• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bersikap skeptis terhadap teks yang terdapat di kitab PB sama dengan membuat semua hal yang klasik dari zaman purbakala menyelinap ke dalam ketidak-jelasan, karena tidak ada dokumen kuno yang teruji secara bibliografi sebaik PB.

––John Warwick Montgomery, History and Christianity

Skeptisisme berlebihan dari banyak teolog liberal tidak berasal dari penilaian yang cermat terhadap data yang tersedia, tetapi dari kecenderungan dahsyat untuk menentang hal-hal yang supranatural.

––Millar Burrows, What Mean These Stones?

A

pakah kekristenan yang bersejarah berakar kuat di dalam kebenaran? Apakah Yesus adalah Mesias yang Ilahi, Tuhan, dan Juruselamat dunia? Apakah Dia benar-benar menggenapi nubuat yang tercatat dalam Alkitab, melakukan berbagai mukjizat, menderita dan mati di kayu salib, dan bangkit secara fisik dari kematian? Apakah fakta-fakta sejarah memvalidasi klaim-klaim-Nya?

Kebenaran iman Kristen bergantung pada natur sejarah dan keaku-ratan klaim-klaim unik, karakter, dan mandat Yesus Kristus. Karena tulisan-tulisan di dalam Injil merupakan sumber utama informasi tentang Dia, maka kekristenan yang historis hanya dapat benar jika tulisan-tulisan ini menyampaikan informasi faktual yang dapat diandalkan. Sebaliknya, jika Injil berisi sebagian besar cerita-cerita mitos atau legenda tentang Yesus, maka klaim-klaim kebenaran ini tidak dapat dipercaya.

Sejarah memberikan argumen yang sahih tentang mengapa kisah-kisah kehidupan Yesus Kristus layak dipercaya. Selain itu, argumen juga dapat menunjukkan kekeliruan yang mendalam berkaitan dengan pan-dangan bahwa Injil mengandung cerita mistis. Menguji keduanya memberikan alasan yang signifikan bagi kita untuk memercayai Yesus Kristus dan karya penebusan-Nya yang menakjubkan (kehidupan moral yang sempurna, kematian yang diurapi di atas kayu salib, dan kebangkitan tubuh dari kubur).

Reliabilitas Historis Injil

Argumen-argumen berikut ini1 menganalisis bukti-bukti historis dan objektif mengenai kisah-kisah Injil. Beberapa argumen berhubungan dengan PB secara keseluruhan, sementara yang lain secara khusus ber-fokus pada keempat Injil di dalam PB.

1. Dokumen-dokumen PB adalah dokumen-dokumen kuno terbaik yang seluruh manuskripnya telah teruji.

Secara umum, sangat sedikit manuskrip penulis klasik kuno (Aris-toteles, Plato, Caesar, Tacitus, Thucydides, Herodotus, dll.) yang masih bertahan hingga kini.2 Rata-rata hanya sekitar dua puluh manuskrip yang masih bertahan. Dan jumlah ini umumnya dianggap sebagai kuan-titas yang luar biasa terkait dengan manuskrip yang telah teruji.3 Namun, dalam banyak hal, jauh lebih sedikit manuskrip yang masih bertahan. Sebenarnya, hampir bisa dipastikan, sedikit sekali manuskrip yang masih tersisa. Namun, dengan standar historiografi, manuskrip-manuskrip itu bahkan tidak ditolak sebagai karya yang tidak autentik atau tidak dapat diandalkan karena jumlahnya yang terbatas itu. Kenyataannya beberapa dokumen kuno diterima sebagai teks yang autentik dengan pengujian yang sangat minim.

Berbeda sekali dengan karya-karya klasik yang terkenal di atas, dokumen-dokumen di dalam PB didukung bukti-bukti teks dalam jum-lah yang menakjubkan. Sebagai contoh, lebih dari 5.000 manuskrip Yunani individual, yang memuat seluruh bagian atau sebagian dari isi PB, masih bertahan hingga kini.4 Manuskrip-manuskrip tersebut ditam-bah dengan lebih dari 8.000 eksemplar Vulgata, sebuah versi Alkitab yang penting dalam bahasa Latin, yang telah diterjemahkan oleh bapa

gereja Barat, Jerome, pada awal abad V. Bukti-bukti lainnya berupa beberapa ribu manuskrip mula-mula dari PB yang diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Timur seperti Suriah, Koptik, Armenia, Slavia, dan Ethiopia.5

Bahkan tanpa ribuan manuskrip ini, hampir seluruh teks PB dapat direproduksi dari kutipan-kutipan tertentu Kitab Suci yang terdapat di dalam khotbah-khotbah, penafsiran-penafsiran tertulis (dan disimpan dengan baik), dan beragam karya lain dari para bapa gereja mula-mula.6

Para pemimpin Kristen, para apologet, dan para penulis ini melayani antara abad II dan V. Para penulis Patristik ini, demikian mereka disebut, mencakup (antara lain) tokoh Kristen terkemuka seperti Tertulianus, Athanasius, Ambrosius, Chrysostom, Jerome, dan Augustine.

PB merupakan dokumen yang telah teruji dengan sangat baik menge-nai dunia kuno. Bukti manuskrip yang luar biasa banyaknya itu telah meningkatkan perkembangan suatu aktivitas krusial yang dikenal sebagai kritik teks. Dengan pembandingan manuskrip secara cermat dan analisis di sepanjang sejarah, kritik teks mencoba untuk mengidentifikasi natur teks asli (seperti yang ditulis oleh para penulis PB).7

Bukti manuskrip yang kuat ini tidak bermaksud untuk membukti-kan bahwa kisah-kisah tentang kehidupan Yesus yang tercatat di dalam PB secara faktual akurat dan dapat dipercaya, tetapi hendak menandai PB sebagai dokumen sejarah yang unik dan layak dipertimbangkan dengan cermat.

2. Interval antara masa teks asli ditulis dan tanggal salinan manuskrip PB yang paling awal, sangat singkat.

Semakin pendek periode waktu antara tanggal ditulisnya teks asli dan tanggal salinan pertama (atau manuskrip) didapat, semakin terper-caya teks yang diuji. Periode waktu yang singkat menandakan bahwa hanya ada sedikit waktu bagi dokumen itu untuk dirusak melalui trans-misi atau interpolasi. Kebanyakan karya klasik yang paling kuno, jarak rata-ratanya lebih dari 1.000 tahun antara masa karya asli itu dibuat dan masa salinan paling awal dibuat.8 Dalam beberapa kasus, jaraknya dapat terbentang sampai 1.400 tahun. Meskipun rentang waktu 700 tahun dianggap baik di antara karya-karya besar zaman dahulu, situasi teks PB jauh lebih unggul.9

Berbeda dengan karya-karya klasik, masa penulisan hingga penya-linan teks awal PB interval sangat singkat. Pemeriksaan beberapa manus-krip PB yang awal dapat membantu menggambarkan hal ini.

Salinan tertua dari bagian kitab PB yang ada sekarang adalah manus-krip John Rylands 10 (disebut demikian karena berada di John Rylands

University Library di Manchester, Inggris). Lembaran papirus yang kecil

ini (kertas primitif) hanya berisi beberapa ayat dari Injil Yohanes (Yoh. 18:31-33, 37-38). Manuskrip yang ditemukan di Mesir ini, yang juga dikenal sebagai P52, tertanggal antara tahun 117-138 M,11 dan filolog (ahli bahasa) terkemuka Adolf Deissmann membantah dengan menya-takan bahwa tanggal manuskrip tersebut seharusnya lebih awal.12 Ter-gantung kapan Injil Yohanes ditulis (ca. antara 60 dan 90 M), faktor waktu, kira-kira hanya terpaut beberapa dekade. Rentang waktu yang sangat singkat ini menjadi bukti yang kuat atas kemurnian teks itu. Penemuan manuskrip ini juga meruntuhkan teori beberapa kritikus yang menganggap Injil Yohanes ditulis setelah pertengahan abad II.13

Dua koleksi awal dan penting dari manuskrip papirus PB adalah

Papirus Bodmer (P66, P72, dan P75) dan Papirus Chester Beatty (P45,

P46, dan P47). Papirus Bodmer berisi bagian-bagian PB (yang mencakup sebagian besar Injil Lukas dan Yohanes) dan diterbitkan sekitar tahun 200 M.14 Papirus Beatty mencakup hampir semua PB (termasuk sebagian besar dari keempat Injil) dan diterbitkan sekitar tahun 250 M.15 Oleh karena itu, manuskrip-manuskrip ini terpaut sekitar 100 sampai 200 tahun dari masa tulisan yang asli dibuat. Menurut standar tekstual, rentang waktu ini yang sangat singkat bagi suatu tulisan kuno menjadi alasan yang kuat bagi kita untuk menerima keautentikan mendasar teks PB.

Lima manuskrip penting berhuruf Yunani16 (ditulis dalam sejenis huruf besar) juga memberikan dukungan tekstual yang penting untuk PB. Manuskrip-manuskrip yang ditulis pada perkamen (kulit binatang yang ditoreh) dan bukan pada papirus ini berbentuk kodeks (disusun lebih menyerupai sebuah buku modern), bukan gulungan kitab kuno. Informasi tekstual penting untuk setiap kodeks tercantum di bawah ini.17 Kodeks Sinaitikus (aaaa): berisi seluruh buku PB dan sebagian PL.a Kodeks ini berada di British Museum dan bertanggal sekitar tahun 340 M.

Kodeks Vatikanus (B): mencakup hampir seluruh Alkitab. Kodeks

ini dapat ditemukan di Vatican Library dan bertanggal tahun 325-350 M.

Kodeks Alexandrinus (A): berisi sebagian besar Alkitab dan

ber-ada di British Museum. Kodeks ini bertanggal sekitar tahun 450 M.

Kodeks Bezae (D): ditulis dalam bahasa Yunani dan Latin,

men-cakup banyak bagian dari PB (dan sebagian besar dari keempat Injil). Kodeks yang disimpan di Cambridge University Library ini bertanggal antara tahun 450-550 M.

Kodeks Efraemi (C): berisi bagian dari PL dan sebagian besar

PB. Kodeks ini berada di French National Library di Paris dan bertanggal sekitar tahun 400 M.

Masih banyak lagi teks PB yang dapat disebutkan—teks-teks yang ditulis sekitar awal Abad Pertengahan sampai era Reformasi.18 Namun, naskah-naskah kuno yang sedang kita bahas ini menggambarkan doku-men-dokumen PB yang sangat unggul dibandingkan semua karya klasik kuno lainnya dalam rentang waktu antara masa tulisan asli dan masa salinan paling awal dibuat. Analisis data ini menyebabkan Sir Frederic Kenyon, seorang ahli naskah kuno, menyimpulkan demikian:

Jadi, interval antara tanggal penulisan teks asli dan tanggal bukti salinan paling awal ditemukan menjadi begitu kecilnya, bahkan bisa dianggap tidak ada, dan fondasi akhir, dan menjadi fondasi yang bertahan atas keraguan apa pun bahwa Alkitab telah sampai kepada kita secara sub-stansial karena Alkitab itu ditulis, kini telah dihapus. Keaslian dan integritas kitab-kitab PB akhirnya dapat diterima.19

3. Klaim-klaim historis tentang Yesus yang dibuat oleh penulis-penulis kuno non-Kristen sangat cocok dengan catatan Injil.

Penelitian terhadap sepuluh sumber sejarah berikut ini (di luar Alkitab) mengungkapkan informasi tentang kehidupan Yesus yang sesuai dengan dan bahkan menguatkan kisah-kisah dalam keempat Injil PB dan juga kitab Kisah Para Rasul.20

Tacitus (ca. 55-120 M): sejarawan Romawi, Annals

Suetonius (ca. 120 M): sejarawan Romawi, Life of Claudius

Plinius Secundus (112 M): Gubernur Romawi, Epistles X

Talmud Yahudi (tafsiran tentang hukum Yahudi, diselesaikan pada

tahun 500 M)

Toledoth Jesu (mencerminkan pemikiran Yahudi awal,

diselesai-kan pada abad V M)

Lucian (abad II M): satiris Yunani

Thallus (ca. 52 M): sejarawan kelahiran Samaria, Histories

Mara Bar-Serapion (ca. 73 M): Surat

Phlegon (ca. 80 M): sejarawan, kitab Tawarikh (namanya disebut-sebut oleh Origenes)

Sumber-sumber kuno memberi gambaran tentang Yesus dan umat Kristen mula-mula:21 (1) Dia seorang guru yang provokatif, orang bijak dan berbudi luhur dari daerah Yudea. (2) Ada laporan yang menyatakan bahwa Dia melakukan mukjizat-mukjizat dan membuat klaim-klaim profetik. (3) Para pemimpin Yahudi mengutuk-Nya karena dianggap mela-kukan perbuatan-perbuatan sihir dan kemurtadan. (4) Dia disalibkan oleh wali negeri Romawi Pontius Pilatus pada saat Paska Yahudi, dan masa pemerintahan Kaisar Tiberius. (5) Para pengikut Yesus, yang dise-but orang Kristen, melaporkan bahwa Dia telah bangkit dari kematian. (6) Iman Kristen telah menyebar ke Roma di mana orang-orang Kristen didakwa melakukan kejahatan dan mendapat penganiayaan yang menge-rikan. (7) Orang-orang Kristen abad I menyembah Yesus Kristus sebagai Tuhan dan merayakan Perjamuan Kudus dalam ibadah-ibadah mereka. (8) Meskipun kadang-kadang orang-orang Romawi menertawakan para pengikut Kristus sebagai orang-orang yang secara moral lemah, murid-murid ini sering dikenal karena keberanian dan kebaikan hati mereka.

Pernyataan-pernyataan singkat dan kadang-kadang mengandung maksud terselubung tentang Yesus, yang dibuat oleh para penulis kuno yang non-Kristen, tidak membuktikan pernyataan Injil. Namun, di dalam pernyataan-pernyataan tersebut tidak ada hal yang bertentangan dengan apa yang dicatat tentang Yesus di dalam Injil. Sumber-sumber sejarah di luar Alkitab ini pun secara konsisten mengonfirmasi historisitas pesan Injil.22

4. Para penulis keempat Injil bisa jadi merupakan saksi mata kehidupan Yesus secara langsung atau terkait erat dengan para saksi mata.

Dalam khotbah-khotbah mereka yang paling awal, para rasul meng-aku menjadi saksi mata langsung dari peristiwa besar seputar kehidupan Yesus (Kis. 2:32; 3:15; 5:32; 10:39), dan informasi dari tangan pertama yang menarik muncul di sepanjang isi PB (Kis. 17:30-31; 1Kor. 15: 1-20; Ibr. 2:3-4; 2Pet. 1:16-18; 1Yoh. 1:1-3). Para penulis Injil juga mengklaim bahwa mereka sendiri selalu bersama dengan Yesus (Yoh. 1:14; 19:35; 21:24-25) atau mengandalkan perkataan orang-orang yang telah berjalan dan berbicara dengan Yesus (Luk. 1:2). Kesaksian tentang sejarah jemaat mula-mula dengan suara bulat mengatakan bahwa dua Injil ditulis oleh murid-murid Yesus yang pertama (yang kemudian dise-but rasul), yakni Matius dan Yohanes. Dua Injil lainnya, yaitu Markus dan Lukas, mengandalkan dan mencerminkan kesaksian rasul Petrus, Paulus, dan lainnya.23

Meskipun banyak kritikus zaman sekarang menolak keberadaan para rasul sebagai penulis (atau pengaruh langsung) dari keempat Injil di dalam Alkitab, masih ada penjelasan historis dan tekstual yang kuat yang dipakai untuk menyimpulkan bahwa para rasul menulis sendiri Injil itu atau menjadi sumber di balik penulisan kitab-kitab itu. Selintas kesaksian para rasul yang ada di balik setiap Injil tampaknya bisa dipercaya.

Injil Matius: Meskipun Injil ini sama sekali tidak mengidentifikasi

penulis teks, sejak zaman awal sejarah gereja, nama “Matius” (rasul yang mula-mula) secara universal dikaitkan sebagai naratornya. Seti-daknya, ada dua hal yang mendukung bahwa ia adalah penulisnya:24

Pertama, salinan-salinan manuskrip Injil beredar sejak zaman paling awal (ca. 125 M) dengan nama Matius terkait di dalamnya, dan nama itu (yang menandakan kepengarangan) tidak pernah diperdebatkan sampai seka-rang. Kedua, tradisi kuno yang berasal dari Papias, pemimpin umat Kristen mula-mula (ca. 60-130 M), menyatakan bahwa Matius, salah satu dari kedua belas rasul Kristus, menulis Injil ini. Meskipun tradisi ini menghadapi banyak pertentangan, keberadaan Matius sebagai penulis juga diterima oleh para bapa gereja mula-mula seperti Irenaeus, Origenes, dan Eusebius.

Injil Markus: Jemaat/Gereja mula-mula sepakat bahwa Yohanes yang

disebut juga Markus (Kis. 12:12; 13:13; 15:36-41), kemenakan Barnabas dan rekan Rasul Paulus adalah penulis kedua (dalam urutan manuskrip) Injil.25 Bapa-bapa gereja Papias, Irenaeus, Clement dari Alexandria, Origenes, dan Jerome (antara lain) juga menerima dengan baik bahwa Injil Markus mencerminkan kesaksian dari rasul Petrus.26 Tradisi awal ini menyiratkan bahwa Injil Markus mengambil pesan fundamental dari khotbah Petrus (pengkhotbah utama gereja mula-mula sekaligus saksi mata) lalu menyusun pesan itu menjadi Injil Markus dalam bentuk tertulis. Bukti tekstual mengenai ketergantungan Markus kepada Petrus sangat jelas di dalam Injil itu sendiri. Ahli PB, F. F. Bruce menjelaskan, “Kata ganti orang pertama yang digunakan oleh Markus dalam narasi yang melibatkan Petrus tampaknya berulang kali mencerminkan kenangan rasul itu.”27 Rupanya Petrus adalah narasumber bagi Markus, dan kesaksian Petus selaku saksi mata melandasi Injil Markus.

Injil Lukas: Keyakinan bahwa Lukas adalah penulis Injil ketiga dan

teman dekat rasul Paulus, ternyata sangat didukung di dalam sejarah gereja (oleh Irenaeus, Clement dari Alexasandria, Origenes, dan Tertu-lianus) dan sangat sesuai dengan pertimbangan tekstual intern.28 Penulis Injil Lukas juga menulis kitab Kisah Para Rasul dan merupakan rekan Paulus. Unsur-unsur ini meneguhkan Lukas, sang tabib itu, sebagai penulis Injil ketiga. Meskipun bukan rasul Yesus, Lukas memiliki akses ke semua tokoh rasul yang utama, yang mencakup Paulus, Petrus, dan Yakobus (saudara Yesus).29 Oleh sebab itu, Injil Lukas sangat mengan-dalkan cerita-cerita dari para saksi mata tersebut. Prakata Injil Lukas berbunyi:

Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membu-kukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar. (Luk. 1:1-4) Injil Yohanes: Penulis Injil Yohanes menampilkan pengetahuan yang

mendetail mengenai budaya, adat, dan teologi Yahudi abad I, serta pengetahuan yang hebat mengenai geografi Israel kuno. Detail-detail

ini memperlihatkan ingatan seorang saksi mata pada peristiwa-peristiwa kehidupan Yesus (Yoh. 21:24-25). Penulis yang paling didukung oleh tradisi gereja (Polikarpus, Irenaeus, Tertulianus) dan oleh bukti tekstual intern adalah Rasul Yohanes,30 anak Zebedeus (Mat. 4:21; Mrk. 1:19), yang dengan penuh kasih disebut sebagai “murid yang dikasihi [Yesus]” (Yoh. 13:23, 19:26). Yohanes bukan hanya terhitung sebagai salah satu dari kedua belas rasul Kristus, ia juga bagian dari lingkaran dalam, yang hadir di tengah transfigurasi, perjamuan terakhir, dan penyaliban Yesus. Yohanes juga melihat dengan mata kepalanya sendiri Kristus yang dibang-kitkan (Yoh. 21:20).

Kritikus-kritikus zaman sekarang meluncurkan banyak penolakan terhadap pandangan tradisional bahwa kesaksian saksi mata berada di balik penulisan Injil. Namun, penolakan ini secara keseluruhan terbukti tidak substansial, dan sudut pandang tradisional tetap merupakan posisi yang paling dipertahankan dalam penulisan asli Injil.31

5. Para penulis Injil bermaksud menyampaikan dan mampu menyampaikan informasi sejarah dan fakta tentang Yesus, dan isi tulisan mereka yang bersejarah telah diteguhkan sampai pada tingkat yang signifikan.

Setiap penulis Injil itu adalah saksi mata langsung atau menyam-paikan kesaksian saksi mata langsung tentang Yesus. Dalam kedua hal ini, masing-masing sepenuhnya mengetahui tentang fakta seputar kehi-dupan, kematian, dan kebangkitan Yesus dan dengan demikian mampu menyampaikan sejarah yang dapat dipercaya. Selanjutnya, karena Injil melaporkan dan menggambarkan peristiwa-peristiwa aktual yang terjadi daam satu generasi dan karena Injil mengandalkan sumber-sumber awal, baik lisan maupun tertulis, maka kredibilitas pesan Injil dianggap sangat kuat.

Meskipun berbeda dengan biografi-biografi modern, tapi kitab Injil sesuai dengan genre sastra biografi, terutama yang dipahami di abad I.32

Keempat Injil memberikan informasi yang rinci tentang kehidupan dan pelayanan Yesus, dengan berfokus utama pada peristiwa-peristiwa pene-busan agung yang dilakukan Yesus di dalam hidup-Nya (kematian dan kebangkitan-Nya). Injil sangat mementingkan detail sejarah (ter-utama Injil Lukas dan kitab Kisah Para Rasul). Injil Yohanes paling banyak

menyajikan rincian mengenai hal-hal seperti kronologi, geografi, dan topografi.

Pesan sejarah yang fundamental tentang Yesus (hidup-Nya yang luar biasa, kematian-Nya yang penuh pengurbanan, kebangkitan tubuh-Nya) mendapatkan pembenaran di dalam sumber-sumber eksternal yang ter-batas namun dapat dipakai sebagai bukti dari para penulis non-Kristen kuno dan para penulis Kristen yang muncul kemudian. Penemuan arkeo-logi juga mendukung reliabilitas mendasar kisah-kisah Injil. Meskipun sumber-sumber eksternal tidak dapat membuktikan klaim kebenaran spesifik kekristenan, sumber-sumber tersebut tetap meneguhkan banyak fakta sejarah yang terjalin dalam pesan Injil.

6. Kredibilitas para rasul sebagai pencerita kebenaran dikukuhkan ketika orang mengakui bahwa mereka kurang mendapatkan manfaat dan bahkan hampir kehilangan segala-galanya dalam mewartakan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Tindakan kerap dimotivasi oleh antisipasi orang terhadap potensi untung atau rugi. Para rasul nyaris tidak mendapatkan keuntungan apa-apa dan sebenarnya kehilangan segala-galanya dengan memberitakan Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan yang telah bangkit. Para pengikut dekat Yesus ini adalah penganut monoteisme yang setia, bagian dari tradisi berabad-abad yang mempraktikkan komitmen yang ketat terhadap Allah Israel (Yahweh) yang tunggal, benar, dan hidup. Memegang pan-dangan teologis yang menyimpang membawa konsekuensi pribadi yang harus dibayar mahal. Mengarang cerita bohong tentang Yesus hanya akan membuat para rasul mengalami kesulitan, penganiayaan, dan bahkan kematian sia-sia sebagai martir, belum lagi jiwa mereka mungkin dikutuk karena dianggap menghujat dan sesat.

Jika para rasul telah mengarang cerita bohong tentang kebangkitan, apakah mungkin mereka bersedia mati sebagai martir untuk hal yang mereka tahu tidak benar? Dan, bahkan jika para rasul telah berse-kongkol membuat cerita bohong tentang kebangkitan, konspirasi itu pasti sudah hancur berantakan di bawah tekanan yang sangat hebat. Banyak lawan yang dengan sukarela mengungkapkan setiap kemungkinan kebo-hongan. Para rasul dibenci, dicemooh, dikucilkan, dipenjara, dan disiksa.

Selanjutnya, jika para rasul adalah penipu, mereka melanggar semua kebenaran dan kejujuran yang Yesus ajarkan. Namun, tidak ada di bagian mana pun di dalam Injil yang menunjukkan bahwa para rasul adalah penipu atau pembuat cerita bohong. Mereka justru digambarkan sebagai orang-orang yang sederhana, jujur, dan menceritakan kebenaran. Pernyataan para rasul tentang Yesus diperkuat oleh fakta bahwa mereka tidak memiliki motif untuk berbohong atau menipu.

Alasan-alasan yang kuat di atas mendukung kesimpulan bahwa Injil dapat diandalkan secara historis. Namun, upaya-upaya untuk meng-klasifikasikan Injil sebagai kisah legenda juga perlu ditangani.

Injil: Mitos atau Fakta?

Budaya populer, yang bersekongkol dengan beberapa kritikus dan komentator yang vokal, menunjukkan atau menegaskan bahwa Injil, sampai pada batas-batas tertentu, adalah mitos atau setidaknya kisah legenda tentang kehidupan dan pelayanan Yesus. Pertimbangan-pertim-bangan berikut ini, termasuk waktu dan faktor-faktor praktis lainnya, membuktikan sebaliknya.

1. Karena awal munculnya Injil dan sumber-sumber di belakangnya, mitos dan legenda tidak punya cukup waktu untuk berkembang dan dicatat.

Karena banyak kitab PB (Injil dan berbagai surat) ditulis cukup cepat setelah peristiwa-peristiwa itu dilaporkan, tidak ada waktu yang