• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Zat Giz

Dalam dokumen Departemen Ilmu Kesehatan Anak - FKUI (Halaman 69-80)

Seringkali dalam pembahasan mengenai kesehatan tulang, hanya beberapa zat gizi, seperti kalsium, fosfor dan vitamin D saja yang diyakini memiliki peranan penting pada proses perkembangan dan metabolisme tulang. Padahal banyak sekali zat gizi yang “esensial” dalam mencapai kesehatan tulang yang optimal. Di bawah ini akan diuraikan satu persatu zat gizi tersebut dan peranannya dalam metabolisme tulang:2,3,5-7

Kalsium

Kalsium sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tulang. Tercapainya asupan kalsium sesuai adequate intake (AI) akan menjamin terbentuknya massa tulang yang optimal dan dapat mengurangi kecepatan terjadinya bone loss yang berakibat terjadinya osteoporosis. Penyerapan kalsium paling banyak terjadi pada daerah usus halus. Kalsium diserap oleh tubuh dalam keadaan terionisasi (Ca2+) melalui dua jalur, yaitu paraselular dan transelular.

Peranan Nutrisi dalam Mencapai Kesehatan Tulang yang Optimal

Absorpsi paraseluler terjadi jika kalsium melalui tight junction antar mukosa sel usus dan terjadi secara pasif tergantung konsentrasi yang ada. Sebaliknya absorpsi transelular harus difasilitasi oleh protein pengikat, calbindin D9K, yang diatur oleh vitamin D. Kedua jalur tersebut memiliki peran pada kondisi yang berbeda. Jika kadar kalsium terbatas, maka jalur transelular yang akan menjadi tulang punggung absorpsi kalsium dan sebaliknya jika kadar kalsium sangat banyak, maka jalur paraselular menjadi dominan. Kondisi usus besar yang relatif terfermentasi dengan asam juga diyakini dapat membantu penyerapan kalsium.

Umumnya kita hanya mengetahui bahwa susu dan produknya merupakan sumber kalsium yang tinggi dari makanan. Tetapi sebetulnya buah dan sayuran (brokoli, pok choy) serta ikan yang dimakan dengan tulangnya (contoh: ikan teri) merupakan sumber kalsium yang baik dan relatif lebih mudah diabsorpsi oleh tubuh. sangat baik bagi tubuh kita. Remaja merupakan kelompok yang rentan terhadap kecukupan kalsium, kelompok ini sering tidak dapat memenuhi AI yang direkomendasikan. Golden, dkk mengutip bahwa remaja

perempuan di Amerika Serikat hanya memenuhi 15% RDA kalsium.3

Selain jumlah, bioavailabilitas kalsium juga penting untuk diketahui. Beberapa makanan seperti roti gandum, brokoli, dan pok choy mempunyai bioavailabilitas yang lebih tinggi dibandingkan bayam dan sayuran lainnya yang mengandung oksalat yang tinggi. Kalsium yang dikandung oleh kedelai juga mudah diserap oleh tubuh (lihat Lampiran 1). Jika asupan tidak mencukupi, suplementasi dapat menjadi jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan. Suplementasi kalsium biasanya diberikan dalam bentuk garamnya. Kalsium yang terikat dengan sitrat maleat relatif lebih mudah diabsorpsi oleh tubuh dibandingkan kalsium karbonat. Kalsium karbonat juga sering memberikan efek samping berupa konstipasi sehingga harus diberikan dalam dosis terbagi dan juga harus mengonsumsi lebih banyak cairan. Pemberian suplementasi kalsium harus memperhatikan interaksinya dengan zat gizi lainnya, karena dosis yang berlebihan akan menghambat penyerapan zat gizi lainnya seperti besi non-heme, seng dan magnesium.

Fosfor

Fosfor merupakan elemen inorganik terbanyak kedua selain kalsium sebagai pembentuk tulang. Biasanya dalam bentuk fosfat (PO4). Zat gizi ini banyak terdapat dalam makanan, antara lain daging, unggas, ikan, telur, produk susu, berbagai jenis kacang, sereal, tepung-tepungan dan minuman kola/ terkarbonasi. Walaupun fosfor merupakan zat gizi yang esensial, tetapi jika asupan berlebihan akan memberikan masalah bagi tubuh, khususnya tulang. Asupan fosfor yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya dalam serum dan berakibat menurunnya ion kalsium, sehingga sekresi hormon paratiroid

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXVII

meningkat dan berpotensi meningkatnya reabsorpsi tulang. Oleh karenanya menjadi penting untuk menjaga asupan fosfor dalam jumlah yang sudah direkomendasikan, seperti tertera pada Lampiran 2. Saat ini di berbagai negara terdapat kecenderungan asupan fosfor yang berlebihan seiring dengan peningkatan konsumsi minuman ringan terkarbonasi.

Vitamin D

Berfungsi sebagai regulator bagi metabolisme kalsium dan fosfor, melalui tiga jalur ini, yaitu:

y Memobilisasi penglepasan kalsium dan fosfor dari tulang sebagai akibat kerja hormon paratiroid

y Meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor di saluran cerna

y Meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor di ginjal dan membawanya ke dalam darah.

Kekurangan vitamin D akan menyebabkan demineralisasi maktriks kolagen sehingga terjadi deformitas tulang. Keadaan ini dikenal sebagai rikets. Defisiensi vitamin D juga dapat menyebabkan hiperparatiroid sekunder yang meningkatkan risiko terjadinya fraktur dan osteoporosis. Kelebihan vitamin D harus dihindari karena akan mengakibatkan hiperkalsemia dan meningkatkan risiko kalsifikasi jaringan lunak, terutama pada ginjal.

Vitamin D sesungguhnya merupakan bentuk pre-hormon yan akan berubah menjadi bentuk hormon dalam tubuh. Metabolit aktif dari vitamin D, yaitu 1,25-dihidroksivitamin D (kalsitriol) diproduksi oleh ginjal banyak membantu fungsi tubuh, termasuk homeostasis kalsium.

Magnesium

Sebanyak dua pertiga magnesium dalam tubuh terkonsentrasi dalam tulang. Defisiensi magnesium memengaruhi metabolism kalsium, sehingga menyebabkan keadaan hipokalsemia dan kadar vitamin D yang abnormal serta terjadinya hiperaktivitas neuromuskular. Kondisi hipokalsemia pada defisiensi magnesium disebabkan karena adanya gangguan pada sekresi hormon paratiroid. Defisiensi magnesium sendiri memengaruhi volume dan kekuatan tulang, terhambatnya perkembangan tulang serta terganggunya uncoupling pada proses penulangan serta reabsorpsi tulang. Pemberian suplementasi kalsium pada kondisi defisiensi magnesium akan memudahkan deposisi kalsium pada jaringan lunak dan sendi, sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya artritis dan batu ginjal.

Tidak banyak penelitian yang menggunakan metodologi yang baik dalam menilai keberhasilan suplementasi magnesium dalam mencegah masalah pada

Peranan Nutrisi dalam Mencapai Kesehatan Tulang yang Optimal

tulang. Sumber makanan yang banyak mengandung magnesium, antara lain:

whole grains, sayur hijau, kacang-kacangan dan biji-bijian. Produk susu maupun daging dan olahannya juga banyak mengandung magnesium, demikian pula dengan air (khususnya air yang diambil dari dalam tanah).

Vitamin K

Merupakan vitamin yang esensial bagi kesehatan tulang. Zat gizi ini berperan pada modifikasi matriks protein tulang. Osteokalsin, protein spesifik tulang, yang dihasilkan oleh osteoblast memerlukan vitamin K dalam proses maturasi tulang. Osteokalsin diduga mempunyai fungsi khusus untuk mencegah terjadinya mineralisasi tulang yang berlebihan. Selain itu vitamin K juga berperan dalam meningkatkan absopsi kalsium dalam saluran cerna dan sebaliknya menekan ekskresi kalsium di ginjal.

Vitamin A

Vitamin A banyak berperan dalam pembentukan osteoblast. Defisiensi vitamin A juga akan memengaruhi metabolisme kalsium serta menurunkan absorpsi kalsium. Beberapa studi memperlihatkan efek negatif juga terjadi pada kondisi hipervitaminosis A. Oleh karenanya direkomendasikan untuk tetap mengonsumsi vitamin A pada kadar yang jauh di bawah UL.

Retinoid adalah bentuk vitamin A yang aktif dan dapat langsung diserap oleh tubuh. Retinoid terdapat pada makanan sumber hewani, sedangkan karotenoid merupakan prekursor vitamin A, yang banyak terkandung dalam makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Contoh: wortel, labu kuning.

Vitamin B12

Melalui peranannya dalam detoksifikasi homosistein, vitamin B12 bersama- sama dengan vitamin B6 dan asam folat dimasukkan dalam kelompok zat gizi pelindung tulang. Osteoblast sebagai sel pembentuk tulang sangat memerlukan suplai vitamin B12 yang adekuat. Adanya anemia akibat defisiensi vitamin B12 sangat erat berkaitan dengan kejadian osteoporosis dan rendahnya kadar vitamin B12 juga berhubungan dengan meningkatnya kelemahan tulang pada usia tua. Vitamin B12 tidak terkandung dalam sumber makanan yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan.

Vitamin C

Vitamin C membantu pembentukan kolagen, menstimulasi sel pembentuk tulang dan membantu meningkatkan metabolisme vitamin D.

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXVII

Fluorid

Fluorid termasuk mineral dan banyak terdapat dalam kandungan air tanah. Fluorid berperan dalam meningkatkan solubilitas dari kristal apatit dalam tulang serta berpengaruh terhadap menentukan ukuran volume tulang. Pada keadaan fluorosis atau kelebihan fluorid, tulang menjadi rapuh dan lebih mudah patah.

Tembaga

Berperan dalam membantu pembentukan kolagen melalui enzim lysyl oxidase

dan juga diperlukan dalam cross-linked molekul-molekul kolagen dan elastin.

Mangan

Zat gizi ini berperan sebagai kofaktor pada pembentukan kartilago dan kolagen dalam proses penulangan. Sumber mangan ada di mana-mana, kelompok padi-padian, minuman (terutama teh) serta sayuran merupakan sumber suplai utama zat gizi ini.

Zat besi

Zat besi mempunyai peran dalam pembentukan tulang, yaitu sebagai kofaktor enzim yang berperan dalam pembentukan kolagen. Penelitian pada tikus, didapatkan bahwa tulang menjadi lebih mudah patah pada kelompok yang mengalami defisiensi zat besi. Penelitian pada manusia memperlihatkan kecenderungan positif antara densitas massa tulang dan kadar feritin, walaupun masih harus dibuktikan lebih lanjut.

Beberapa mineral dan trace element dapat menghambat absorpsi zat besi. Kalsium juga menghambat absorpsi zat besi, melalui mekanisme inhibisi transport zat besi pada sel mukosa saluran usus. Tetapi banyak penelitian membuktikan bahwa pemberian suplementasi kalsium tidak berpengaruh terhadap serum feritin pada bayi, anak, remaja dan dewasa. Walaupun hingga kini masih belum konklusif kaitan antara rendahnya cadangan besi dalam tubuh dan pengaruhnya terhadap massa tulang.

Seng

Berperan pada metabolism jaringan ikat, yaitu sebagai kofaktor berbagai enzim yang terlibat pada proses mineralisasi tulang dan pembentukan kolagen. Defisiensi seng akan menyebabkan masalah pada proses sintesis DNA dan metabolisme protein. Penelitian pada tikus memperlihatkan adanya penambahan massa tulang setelah suplementasi seng. Zat gizi ini banyak

Peranan Nutrisi dalam Mencapai Kesehatan Tulang yang Optimal

terdapat dalam protein yang berasal dari hewani, kacang polong, roti gandum dan susu. Seng dihambat oleh asam fitat, serat dan kadar protein yang rendah serta kalsium. Walaupun berdasarkan penelitian pada hewan terbukti bahwa kalsium memengaruhi absorpsi seng, studi pada manusia tidak memperlihatkan hal yang sama.

Boron

Walaupun mekanisme kerja boron belum sepenuhnya diketahui, tetapi diyakini bahwa boron mempunyai efek konservasi mineral (terutama magnesium) dan juga berperan dalam keseimbangan hormonal (khususnya estrogen).

Kromium

Kromium mempunyai efek protektif terhadap tulang, melalui aktivitas regulasi insulin dengan hasil akhir berupa meningkatnya produksi kolagen melalui produksi oleh osteoblast dan menurunkan kecepatan terjadinya proses reabsorpsi tulang. Kadar kromium juga dipengaruhi oleh berbagai kondisi seperti: asupan tinggi gula, kehamilan dan meyusui, infeksi serta trauma fisik.

Silika

Peranan silika sesungguhnya belum diketahui dengan sempuna. Tetapi, silika banyak ditemukan pada tulang yang sedang aktif mengalami mineralisasi. Silika diyakini berperan dalam proses kalsifikasi, sehingga secara tidak langsung membantu mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan tulang.

Silika merupakan mineral yang paling banyak ditemukan di bumi ini. Silika banyak terkandung dalam makanan berbasis tumbuhan. Tetapi zat nutrisi ini sangat mudah hilang dalam proses pengolahan makanan. Salah satu bahan makanan yang mudah didapat dan banyak mengandung silika adalah pisang.

Zat Gizi Lainnya

Serat: Konsumsi serat yang banyak (≥ 50 gram/hari) akan menurunkan absorspsi kalsium.

Protein: Asupan protein yang berlebihan akan meningkatkan ekskresi kalsium dalam urin. Satu studi memperlihatkan, sedikitnya konsumsi 1 gram protein/ kg berat badan/hari mampu mempertahankan kadar hormon paratiroid yang adekuat.

Natrium: Konsumsi makanan tinggi garam, bersamaan dengan rendahnya asupan kalsium akan meningkatkan ekskresi kalsium, sehingga risiko osteoporosis meningkat.

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXVII

Kalium: Kalium berperan sebagai pelindung tulang melalui komponen alkalinya sehingga dapat menetralisasi asam-asam yang merusak tulang yang selalu dihasilkan dalam setiap proses metabolisme normal dalam tubuh. Kalium juga berperan untuk dapat mempertahankan kalsium tidak terlalu banyak diekskresi melalui urin.

Isoflavon: Zat yang banyak terkandung dalam kedelai ini, mempunyai efek agonis estrogen dan antioksidan yang mampu menghambat terjadinya reabsorpsi tulang.

Asam lemak: Manfaat ω-3 polyunsaturated fatty acid (ω-3 PUFA)

masih memerlukan penelitian lebih lanjut, walaupun terdapat studi yang memperlihatkan manfaat pemberian ω-3 PUFA terhadap metabolisme tulang pada dewasa.

Nutrisi tentu tidak dapat hanya berperan sendiri, karena sesungguhnya terdapat 2 kelompok besar faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan tulang, yaitu:2

y Faktor internal, yang tidak dapat dimodifikasi: genetik, jenis kelamin dan etnis

y Faktor eksternal, yang terbuka luas untuk dimodifikasi: asupan nutrisi, latihan fisik/olahraga dan gaya hidup, berat badan dan komposisi tubuh serta status hormonal

Kenyataan yang ada memperlihatkan bahwa laki-laki mempunyai massa tulang yang lebih tinggi dari perempuan dan orang Asia memiliki massa tulang yang lebih rendah daripada orang yang berasal etnis Hispanik. Tetapi dengan modifikasi terhadap faktor eksternal, hasil akhir sinergi antara kedua faktor tersebut, dapat memberi hasil yang berbeda.2

Steer, dkk8 dalam penelitian prospektifnya memperlihatkan bahwa

berat badan lahir berbanding terbalik dengan densitas tulang pada waktu usia remaja dan sangat terlihat terutama pada kelompok bayi laki-laki. Hal ini sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor pubertas dan reabsorpsi tulang yang terjadi. Fewtrell,9,10 yang banyak melakukan studi mengenai nutrisi pada

awal kehidupan dan hubungannya dengan kesehatan tulang nantinya di usia dewasa, mendapatkan bahwa bayi prematur mempunyai perawakan yang lebih pendek dan massa tulang yang lebih rendah, terutama pada bayi dengan berat lahir < 1250 gram. Massa tulang yang lebih tinggi didapat pada kelompok bayi prematur yang mendapat air susu ibu (ASI), sangat mungkin adanya faktor non-nutritif yang berperan mengingat rendahnya kadar mineral pada ASI prematur. Ditemukan pula adanya periode catch up mineralisasi tulang pada bayi dengan riwayat prematur, sehingga pada usia yang lebih besar (usia

Peranan Nutrisi dalam Mencapai Kesehatan Tulang yang Optimal

anak dan remaja) kondisi mineralisasi tulangnya sama dengan kelompok tanpa riwayat prematur. Moolgard, dkk11 juga mengatakan bahwa pemberian

nutrisi pada masa awal akan menentukan massa tulang pada usia remaja. Studi ini juga mendapatkan adanya efek positif pemberian ASI eksklusif terhadap massa tulang, khususnya tulang belakang (lumbal). Demikian pula dengan pemberian suplementasi mikronutrien (kalsium, fosfor, vitamin D) pada ibu hamil ternyata dapat meningkatkan massa tulang, tetapi efek jangka panjang terhadap tulang masih banyak dipertanyakan.5,12 Cvijetic, dkk13 mencoba

membandingkan massa tulang pada anak kandung dan anak yang diadopsi, hasilnya memperlihatkan bahwa kondisi massa tulang dipengaruhi asupan nutrisi dan gaya hidup anak adopsi sebelumnya.

Perlu diingat pula berbagai keadaan yang dapat menurunkan massa tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur dan osteoporosis lebih dini pada anak, yaitu: osteogenesis imperfekta, inflammatory bowel disease, palsi serebral, lupus eritematosus sistemik, gagal ginjal kronik, keganasan, obesitas, malnutrisi, dan eating disorder serta penggunaan obat-obatan, seperti penggunaan kortikosteroid jangka panjang.2,14,15

Simpulan

Jika dahulu optimalisasi kesehatan tulang dimulai pada usia dewasa, kini saatnya untuk merubah paradigma tersebut dengan memperhatikan kesehatan tulang sejak anak masih dalam kandungan. Proses pembentukan dan mineralisasi telah dimulai sejak awal kehidupan dan akan terus berlangsung disertai reshaping dan remodeling sepanjang kehidupan. Kesehatan tulang tidak saja ditentukan berdasarkan asupan nutrisi saja tetapi juga diperlukan adanya latihan fisik dan perubahan gaya hidup. Zat gizi yang berperan untuk kesehatan tulang bukan saja kalsium, fosfor serta vitamin D, tetapi melibatkan lebih dari 20 macam zat gizi. Berbagai kondisi yang dapat menurunkan massa tulang harus ditangani dengan baik sehingga tidak meningkatkan risiko terjadinya kelainan pada tulang.

Daftar pustaka

1. Kini U, Nabdeesh BN. Physiology of bone formation, remodeling and, metabolism. Dalam: Fogelman, Gnanasegaran G, van der Wall H, penyunting. Radionuclide and hybris bone imaging. Heidelberg: Spinger-Verlag Berlin; 2012. h. 29-55. 2. Golden HN, Abrams SA. Optimizing bone health in children and adolescents.

Pediatrics. 2014;134:e1229-43.

3. Anderson JJB. Nutrition and bone health. Dalam: Mahan KL, Escott-Stump S, penyunting. Krause’s food, nutrition and diet therapy. Edisi ke-11. Philadelphia:

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXVII

Saunders; 2000. h. 76-117.

4. Olsen GL. Nutritional requirements: dieatary reference intakes. Dalam: Hendricks Duggan, Walker, penyunting. Manual of pediatric nutrition. Edisi ke-3. London: BC Becker; 2000. h. 77-85.

5. Cashman KD. Diet, nutrition, and bone health. J Nutr. 2007;137:2507S-12S. 6. Tylavsky FA. Nutrition influence bone growth in children. J Nutr.

2004;134:689s-90S.

7. Illich J, Kerestetter JE. Nutrition in bone health revisited: a story beyond calcium. J Am Col Nutr. 2000;19:715-37

8. Steer CD, Sayers A, Kemp J, Fraser WD, Tobias JH. Birth weight is positively related to bone size in adolescents but inversely related to cortical bone mineral density: Findings from a large prospective cohort study. Bone. 2014;65:77–82. 9. Fewtrell MS. Does early nutrition program later bone health in preterm infants?

Am J Clin Nutr. 2011;94:1870S-3S.

10. Fewtrell MS, William JE, Singhal A, Murgatroyd PR, Fuller N, Lucas A. Early diet and peak bone mass: 20 year follow-up of a randomized trial of early diet in infants born preterm. Bone. 2009;45:142-9.

11. Molgaard C, Landkajaer A, Mark AB, Michaelsen KF. Are early growth and nutrition related to bone health in adolescence? The Copenhagen Cohort Study of infant nutrition and growth. Am J Clin Nutr. 2011;94:1865S-9S.

12. Abrams SA. In utero physiology: role in nutrient delivery and fetal development for calcium, phosphorus, and vitamin D. Am J Clin Nutr. 2007;85:604S-7S. 13. Cvijetic S, Baric IC, Satalic Z, Keser I, Bobic J. Influence of nutrition and lifestyle

on bone mineral density in children from adoptive and biological families. J Epidemiol. 2014;24:209-15.

14. Shapses SA, Sukumar D. Bone metabolism in obesity and weight loss. Annu Rev Nutr. 2012; 32: 287-309.

15. Bacchetta J, Harambat J, Cochat P, Salusky BI, Perry KW. The consequences of chronic kidney disease on bone metabolism and growth in children. Nephrol Dial Transplant. 2012;27:3063-71.

Peranan Nutrisi dalam Mencapai Kesehatan Tulang yang Optimal

Lampiran 1

Sumber Zat Gizi Kadar Sumber Zat Gizi Kadar

Kalsium Vitamin D

240 ml susu/yogurt 350 gram 1 sendok makan minyak ikan cod 1350 IU 45 gram keju/mozzarella 300 gram 90 gram ikan salmon 500 IU 90 gram ikan sardine kalengan 200 gram 90 gram ikan tuna 150 IU 60 gram kacang almond 150 gram 240 susu yang difortiikasi vit D 125 IU 1 cup frozen yogurt/cream cheese 125 gram Hati sapi, kuning telur 40 IU

½ cup bayam, sawi, pok choy 100 gram

½ cup brokoli 20 gram Vitamin K

1 cup bayam segar 140 µg

Magnesium ½ cup brokoli matang 120 µg

60 gram kacang almond, mete 160 gram 1 cup blueberries 40 µg Kacang tanah 100 gram

Sereal 70 gram Vitamin C

Kentang rebus (dengan kulit) 50 gram ¾ cup jus jeruk 93 mg ½ cup beras merah 35 gram ½ cup brokoli matang 51 mg

240 ml susu 25 gram ½ cup stroberi 49 mg

Silika Boron

500 ml air mineral Volvic® 15 mg ½ cup kacang 1 mg ½ cup beras merah 4 mg ½ cup alpukat 1 mg Dikutip dengan modiikasi dari The Open Orthopedics Journal 2012;6:143-6.

6 5 P end id ik an K ed o kt er an B er ke la njut an I lm u K es eh at an A na k l XVI I

ANGKA KECUKUPAN GIZI (AKG) 2013

(10 Kolom) BB (kg) TB (cm) Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Omega-6 (g) Omega-3 (g) Karbohidrat (g) Serat (g) Air (mL) Bayi 0 – 6 bulan 6 61 550 12 34 4,4 0,5 58 0 - Bayi 7 – 11 bulan 9 71 725 18 36 4,4 0,5 82 10 800 Anak 1-3 tahun 13 91 1125 26 44 7,0 0,7 155 16 1200 Anak 4-6 tahun 19 112 1600 35 62 10,0 0,9 220 22 1500 Anak 7-9 tahun 27 130 1850 49 72 10,0 0,9 254 26 1900 Laki-laki 10-12 tahun 34 142 2100 56 70 12,0 1,2 289 30 1800 Laki-laki 13-15 tahun 46 158 2475 72 83 16,0 1,6 340 35 2000 Laki-laki 16-18 tahun 56 165 2675 66 89 16,0 1,6 368 37 2200 Laki-laki 19-29 tahun 60 168 2725 62 91 17,0 1,6 375 38 2500 Laki-laki 30-49 tahun 62 168 2625 65 73 17,0 1,6 394 38 2600 Laki-laki 50-64 tahun 62 168 2325 65 65 14,0 1,6 349 33 2600 Laki-laki 65-80 tahun 60 168 1900 62 53 14,0 1,6 309 27 1900 Laki-laki >80 tahun 58 168 1525 60 42 14,0 1,6 248 22 1600 Perempuan 10-12 tahun 36 145 2000 60 67 10,0 1,0 275 28 1800 Perempuan 13-15 tahun 46 155 2125 69 71 11,0 1,1 292 30 2000 Perempuan 16-18 tahun 50 158 2125 59 71 11,0 1,1 292 30 2100 Perempuan 19-29 tahun 54 159 2250 56 75 12,0 1,1 309 32 2300 Perempuan 30-49 tahun 55 159 2150 57 60 12,0 1,1 323 30 2300 Perempuan 50-64 tahun 55 159 1900 57 53 11,0 1,1 285 28 2300 Perempuan 65-80 tahun 54 159 1550 56 43 11,0 1,1 252 22 1600 Perempuan >80 tahun 53 159 1425 55 40 11,0 1,1 232 20 1500

Tambahan Bumil Timester 1 +180 +20 +6 +2,0 +0,3 +25 +3 +300

Tambahan Bumil Trimester 2 +300 +20 +10 +2,0 +0,3 +40 +4 +300

Tambahan Bumil Trimester 3 +300 +20 +10 +2,0 +0,3 +40 +4 +300

Tambahan Busui 6 bln pertama +330 +20 +11 +2,0 +0,2 +45 +5 +800

Pangan Fungsional (Medicinal Food): Apa Yang

Dalam dokumen Departemen Ilmu Kesehatan Anak - FKUI (Halaman 69-80)