• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dosis, Jenis dan Cara Pemberian

Dalam dokumen Departemen Ilmu Kesehatan Anak - FKUI (Halaman 191-195)

Tujuan pemberian cairan adalah mencukupi volume sirkulasi agar aliran darah dapat menghantar oksigen dan nutrisi ke jaringan sesuai kebutuhan metabolik, sekaligus mencegah kelebihan air, elektrolit dan toksisitas iatrogenik yang dapat membahayakan.21 Karena itu jumlah cairan yang harus diberikan amat

tergantung kondisi pasien. Uji klinis oleh Maitland dkk. pada 3141 anak Afrika dengan syok septik menunjukkan bahwa pemberian larutan albumin 5% maupun salin normal sebanyak 20-40 ml secara bolus mempunyai risiko kematian pada 48 jam yang lebih tinggi dari kelompok tanpa bolus (RR 1,45; 95% CI 1,13 sampai 1,86; P=0,003).22 Pemberian cairan hipotonik

‘yang dianggap cairan rumat’ seringkali secara kumulatif berlebihan sehingga mengakibatkan edema interstisial.23 Pada pasien sepsis, keseimbangan cairan

Terapi Cairan di Ruang Gawat Darurat

Rekomendasi

Rekomendasi pemberian cairan resusitasi menurut Myburgh dan Mythen:25

1. Penggunaan cairan harus dilaksanakan dengan berhati-hati seperti penggunaan obat intravena

– Pertimbangkan tipe cairan, dosis, indikasi, indikasi kontra, bahaya toksisitas dan biaya

2. Cairan resusitasi merupakan bagian dari proses fisiologis yang kompleks – Amati cairan yang hilang dan gantilah kehilangan tersebut dengan

jenis dan jumlah cairan yang setara

– Perhitungkan kadar natrium, osmolaritas dan keseimbangan asam basa untuk menentukan cairan yang tepat

– Hitung keseimbangan cairan kumulatif dan berat badan pasien saat itu ketika mempertimbangkan dosis cairan

– Pertimbangkan penggunaan katekolamin dini pada tata laksana syok

3. Kebutuhan cairan pasien kritis berubah seiring berjalannya waktu

– Jumlah kumulatif cairan resusitasi dan cairan rumat dapat

mengakibatkan edema interstitial

– Edema patologis berkorelasi dengan efek samping terapi

– Oliguri adalah respon normal hipovolemia dan tidak boleh digunakan sebagai target resusitasi cairan, terutama pada periode pasca-resusitasi – Motoda ‘fluid challenge’ pada periode pasca-resusitasi (≥24 jam) perlu

dipertanyakan

– Penggunaan cairan rumat hipotonik pada dehidrasi perlu dipertanyakan 4. Pertimbangan khusus berlaku untuk pasien dengan diagnosis yang berbeda

– Pasien dengan perdarahan masif membutuhkan penghentian

perdarahan segera dan transfusi sel darah merah serta komponen darah atas indikasi

– Cairan isotonik ‘balanced salt solution’ adalah cairan resusitasi awal yang dapat digunakan pada sebagian besar kondisi gawat-darurat – Pertimbangkan salin normal pada pasien hipovolemia dan alkalosis – Pertimbangkan albumin pada resusitasi awal sepsis berat

– Salin normal dan kristaloid isotonik lainnya terindikasi pada pasien dengan traumatic brain injury

– Albumin tidak boleh digunakan untuk pasien dengan traumatic brain injury

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXVII

Hydroxyethyl starch tidak boleh digunakan pada pasien sepsis dan pasien dengan risiko acute kidney injury

– Keamanan koloid semisintetik lain belum teruji, karena itu tidak dapat direkomendasikan

– Keamanan salin hipertonik belum teruji

– Dosis dan jenis cairan resusitasi yang optimal untuk pasien luka bakar belum dipastikan

Simpulan

Pemilihan cairan resusitasi di ruang gawat darurat harus disesuaikan dengan kondisi pasien saat itu. Dengan berkembangnya pengertian tentang fungsi glikokaliks, berkembang pula pengertian akan pertukaran cairan di mikrovaskular yang dikenal dengan model revisi Starling. Dengan konsep ini sebagian fungsi cairan resusitasi disubstitusi vasopressor untuk memanipulasi tekanan kapiler. Berdasarkan kedokteran berbasis bukti, albumin 5% bermanfaat untuk resusitasi pasien dengan sepsis berat, namun berbahaya untuk traumatic brain injury. Penggunaan hydoxyethyl starch pada pasien sepsis berat meningkatkan risiko gagal ginjal akut. Cairan seimbang dapat diberikan untuk resusitasi secara umum. Pemberian cairan hipotonik berbahaya. Pemberian cairan secara bolus dapat miningkatkan mortalitas anak dengan syok septik.

Daftar pustaka

1. Starling EH. On the absorption of fluids from connective tissue spaces. J Physiol. 1896;19:312-26.

2. Krogh A, Landis EM, Turner AH. The movement of fluid through the human capillary wall in relation to venous pressure and to the colloid osmotic pressure of the blood. J Clin Invest. 1932;11:63-95.

3. Levick JR, Michel CC. Microvascular fluid exchange and the revised Starling principle. Cardiovascular Research. 2010;87:198-210.

4. The SAFE Study Investigators. A comparison of albumin and saline for fluid resuscitation in the intensive care unit. N Engl J Med. 2004;350:2247-56. 5. Woodcock TE, Woodcock TM. Revised Starling equation and the glycocalyx

model of transvascular fluid exchange: an improved paradigm for prescribing intravenous fluid therapy. Br J Anaes. 2012; 108: 384-94.

6. Cooper DJ, Myburgh J, Heritier S, Finfer S, Bellomo R, Billot L, et al. Albumin resuscitation for traumatic brain injury: is intracranial hypertension the cause of increased mortality? J Neurotrauma. 2013;30:512-8.

Terapi Cairan di Ruang Gawat Darurat

7. Finfer S, McEvoy S, Bellomo R, McArthur C, Myburgh J, Norton R. Impact of albumin compared to saline on organ function and mortality of patients with severe sepsis. Intensive Care Med. 2011;37:86-96.

8. Caironi P, Tognoni G, Masson S, Fumagalli R, Pesenti A, Romero M, et al. Albumin replacement in patients with severe sepsis or septic shock. N Engl J Med. 2014;370:1412-21.

9. Finfer S, Liu B, Taylor C, Bellomo R, Billot L, Cook D, et al. Resuscitation fluid use in critically ill adults: an international cross-sectional study in 391 intensive care units. Crit Care. 2010;14: R185.

10. Schortgen F, Lacherade JC, Bruneel F, Cattaneo I, Hemery F, Lemaire F, et al. Effects of hydroxyethylstarch and gelatin on renal function in severe sepsis: a multicentre randomised study. Lancet. 2001;357:911-6.

11. Brunkhorst FM, Engel C, Bloos F, Meier-Hellmann A, Regaller M, Weiler N, et al. Intensive insulin therapy and pentastarch resuscitation in severe sepsis. N Engl J Med. 2008;358:125-39.

12. Myburgh JA, Finfer S, Bellomo R, Billot L, Cass A, Gattas D, et al. Hydroxyethyl starch or saline for fluid resuscitation in intensive care. N Engl J Med. 2012;367:1901-11.

13. Morgan TJ, Venkatesh B, Hall J. Crystalloid strong ion difference determines metabolic acid-base change during acute normovolaemic haemodilution. Intensive Care Med. 2004;30:1432-7.

14. Guidet B, Soni N, Della Rocca G, Kozek S, Vallet B, Annane D, et al. A balanced view of balanced solutions. Crit Care. 2010;14:325.

15. Powell-Tuck J, Gosling P, Lobo DN, Allison SP, Carlson GL, Gore M, et al. British Consensus Guidelines on Intravenous Fluid Therapy for Adult Surgical Patients 2011. Diunduh tanggal 19 Oktober 2014 dari http://www.bapen.org.uk/pdfs/

bapen_pubs/giftasup.pdf.

16. Roquilly A, Loutrel O, Cinotti R, Rosenczweig E, Flet L, Mahe PJ, et al. Balanced versus chloride-rich solutions for resuscitation in brain-injured patients: a randomize double-blind pilot study. Critical Care. 2013;17:R77.

17. Chua HR, Venkatesh B, Stachowski E, Schneider AG, Perkins K, Ladanyi S, et al. Plasma-Lyte 148 vs 0.9% saline for fluid resuscitation in diabetic ketoacidosis. J Crit Care. 2012;27:138-45.

18. Arlati S, Storti E, Pradella V, Bucci L, Vitolo A, Pulici M. Decreased fluid volume to reduce organ damage: a new approach to burn shock resuscitation? A preliminary study. Resuscitation. 2007;72: 371-8.

19. Shaw AD, Bagshaw SM, Goldstein SL, Scherer LA, Duan M, Schermer CR, et al. Major complications, mortality, and resource utilization after open abdominal surgery: 0.9% saline compared to Plasma-Lyte. Ann Surg. 2012;255:821-9. 20. Yunos NM, Bellomo R, Hegarty C, Story D, Ho L, Bailey M. Association between

a chloride-liberal vs chloride-restrictive intravenous fluid administration strategy and kidney injury in critically ill adults. JAMA. 2012;308:1566-72.

21. Edwards MR, Mythen MG. Fluid therapy in critical illness. Extreme Physiology & Medicine. 2014;3:16.

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXVII

22. Maitland K, Kiguli S, Opoka RO, Engoru C, Opulot-Opulot P, Akech SO, et al. Mortality after fluid bolus in African children with severe infection. N Engl J Med. 2011;364:2483-95.

23. Corcoran T, Rhodes JEJ, Clarke S, Ho KM. Perioperative fluid management strategies in major surgery: a stratified meta-analysis. Anesth Anaalg. 2012;114:640-51

24. Boyd JH, Forbes J, Nakada TA, Walley KR, Russell JA. Fluid resuscitation in septic shock: a positive fluid balance and elevated central venous pressure are associated with increased mortality. Crit Care Med. 2011;39:259-65.

Dalam dokumen Departemen Ilmu Kesehatan Anak - FKUI (Halaman 191-195)