• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Skema KSP

2.2.14 Bentuk KPBU

2.2.15.1 Dukungan Kelayakan

Dukungan Kelayakan adalah Dukungan Pemerintah dalam bentuk kontribusi fiskal yang bersifat finansial yang diberikan terhadap Proyek KPBU oleh menteri yang menyelenggarakan urusan Pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara. Lebih lanjut, Dukungan Kelayakan diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 223/PMK.011/2012 tentang Pemberian Dukungan Kelayakan atas Sebagian Biaya Konstruksi pada Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (“PMK No. 223/2012”) dan Peraturan Menteri Keuangan No. 143/PMK.011/2013 tentang Panduan Pemberian Dukungan Kelayakan atas Sebagian Biaya Konstruksi pada Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (“PMK No. 143/2013”).

Dukungan Kelayakan bertujuan untuk112:

a. meningkatkan kelayakan finansial Proyek KPBU sehingga menimbulkan rninat dan partisipasi Badan Usaha pada Proyek KPBU;

b. meningkatkan kepastian pengadaan Proyek KPBU dan pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada Proyek KPBU sesuai dengan kualitas dan waktu yang direncanakan; dan

c. mewujudkan layanan publik yang tersedia melalui infrastruktur dengan tarif yang terjangkau oleh masyarakat.

Dukungan Kelayakan dialokasikan anggarannya oleh Pemerintah c.q Menteri Keuangan selaku Bendahara Negara sesuai dengan mekanisme APBN dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara, kesinambungan fiskal, dan pengelolaan risiko fiskal. Dukungan Kelayakan diberikan dalam bentuk belanja negara dan dalam bentuk tunai kepada Proyek KPBU. Dengan demikian dana yang disediakan oleh Pemerintah untuk proyek KPBU adalah dipandang sebagai sunk cost.

Dalam rangka memperoleh Dukungan Kelayakan, PJPK akan mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan. Apabila disetujui, maka Menteri Keuangan akan menentukan jumlah besaran Dukungan Pemerintah yang diberikan untuk menutupi porsi tertentu dari seluruh biaya konstruksi, yang umumnya dikenal sebagai dukungan kelayakan dalam bentuk kontribusi fiskal ("Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal"/Viability Gap Funding/VGF). Porsi tertentu sebagaimana dimaksud di atas tidak mendominasi biaya konstruksi proyek. Sehingga demikian, besaran VGF yang akan disetujui tidak akan melebihi 50% dari total biaya konstruksi proyek. Adapaun besaran Dukungan Kelayakan yang telah disetujui oleh Menteri Keuangan akan digunakan oleh PJPK sebagai satu-satunya parameter dalam menetapkan Badan Usaha Pemenang Lelang. Hal ini berarti bahwa Badan Usaha peserta lelang yang dapat menawarkan untuk mendapatkan besaran VGF terendah berpotensi menjadi pemenang lelang, sepanjang persyaratan pengembangan Proyek yang ditentukan dalam Dokumen Pengadaan tetap terpenuhi.

Biaya konstruksi proyek yang dapat dibiayai melalui VGF meliputi biaya konstruksi, biaya peralatan, biaya pemasangan, biaya bunga atas pinjaman yang berlaku selama masa konstruksi, dan biaya-biaya lain terkait konstruksi namun tidak termasuk biaya terkait pengadaan lahan dan insentif perpajakan.

VGF dapat diberikan kepada Proyek Kerjasama yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Proyek Kerjasama yang telah memenuhi kelayakan ekonomi tetapi belum memenuhi kelayakan finansial;

b. Proyek Kerjasama berlaku prinsip pengguna membayar;

c. Proyek Kerjasama memiliki total biaya investasi tidak kurang dari Rp.100.000.000.000,- (seratus

milyar Rupiah);

d. Proyek Kerjasama dilakukan oleh Badan Usaha KPBU sebagai penandatangan Perjanjian Kerjasama yang didirikan oleh Pemenang Lelang konsorsium, yang ditentukan melalui proses lelang yang terbuka dan kompetitif sesuai dengan Peraturan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha;

e. Proyek Kerjasama dilaksanakan berdasarkan Perjanjian Kerjasama yang mengatur skema pengalihan aset dan/atau manajemen dari Badan Usaha KPBU sebagai penandatangan Perjanjian Kerjasama pada akhir periode kerjasama; dan

f. Hasil Studi Pra-Kelayakan Proyek Kerjasama:

- mencakup alokasi optimal dari risiko antara Pemerintah sebagai salah satu pihak dan Badan Usaha KPBU sebagai penandatangan Perjanjian Kerjasama/Penawaran Pemenang Badan Usaha sebagai pihak lain;

- merangkum bahwa Proyek Kerjasama layak secara ekonomis, yang juga meliputi teknis, hukum, lingkungan, dan sosial aspek; dan

- menunjukan bahwa Proyek Kerjasama tersebut layak secara finansial dengan pemberian. VGF untuk biaya konstruksi untuk proyek KPBU akan dicairkan secara angsuran. Terdapat dua metode yang dapat dilaksanakan dalam hal penerimaan angsuran:

- Pencairan selama masa konstruksi di tahap yang telah disepakati dalam perjanjian KPBU;; dan/atau

- Pencairan setelah tanggal operasi komersial telah jatuh tempo, sesuai dengan perjanjian KPBU. Tata cara pemberian Dukungan Kelayakan terhadap Proyek Kerja Sama, yang meliputi proses dan hal-hal yang terkait dengan:

a. pemberian Persetujuan Prinsip Dukungan Kelayakan kepada PJPK; b. pemberian Persetujuan Besaran Dukungan Kelayakan kepada PJPK; c. pemberian Persetujuan Final Dukungan Kelayakan kepada PJPK;

d. penerbitan Surat Dukungan Kelayakan kepada Badan Usaha Penandatangan Perjanjian Kerja Sama.

Tabel 2.6 Dokumen Persyaratan Permohonan Dukungan Kelayakan

Tahapan Isi Dokumen Lampiran

Permohonan Persetujuan Prinsip. Dilakukan setelah dilaksanakannya: a. tahapan penyiapan Proyek

Permohonan Persetujuan Prinsip wajib setidaknya berisi: a. Informasi mengenai Perjanjian Kerjasama;

b. Pengajuan nilai Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal;

c. Jadwal dan kebutuhan pencairan untuk Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal; dan d. Skema kontribusi Pemerintah Daerah.

a. Dokumen studi pra-kelayakan

1. Aspek studi kelayakan ekonomi, teknis, hukum, dan keuangan sebagaimana dibutuhkan dalam Peraturan KPBU;

2. Analisis biaya dan manfaat sosial; 3. Model keuangxan Proyek Kerjasama;

4. Metode penghitungan permintaan, tarif, kesediaan pengguna untuk membayar, dan kemampuan pengguna untuk membayar; 5. Draf pendahuluan Perjanjian Kerjasama antara PJPK and Badan

Usaha KPBU sebagai penandatanganan Perjanjian Kerjasama, yang melekatkan draf awal dokumen persetujuan pemberian Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal; 6. Hasil konsultasi publik dengan pemangku kepentingan; dan 7. Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh alternatif untuk

meningkatkan kelayakan keuangan dari Proyek Kerjasama seperti peningkatan tarif, perpanjangan masa konsesi, dan pengurangan jumlah biaya investasi tidak meningkatkan

kelayakan keuangan Proyek Kerjasama, maka dari itu Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal perlu diberikan. b. Surat Pernyataan dari PJPK kepada Menteri Keuangan yang berisi

pernyataan-pernyataan sebagai berikut:

1. Dokumen studi pra-kelayakan sebagaimana dimaksud pada huruf a dibuat dengan adil, dan seluruh lampiran dan isinya dapat dipertanggungjawabkan; dan

8. PJPK berkehendak untuk tunduk pada mekanisme pemberian Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 223/2012. Permohonan Persetujuan Nilai

Tahapan Isi Dokumen Lampiran Kontribusi Fiskal. Dilakukan setelah

dilaksanakannya tahap prakualifikasi pengadaan badan usaha pelaksana.

a. Penunjukkan dasar hukum dalam penyerahan proposal persetujuan nilai Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal dan seluruh dokumen rujukan dengan menyebutkan angka yang lengkap dan tanggal dokumen;

b. Penjelasan singkat terhadap pengadaan Badan Usaha setelah Persetujuan Prinsip untuk Dukungan kelayakan sudah diperoleh, di mana Badan Penandatangan Perjanjian Kerjasama (PJKP) sudah berhasil melaksanakan fase Pra-Kualifikasi;

c. Pengumuman terhadap amandemen dokumen yang sudah diajukan sebagai lampiran Permohonan Persetujuan Prinsip terhadap Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal (apabila ada) dan dokumen terkait yang terlampir;

d. Pengajuan perubahan waktu dan/atau persyaratan pembayaran Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal yang sudah diajukan di dalam Permohonan Persetujuan Prinsip terhadap Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal (apabila ada); beserta alasannya;

e. Pernyataan bahwa Permohonan Persetujuan Prinsip terhadap Jumlah Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal sudah memenuhi kriteria Proyek Kerja Sama yang mungkin diberikan Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal dan persyaratan terkait dengan jumlah pembagian

ayat (3) huruf a Peraturan Menteri Keuangan No. 223/2012 (jika ada); dan

c. Surat Pernyataan dari Perjanjian Kerjasama (PJPK) yang menyatakan bahwa dokumen-dokumen yang disebutkan dalam huruf a dan huruf b sudah dibuat dengan cara yang adil dan semua isinya dapat dipertanggungjawabkan

Tahapan Isi Dokumen Lampiran sebagaimana diatur di dalam Peraturan Menteri

Keuangan yang mengatur mengenai pemberian Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal untuk bagian dari biaya pembangunan kerja sama proyek antara pemerintah dan badan usaha dalam ketentuan infrastuktur; dan

f. Permohonan ke Menteri Keuangan agar memperoleh Persetujuan untuk Jumlah Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal

Permohonan Persetujuan Akhir. Dilaksanakan. Dilaksanakan setelah ditetapkannya Badan Usaha pemenang lelang.

Permohonan Pertujuan Akhir setidaknya harus mencakup:

a. Dasar hukum terhadap pengajuan Permohonan Persetujuan Akhir Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal;

b. Seluruh dokumen yang menjadi acuan terhadap Permohonan Persetujuan Akhir Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal, bersamaan dengan penunjukan lengkap nomor dan tanggal dokumen;

c. Informasi singkat bahwa PJPK sudah melaksanakan pengadaan Badan Usaha, dimana PJKP sudah berhasil memutuskan Badan Usaha Pemenang Lelang;

d. Pengumuman perubahan dokumen-dokumen yang sudah diajukan sebagai lampiran Permohonan Persetujuan Prinsip Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal dan/atau Permohonan Persetujuan terhadap Jumlah Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal (apabila ada) dan dokumen terkait yang terlampir;

a. Salinan Berita Acara Hasil Lelang;

b. Surat PJPK yang menyatakan bahwa lelang telah dilaksanakan sesuai dengan Peraturan KPBU;

c. Salinan Surat Penunjukan Pemenang Lelang;

d. Jadwal Proyek Penyelenggaraan yang disetujui PJPK dan Badan Usaha Pemenang Lelang, setidaknya untuk:

1. Jadwal Pendirian Badan Usaha KPBU sebagai penandatangan Perjanjian Kerja Sama dengan Badan Usaha Pemenang Lelang; dan

2. Jadwal penandatanganan perjanjian kerja sama antara PJPK dan Badan Usaha KPBU sebagai penandatangan Perjanjian Kerja Sama.

Tahapan Isi Dokumen Lampiran e. Perubahan waktu dan/atau persyaratan

pembayaran Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal (apabila ada), beserta alasannya; f. Pernyataan bahwa Permohonan Persetujuan Prinsip

Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal yang diajukan seudah sesuai dengan ketentuan syarat dan kondisi; dan

g. Permohonan ke Menteri Keuangan untuk memberikan Persetuan Akhir terhadap Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal.

Surat Dukungan Kelayakan dalam

bentuk Kontribusi Fiskal Berdasarkan Pasal 17 PMK No. 223/2012, PJPKmengajukan laporankepada Menteri Keuangan, sedangkan dalam Pasal 30 PMK No. 143/2013, pihak yang seharusnya menajukan laporan adalah Badan Usaha.

Laporan yang diajukan harus melampirkan:

a. Akta Pendirian Badan Usaha Penandatangan Perjanjian Kerja Sama;

b. Bukti Penyetoran Modal dari total saham dari Badan Usaha Pemenang Lelang Penandatangan Perjanjian Kerja Sama; dan c. Rancangan Akhir Perjanjian Kerja sama beserta rancangan

akhir dari Dokumen Persetujuan Pemberian Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal untuk Proyek Kerja Sama.

VGF akan menjadi komitmen mengikat dan dapat dilaksanakan setelah Surat Dukungan Kelayakan dalam bentuk Kontribusi Fiskal tersebut di atas ditandatangani, kecuali seluruh empat persetujuan tersebut di atas secara kumulatif telah disahkan, maka penyediaan Dukungan Kelayakan untuk proyek belum mengikat.