• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukung seluruh masukan informasi dan sarana-sarana lainnya yang ada untuk bisa menyatukan ABRI.”

Dalam dokumen Suar Suroso – Akar dan Dalang (Halaman 138-142)

P ENGGULINGAN B UNG K ARNO

F. Dukung seluruh masukan informasi dan sarana-sarana lainnya yang ada untuk bisa menyatukan ABRI.”

Salah satu isu kontroversial, mengenai keterlibatan Amerika Serikat dalam pembunuhan besar-besaran anggota dan kader PKI di seluruh Indonesia, memperoleh penjelasan resmi dalam bentuk dokumen mengenai salah satu radiogram Duta Besar Amerika untuk Indonesia saat itu, Marshall Green. Dalam radiogram yang dikirimkannya ke Washington pada 10 Agustus 1966, Marshall Green melaporkan bahwa “daftar nama pemimpin teras, dan anggota PKI yang dibuat Kedutaan Besar Amerika, merupakan daftar yang dipakai sebagai acuan aparat keamanan—alias Angkatan Darat—Indonesia, untuk membersihkan Indonesia dari PKI. Tak mustahil, dari nama-nama yang disodorkan Marshall Green itu, sebagian kemudian

'

( * * 0 , &

terbunuh.”1

Selain itu, dalam telegramnya pada 2 Desember 1965, Marshall Green juga mengaku “telah melakukan pembayaran (tersembunyi) dengan dana Rp50 juta kepada gerakan KAP-Gestapu (Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan September Tiga Puluh). Dana itu diserahkan sebagai bantuan untuk membiayai aksi perlawanan terhadap orang-orang komunis.”2

Di samping itu, dokumen Memorandum dari Gabungan Kepala Staf kepada Menteri Pertahanan McNamara memaparkan bantuan Amerika Serikat terhadap usaha Angkatan Bersenjata menggulingkan Bung Karno sebagai berikut: Q " *) ! # '6C- " ? % " % " % % " < % 2 " D # 9 % # % " ' 2 '6CC ? % # # # " " < / 2 " A % # " " # # / # " # " # " # " % / : # % # " " # # A " " # " % % " % # % &:'*) % &:15/ " " # A % # " / A " % < E? # " " # < % / @ < E? " # " # " % # A " % / < E? " # # A % " " " : # " % ? % # % " # # # # / " < " A # A # " " % : "/ <" " % " / G " D # # % / <# " A % # " # # % ? % A # 3 ": " " # A % " % # " / / # # < E? # 9 ? " # A % " # " < " # " % " ' # " 9 ) /0;?7@ B # JJB? $ A % B =@C , * 3 , /> /0;; / ( 6 1 /0;< * <> $ , 4* $ . # " 9 ) /0;?7@ B # JJB? /*56=*.)/ & , . " # " # " " < % " % " :" # # " # " % ? % / / ! " # ; $ % ! " # " # : # # " " # A " # " # " % # / %/ @ # % # % " @ " ; $ / <" # " D ! % ;/ @ ! % " '

Begitu putsch 30 September terjadi, Angkatan Darat segera menuding PKI sebagai dalangnya. Tapi tidak sedikit para pakar yang berpendapat lain. Rex Mortimer memaparkan, bahwa PKI secara sadar dan teguh menempuh jalan damai dalam mencapai strateginya. Dalam keadaan sudah berada di ambang masuk ke dalam kedudukan ikut memegang kekuasan negara, adalah tak masuk akal, PKI melakukan coup terhadap pemerintah yang didukungnya sendiri.

Brian May menulis, “Sampai sejauh mana PKI terlibat, tidaklah akan mempengaruhi putusan yang diambil oleh Angkatan Darat untuk menjadikan putsch itu segera menjadi batu-nisan bagi Soekarnoisme dan dasar bagi Angkatan Darat untuk naik berkuasa; dan jika ada orang komunis yang menentang petunjuk-petunjuk pimpinannya, ikut dalam komplotan ini, ….. maka ini sudah cukup jadi alasan untuk membasmi seluruh partai itu.”2

“Secara militer, putsch itu berlangsung tanpa persiapan yang cukup, tanpa kendaraan-kendaraan lapis baja dan tank-tank yang sangat vital; secara politik adalah nonsense,7omong kosong. Tidaklah mengherankan, bahwa sementara sarjana menghubungkan asal-usulnya putsch itu dengan kekecewaan dan puritanisme para perwira dari Jawa Tengah yang mistik; juga tak mengherankan bahwa para pemimpinnya melarikan diri dalam tempo 24 jam menghadapi Jenderal Mayor Soeharto yang akhirnya menguasai bangsa dengan 135 juta penduduk itu.“3

Jan Pluvier menulis, “Segera sesudah terjadinya putsch Untung, Angkatan

Darat merebut kesempatan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi, terutama

sesudah terbunuhnya sejumlah jenderal, untuk mewujudkan hal yang sudah bertahun-tahun diharapkan, yaitu mengambil sepenuhnya kekuasaan negara

'

# " 9 ) /0;?7@ B # JJB?/

(

@ % # /6'=6( D # % " /

( * * 0 , &

dan membasmi PKI.”1

Willem Oltmans menulis, “1 Oktober akan menjadi satu hari bersejarah dalam arus revolusi Indonesia, di mana kalangan kanan pucuk pimpinan Angkatan Darat yang pro-Amerika akan melaksanakan rencana yang sudah bertahun-tahun dipelihara, kali ini lewat tindakan dari orang-orang kepercayaan Soekarno, hingga dengan ‘cara sopan santun’ bisa menghadapi pendapat umum dan dunia, melaksanakan aksi massa terhadap musuh bebuyutan, yaitu membasmi PKI.”2

Putsch Untung disusul oleh tuduhan Angkatan Darat bahwa PKI adalah dalang peristiwa berdarah itu. Media pers Angkatan Darat dan komunisto- fobi menggelorakan histeria anti-komunis dan balas dendam. “Pertengahan November 1965, pembunuhan-pembunuhan mencapai puncaknya yang mengerikan. Soeharto menandatangani perintah yang memberi kuasa untuk melakukan pembersihan mutlak yang mendasar atas PKI dan para simpatisannya dari pemerintah. Perintah ini, No.22/KOTI/1965, untuk pembentukan ’tim-tim khusus’ buat melaksanakan instruksi tersebut dan memberi kuasa pada ‘tim-tim’ itu untuk meminta bantuan Angkatan Darat di mana perlu.”3

Sebelum berlangsungnya pengadilan dalam Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) atas para pelaku putsch, sebelum adanya putusan pengadilan mengenai terlibatnya PKI dalam putsch, Soeharto sudah mengeluarkan instruksi untuk membasmi PKI. Demikian pula Nasution, yang juga menyerukan untuk membasmi Partai Komunis. ”Semua pengikut dan simpatisannya harus dibasmi, kalau tidak peristiwa ini akan terulang,” katanya di depan rapat staf RPKAD yang datang di Jawa Tengah. “Tidak hanya para pelaku yang harus dibasmi, tetapi juga dalang dan pendukung PKI,” katanya di depan satu organisasi mahasiswa. Dan dalam kunjungannya ke pangkalan Angkatan Laut di Surabaya, dia menyerukan sekali lagi untuk membasmi PKI sampai ke akar-akarnya.”4

Berlangsunglah penyerbuan-penyerbuan atas kantor-kantor PKI. Dan mulailah pembantaian manusia di seluruh negeri. CIA sendiri mengakui,

' 2 ( 6 4 5 % 4 + * 2 /0?> /(C1 D" '*' ) 9 $ 5 % 5 '65. D # % " ( Q # "# 2 * 9 $ - /(CC </Q/ R S " "3< "9 '65* D # % " / * < % &/ # ( /''6 Q/Q/ $ " R & # ? / $ 9 '6C6O/ 1 " " , ') ! # 6C-/ && , .

bahwa “dalam hal jumlah yang sudah terbunuh, pembantaian besar-besaran anti-PKI menduduki tempat pertama yang paling jelek dalam abad XX,…. Sebagaimana halnya pembunuhan massal oleh Nazi selama Perang Dunia II …. Dalam hal ini, coup di Indonesia jelaslah merupakan peristiwa yang lebih berarti, dibanding dengan banyak peristiwa yang sudah mendapat publikasi luas.”1

“Amnesty International mencatat taksiran, bahwa lebih dari 500.000 orang mati, tapi menambahkan bahwa banyak ‘peninjau bebas’ menaksir, bahwa lebih dari satu juta orang mati dalam masa 1965—1966.”2

Laksamana Sudomo Panglima Kopkamtib mengakui, “450.000 sampai 500.000 orang terbunuh.”3

K.H. Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa “orang Islam membantai 500.000 eks-PKI. Tentu masih ada lagi yang dibunuh oleh yang tidak termasuk orang Islam.”4

Jenderal Sarwo Edhie Wibowo mengaku kepada Bapak Permadi, S.H., bahwa “yang meninggal terbunuh berjumlah tiga juta orang.”5

Helen Louise Hunter, seorang peneliti dari CIA menulis, bahwa “Pembantaian yang dilakukan oleh massa anti PKI di Indonesia, adalah salah satu yang terburuk dalam jajaran pembantaian massa dari abad XX.”6

Bertrand Russel menyatakan, bahwa dalam empat bulan saja pembantaian di Indonesia, orang yang mati sudah berjumlah lima kali lebih banyak dibandingkan dengan 12 tahun peperangan di Vietnam.”7

“Dari bulan Juli 1954 sampai Juli 1963, Amerika sudah melancarkan 42.500 operasi dan serangan militer, membunuh 156.000 orang dan melukai 52.000 orang.”8

Julie Southwood dan Patrick Flanagan menulis, “Pembantaian massal di Indonesia pada dasarnya adalah suatu proyek pembunuhan sistematik tak pandang bulu. Satu proyek yang tujuannya jelas, cara dan tanggung jawabnya sistematik, yaitu di bawah pimpinan Angkatan Darat yang secara

' &?< ( ( +/0;<D ! 4# '6C. ( 2 " 9 % % " 4 ( D ' /5* S % -5 & % E % ; % $ ' 6!$ '6.*/ * % # # " ' 2 '65C/ 1 @ $ /16 /B? 1 " # '66*/ - </ # !/ / # *=>) /* % # " # % (- " '666 % 2 " / C ( /1/ 5 ( / . > K ) , '3 3 /5' ' > @ '6C1/

( * * 0 , &'

jelas menetapkan korban-korbannya, yaitu PKI dan para simpatisannya. Tak pandang bulu dalam kategori korban-korban, semua anggota harus dibunuh, tak pandang umur, kelamin, bersalah atau tidak….”1

Kalau disimpulkan, bukanlah hanya sekitar 500.000 orang yang dibunuh, tetapi telah berlangsung kekejaman—pembantaian besar-besaran—yaitu satu proyek pembunuhan yang sistematik tak pandang bulu, yang diperintah dan dikontrol oleh pemimpin-pemimpin Angkatan Darat.”2

Soeharto adalah yang bertanggung jawab atas pembunuhan- pembunuhan di Indonesia. Paul H. Salim menulis: “Tanggal 2 Oktober 1965, setelah mendengar berita tentang ‘kup’, Kolonel Yasir Hadibroto, waktu itu Komandan Kesatuan Infanteri IV Kostrad di Sumatra Utara, datang, langsung menghadap komandannya di Markas Besar Kostrad di Jakarta, Mayjen. Soeharto.

Dia ditanyai oleh Soeharto, ‘Di mana kamu ketika pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948?’

‘Saya baru saja dipindahkan ke Jawa Barat. Pasukan saya diperintahkan untuk menghadapi 3 batalyon komunis di Wonosobo,’ Yasir menjawab.

‘Orang yang berontak hari ini adalah keturunan dari PKI Madiun. Pergi, beresken mereka semua. D.N. Aidit di Jawa Tengah. Bawa pasukanmu ke sana!’ perintah Panglima Kostrad Mayjen Soeharto.

Di Jawa Tengah, D.N. Aidit, Ketua PKI, ditangkap, dibawa ke markas Batalyon Kostrad di Boyolali, dan dibunuh!

Pukul 3.00 sore, tanggal 24 November 1965, Kolonel Yasir diterima oleh Soeharto di Istana Yogyakarta. Dia melaporkan segala sesuatu berkenaan dengan penangkapan PKI dan cara membereskan Aidit. Setelah memberikan laporannya, Kolonel Yasir memberanikan diri untuk bertanya, ‘Waktu Bapak mengatakan ‘bereskan’ tentang D.N. Aidit, apakah itu yang Bapak maksud?’ Panglima Kostrad, Mayjen Soeharto hanya tersenyum.” [Mystery Almost Solved!! by Paul H. Salim, Calgary, Canada, http://www.antenna.nl/wvi/ eng/ic/pki/sal/myst.html].

Pembendungan dan pembasmian komunisme berlangsung dahsyat, seiring dengan memuncaknya Perang Dingin di Asia Tenggara. Perang Vietnam kian bergejolak. Meluas sampai ke Laos dan Kamboja. Amerika

Serikat sampai-sampai mengerahkan seperempat juta pasukan,

menggunakan semua senjata yang paling modern waktu itu untuk

'

2 " 9 % % " 4 ( D '

/5* S % -5 & % E % ; % $ ' 6!$ '6.*/

( ( /5*/

&% , .

menundukkan Republik Demokrasi Vietnam dan membasmi kaum komunis Vietnam. Pembasmian kaum komunis Indonesia berlangsung tanpa pengiriman pasukan Amerika masuk Indonesia. Di Indonesia, terutama dalam Angkatan Darat terdapat kekuatan anti-komunis yang dapat diandalkan Amerika untuk membasmi PKI. Pentagon dan Gedung Putih dengan NSC-nya sebagai Politbiro Perang Dingin sudah sekian tahun merekayasa realisasi strategi Perang Dingin terhadap Indonesia. Soekarno harus disingkirkan, dan PKI harus dibasmi. Selama enam tahun, dari tahun 1959 sampai 1965 telah dilaksanakan kesimpulan NSC – Politbiro Perang Dingin – yaitu perkuat kerja sama dengan Angkatan Darat, tingkatkan perlawanan terhadap PKI, dan ciptakan dasar untuk bertindak represif terhadap PKI. Putsch 30 September adalah hasil total-jenderal rekayasa canggih, penggunaan operasi intelijen, kampanye “perang syaraf”, pengerahan semua oknum anti-komunis dan anti Soekarno serta pemanfaatan kesalahan-kesalahan PKI sendiri. Putsch adalah bertentangan dengan teori Marxisme-Leninisme tentang revolusi. Tidak terdapat dalam program PKI. Juga tak masuk akal, dengan putsch PKI menggulingkan pemerintah yang didukungnya sendiri, di mana duduk tokoh-tokoh utama pimpinan PKI. Lebih tak masuk akal lagi, dengan putsch PKI menggulingkan Bung Karno, yang ajaran dan politiknya mati-matian dibelanya, karena menguntungkan PKI. Dengan peristiwa putsch ini terwujudlah kesimpulan Politbiro Perang Dingin, yaitu menciptakan dasar untuk bertindak respresif terhadap PKI. Peristiwa ini, oleh Angkatan Darat betul-betul dijadikan dasar untuk bertindak represif terhadap PKI. Dengan demikian Soekarno pun digulingkan. Penggulingan Bung Karno dan pembasmian PKI adalah realisasi the policy of containment – politik pembendungan komunisme – strategi sejagat Perang Dingin yang dilancarkan Amerika Serikat semenjak usainya Perang Dunia II. Inilah salah satu puncak Perang Dingin di Asia.

, &"

Dalam dokumen Suar Suroso – Akar dan Dalang (Halaman 138-142)