• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT SEMEN GRESIK DI KABUPATEN REMBANG

Dalam dokumen Laporan Investigasi Berebut Berkah Tan (Halaman 84-90)

Putusan pencabutan izin di Kabupaten Pati tidak menyurutkan

usaha PT SG untuk membangun pabrik semen. Pada tanggal 14 Oktober 2010, PT SG memperoleh Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) melalui Keputusan Bupati Nomor 545/68/2010 tentang pemberian WIUP kepada PT SG. Keputusan itu

disambut Bupati dengan keputusan berikutnya di surat Keputusan

Bupati Nomor 545/04/2011 tentang pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi kepada PT Semen Gresik pada tanggal 18 Januari 2011.

Setelah mengalami proses yang terbilang cukup singkat, keputusan

berikutnya yang dikeluarkan oleh Bupati yaitu Keputusan Nomor

591/40/2011 tentang pemberian izin lokasi dengan luas sekitar 8.400.000 m2 kepada PT SG untuk pembangunan pabrik semen,

lahan tambang bahan baku, dan sarana pendukung lainnya pada

tanggal 18 November 2011. Izin lokasi merupakan tahap pertama untuk penilaian Amdal untuk selanjutnya mendapat keputusan kelayakan lingkungan.

Pada tanggal 30 April 2012, Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo mengeluarkan Keputusan Nomor 660.1/10/2012 tentang kelayakan

lingkungan hidup rencana penambangan dan pembangunan

pabrik semen oleh PT SG di Kabupaten Rembang. Kelayakan

lingkungan hidup adalah keputusan yang menyatakan kelayakan lingkungan hidup dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan

yang berlandaskan Analisis Dampak Lingkungan (Andal), Rencana

Pengelolaan Liingkungan (RKL), dan Rencana Pemantauan

Lingkungan (RPL) yang merupakan bagian dari Amdal. Menyusul

pada tanggal 7 Juni 2012, Gubernur Jawa Tengah mengeluakan

Keputusan No. 660.1/17/2012 tentang izin kegiatan pembangunan dan pengembangan pabrik semen oleh PT SG. Pada tanggal 20 Desember 2012, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan, pihak perusahaan resmi mengganti nama dari PT Semen Gresik (Persero) Tbk, menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Keputusan demi keputusan yang diterbitkan oleh Bupati Rembang dan Gubernur Jawa Tengah tidak dilakukan dengan sosialisasi

kepada warga sekitar terlebih dahulu. Upaya beberapa warga Desa

Tegaldowo yang merupakan salah satu desa yang berada pada zona ring 1, daerah yang berada paling dekat dengan tapak pabrik

I N V E S T I G A T I O N R E P O R T K O M U N E R A K A P A R E | R E M B A N G

83

semen PT Semen Indonesia (PT SI) , mencari tahu kebenaran kabar pun nihil hasil. Warga belum memperoleh kepastian atas rencana mengeluarkan Keputusan Nomor 545/230/2013 tentang kepada PT SI pada tanggal 15 Februari 2013.

besar akibat pembangunan pabrik semen dan penambangan.

lingkungan. Salah satu syarat lingkungan untuk memperoleh IUP, baik IUP eksplorasi dan IUP operasi produksi, adalah PT SI harus sudah mematuhi perundang-undangan yang mengatur Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Hal ini pelaksanan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. yaitu persetujuan dokumen lingkungan hidup. IUP operasi produksi pascatambang.

Pada kasus pembangunan PT SI di Kabupaten Rembang, persayaratan IUP operasi produksi telah dipenuhi oleh PT SI telah disebutkan sebelumnya tentang kelayakan lingkungan hidup. seharusnya dilakukan PT SI, antara lain melakukan sosialisasi alat berat.

Selain itu, penetapan lingkungan hidup harus dilakukan berlandaskan Amdal. Hal ini tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Masih dalam UU yang sama, pada pasal 26 dinyatakan Amdal harus memuat dalam proses Amdal. Warga yang terkena dampak tidak dijelaskan merupakan salah satu desa yang akan terkena dampak ketara. Warga dapat melakukan pengajuan keberatan mengenai Amdal berkaitan dengan syarat penyusunan Amdal yang melibatkan warga.

Penyusunan Amdal pembangunan pabrik semen PT SI sebagai melibatkan warga sekitar. Warga mengaku tidak mengetahui adanya Amdal dan tidak merasa diajak untuk berpartisipasi dalam penyusunannya, bahkan tidak tahu-menahu soal Amdal. PT SI juga sesuai dengan keputusan-keputusan pemerintah daerah terkait usaha pertambangan. Bahkan hingga izin penambangan dan pembangunan pabrik dikeluarkan, sosialisasi urung dilakukan. Atas saran Camat Gunem, warga telah mencoba mengirim surat kepada pihak PT SI, DPRD Rembang, Bupati Rembang, Gubernur, pabrik PT SI. Namun, surat tersebut tak kunjung mendapat respon. yang dihadiri warga Tegaldowo, PT SI, pejabat desa. Forum inilah pabrik semen kepada warga. Pada forum tersebut juga dinyatakan hasil sosialisasi. Padahal pada saat itu, Joko priyanto selaku salah

Rembang.Penataan ruang di Indonesia diatur dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang. Undang-undang ini merupakan pembaruan UU Nomor 24 Tahun 1992. Untuk menjelaskan pasal 20 ayat 6 tentang RTRW Nasional, dibuat PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional. Di dalam PP tersebut, pasal 60 ayat 2 menyatakan semua bentang alam yang memiliki goa masuk ke dalam Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG). Masih dalam PP RTRW Nasional, KCAG termasuk kawasan lindung geologi (pasal 52 ayat 5) yang merupakan salah satu kawasan lindung nasional (pasal 51). Selain UU dan PP tersebut, Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Nomor 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029 pasal 63 juga menyatakan bahwa kawasan CAT Watuputih dikategorikan sebagai kawasan imbuhan air yang termasuk kawasan lindung geologi.

Dokumen RTRW Kabupaten Rembang yang dikeluarkan melalui 2011 menyatakan CAT Watuputih termasuk kawasan lindung geologi. Akan tetapi, pada peta RTRW Kabupaten Rembang tersebut menyatakan pula bahwa sebagian wilayah di kawasan CAT Watuputih merupakan kawasan pertambangan mineral dan batu bara.

satu tokoh warga sedang berada di Pontianak. Forum ini berujung adu mulut dan penyekapan empat orang warga Desa Tegaldowo. pemerintah daerah dan sesama warga Desa Tegaldowo.

Pada tanggal 18 Septermber 2013, warga mendatangai kantor pinjam pakai hutan. Surat pinjam pakai hutan menurut Permen Kehutanan Nomor P.18/Menhut/II/2011 adalah surat izin yang dan peruntukan kawasan hutan. Adanya bukti mengenai bertentangan dengan undang-undang dapat berdampak yang tercantum pada Permen Kehutananan tersebut pasal 41. Selanjutnya pada tanggal 19 Februari 2014, warga meminta Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2010 tentang RTRW dan Perda Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa Cekungan Watuputih adalah kawasan imbuhan air dan kawasan lindung geologi kepada DPRD Rembang.

Lokasi tambang PT SI di Kabupaten Rembang terletak di kawasan Cekungan Air Tanah Watuputih, Pegunungan Kendeng Utara. Kawasan Watuputih ditetapkan menjadi kawasan Cekungan Air Tanah (CAT). Penetapan CAT Watuputih dimuat dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26 Tahun 2011 mengenai Penetapan Cekungan Air Tanah. Pada lampiran Keppres tersebut tercantum koordinat batas, luas, dan klasifikasi CAT Watuputih. CAT Watuputih dengan luas 31 km2 diklasifikasikan sebagai CAT B, yaitu CAT lintas kabupaten/kota karena CAT Watuputih melintasi Kabupaten Rembang dan Blora.

Sebagai CAT, CAT Watuputih memiliki potensi suplai air yang sangat Kabupaten Rembang. CAT merupakan kawasan konservasi yang perlu dilindungi dan dikelola. Hal tersebut dinyatakan pada pasal 25 UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pada tanggal 1 Juli 2014, Dr. Surono sebagai Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih karena fungsinya sebagai daerah imbuhan air tanah.

Rencana tata ruang yang tercantum pada peta RTRW Kabupaten Rembang bertentangan dengan dokumen RTRW Kabupaten Rembang yang sudah sejalan dengan RTRW Provinsi Jawa Tengah. Prosedur hirarki mengatur bahwa RTRW yang lebih tinggi merupakan landasan untuk menyusun RTRW lainnya, sehingga berkoordinasi dengan Pemda provinsi maupun Pemda kabupaten lain yang turut terlibat. Adanya tumpang tindih antara dokumen dan peta RTRW Kabupaten Rembang menunjukkan adanya ketidaksesuaian dalam proses penyusunan RTRW.

Penentuan lokasi usaha yang memerlukan Amdal untuk memperoleh izin lingkungan wajib memperhatikan RTRW. Apabila terdapat ketidaksesuaian lokasi usaha dengan RTRW, maka dokumen Amdal wajib dikembalikan. Hal tersebut tercantum yang merupakan penjelasan pasal 36 sampai dengan 40 UU PPLH. Sehubung dengan peraturan-peraturan yang menyatakan kembali. Apabila lokasi yang dicantumkan pada izin lokasi terbukti tidak sejalan dengan RTRW, berdasarkan PP yang sama pula,

seharusnya dokumen Amdal dikembalikan. Dengan

dikemballikannya dokumen Amdal, maka seluruh izin berkaitan pemerintah daerah. Selain itu, tumpang tindih RTRW Kabupaten rembang pun masih perlu dipertanyakan. Tidak seharusnya ada pada periode yang sama.

semen PT Semen Indonesia (PT SI) , mencari tahu kebenaran kabar tersebut kepada Bapak Kecamatan Tegaldowo dan Camat Gunem pun nihil hasil. Warga belum memperoleh kepastian atas rencana pembangunan pabrik semen, Bupati Rembang sudah mengeluarkan Keputusan Nomor 545/230/2013 tentang pemberian IUP mengenai operasi produksi batuan tanah liat kepada PT SI pada tanggal 15 Februari 2013.

Kekhawatiran warga mengenai pembangunan dan penambangan disebabkan adanya kemungkinan kerusakan lingkungan yang besar akibat pembangunan pabrik semen dan penambangan. Terkait dengan hal itu, sebenarnya perusahaan juga tidak bisa seenaknya membangun pabrik atau melakukan penambangan tanpa disertai memerhatikan dampak pembangunannya terhadap lingkungan. Salah satu syarat lingkungan untuk memperoleh IUP, baik IUP eksplorasi dan IUP operasi produksi, adalah PT SI harus sudah mematuhi perundang-undangan yang mengatur Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Hal ini sejalan dengan persyaratan penerbitan IUP eksplorasi dan IUP produksi yang terdapat pada PP Nomor 23 Tahun 2010 tentang pelaksanan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. Untuk IUP operasi produksi memerlukan persyaratan tambahan yaitu persetujuan dokumen lingkungan hidup. IUP operasi produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

84

I N V E S T I G A T I O N R E P O R T K O M U N E R A K A P A R E | R E M B A N G

koordinat batas, luas, dan klasifikasi CAT Watuputih. CAT Watuputih dengan luas 31 km2 diklasifikasikan sebagai CAT B, yaitu CAT lintas

usaha PT SG untuk membangun pabrik semen. Pada tanggal 14 Oktober 2010, PT SG memperoleh Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) melalui Keputusan Bupati Nomor 545/68/2010 tentang pemberian WIUP kepada PT SG. Keputusan itu Bupati Nomor 545/04/2011 tentang pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi kepada PT Semen Gresik pada tanggal 18 Januari 2011.

Setelah mengalami proses yang terbilang cukup singkat, keputusan 591/40/2011 tentang pemberian izin lokasi dengan luas sekitar 8.400.000 m2 kepada PT SG untuk pembangunan pabrik semen, tanggal 18 November 2011. Izin lokasi merupakan tahap pertama untuk penilaian Amdal untuk selanjutnya mendapat keputusan kelayakan lingkungan.

Pada tanggal 30 April 2012, Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo mengeluarkan Keputusan Nomor 660.1/10/2012 tentang kelayakan pabrik semen oleh PT SG di Kabupaten Rembang. Kelayakan yang berlandaskan Analisis Dampak Lingkungan (Andal), Rencana Lingkungan (RPL) yang merupakan bagian dari Amdal. Menyusul Keputusan No. 660.1/17/2012 tentang izin kegiatan pembangunan dan pengembangan pabrik semen oleh PT SG. Pada tanggal 20 Desember 2012, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan, pihak perusahaan resmi mengganti nama dari PT Semen Gresik (Persero) Tbk, menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

kepada warga sekitar terlebih dahulu. Upaya beberapa warga Desa

semen PT Semen Indonesia (PT SI) , mencari tahu kebenaran kabar pun nihil hasil. Warga belum memperoleh kepastian atas rencana mengeluarkan Keputusan Nomor 545/230/2013 tentang kepada PT SI pada tanggal 15 Februari 2013.

besar akibat pembangunan pabrik semen dan penambangan.

lingkungan. Salah satu syarat lingkungan untuk memperoleh IUP, baik IUP eksplorasi dan IUP operasi produksi, adalah PT SI harus sudah mematuhi perundang-undangan yang mengatur Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Hal ini pelaksanan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. yaitu persetujuan dokumen lingkungan hidup. IUP operasi produksi pascatambang.

Pada kasus pembangunan PT SI di Kabupaten Rembang, persayaratan IUP operasi produksi telah dipenuhi oleh PT SI

dengan dikeluarkannya Keputusan Gubernur Jawa Tengah yang

telah disebutkan sebelumnya tentang kelayakan lingkungan hidup.

Dalam keputusan tersebut juga tercantum kewajiban yang

seharusnya dilakukan PT SI, antara lain melakukan sosialisasi

rencana kegiatan, mengutamakan musyawarah proses pengadaan lahan warga, dan memperbaiki kerusakan jalan akibat mobilisasi

alat berat.

Selain itu, penetapan lingkungan hidup harus dilakukan berlandaskan Amdal. Hal ini tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun

2009 tentang PPLH yang merupakan pembaruan UU Nomor 23

Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Masih dalam UU yang sama, pada pasal 26 dinyatakan Amdal harus memuat

tanggapan warga yang terkena dampak, pemerhati lingkungan hidup, dan/atau yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan

dalam proses Amdal. Warga yang terkena dampak tidak dijelaskan

secara rinci mengenai batas warga yang terkena dampak, namun dapat dinyatakan Desa Tegaldowo yang berada pada zona ring 1

merupakan salah satu desa yang akan terkena dampak ketara. Warga dapat melakukan pengajuan keberatan mengenai Amdal berkaitan dengan syarat penyusunan Amdal yang melibatkan warga.

Penyusunan Amdal pembangunan pabrik semen PT SI sebagai

syarat memperoleh izin kelayakan lingkungan hidup tidak

melibatkan warga sekitar. Warga mengaku tidak mengetahui adanya Amdal dan tidak merasa diajak untuk berpartisipasi dalam penyusunannya, bahkan tidak tahu-menahu soal Amdal. PT SI juga

tidak kunjung melakukan sosialisasi yang menjadi kewajibannya

sesuai dengan keputusan-keputusan pemerintah daerah terkait usaha pertambangan. Bahkan hingga izin penambangan dan pembangunan pabrik dikeluarkan, sosialisasi urung dilakukan. Atas saran Camat Gunem, warga telah mencoba mengirim surat kepada pihak PT SI, DPRD Rembang, Bupati Rembang, Gubernur,

MPR RI dan Presiden terkait permintaan sosialisasi pendirian

pabrik PT SI. Namun, surat tersebut tak kunjung mendapat respon.

Hingga akhirnya pada tanggal 22 Juni 2013, diadakan suatu forum

yang dihadiri warga Tegaldowo, PT SI, pejabat desa. Forum inilah

yang selalu diangkat sebagai forum sosialisasi pembangunan

pabrik semen kepada warga. Pada forum tersebut juga dinyatakan

Joko Priyanto, seorang warga Tegaldowo, hadir dan menyetujui

hasil sosialisasi. Padahal pada saat itu, Joko priyanto selaku salah

I N V E S T I G A T I O N R E P O R T K O M U N E R A K A P A R E | R E M B A N G

85

Rembang.Penataan ruang di Indonesia diatur dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang. Undang-undang ini merupakan pembaruan UU Nomor 24 Tahun 1992. Untuk menjelaskan pasal 20 ayat 6 tentang RTRW Nasional, dibuat PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional. Di dalam PP tersebut, pasal 60 ayat 2 menyatakan semua bentang alam yang memiliki goa masuk ke dalam Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG). Masih dalam PP RTRW Nasional, KCAG termasuk kawasan lindung geologi (pasal 52 ayat 5) yang merupakan salah satu kawasan lindung nasional (pasal 51). Selain UU dan PP tersebut, Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Nomor 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029 pasal 63 juga menyatakan bahwa kawasan CAT Watuputih dikategorikan sebagai kawasan imbuhan air yang termasuk kawasan lindung geologi.

Dokumen RTRW Kabupaten Rembang yang dikeluarkan melalui 2011 menyatakan CAT Watuputih termasuk kawasan lindung geologi. Akan tetapi, pada peta RTRW Kabupaten Rembang tersebut menyatakan pula bahwa sebagian wilayah di kawasan CAT Watuputih merupakan kawasan pertambangan mineral dan batu bara.

satu tokoh warga sedang berada di Pontianak. Forum ini berujung adu mulut dan penyekapan empat orang warga Desa Tegaldowo. pemerintah daerah dan sesama warga Desa Tegaldowo.

Pada tanggal 18 Septermber 2013, warga mendatangai kantor pinjam pakai hutan. Surat pinjam pakai hutan menurut Permen Kehutanan Nomor P.18/Menhut/II/2011 adalah surat izin yang dan peruntukan kawasan hutan. Adanya bukti mengenai bertentangan dengan undang-undang dapat berdampak yang tercantum pada Permen Kehutananan tersebut pasal 41. Selanjutnya pada tanggal 19 Februari 2014, warga meminta Provinsi Jawa Tengah No 6 Tahun 2010 tentang RTRW dan Perda Kabupaten Rembang No. 14 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa Cekungan Watuputih adalah kawasan imbuhan air dan kawasan lindung geologi kepada DPRD Rembang.

Lokasi tambang PT SI di Kabupaten Rembang terletak di kawasan Cekungan Air Tanah Watuputih, Pegunungan Kendeng Utara. Kawasan Watuputih ditetapkan menjadi kawasan Cekungan Air Tanah (CAT). Penetapan CAT Watuputih dimuat dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26 Tahun 2011 mengenai Penetapan Cekungan Air Tanah. Pada lampiran Keppres tersebut tercantum koordinat batas, luas, dan klasifikasi CAT Watuputih. CAT Watuputih dengan luas 31 km2 diklasifikasikan sebagai CAT B, yaitu CAT lintas kabupaten/kota karena CAT Watuputih melintasi Kabupaten Rembang dan Blora.

Sebagai CAT, CAT Watuputih memiliki potensi suplai air yang sangat Kabupaten Rembang. CAT merupakan kawasan konservasi yang perlu dilindungi dan dikelola. Hal tersebut dinyatakan pada pasal 25 UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pada tanggal 1 Juli 2014, Dr. Surono sebagai Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia di wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih karena fungsinya sebagai daerah imbuhan air tanah.

Rencana tata ruang yang tercantum pada peta RTRW Kabupaten Rembang bertentangan dengan dokumen RTRW Kabupaten Rembang yang sudah sejalan dengan RTRW Provinsi Jawa Tengah. Prosedur hirarki mengatur bahwa RTRW yang lebih tinggi merupakan landasan untuk menyusun RTRW lainnya, sehingga berkoordinasi dengan Pemda provinsi maupun Pemda kabupaten lain yang turut terlibat. Adanya tumpang tindih antara dokumen dan peta RTRW Kabupaten Rembang menunjukkan adanya ketidaksesuaian dalam proses penyusunan RTRW.

Penentuan lokasi usaha yang memerlukan Amdal untuk memperoleh izin lingkungan wajib memperhatikan RTRW. Apabila terdapat ketidaksesuaian lokasi usaha dengan RTRW, maka dokumen Amdal wajib dikembalikan. Hal tersebut tercantum yang merupakan penjelasan pasal 36 sampai dengan 40 UU PPLH. Sehubung dengan peraturan-peraturan yang menyatakan kembali. Apabila lokasi yang dicantumkan pada izin lokasi terbukti tidak sejalan dengan RTRW, berdasarkan PP yang sama pula,

seharusnya dokumen Amdal dikembalikan. Dengan

dikemballikannya dokumen Amdal, maka seluruh izin berkaitan pemerintah daerah. Selain itu, tumpang tindih RTRW Kabupaten rembang pun masih perlu dipertanyakan. Tidak seharusnya ada pada periode yang sama.

usaha PT SG untuk membangun pabrik semen. Pada tanggal 14 Oktober 2010, PT SG memperoleh Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) melalui Keputusan Bupati Nomor 545/68/2010 tentang pemberian WIUP kepada PT SG. Keputusan itu Bupati Nomor 545/04/2011 tentang pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi kepada PT Semen Gresik pada tanggal 18 Januari 2011.

Setelah mengalami proses yang terbilang cukup singkat, keputusan 591/40/2011 tentang pemberian izin lokasi dengan luas sekitar 8.400.000 m2 kepada PT SG untuk pembangunan pabrik semen, tanggal 18 November 2011. Izin lokasi merupakan tahap pertama untuk penilaian Amdal untuk selanjutnya mendapat keputusan kelayakan lingkungan.

Pada tanggal 30 April 2012, Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo mengeluarkan Keputusan Nomor 660.1/10/2012 tentang kelayakan pabrik semen oleh PT SG di Kabupaten Rembang. Kelayakan yang berlandaskan Analisis Dampak Lingkungan (Andal), Rencana Lingkungan (RPL) yang merupakan bagian dari Amdal. Menyusul Keputusan No. 660.1/17/2012 tentang izin kegiatan pembangunan dan pengembangan pabrik semen oleh PT SG. Pada tanggal 20 Desember 2012, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan, pihak perusahaan resmi mengganti nama dari PT Semen Gresik (Persero) Tbk, menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

kepada warga sekitar terlebih dahulu. Upaya beberapa warga Desa

semen PT Semen Indonesia (PT SI) , mencari tahu kebenaran kabar pun nihil hasil. Warga belum memperoleh kepastian atas rencana mengeluarkan Keputusan Nomor 545/230/2013 tentang kepada PT SI pada tanggal 15 Februari 2013.

besar akibat pembangunan pabrik semen dan penambangan.

lingkungan. Salah satu syarat lingkungan untuk memperoleh IUP, baik IUP eksplorasi dan IUP operasi produksi, adalah PT SI harus sudah mematuhi perundang-undangan yang mengatur Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Hal ini pelaksanan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. yaitu persetujuan dokumen lingkungan hidup. IUP operasi produksi pascatambang.

Pada kasus pembangunan PT SI di Kabupaten Rembang, persayaratan IUP operasi produksi telah dipenuhi oleh PT SI telah disebutkan sebelumnya tentang kelayakan lingkungan hidup. seharusnya dilakukan PT SI, antara lain melakukan sosialisasi alat berat.

Selain itu, penetapan lingkungan hidup harus dilakukan berlandaskan Amdal. Hal ini tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Masih dalam UU yang sama, pada pasal 26 dinyatakan Amdal harus memuat dalam proses Amdal. Warga yang terkena dampak tidak dijelaskan merupakan salah satu desa yang akan terkena dampak ketara. Warga dapat melakukan pengajuan keberatan mengenai Amdal berkaitan dengan syarat penyusunan Amdal yang melibatkan warga.

Penyusunan Amdal pembangunan pabrik semen PT SI sebagai melibatkan warga sekitar. Warga mengaku tidak mengetahui adanya Amdal dan tidak merasa diajak untuk berpartisipasi dalam penyusunannya, bahkan tidak tahu-menahu soal Amdal. PT SI juga sesuai dengan keputusan-keputusan pemerintah daerah terkait usaha pertambangan. Bahkan hingga izin penambangan dan pembangunan pabrik dikeluarkan, sosialisasi urung dilakukan. Atas saran Camat Gunem, warga telah mencoba mengirim surat kepada pihak PT SI, DPRD Rembang, Bupati Rembang, Gubernur, pabrik PT SI. Namun, surat tersebut tak kunjung mendapat respon. yang dihadiri warga Tegaldowo, PT SI, pejabat desa. Forum inilah pabrik semen kepada warga. Pada forum tersebut juga dinyatakan hasil sosialisasi. Padahal pada saat itu, Joko priyanto selaku salah

Rembang.Penataan ruang di Indonesia diatur dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang. Undang-undang ini merupakan pembaruan UU Nomor 24 Tahun 1992. Untuk menjelaskan pasal 20 ayat 6 tentang RTRW Nasional, dibuat PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional. Di dalam PP tersebut, pasal 60 ayat 2 menyatakan semua bentang alam yang memiliki goa masuk ke dalam Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG). Masih dalam PP RTRW Nasional, KCAG termasuk kawasan lindung geologi (pasal 52 ayat 5) yang merupakan salah satu kawasan lindung nasional (pasal 51). Selain UU dan PP tersebut, Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Nomor 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029 pasal 63 juga menyatakan bahwa kawasan CAT Watuputih dikategorikan sebagai kawasan imbuhan air yang termasuk kawasan lindung geologi.

Dokumen RTRW Kabupaten Rembang yang dikeluarkan melalui 2011 menyatakan CAT Watuputih termasuk kawasan lindung geologi. Akan tetapi, pada peta RTRW Kabupaten Rembang tersebut menyatakan pula bahwa sebagian wilayah di kawasan CAT Watuputih merupakan kawasan pertambangan mineral dan batu

Dalam dokumen Laporan Investigasi Berebut Berkah Tan (Halaman 84-90)