 2013,

pendirian pabrik PT SI di Tegaldowo untuk disegerakan. Surat pun

beranggotakan 19 orang.

masyarakat) pada tanggal 22 April 2013. Menggunakan momen

Warga yang semakin dibingungkan dengan laporan tersebut berencana untuk menemui kembali pemerintah desa. Namun

produktivitas desa. Naas, organisasi yang didirikan tanpa hubungan dengan konflik dituduh oleh pemerintah desa bahwa

pemerintah desa. Saat itu masyarakat pun kehilangan kepercayaan

memihak pada kepentingan dan nasib rakyat.

untuk melakukan sosialisasi pembangunan pabrik semen. Puluhan

pihak keamanan. Beberapa diundang dan masuk ke dalam forum, mereka antara lain Sumarno, Supristianto, Sunardo dan Sujito. Warga yang merasa belum pernah dikabari oleh pemerintah setempat merasa tidak terima. Adu mulut pun terjadi dan berujung penyekapan keempat warga tersebut. Mereka mengaku diintimidasi oleh Suyanto, Suwito, Turmen yang merupakan Kepala

Masudi, Badri, Rakiman, Nyono dan Jumadi. Dikemudian hari, menurut keterangan warga, forum ini selalu menjadi justifikasi telah berlangsungnya sosialisasi di Desa Tegaldowo oleh PT SI. Joko

tersebut. Padahal di hari itu Priyanto tidak berada di kediaman karena sedang berada di Pontianak.

Warga yang semakin geram karena merasa keputusan tidak disepakati bersama-sama lalu menggeruduk gedung DPRD Rembang pada tanggal 18 September 2013. Warga menyatakan

Semen PT SI. Warga meminta kepada DPRD Rembang untuk turut

pinjam pakai kawasan hutan yang diajukan oleh pihak PT SI. DPRD

sampai sekarang Pansus tersebut tidak pernah ada. Keesokan harinya, tanggal 19 September 2013, Sunarto selaku Ketua DPRD Rembang, wakilnya Catur Winarto bersama Teguh Gunawarman

menderita akibat tambang". Pada tanggal yang sama Alissa Wahid,

ibu-ibu.

Esoknya tanggal 27 Juni 2014 Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah datang ke tenda. Ganjar ingin menyalami ibu-ibu tapi

merasa bahwa Ganjar sudah tidak bersama warganya. Ganjar

didampingi ahli masing-masing. Warga di sini diberi kesempatan seminggu untuk mencari ahli. Setelah warga siap dengan ahlinya,

mengabarkan kesiapannya. Joko Priyanto kemudian ditunjuk warga untuk mencari pakar, pada tanggal 28 Juni 2014 Priyanto bertemu Ardi Wibowo dari IPB dan Teguh dari UPN Veteran Yogyakarta. Tanggal 29 Juni 2014 pun warga langsung mengirim

ada.

Tanggal 1 Juli 2014, Dr. Surono sebagai Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih karena fungsinya sebagai daerah imbuhan air tanah. Surono pun kemudian

pihak semen dan warga pada tanggal 7 Juli 2014. Bersamaan di

kantor Gubernur. Namun oleh Naryo (salah seorang staff kantor

menuju pemilu. Warga pun mengalah. Di dalam, Surono dicecar dengan banyak argumen yang menjatuhkan argumennya. Pihak PT SI mengaku sudah disetujui warga sekitar untuk mendirikan pabrik

Juni 2013. Pada akhirnya pertemuan tersebut tidak menghasilkan apapun.

Pada tanggal 19 Februari 2014, warga semakin konfrontatif karena

dengan baik. Warga melakukan aksi kembali di depan DPRD

sampai 400 orang menuntut untuk menghentikan semua aktivitas

pembangunan pabrik semen PT SI dan mencabut dukungan dan persetujuan terhadap rencana pembangunan pabrik-pabrik semen yang ada di Rembang. Mereka meminta peninjauan ulang dan konsistensi pemerintah terhadap Perda Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2010 tentang RTRW dan Perda Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa Cekungan Watu Putih adalah kawasan imbuhan air dan kawasan lindung geologi. Warga sempat berdorong-dorongan dengan pihak keamanan karena pihak DPRD tidak kunjung menemui warga di halaman gedung DPRD. Akhirnya

pihak DPRD hanya menjelaskan hal-hal normatif yang

pada warga dan kemajuan desa.

I N V E S T I G A T I O N R E P O R T K O M U N E R A K A P A R E | R E M B A N G

(16)

pendirian pabrik semen PT SI kepada pemerintah desa. Namun di

masih tidak tahu menahu soal pendirian pabrik semen PT SI. Warga

seorang warga Tegaldowo, Adi Purwoto. Dari pihak yang kontra pembangunan pabrik semen, Muslihin dan Masduriantok-lah yang terlibat dengan dialog itu. Berdasarkan laporan, keduanya merasa terintimidasi karena diancam akan diculik. Dialog tersebut dihadiri bukan hanya oleh Adi Purwoto, tapi juga melibatkan Isroi seorang anggota TNI Koramil Gunem, Suwito yang menjabat ketua BPD Desa Tegaldowo, Supriyadi yang merupakan Ketua Karang Taruna

Tegaldowo, Rakiman, Hendarsun dan Agus yang juga warga Tegaldowo. Menurut tuturan Muslihin dan Masduriantok ada juga

dari LSM yang berjumlah 2 orang dan seorang pihak PT SI berada di kediaman Adi. Intimidasi yang terjadi berupa himbauan agar mereka tidak menolak PT SI, tapi disarankan untuk membuat sesuatu acara atau kegiatan lalu meminta PT SI untuk mendanainya.

kehadiran semen (pro-semen). Berita tersebut diketahui warga

menyuarakan "Tolak Pabrik Semen!" di masing-masing pengeras suaranya. Ketakutan, seluruh perangkat desa dan DPRD melarikan diri dari Desa Tegaldowo.

Tanggal 23 September 2013, beberapa warga Tegaldowo dipanggil oleh Wakil Bupati, H. Abdul Hafidz di kediaman dinasnya. Wakil

di sana dikatakan olehnya "Bahwa PT SI tidak akan merusak

ngaritnya bisa pindah ke Purwodadi".

Konflik antara warga semakin membuncah tengah malam tanggal 24 September 2013, warga Desa Timbrangan, Suyasir dan Sofyan

tuduhan telah merusak spanduk milik orang pro-semen. Warga

dihormati. Istigosah diadakan tanggal 4 Oktober 2013 dalam

Timbrangan, Suntri, Bitingan dan Pasucen dengan dipimpin oleh Ustadz Ubaidillah Ahmad dan Ustadz Gufron yang berasal dari Desa Sidorejo, Pamatan. Pada tanggal 22 Oktober 2013 istigosah

melestarikan pegunungan Kendeng Utara.

Tegaldowo. PT Semen Gresik memasang umbul-umbul di sekitar

tahun perusahaan. Ulang tahun tersebut diramaikan dengan

siswa sekolah dasar dan ibu-ibu dan berakhir di panggung yang berada di calon tapak pabrik. Acara tersebut didatangi dan dibubarkan oleh warga desa Tegaldowo, Timbrangan, Suntri,

diadakan disana karena masih banyak warga yang belum setuju. Esoknya tanggal 28 Oktober 2013 warga kembali melakukan

dan dipimpin oleh Ustadz yang sama.

agar dapat dilihat oleh pihak PT SI. Pada pukul 09.00 tindakan kekerasan terjadi. Ibu-ibu yang ingin mendirikan tenda dihalang-halangi oleh preman, polisi dan tentara. Namun polisi

melempar ibu-ibu ke semak-semak hingga pingsan. Murtini, warga Timbrangan dan Suparmi, warga Tegaldowo yang menjadi korban tindakan tersebut. Beberapa warga yang mendokumentasikan aksi

gadungan. Namun, beberapa ibu-ibu berhasil mendokumentasikan aksi kekerasan dan tindakan para polisi. Karena terdesak, warga memutuskan untuk mendirikan tenda di malam hari.

Siang harinya polisi berdatangan lagi dengan truk polisi. Polisi membawa surat penangkapan atas nama tiga orang: Luthfi dari LBH Semarang, Gun Retno dengan tuduhan provokator dari Pati dan Joko Priyanto. Dua truk polisi masuk ke desa dan mencari ketiga orang tersebut, hanya Luthfi yang berhasil ditangkap. Sampai pada malam harinya warga berhasil mendirikan tenda dan diisi oleh ibu-ibu. Polisi yang melihat hal itu mengepung ibu-ibu dengan berbondong-bondong. Ibu-ibu yang ketakutan kemudian menangis dan melakukan wiridan. Mereka bersikeras tidak akan pergi apabila semua aktivitas PT SI tidak dihentikan. Aan, yang juga berasal dari LBH Semarang berhasil bernegosiasi dengan polisi sehingga polisi memutuskan untuk mundur.

Semenjak hari itu, tenda perjuangan terus berdiri, meskipun

ditinggalkan. Tanggal 22 Juni 2014 contohnya, Ustadz Ubaidillah menghampiri ibu-ibu yang ada di tenda perjuangan dan

di bulan puasa itu tidak baik menurut hukum agama. Tanggal 26 Juni 2014, Teguh Gunawarman mendatangi tenda ibu-ibu dan menanyakan warga "Apakah ibu-ibu sudah membaca AMDAL atau belum?" Spontan Sukinah, salah seorang warga Tegaldowo,

menutupi tanaman kami".

Camat Gunem tersebut kemudian menanyakan kepada ibu-ibu

tambang yang lain. Dengan lantang kemudian Yani juga yang

mata air kami dan pertanian kami. Tambang semen adalah

Tangal 20 Februari 2014, warga masyarakat Tegaldowo menggelar

tambang. Hal ini dilakukan seiring dengan perlawanan warga

perusahaan tersebut adalah PT Bangun Artha (BA), PT Amir Hajar Kilsi (AKH), PT United Tractors Semen Gresik dan PT Kurnia Artha Pratiwi. Warga memprotes perusahaan tersebut karena merasa

lalang ke perusahaan menghasilkan debu-debu yang menutupi lahan dan tanaman mereka. Belum lagi kebisingan yang sangat mengganggu penduduk sekitar. Dialog yang direncanakan ternyata

membubarkan acara dialog. Disinyalir preman tersebut merupakan preman yang dibayar perusahaan. Warga merasa sangat tersinggung ketika mengetahui bahwa Wuryadi yang merupakan anggota BPD Tegaldowo sekaligus pekerja di PT BA melemparkan botol air mineral kepada Sumarno, salah satu warga di tengah-tengah acara.

patok terhadap lahan-lahan mereka dengan tulisan "Tanah ini tidak akan pernah dijual". Solidaritas Jaringan Masyarakat Peduli

2014. Tanggal 20 Mei 2014 warga melakukan istigosah di dalam calon lokasi pabrik semen. Kemudian tanggal 1 Juni warga

di Desa Tegaldowo.

Tanggal 15 Juni 2014 warga Tegaldowo yang bersikeras menolak pendirian pabrik harus sekali lagi kalang kabut. Warga melihat spanduk PT SI di sekitar calon tapak pabrik semen mengenai kabar peletakan batu pertama. Segera kabar tersebut dilayangkan pada warga setempat. Ketika berita tersebut sampai ke sesepuh desa, sontak mereka langsung membuat pertemuan pada pukul 19.30

lainnya. Pukul 05.30, tanggal 16 Juni 2014, warga langsung berangkat dengan segala tindakan yang telah direncanakan. Ratusan ibu-ibu petani terlibat mengikuti aksi ini, warga berniat lantas mencari-cari kepastian soal rencana tersebut. Pada akhir

tahun 2012, Sumarno, Supristianto, Kusrin, Abdullah dan Pamin

pendirian pabrik semen PT SI kepada Bapak Kepala Desa Tegaldowo, Suyanto. Namun, jawaban yang didapatkan oleh warga

mengenai adanya rencana pendirian pabrik semen. Warga yang

menanyakan hal tersebut ke kantor Kecamatan Gunem. Warga sejumlah 8 orang, yaitu Joko Prianto, Sumarno, Abdullah, Supristianto, Parmin, Rusman, Joko, Zanjuli dan Nardi berdialog dengan pihak Camat Gunem, Teguh Gunawarman. Namun, ternyata jawaban tidak sesuai yang diharapkan. Teguh

rencana pendirian pabrik semen PT SI di Rembang. Ia lalu menyarankan warga mengirim surat kepada pihak PT SI, DPRD

permintaan sosialisasi pendirian pabrik PT SI.

Di saat bibit penolakan mulai tumbuh, 15 Februari 2013, Bupati Rembang mengeluarkan putusan no. 545/230/2013 tentang

kepada PT SI. Karena pembangunan akan diadakan di Desa

semakin khawatir dengan kabar yang berkembang. Warga yang resah bingung hendak berbuat apa. Sampai tanggal 17 April 2013,

pendirian pabrik PT SI di Tegaldowo untuk disegerakan. Surat pun

beranggotakan 19 orang.

masyarakat) pada tanggal 22 April 2013. Menggunakan momen

04

Warga yang semakin dibingungkan dengan laporan tersebut berencana untuk menemui kembali pemerintah desa. Namun

karena kesibukan bertani, masyarakat akhirnya menjalani kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya, yaitu mendirikan Paguyuban Katentreman tentang pengembangan pertanian, pemberantasan hama dan pemupukan demi meningkatkan

produktivitas desa. Naas, organisasi yang didirikan tanpa hubungan dengan konflik dituduh oleh pemerintah desa bahwa

mereka berkelompok dan merencanakan untuk melawan

pemerintah desa. Saat itu masyarakat pun kehilangan kepercayaan

terhadap pemerintah desa karena merasa mereka sudah tidak lagi

memihak pada kepentingan dan nasib rakyat.

Pada tanggal 22 Juni 2013, Pemerintah Daerah mengundang warga

untuk melakukan sosialisasi pembangunan pabrik semen. Puluhan

warga desa Tegaldowo berangkat mendatangi kantor Balai Desa Tegaldowo sekali lagi, namun dihadang oleh perangkat desa dan

pihak keamanan. Beberapa diundang dan masuk ke dalam forum, mereka antara lain Sumarno, Supristianto, Sunardo dan Sujito. Warga yang merasa belum pernah dikabari oleh pemerintah setempat merasa tidak terima. Adu mulut pun terjadi dan berujung penyekapan keempat warga tersebut. Mereka mengaku diintimidasi oleh Suyanto, Suwito, Turmen yang merupakan Kepala

Dusun, dan warga Tegaldowo lain yang di antaranya Jasmadi,

Masudi, Badri, Rakiman, Nyono dan Jumadi. Dikemudian hari, menurut keterangan warga, forum ini selalu menjadi justifikasi telah berlangsungnya sosialisasi di Desa Tegaldowo oleh PT SI. Joko

Priyanto yang merupakan salah satu tokoh dan pionir warga dikatakan telah menghadiri dan menyetujui hasil sosialisasi

tersebut. Padahal di hari itu Priyanto tidak berada di kediaman karena sedang berada di Pontianak.

Warga yang semakin geram karena merasa keputusan tidak disepakati bersama-sama lalu menggeruduk gedung DPRD Rembang pada tanggal 18 September 2013. Warga menyatakan

dengan tegas bahwa mereka menolak rencana pendirian Pabrik

Semen PT SI. Warga meminta kepada DPRD Rembang untuk turut

mendesak pemerintah mencabut surat izin prinsip dan surat izin

pinjam pakai kawasan hutan yang diajukan oleh pihak PT SI. DPRD

Rembang kemudian menjanjikan warga untuk membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk menyelesaikan kasus tersebut, namun

sampai sekarang Pansus tersebut tidak pernah ada. Keesokan harinya, tanggal 19 September 2013, Sunarto selaku Ketua DPRD Rembang, wakilnya Catur Winarto bersama Teguh Gunawarman

selaku Camat Gunem, perangkat Desa Tegaldowo dan perangkat

15

menderita akibat tambang". Pada tanggal yang sama Alissa Wahid,

ibu-ibu.

Esoknya tanggal 27 Juni 2014 Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah datang ke tenda. Ganjar ingin menyalami ibu-ibu tapi

merasa bahwa Ganjar sudah tidak bersama warganya. Ganjar

didampingi ahli masing-masing. Warga di sini diberi kesempatan seminggu untuk mencari ahli. Setelah warga siap dengan ahlinya,

mengabarkan kesiapannya. Joko Priyanto kemudian ditunjuk warga untuk mencari pakar, pada tanggal 28 Juni 2014 Priyanto bertemu Ardi Wibowo dari IPB dan Teguh dari UPN Veteran Yogyakarta. Tanggal 29 Juni 2014 pun warga langsung mengirim

ada.

Tanggal 1 Juli 2014, Dr. Surono sebagai Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih karena fungsinya sebagai daerah imbuhan air tanah. Surono pun kemudian

pihak semen dan warga pada tanggal 7 Juli 2014. Bersamaan di

kantor Gubernur. Namun oleh Naryo (salah seorang staff kantor

menuju pemilu. Warga pun mengalah. Di dalam, Surono dicecar dengan banyak argumen yang menjatuhkan argumennya. Pihak PT SI mengaku sudah disetujui warga sekitar untuk mendirikan pabrik

Juni 2013. Pada akhirnya pertemuan tersebut tidak menghasilkan apapun.

Pada tanggal 19 Februari 2014, warga semakin konfrontatif karena

dengan baik. Warga melakukan aksi kembali di depan DPRD

sampai 400 orang menuntut untuk menghentikan semua aktivitas

pembangunan pabrik semen PT SI dan mencabut dukungan dan persetujuan terhadap rencana pembangunan pabrik-pabrik semen yang ada di Rembang. Mereka meminta peninjauan ulang dan konsistensi pemerintah terhadap Perda Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2010 tentang RTRW dan Perda Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa Cekungan Watu Putih adalah kawasan imbuhan air dan kawasan lindung geologi. Warga sempat berdorong-dorongan dengan pihak keamanan karena pihak DPRD tidak kunjung menemui warga di halaman gedung DPRD. Akhirnya

pihak DPRD hanya menjelaskan hal-hal normatif yang

pada warga dan kemajuan desa.

(17)

pendirian pabrik semen PT SI kepada pemerintah desa. Namun di

masih tidak tahu menahu soal pendirian pabrik semen PT SI. Warga

seorang warga Tegaldowo, Adi Purwoto. Dari pihak yang kontra pembangunan pabrik semen, Muslihin dan Masduriantok-lah yang terlibat dengan dialog itu. Berdasarkan laporan, keduanya merasa terintimidasi karena diancam akan diculik. Dialog tersebut dihadiri bukan hanya oleh Adi Purwoto, tapi juga melibatkan Isroi seorang anggota TNI Koramil Gunem, Suwito yang menjabat ketua BPD Desa Tegaldowo, Supriyadi yang merupakan Ketua Karang Taruna

Tegaldowo, Rakiman, Hendarsun dan Agus yang juga warga Tegaldowo. Menurut tuturan Muslihin dan Masduriantok ada juga

dari LSM yang berjumlah 2 orang dan seorang pihak PT SI berada di kediaman Adi. Intimidasi yang terjadi berupa himbauan agar mereka tidak menolak PT SI, tapi disarankan untuk membuat sesuatu acara atau kegiatan lalu meminta PT SI untuk mendanainya.

keamanan mendatangi rumah warga yang diduga pro terhadap

kehadiran semen (pro-semen). Berita tersebut diketahui warga

yang kontra, yang memutuskan supaya semua masjid sekitar desa

menyuarakan "Tolak Pabrik Semen!" di masing-masing pengeras suaranya. Ketakutan, seluruh perangkat desa dan DPRD melarikan diri dari Desa Tegaldowo.

Tanggal 23 September 2013, beberapa warga Tegaldowo dipanggil oleh Wakil Bupati, H. Abdul Hafidz di kediaman dinasnya. Wakil

Bupati berusaha menenangkan warga dan mengajak bernegosiasi,

di sana dikatakan olehnya "Bahwa PT SI tidak akan merusak

lingkungan, kalaupun sampai merusak, seluruh kerusakan akan ditanggung pabrik semen, kalaupun ada kerusakan mungkin

ngaritnya bisa pindah ke Purwodadi".

Konflik antara warga semakin membuncah tengah malam tanggal 24 September 2013, warga Desa Timbrangan, Suyasir dan Sofyan

didatangi oleh pemilik Cafe Mamamia yang letaknya tidak jauh dari lokasi tapak pabrik semen, keduanya ditodong oleh pedang dengan

tuduhan telah merusak spanduk milik orang pro-semen. Warga

tidak patah arang, untuk meneguhkan suaranya mereka mengadakan pengajian istigosah selepas isya di makam Mbah Ronggodito, beliau merupakan leluhur desa Tegaldowo yang paling

dihormati. Istigosah diadakan tanggal 4 Oktober 2013 dalam

rangka melestarikan alam, dihadiri oleh warga Tegaldowo,

Timbrangan, Suntri, Bitingan dan Pasucen dengan dipimpin oleh Ustadz Ubaidillah Ahmad dan Ustadz Gufron yang berasal dari Desa Sidorejo, Pamatan. Pada tanggal 22 Oktober 2013 istigosah

dilakukan kembali di lapangan Desa Tegaldowo dalam rangka

melestarikan pegunungan Kendeng Utara.

Tanggal 27 Oktober 2013, kembali terjadi perseteruan di

Tegaldowo. PT Semen Gresik memasang umbul-umbul di sekitar

calon tapak pabrik semen dalam rangka memperingati hari ulang

tahun perusahaan. Ulang tahun tersebut diramaikan dengan

serangkaian kegiatan jalan sehat yang dihadiri oleh Teguh Gunawarman (Camat Gunem) dengan peserta yang sebagian besar

siswa sekolah dasar dan ibu-ibu dan berakhir di panggung yang berada di calon tapak pabrik. Acara tersebut didatangi dan dibubarkan oleh warga desa Tegaldowo, Timbrangan, Suntri,

Pasucen dan Bitingan yang merasa acara tersebut tidak layak

diadakan disana karena masih banyak warga yang belum setuju. Esoknya tanggal 28 Oktober 2013 warga kembali melakukan

istigosah untuk melestarikan Pegunungan Kendeng Utara dihadiri

dan dipimpin oleh Ustadz yang sama.

16

agar dapat dilihat oleh pihak PT SI. Pada pukul 09.00 tindakan kekerasan terjadi. Ibu-ibu yang ingin mendirikan tenda dihalang-halangi oleh preman, polisi dan tentara. Namun polisi

melempar ibu-ibu ke semak-semak hingga pingsan. Murtini, warga Timbrangan dan Suparmi, warga Tegaldowo yang menjadi korban tindakan tersebut. Beberapa warga yang mendokumentasikan aksi

gadungan. Namun, beberapa ibu-ibu berhasil mendokumentasikan aksi kekerasan dan tindakan para polisi. Karena terdesak, warga memutuskan untuk mendirikan tenda di malam hari.

Siang harinya polisi berdatangan lagi dengan truk polisi. Polisi membawa surat penangkapan atas nama tiga orang: Luthfi dari LBH Semarang, Gun Retno dengan tuduhan provokator dari Pati dan Joko Priyanto. Dua truk polisi masuk ke desa dan mencari ketiga orang tersebut, hanya Luthfi yang berhasil ditangkap. Sampai pada malam harinya warga berhasil mendirikan tenda dan diisi oleh ibu-ibu. Polisi yang melihat hal itu mengepung ibu-ibu dengan berbondong-bondong. Ibu-ibu yang ketakutan kemudian menangis dan melakukan wiridan. Mereka bersikeras tidak akan pergi apabila semua aktivitas PT SI tidak dihentikan. Aan, yang juga berasal dari LBH Semarang berhasil bernegosiasi dengan polisi sehingga polisi memutuskan untuk mundur.

Semenjak hari itu, tenda perjuangan terus berdiri, meskipun

ditinggalkan. Tanggal 22 Juni 2014 contohnya, Ustadz Ubaidillah menghampiri ibu-ibu yang ada di tenda perjuangan dan

di bulan puasa itu tidak baik menurut hukum agama. Tanggal 26 Juni 2014, Teguh Gunawarman mendatangi tenda ibu-ibu dan menanyakan warga "Apakah ibu-ibu sudah membaca AMDAL atau belum?" Spontan Sukinah, salah seorang warga Tegaldowo,

menutupi tanaman kami".

Camat Gunem tersebut kemudian menanyakan kepada ibu-ibu

tambang yang lain. Dengan lantang kemudian Yani juga yang

mata air kami dan pertanian kami. Tambang semen adalah

Tangal 20 Februari 2014, warga masyarakat Tegaldowo menggelar

tambang. Hal ini dilakukan seiring dengan perlawanan warga

perusahaan tersebut adalah PT Bangun Artha (BA), PT Amir Hajar Kilsi (AKH), PT United Tractors Semen Gresik dan PT Kurnia Artha Pratiwi. Warga memprotes perusahaan tersebut karena merasa

lalang ke perusahaan menghasilkan debu-debu yang menutupi lahan dan tanaman mereka. Belum lagi kebisingan yang sangat mengganggu penduduk sekitar. Dialog yang direncanakan ternyata

membubarkan acara dialog. Disinyalir preman tersebut merupakan preman yang dibayar perusahaan. Warga merasa sangat tersinggung ketika mengetahui bahwa Wuryadi yang merupakan anggota BPD Tegaldowo sekaligus pekerja di PT BA melemparkan botol air mineral kepada Sumarno, salah satu warga di tengah-tengah acara.

patok terhadap lahan-lahan mereka dengan tulisan "Tanah ini tidak akan pernah dijual". Solidaritas Jaringan Masyarakat Peduli

2014. Tanggal 20 Mei 2014 warga melakukan istigosah di dalam calon lokasi pabrik semen. Kemudian tanggal 1 Juni warga

di Desa Tegaldowo.

Tanggal 15 Juni 2014 warga Tegaldowo yang bersikeras menolak pendirian pabrik harus sekali lagi kalang kabut. Warga melihat spanduk PT SI di sekitar calon tapak pabrik semen mengenai kabar peletakan batu pertama. Segera kabar tersebut dilayangkan pada warga setempat. Ketika berita tersebut sampai ke sesepuh desa, sontak mereka langsung membuat pertemuan pada pukul 19.30

lainnya. Pukul 05.30, tanggal 16 Juni 2014, warga langsung berangkat dengan segala tindakan yang telah direncanakan. Ratusan ibu-ibu petani terlibat mengikuti aksi ini, warga berniat lantas mencari-cari kepastian soal rencana tersebut. Pada akhir

tahun 2012, Sumarno, Supristianto, Kusrin, Abdullah dan Pamin

pendirian pabrik semen PT SI kepada Bapak Kepala Desa Tegaldowo, Suyanto. Namun, jawaban yang didapatkan oleh warga

mengenai adanya rencana pendirian pabrik semen. Warga yang

menanyakan hal tersebut ke kantor Kecamatan Gunem. Warga sejumlah 8 orang, yaitu Joko Prianto, Sumarno, Abdullah, Supristianto, Parmin, Rusman, Joko, Zanjuli dan Nardi berdialog dengan pihak Camat Gunem, Teguh Gunawarman. Namun, ternyata jawaban tidak sesuai yang diharapkan. Teguh

rencana pendirian pabrik semen PT SI di Rembang. Ia lalu menyarankan warga mengirim surat kepada pihak PT SI, DPRD

permintaan sosialisasi pendirian pabrik PT SI.

Di saat bibit penolakan mulai tumbuh, 15 Februari 2013, Bupati Rembang mengeluarkan putusan no. 545/230/2013 tentang

kepada PT SI. Karena pembangunan akan diadakan di Desa

semakin khawatir dengan kabar yang berkembang. Warga yang resah bingung hendak berbuat apa. Sampai tanggal 17 April 2013,

pendirian pabrik PT SI di Tegaldowo untuk disegerakan. Surat pun

beranggotakan 19 orang.

masyarakat) pada tanggal 22 April 2013. Menggunakan momen

Warga yang semakin dibingungkan dengan laporan tersebut berencana untuk menemui kembali pemerintah desa. Namun

produktivitas desa. Naas, organisasi yang didirikan tanpa hubungan dengan konflik dituduh oleh pemerintah desa bahwa

pemerintah desa. Saat itu masyarakat pun kehilangan kepercayaan

memihak pada kepentingan dan nasib rakyat.

untuk melakukan sosialisasi pembangunan pabrik semen. Puluhan

pihak keamanan. Beberapa diundang dan masuk ke dalam forum, mereka antara lain Sumarno, Supristianto, Sunardo dan Sujito. Warga yang merasa belum pernah dikabari oleh pemerintah setempat merasa tidak terima. Adu mulut pun terjadi dan berujung penyekapan keempat warga tersebut. Mereka mengaku diintimidasi oleh Suyanto, Suwito, Turmen yang merupakan Kepala

Masudi, Badri, Rakiman, Nyono dan Jumadi. Dikemudian hari, menurut keterangan warga, forum ini selalu menjadi justifikasi telah berlangsungnya sosialisasi di Desa Tegaldowo oleh PT SI. Joko

tersebut. Padahal di hari itu Priyanto tidak berada di kediaman karena sedang berada di Pontianak.

Warga yang semakin geram karena merasa keputusan tidak disepakati bersama-sama lalu menggeruduk gedung DPRD Rembang pada tanggal 18 September 2013. Warga menyatakan

Semen PT SI. Warga meminta kepada DPRD Rembang untuk turut

pinjam pakai kawasan hutan yang diajukan oleh pihak PT SI. DPRD

sampai sekarang Pansus tersebut tidak pernah ada. Keesokan harinya, tanggal 19 September 2013, Sunarto selaku Ketua DPRD Rembang, wakilnya Catur Winarto bersama Teguh Gunawarman

menderita akibat tambang". Pada tanggal yang sama Alissa Wahid,

ibu-ibu.

Esoknya tanggal 27 Juni 2014 Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah datang ke tenda. Ganjar ingin menyalami ibu-ibu tapi

merasa bahwa Ganjar sudah tidak bersama warganya. Ganjar

didampingi ahli masing-masing. Warga di sini diberi kesempatan seminggu untuk mencari ahli. Setelah warga siap dengan ahlinya,

mengabarkan kesiapannya. Joko Priyanto kemudian ditunjuk warga untuk mencari pakar, pada tanggal 28 Juni 2014 Priyanto bertemu Ardi Wibowo dari IPB dan Teguh dari UPN Veteran Yogyakarta. Tanggal 29 Juni 2014 pun warga langsung mengirim

ada.

Tanggal 1 Juli 2014, Dr. Surono sebagai Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih karena fungsinya sebagai daerah imbuhan air tanah. Surono pun kemudian

pihak semen dan warga pada tanggal 7 Juli 2014. Bersamaan di

kantor Gubernur. Namun oleh Naryo (salah seorang staff kantor

menuju pemilu. Warga pun mengalah. Di dalam, Surono dicecar dengan banyak argumen yang menjatuhkan argumennya. Pihak PT SI mengaku sudah disetujui warga sekitar untuk mendirikan pabrik

Juni 2013. Pada akhirnya pertemuan tersebut tidak menghasilkan apapun.

Pada tanggal 19 Februari 2014, warga semakin konfrontatif karena

dengan baik. Warga melakukan aksi kembali di depan DPRD

sampai 400 orang menuntut untuk menghentikan semua aktivitas

pembangunan pabrik semen PT SI dan mencabut dukungan dan persetujuan terhadap rencana pembangunan pabrik-pabrik semen yang ada di Rembang. Mereka meminta peninjauan ulang dan konsistensi pemerintah terhadap Perda Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2010 tentang RTRW dan Perda Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa Cekungan Watu Putih adalah kawasan imbuhan air dan kawasan lindung geologi. Warga sempat berdorong-dorongan dengan pihak keamanan karena pihak DPRD tidak kunjung menemui warga di halaman gedung DPRD. Akhirnya

pihak DPRD hanya menjelaskan hal-hal normatif yang

pada warga dan kemajuan desa.

Referensi

Dokumen terkait

Terselesaikannya penelitian skripsi ini dengan Judul: Rasionalitas Seks Bebas Di Kalangan Remaja Pedesaan (Di Desa Sumberrejo, Candipurro- Lumajang) Terselesaikannya

Dalam prosedur pengiriman barang, gudang berfungsi untuk menyiapkan barang yang diperlukan oleh pembeli dan fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pembeli sesuai

Hasil pengujian didasarkan pada hasil uji dengan menggunakan Crosstabs (tabel silang) serta melihat hasil uji Pearson Chi- Square yang dibandingkan dengan nilai

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak yang dihasilkan oleh limbah,

Responden dengan lama pemakaian lebih dari 1 tahun mayoritas mengalami efek samping gangguan haid, hal ini disebabkan pada pemakaian KB Suntik 3 Bulan dalam rentang waktu yang lebih

Kebutuhan perancangan sistem adalah berupa desain metoda pengukuran menggunakan synchro dan kontroler digital dengan pendekatan synchro diimplementasikan pada

Dapat diketahui bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi pecahan, siswa belum memahami konsep dan operasi