• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 Kajian Teknis

D.2 Rencana Pemanfaatan Lahan

Tujuan dari Rencana penggunaan lahan di Kota Batam adalah agar setiap bagian wilayah kota dapat dikembangkan, sehingga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Pembentukan pola penggunaan lahan yang diterapkan didasarkan pula pada proporsi penggunaan lahan yang dinilai ideal untuk

lingkungan kota, yaitu perbandingan antara lahan terbangun, baik untuk kegiatan fungsional kota maupun prafasilitas dan utilitas kota, dengan lahan tak terbangun yang berupa kawasan konservasi, taman dan lapangan olahraga, agar tercipta lingkungan kota yang nyaman. Titik tolak rencana penggunaan lahan di Kota Batam ini didasarkan pada pengembangan kegiatan-kegiatan yang dapat memicu pertumbuhan kotanya.

Kegiatan utama yang dikembangkan untuk memicu perkembangan kota adalah pembangunan pusat pemerintahan kota, perkantoran, perdagangan dan jasa di Batam Center, kegiatan perdagangan dan jasa di Nagoya - Jodoh, kegiatan pariwisata di Nongsa - Waterfront - Rempang - Galang, serta kegiatan industri di Batam Center - Kabil - Muka Kuning - Sagulung - Tanjung Uncang - Sekupang - Batu Ampar. Pengaruh yang dapat ditimbulkan dari pengembangan kegiatan tersebut, diantaranya adalah munculnya kegiatan perkotaan lain, seperti kegiatan perumahan, hotel, restoran dan jasa pelayanan, perkantoran, kegiatan olahraga dan rekreasi serta kegiatan lainnya, guna untuk memenuhi kebutuhan penduduk Kota Batam yang diperkirakan cenderung terus berkembang di masa mendatang.

Secara umum rencana pemanfaatan lahan yang dikembangkan di Kota Batam hingga tahun 2014 dibedakan atas:

1. Rencana Pemanfaatan Lahan untuk Kawasan Lindung, yang didasarkan atas Keppres No. 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, meliputi:

a. Kawasan Perlindungan Daerah Bawahnya (hutan lindung dan kawasan resapan air);

b. Kawasan Perlindungan Setempat (sempadan pantai,sempadan sungai, kawasan sekitar waduk, kawasan sekitar mata air, dan kawasan perlindungan sekitar daerah keselamatan operasi penerbangan dan jalur listrik tegangan tinggi);

c. Suaka Alam dan Cagar Budaya; d. Kawasan Rawan Bencana Alam;

e. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bandara Hang Nadim.

2. Rencana Pemanfaatan Lahan untuk Kawasan Pengembangan Terbatas, merupakan kawasan yang pemanfaatan dan atau pengembangannya untuk kegiatan budidaya perlu dikendalikan dan dibatasi dengan aturan-aturan yang jelas dan tegas, mengingat dampak bencana yang bisa ditimbulkannya terhadap lingkungan hidup dan manusia. Kawasan pengembangan terbatas yang diberlakukan di Kota Batam, mencakup:

a. Kawasan bukit dan perbukitan yang mempunyai kemiringan lereng > 15 % dan rentan terhadap erosi/longsor perlu dibatasi pemanfaatannya baik untuk kegiatan pembangunan maupun untuk pemanfaatan material timbun dan keperluan pembangunan lainnya;

b. Kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) sekitar Bandara Hang Nadim, guna melindungi kawasan sekitar bandara dari bahaya kecelakaan pada operasi penerbangan. 3. Rencana Pemanfaatan Lahan untuk Kawasan Budidaya, terbagi atas:

a. Kawasan Budidaya perkotaan, merupakan kegiatan terbangun yang dikembangkan di Wilayah Barelang dengan aktivitas kegiatan penduduknya berupa kegiatan perkotaan, seperti kegiatan pusat pemerintahan, kegiatan industri, kegiatan wisata, kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan perumahan, dan kegiatan khusus, antara lain daerah militer, bandara, pelabuhan.

b. Kawasan Budidaya perdesaan, yang terdiri dari:

sekitar Barelang dengan aktivitas kegiatan penduduknya bergantung pada kegiatan pertanian dan perikanan laut, seperti perkampungan nelayan dan perkampungan perdesaan. - Kegiatan Pertanian dan Perikanan, merupakan kegiatan non terbangun yang berupa

kawasan pertanian tanaman pangan lahan.

- kering, kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan, kawasan peternakan dan kawasan perikanan darat dan laut .

c. Kawasan Pengembangan Pantai, merupakan merupakan kawasan pesisir di bagian Utara Pulau Batam diukur dari garis pantai saat pasang tertinggi ke arah laut yang ditetapkan untuk pengembangan berbagai kegiatan perkotaan seperti kegiatan wisata, kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan perumahan, dan public space, melalui reklamasi pantai.

d. Kawasan Strategis, merupakan kawasan yang memiliki nilai penting dilihat dari segi ekonomi, sosial, budaya, lingkungan maupun pertahanan dan keamanan, yang memerlukan upaya penanganan dan pengembangan secara terpadu (integrated development), mencakup kawasan potensial tumbuh cepat dan kawasan berfungsi pertahanan keamanan.

e. Kawasan Khusus, merupakan kawasan yang memiliki potensi dan kemampuan tertentu dalam memacu pertumbuhan kawasan, yang perlu didorong pengembangannya melalui kegiatan investasi dan penanganan pemanfaatan ruang secara khusus.

f. Kawasan Prioritas, merupakan kawasan yang mendapatkan prioritas utama di dalam pengembangan dan penanganannya, mencakup kawasan tumbuh cepat, kawasan tertinggal, dan kawasan-kawasan dengan permasalahan tertentu.

Strategi pengembangan pemanfaatan lahan Kota Batam hingga tahun 2014, secara garis besar adalah: 1. Pengembangan Pulau Batam, diarahkan pemanfaatannya untuk kegiatan industri, perdagangan

dan jasa, penataan lingkungan perumahan, baik secara horisontal maupun vertikal, serta penataan kegiatan wisata.

2. Pengembangan Pulau Rempang-Galang-Galang Baru, diarahkan pemanfaatannya untuk kegiatan wisata agro dan wisata bahari, lingkungan perumahan intensif/vertikal yang tertata dengan konsep neighborhood unit, kegiatan pertanian (agro) serta kegiatan industri yang ramah lingkungan dengan prioritas untuk agro industri dan marine industry.

3. Pengembangan pulau-pulau sekitar Barelang (Hinterland), diarahkan pemanfaatannya untuk kegiatan wisata agro dan wisata bahari, kegiatan pertanian (agro), perikanan laut, industri kelautan, penataan lingkungan perumahan nelayan serta pemberdayaan masyarakat.

Rencana pemanfaatan lahan di Kota Batam serta luasan masing-masing kegiatan yang akan dikembangkan hingga tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 3.8.

D.3 Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

Rencana pemanfaatan lahan untuk kawasan lindung bertujuan memberikan perlindungan terhadap kelestarian lingkungan dan mempertahankan pengadaan sumber air baku (fungsi hidrologis), dan diharapkan dapat menjaga iklim mikro serta mempertahankan keindahan Kota Batam. Mengingat pentingnya kawasan hutan lindung tersebut untuk menjaga keseimbangan lingkungan, maka keberadaanya perlu dipertahankan.

Dalam menetapkan kawasan lindung di Kota Batam didasarkan atas Keppres No. 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung serta dikuatkan oleh peraturan-peraturan pendukung lainnya. Selain itu

adanya ketentuan pada UU RI No 41 Tahun 1999 tentang kehutanan (Pasal 18 ayat 2), guna optimalisasi manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi masyarakat setempat, maka upaya pengembangan Kota Batam diarahkan untuk dapat mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan sekurang-kurangnya 30 % dari luas masing-masing pulau.

Gambar 3.8 Rencana Pemanfaatan Lahan (Sumber: RTRW Kota Batam 2004-2014)

Proses penetapan kawasan lindung di Kota Batam dilakukan dengan memperhatikan hasil analisis kesesuaian lahan serta kriteria lokasi kawasan lindung yang diatur dalam Keppres 32 tahun 1990, yang digambarkan pada gambar berikut. Berdasar hal tersebut, rencana pengembangan kawasan lindung di Kota Batam terbagi atas:

1. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan pada Kawasan Bawahannya; 2. Kawasan Perlindungan Setempat;

3. Kawasan Pelestarian Alam; 4. Kawasan Cagar Budaya; 5. Kawasan Rawan Bencana; 6. Ruang Hijau Kota;

7. Kawasan Perlindungan Keselamatan Operasi Penerbangan.

Agar kawasan lindung di Kota Batam dapat terjaga dan menjamin keseimbangan, keserasian lingkungan hidup, serta kelestarian pemanfaatan berbagai potensi sumberdaya alam yang ada sesuai prinsip pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, perlu dibuat kebijakan yang menyangkut strategi pengelolaan kawasan lindung, diantaranya:

1. Pemantapan status hukum dan penegasan batas kawasan-kawasan lindung di wilayah darat dan wilayah laut melalui pengukuran dan pemetaan di lapangan;

2. Menyelesaikan dengan segera permasalahan-permasalahan di kawasan lindung, baik permasalahan yang menyangkut status hukum kawasan maupun pemantapan fungsi kawasan; 3. Kegiatan budidaya yang berada pada atau disekitar kawasan lindung sebaiknya pengelolanya

diwajibkan untuk membuat sistem pengolahan air limbah agar tidak mencemari lingkungan dan ikut menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya;

4. Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung sebaiknya tidak diperluas atau diperpanjang ijinnya apabila sudah habis masa berlakunya;

5. Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung dan dianggap dapat mengancam keberadaan kawasan lindung, maka sebaiknya kegiatan tersebut direlokasi ketempat yang sesuai peruntukannya;

6. Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung dan tidak berijin sebaiknya direlokasi ke daerah yang lebih sesuai peruntukannya dan bekas kegiatan tersebut dikembalikan fungsinya sebagai kawasan lindung;

7. Mengembalikan fungsi kawasan lindung yang mengalami kerusakan di wilayah darat dan wilayah laut melalui kegiatan reboisasi, konservasi tanah dan air, serta upaya-upaya pemulihan di wilayah laut;

8. Pengelolaan kawasan lindung di wilayah darat dan wilayah laut secara terpadu dengan memperhatikan hubungan keterkaitan dan dampak kegiatan di ruang darat terhadap ekosistem pesisir dan laut;

9. Mengembangkan Ruang Hijau Kota untuk menunjang fungsi lindung di wilayah darat, mencakup Hutan Kota, Jalur Hijau Kota, Taman Kota, Taman Lingkungan, dan Zona Penyangga Hijau Kota (Buffer Zone);

Kota, di Zona Penyangga Hijau Kota (Buffer Zone), di Kawasan Perlindungan Mangrove kecuali kawasan mangrove yang telah disiapkan untuk pengembangan pantai sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah, di Kawasan Perlindungan Pulau-pulau Kecil kecuali pada areal pulau-pulau kecil yang diperuntukkan bagi kegiatan budidaya perdesaan dan atau kegiatan penelitian, dan di areal tutupan hijau lainnya yang tidak diperuntukkan bagi bangunan fasilitas untuk kepentingan umum. Penetapan kawasan lindung di Kota Batam ditetapkan statusnya dengan SK Menteri Kehutanan. Adapun Luas kawasan hutan lindung di Kota Batam hingga tahun 2014 mencapai luas 8.797,51 Ha (8,47 % dari luas daratan Kota Batam), meliputi:

1. Kecamatan Sekupang seluas 2.590,96 Ha (Kawasan Hutan Lindung Bukit Dangas, Kawasan Hutan Lindung Sei Harapan, dan Kawasan Hutan Lindung Bukit Tiban, serta Kawasan Hutan Lindung Pengganti Tiban Utara);

2. Kecamatan Lubuk Baja 33,64 Ha (Kawasan Hutan Lindung Sei Ladi); 3. Kecamatan Batu Ampar 55,56 Ha (Kawasan Hutan Lindung Batu Ampar II);

4. Kecamatan Nongsa 1.047,37 Ha (Kawasan Hutan Lindung Nongsa I dan Nongsa II, serta Kawasan Hutan Lindung Pengganti Belian dan Kawasan Hutan Lindung Pengganti Telaga Punggur);

5. Kecamatan Sei Beduk 5.069 Ha (Kawasan Hutan Lindung Duriangkang dan Kawasan Hutan Lindung Tanjung Piayu, serta Kawasan Hutan Lindung Pengganti Tanjung Piayu, Kawasan Hutan Lindung Pengganti Kampung Bagan, Kawasan Hutan Lindung Pengganti Sagulung, dan Kawasan Hutan Lindung Pengganti Sei Tembesi).