• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencatatan Tiga Pribadi secara Bersamaan. Pencatatan tiga pribadi

secara bersamaan (Bapa atau Allah; dan Anak atau Kristus atau Tuhan; dan Roh Kudus atau Roh)13 sering terjadi di dalam PB. Mereka terutama dihubungkan bersama dalam kesatuan berkaitan dengan karya penebusan umat manusia (Rm. 15:16,30; 1Kor. 12:4-6; 2Kor. 1:21-22, 3:3; Gal. 4:6; Ef. 2:18; 4:4-6; 2Tes. 2:13-14; Why. 1:4-6). Meskipun pola tiga serangkai ini khususnya muncul dalam tulisan-tulisan Paulus, pola ini juga muncul di bagian-bagian lain di PB (Kis. 2:33,38; Yud. 20-21). Hal itu tampak di dua bacaan Alkitab berikut ini:

“Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, . . . yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya” (1Pet. 1:1-2).

“Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga

yang mengatakan: ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan’” (Mat. 3:16-17).

Barangkali pernyataan paling jelas dan mendalam tentang kesatuan dan natur kesetaraan ketiga Pribadi ini terdapat di dalam tulisan Yohanes (lih. khususnya Injil Yoh. 14-16). Pencatatan nama ketiganya itu sering muncul (lih. Yoh. 1:33-34; 1Yoh. 4:2, 13-14). (lih. “Trinitas dalam Injil Yohanes” sebagai ringkasan banyak pernyataan yang berhubungan dengan tiga Pribadi Allah dalam Trinitas).

Trinitas dalam Injil Yohanes

Bapa dan Firman (Anak) bersama-sama dalam persekutuan sejak kekekalan (1:1)

Bapa dan Firman (Anak) adalah dua pribadi yang berbeda namun sama-sama Ilahi (1:1)

Bapa menciptakan dunia melalui Anak (1:3) Bapa mengutus Anak ke dalam dunia (14:24) Anak berinkarnasi menjadi manusia (1:14) Kedudukan Anak dan Bapa setara (5:18) Anak adalah AKU yang agung (8:58) Bapa dan Anak adalah satu (10:30)

Anak berbagi kemuliaan dengan Bapa (17:5) Anak adalah jalan dan kebenaran dan hidup (14:6) Mengenal Anak sama dengan mengenal Bapa (14:7) Melihat Anak sama dengan melihat Bapa (14:9) Anak di dalam Bapa dan Bapa di dalam Anak (14:10) Perkataan Anak berasal dari perkataan Bapa (14:10) Membenci Anak sama dengan membenci Bapa (15:23)

Barangsiapa mengasihi Anak sama dengan mengasihi Bapa (14:21) Anak membawa kemuliaan kepada Bapa (14:13)

Anak berdoa bagi kedatangan Roh Kudus (14:16)

Roh adalah Penolong yang lain seperti Anak (14:16; lih. 1Yoh. 2:1) Anak pergi untuk mengutus Roh (16:7)

Anak kembali kepada Bapa (16:28)

Anak akan mengutus Roh dari Bapa (15:26) Bapa mengutus Roh (14:16)

Bapa mengutus Roh dalam nama Anak (14:26)

Roh kebenaran membimbing kita ke dalam seluruh kebenaran (16:13)

Pelayanan Roh merupakan kelanjutan dari pelayanan Anak (16: 13-14)

Roh membawa kemuliaan bagi Anak (16:14) Roh bersaksi tentang Anak (15:26)

Semua yang menjadi milik Bapa adalah milik Anak juga (16:15) Injil Yohanes sendiri memberikan dukungan yang luar biasa untuk doktrin Trinitas. Yesus sendiri, sebagaimana dicatat oleh Yohanes, menje-laskan hubungan yang sangat dekat di antara ketiga anggota Trinitas yang setara ini dalam membawa keselamatan bagi orang berdosa:

“Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.” (Yoh. 15:26)

4. Ketiga Pribadi Itu Memiliki Nama, Sifat, dan Melakukan Peker-jaan-pekerjaan Ilahi. Alkitab membuktikan dengan berbagai cara tentang

keilahian sepenuhnya dan tak bercacat dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus (lih. juga bab 9) (lih. “Dukungan alkitabiah untuk keilahian ketiga Pri-badi”):

Dukungan Alkitabiah untuk Keilahian Ketiga Pribadi Ketiga pribadi disebut sebagai Allah:

Bapa (1Pet. 1:2), Anak (Ibr. 1:8 ), Roh Kudus (Kis. 5:3-4) Ketiga pribadi memiliki sifat atau kualitas Ilahi:

Keberadaan diri: Bapa (Kis. 17:25), Anak (Yoh. 5:26), Roh Kudus (Rm. 8:2) Keberadaan kekal: Bapa (Mzm. 90:2), Anak (Yoh. 8:58), Roh Kudus (Ibr. 9:14) Kekekalan: Bapa (Yak. 1:17), Anak (Ibr. 13:8), Roh Kudus (2Kor. 3:18) Mahahadir: Bapa (Yer. 23:23-24), Anak (Mat. 28:20), Roh Kudus (Mzm. 139:7) Mahatahu: Bapa (Yes. 40:28), Anak (Kol. 2:3), Roh Kudus (1Kor. 2:10) Mahakuasa: Bapa (Yer. 32:17), Anak (Kol. 1:16-17), Roh Kudus (1Kor. 2:10-11) Kebenaran: Bapa (Yoh. 7:28), Anak (Yoh. 14:6), Roh Kudus (1Yoh. 5:6) Kekudusan: Bapa (Im. 11:44), Anak (Kis. 3:14), Roh Kudus (Yoh. 16:7-8) Hikmat: Bapa (Mzm. 104:24), Anak (Kol. 2:3), Roh Kudus (1Kor. 2:10-11) Ketiga pribadi terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan Allah:

Penciptaan dunia: Bapa (Kej. 2:7), Anak (Yoh. 1:3), Roh Kudus (Kej. 1:2) Inkarnasi Yesus Kristus: Bapa (Ibr. 10:5), Anak (Ibr. 2:14), Roh Kudus (Luk.

1:35)

Kebangkitan Yesus: Bapa (Kis. 2:32 ), Anak (Yoh. 2:19), Roh Kudus (Rm. 1:4)

Teolog sistematis Millard J. Erickson memberikan pendapat berikut ini mengenai bukti alkitabiah tentang Trinitas:

Meskipun doktrin Trinitas tidak dinyatakan secara jelas, Kitab Suci, khususnya PB, begitu banyak berisi petunjuk mengenai keilahian dan kesatuan dari ketiga Pribadi itu sehingga kita dapat memahami mengapa gereja merumuskan doktrin tersebut, dan menyimpulkan bahwa mereka benar dalam melakukannya.14

Meskipun doktrin Trinitas memiliki dukungan alkitabiah yang jelas dan persuasif serta berdiri sebagai dasar ortodoksi Kristen, empat peno-lakan kerap ditanyakan. Dengan demikian, menanggapi penopeno-lakan- penolakan-penolakan itu sangatlah penting.

Menurut sejarah, apakah tidak ada penentang, baik secara kelompok maupun individu, terhadap posisi ortodoks Trinitas?

Doktrin Trinitas memiliki sumber alkitabiah, tetapi bentuk, struktur, dan definisinya berkembang selama beberapa abad pertama dalam sejarah kekristenan. Perumusan ini berlangsung di tengah penolakan-penolakan sesat terhadap konsep kristiani tentang Allah. Kredo-kredo ekumenis Kristen dihasilkan dari refleksi berkelanjutan gereja dalam hal-hal doktrin yang kritis. Kredo-kredo ini dibentuk melalui debat dan kontroversi yang muncul serta sebagai respons terhadap kaum bidat. Penjelasan singkat mengenai bidat-bidat utama Trinitas berikut ini mencakup apa yang mereka ajarkan tentang Allah, bagaimana ajaran ini berbeda dari ortodoksi, dan bagaimana ortodoksi Kristen menjawabnya. Para mitra zaman modern dari bidat-bidat ini juga disebutkan secara singkat (bab 9 berisi daftar bidat-bidat kristologis).

Arianisme: diperjuangkan oleh pemikir Arius dari Alexandria yang

berpengaruh, Arianisme berpendapat bahwa natur atau esensi Kristus lebih rendah daripada Sang Bapa dan bahwa Kristus adalah ciptaan Allah. Opini ini menunjukkan penolakan terhadap keilahian Kristus dan Roh Kudus yang utuh dan tak bersyarat. Bidat ini pertama kali dikutuk dalam Konsili Nicea (325 M). Pandangan kristologis kelompok-kelompok zaman modern seperti Saksi-saksi Yehova, Kristadelfian, dan

Modalisme: Ini sejenis Monarkianisme. Posisi bidat ini menjadi

populer pada abad ketiga. Bidat ini menyatakan bahwa hanya ada satu Pribadi ilahi, yang muncul dalam tiga bentuk yang berbeda (mis.: Pen-cipta, Penebus, Roh Kudus). Jadi, pandangan ini menolak bahwa ketiga anggota Trinitas itu adalah pribadi-pribadi yang berbeda dan sekaligus dapat dibedakan (mencampuradukkan pribadi-pribadi itu). Sabelianisme atau Patripasianisme adalah jenis-jenis moralisme historis. Doktrin

One-ness Pentacostals zaman modern mencerminkan sejenis modalisme

dengan pandangan mereka yang mengakui “hanya Yesus” yang ada.16

Sayangnya, bahkan beberapa penginjil memikirkan Trinitas dengan istilah-istilah modalistis.

Monarkianisme: Muncul pada abad II dan III Masehi, pandangan

ini menekankan kesatuan mutlak Allah sehingga meniadakan kemung-kinan pluralitas Pribadi sejati Allah (sebagai tiga pribadi yang berbeda). Dalam berbagai bentuk ajaran bidatnya, Monarkianisme menyatakan bahwa Allah adalah makhluk dan pribadi yang tunggal.

Politeisme: Pandangan kuno yang populer mengatakan bahwa ada

lebih dari satu, atau banyak allah merupakan pengingkaran langsung terhadap monoteisme Alkitab (membagi esensi). Sekte Mormonisme zaman modern (Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir atau LDS) menegaskan sejenis politeisme dengan ajarannya tentang perkembangan manusia menuju keilahian.17

Triteisme: Suatu jenis politeisme, pandangan ini menegaskan bahwa

Allah ada sebagai tiga makhluk yang sama dan independen, jadi sebagai allah-allah yang berdiri sendiri-sendiri. Beberapa kritikus agama Kristen historis menuduh doktrin Trinitas sebagai triteistis.

Unitarianisme: Dalam tradisi Monarkianisme, pandangan ini

mene-kankan kesatuan mutlak natur dan pribadi Allah sehingga menolak doktrin Trinitas. Selain itu, Unitarianisme menyangkal keilahian Kristus. Pandangan seperti ini diperlihatkan sekarang di dalam

Bukankah Trinitas merupakan doktrin yang misterius dan tidak dapat dipahami, dan karena itu tidak masuk akal?

Sebagai makhluk hidup, manusia tidak akan pernah tahu dan memahami Allah sebagaimana Allah memahami diri-Nya. Dan meskipun doktrin Trinitas dalam batas-batas tertentu tampak misterius dan tidak dapat sepenuhnya dipahami oleh pikiran yang terbatas, doktrin ini dapat dibahas secara bermakna dan bukan sesuatu yang tidak logis. Trinitas adalah pengajaran yang dapat dimengerti meskipun manusia tidak per-nah dapat sepenuhnya memahami betapa Allah itu tritunggal. Namun, analogi-analogi yang tidak sempurna dapat memberikan wawasan yang berarti bagi natur-Nya yang tritunggal. Sebagai contoh, sebuah segitiga dengan tiga sisi atau satu keluarga dengan tiga anggota, dapat dimengerti. Kesimpulan yang beralasan dan cermat yang diambil dari Kitab Suci tentang Allah itu rasional meskipun tidak sepenuhnya dapat dimengerti. Teolog Kristen dan apologet Robert M. Bowman, Jr memberikan pen-jelasan yang sangat bermanfaat:

Mengatakan bahwa Trinitas tidak dapat dipahami juga tidak tepat, atau setidaknya bisa menimbulkan salah tafsir. Para teolog Trinitas tidak bermaksud mengatakan bahwa Trinitas itu omong kosong yang tidak dapat dimengerti. Sebaliknya, poin yang mereka buat adalah bahwa Trinitas tidak dapat sepenuhnya dijajaki atau dipahami dengan pikiran manusia yang terbatas. Ada perbedaan antara mendapatkan pemahaman yang pada dasarnya benar tentang sesuatu dan memiliki pemahaman yang lengkap, menyeluruh, mencakup segalanya, dan sempurna tentang hal itu. Para teolog lainnya menyatakan perbedaan ini dengan mengata-kan bahwa Trinitas dapat dipahami, atau “ditangkap” tetapi tidak “terselami.”19

Kesulitan yang dialami manusia dalam menangkap doktrin Trinitas karena Allah dalam hal-hal tertentu berbeda dari apa pun di dalam tatanan yang diciptakan. Sebagai contoh, ajaran bahwa satu pribadi hidup sebagai tiga pribadi yang berbeda, sama sekali bertentangan dengan semua pengalaman manusia. Hal ini tentunya menjadi lebih sulit dengan ada-nya analogi manusia tentang Trinitas—Allah dalam beberapa hal, sama sekali lain.

Namun, ada lebih banyak lagi kebenaran selain Trinitas yang tidak akan mampu dipahami oleh manusia. Banyak hal yang Allah ungkap-kan tentang diri-Nya yang tidak dapat diduga, termasuk karakteristik-Nya yang tidak terbatas. Misteri selalu menyertai perjumpaan manusia dengan Allah yang transenden di dalam Alkitab. Namun, pertanyaannya adalah apakah seorang individu akan menerima Allah sebagaimana Dia mengungkapkan diri-Nya, termasuk misteri itu, atau sudah puas dengan makhluk yang mereka pikir dapat sepenuhnya mereka pahami. Sayang-nya, Thomas Jefferson hanya mau menerima Allah yang bisa dipahami oleh pikirannya. Namun, jika pikiran manusia bisa memahami Allah, maka Dia tidak benar-benar Allah.

C. S. Lewis menunjukkan bahwa beberapa konsep tentang Allah itu lebih mudah daripada yang lain:

Jika kekristenan adalah sesuatu yang kita susun, tentu saja kita bisa membuatnya dengan lebih mudah. Namun, tampaknya tidak demikian. Kita tidak bisa bersaing, dengan mudah, dengan orang-orang yang menciptakan agama. Bagaimana mungkin kita bisa bersaing? Kita berhadapan dengan fakta-fakta. Tentu saja siapa pun bisa mengalami kemudahan itu jika ia tidak memiliki fakta-fakta yang perlu dipikir-kannya!20

Bukankah Trinitas merupakan kontradiksi yang logis?

Hukum nonkontradiksi, prinsip dasar untuk semua pemikiran logis, menegaskan bahwa dua pernyataan yang bertentangan tidak bisa kedua-nya benar pada saat yang sama dan dalam hal yang sama (A tidak bisa sama dengan A dan sama dengan non-A). Hukum ini dapat mengambil bentuk metafisika untuk menunjukkan apa yang ada atau yang tidak ada: “Ketiadaan tidak bisa ada sekaligus tidak ada pada saat yang sama dan dalam hal yang sama.” Hukum yang sama ini juga dapat mengambil bentuk epistemologis untuk menunjukkan apa yang benar atau yang salah: “Sebuah pernyataan tidak bisa keduanya benar dan salah pada saat yang sama dan dalam hal yang sama.”21 Sebuah kontradiksi dalam logika mencerminkan hubungan yang sangat spesifik. Dua pernyataan bersi-fat kontradiktif jika saling meniadakan atau menolak satu sama lain. Pernyataan-pernyataan kontradiktif memiliki nilai kebenaran yang ber-lawanan: satu pernyataan benar, sedangkan pernyataan lainnya salah.

Kaum skeptis sering mengkritik bahwa Trinitas merupakan sebuah kontradiksi dalam dua hal. Beberapa orang menyatakan bahwa Trinitas melanggar hukum nonkontradiksi atas dasar bahwa doktrin tersebut mengklaim bahwa Allah adalah satu dan bukan satu, dan bahwa Allah adalah tiga dan bukan tiga. Namun, kritik ini merupakan argumen yang lemah karena trinitarianisme ortodoks tidak menyatakan bahwa Allah adalah satu dan bukan satu, tiga dan bukan tiga. Sebaliknya, doktrin Trinitas menegaskan bahwa Allah adalah satu (esensi atau keberadaan), Dia bukan tiga, dan bahwa Allah adalah tiga (subsistensi atau selaku pribadi), Dia bukan satu. Trinitas menyatakan bahwa orang harus mem-bedakan antara esensi Allah di satu sisi dan subsistensi Allah di sisi lain. Allah adalah satu dalam hal yang berbeda dari hal di mana Dia adalah tiga, dan tiga dalam hal yang berbeda dari hal di mana Dia adalah satu. Jadi, Trinitas, sebagai satu Apa (esensi) dan tiga Siapa (subsistensi), bukan merupakan kontradiksi yang kaku.

Para kritikus lainnya menyatakan bahwa perumusan Trinitas memang melibatkan kontradiksi. Mereka berpendapat sebagai berikut: Karena Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah. Dan karena Bapa bukan Anak, maka Bapa bukan Roh Kudus, dan Anak bukanlah Roh Kudus. Jadi hasilnya adalah bahwa setiap Pribadi secara bersamaan adalah Allah dan bukan Allah. Menurut mereka, hal ini adalah pelanggaran terhadap hukum nonkontradiksi.

Evaluasi terhadap perumusan Trinitas ini juga merupakan argumen yang lemah karena gagal mengenali perbedaan esensi/subsistensi. Semua anggota Trinitas sama-sama berbagi satu natur Ilahi dan karena itu adalah satu Allah. Namun, perbedaan hubungan dalam ketuhanan (Bapa, Anak, Roh Kudus) sama sekali tidak mengurangi natur Ilahi dari masing-masing Pribadi tersebut. Jadi, ketiga pribadi itu berbeda satu sama lain, tetapi mereka tetap sepenuhnya dan sama-sama Allah. Bagaimana satu makhluk bisa secara bersamaan menjadi tiga pribadi adalah suatu misteri yang tak terselami, tetapi bukan merupakan kontradiksi yang kaku.

Ketegangan yang logis ini dapat diatasi jika orang mengenali apa yang dikenal sebagai “predikasi/identitas perbedaan.”22 Mengatakan “Yesus Kristus adalah Allah” berarti mengenakan natur Ilahi pada diri Yesus Kristus, yang merupakan karakteristik keberadaan, yang dibagi sama rata dan sepenuhnya dengan Bapa dan Anak. Di sisi lain, untuk

mengatakan “Yesus Kristus adalah Anak Allah” berarti menyatakan jati diri, yaitu bahwa pribadi Yesus dari Nazaret adalah pribadi yang sama (identik) dengan Allah Sang Putra, pribadi kedua Trinitas. Melekatkan natur keilahian pada kepada ketiga anggota Trinitas (predikasi) itu sekali-gus menegaskan bahwa mereka memiliki jati diri pribadi yang berbeda: Bapa, Anak, Roh Kudus (jati diri) bukanlah hal yang kontradiktif. Kesalahpahaman sering kali dapat dibereskan jika umat Kristen berhati-hati dalam merumuskan dan mengartikulasikan doktrin Trinitas.

Para kritikus bisa saja mempertanyakan perbedaan esensi/subsistensi, tetapi jika mereka mengkritik doktrin Trinitas yang historis, mereka harus memperhitungkan perbedaan penting ini. Selama berabad-abad orang-orang Kristen telah menegaskan bahwa Trinitas dapat melampaui kelo-gisan, tetapi tidak pernah melawan kelogisan. Dengan demikian, Trinitas dapat disebut paradoks namun bukan kontradiksi. Teolog Kristen Geoff-rey Bromiley menyatakan, “Penolakan kaum rasionalis tentang Trinitas runtuh karena ternyata mereka bersikeras menafsirkan Sang Pencipta berdasarkan ukuran sang ciptaan.”23

Mengapa doktrin Trinitas itu penting?

Ada sangat banyak orang Kristen, yang hidup sebagai Unitarian fungsional, tidak mengerti relevansi Trinitas bagi iman dan kehidupan kristiani mereka. Doktrin Trinitas itu penting karena mengungkapkan Apa dan Siapa Allah (satu Allah dalam tiga pribadi), dan wawasan ini memungkinkan umat Kristen, meskipun dengan cara yang jelas terbatas, untuk melihat cara kerja intern dari natur dan kepribadian Allah. Doktrin ini memungkinkan umat Allah, sebagaimana dikatakan oleh Kredo Athanasius, untuk “menyembah satu Allah dalam ketritunggalan-Nya, dan tritunggal dalam kesatuan-Nya.” Oleh karena itu, umat Kristen dari zaman kuno telah menegaskan bahwa jika kita gagal menyembah Allah Tritunggal berarti kita sama sekali gagal menyembah Allah yang sejati.

Selain itu, doktrin Trinitas, dengan cara yang koheren, menyatukan kebenaran-kebenaran penting mengenai tindakan-tindakan penebusan Allah yang bersejarah (yang diselesaikan di dalam dan melalui Bapa, Anak, dan Roh Kudus). Sebagai contoh, Sang Bapa mengutus Anak-Nya ke dunia sebagai kurban pendamaian di kayu salib—yakni pengurbanan yang meredakan murka Sang Bapa terhadap dosa dan mengulurkan kasih dan

belas kasihan Sang Bapa yang memungkinkan para pendosa yang berto-bat terhindar dari penghakiman Allah. Sang Anak yang berinkarnasi (pribadi kedua Trinitas) mampu melakukan penebusan ini karena Dia adalah Allah dan manusia (dalam hal ini “dua Apa” dan “satu Siapa”). Allah yang menjadi manusia ini mengalahkan kematian, dosa, dan neraka melalui kebangkitan-Nya yang mulia dari antara orang mati. Roh Kudus bertanggung jawab secara langsung terhadap pendosa yang lahir baru di dalam Kristus melalui pembaruan jiwa, dan perjalanan hidup orang percaya dalam pengudusan. Ketiga anggota Ilahi Trinitas memungkinkan keseluruhan rencana penebusan itu terjadi. Jadi, keselamatan dari awal sampai akhir secara langsung terkait dengan doktrin Trinitas. Teolog Bruce Milne mencatat, “Segala sesuatu yang penting dalam agama Kristen berpegang pada kebenaran kesatuan tritunggal Allah.”24

Doktrin yang Dihargai

Akhirnya, sebagaimana dijelaskan bapa gereja terbesar, Augustine dari Hippo (354-430 M) dalam karya monumentalnya De Trinitate (On

the Trinity), hanya Allah yang memiliki pluralitas dalam kesatuan itulah

yang dapat menjelaskan dengan baik tentang Allah yang penuh kasih dan Allah yang mahatahu. Karena jika Allah adalah makhluk yang tunggal saja, maka sebelum penciptaan, tak ada yang dapat dikasihi-Nya. Dia juga tidak dapat membedakan antara sosok yang mengetahui dan sosok yang diketahui (syarat dari pengetahuan diri).25 Dengan demikian, Trinitas menjadi sangat praktis. Karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah Tritunggal yang sepenuhnya berhubungan, maka konsep-konsep seperti kasih, keluarga, dan masyarakat mengambil dimensi makna dan nilai yang baru. Penebusan di dalam Kristus benar-benar dipahami sebagai pengangkatan ke dalam keluarga Allah.

Doktrin Trinitas mengungkapkan natur dan kepribadian Allah dan membedakan agama Kristen dari semua agama lainnya. Orang-orang percaya masa kini bergabung dengan orang-orang percaya berabad-abad yang lalu untuk menyembah “satu Allah dalam Trinitas, dan Trinitas dalam kesatuan.”26

Apakah keyakinan kepada Allah seperti ini layak dipertaruhkan dalam kehidupan seseorang? Taruhan Blaise Pascal, yang merupakan topik bab berikutnya, menggumulkan pertanyaan ini dan memberikan

pemikiran-pemikiran yang signifikan bagi siapa pun yang mengejar jawabannya.

Pertanyaan Diskusi

1. Apa yang dimaksud dengan definisi yang jelas, singkat, dan benar tentang Trinitas?

2. Apakah bermasalah bila kata Trinitas tidak ditulis di dalam Alkitab?

3. Bagaimana doktrin Alkitab tentang Trinitas dapat dinyatakan dalam lima proposisi?

4. Bagaimana Trinitas bisa berbeda dari modalisme dan triteisme? 5. Bagaimana seharusnya kesadaran akan natur tritunggal Allah

memengaruhi ibadah dan doa umat Kristen?

Untuk Studi Lebih Lanjut

Beisner, E. Calvin. God in Three Persons (Wheaton, IL: Tyndale, 1984). Bowman, Robert M., Jr. Orthodoxy And Heresy: A Biblical Guide to Doctrinal

Discernment (Grand Rapids: Baker, 1992).

Bray, Gerald. Creeds, Councils and Christ (Ross-shire, Great Britain: Mentor, 1997).

McGrath, Alister E. Understanding the Trinity (Grand Rapids: Zondervan, 1988).

95

TENTANG IMAN?

Karena tidak sanggup memulihkan kematian, kemalangan, dan kebodohan, manusia memutuskan untuk tidak memikirkan hal-hal semacam itu agar tetap bahagia.

––Blaise Pascal, Pensées

Mari kita mempertimbangkan untung-ruginya untuk bertaruh bahwa Allah itu ada. Mari kita menilai kedua kasus itu: jika Anda menang, Anda memenangkan segalanya; jika Anda kalah, Anda tidak kehilangan apa-apa. Jadi, jangan ragu: bertaruhlah bahwa Dia ada.

––Blaise Pascal, Pensées

M

anusia berbeda dengan hewan dalam kemampuan berpikir filosofis, terutama memikirkan isu-isu yang sangat penting. Namun demi-kian, banyak orang enggan berpikir tentang apa yang disebut sebagai pertanyaan besar kehidupan: Apakah Tuhan itu ada? Adakah makna yang objektif dalam kehidupan ini? Apa pengaruh moralitas? Adakah kehidupan setelah kematian?

Berbagai faktor dapat menjelaskan ketidakpedulian terhadap per-tanyaan-pertanyaan besar kehidupan ini. Masalah-masalah yang dalam dan rumit ini membuat banyak orang merasa tidak mampu membentuk opini tentang hal ini. Jawaban-jawaban telah begitu hangat diperdebat-kan selama berabad-abad sehingga orang tergoda untuk percaya bahwa tidak ada jawaban yang benar-benar memuaskan. Sebagian orang tidak mengenali signifikansi praktis apa pun dari pertanyaan-pertanyaan ini

bagi kehidupan sehari-hari mereka. Apa pun alasan ketidakpedulian manusia, pertanyaan-pertanyaan filosofis yang mendasar ini tidak akan hilang.

Alkitab menghubungkan penghindaran manusia dari masalah-masalah utama (terutama keengganan manusia untuk mengakui pertang-gungjawaban moralnya kepada Sang Pencipta) dengan keadaan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa (Rm. 3:23). Setelah terputus dari kehi-dupan Allah, para pendosa secara alami dan terus-menerus terlibat dalam penyimpangan-penyimpangan spiritual dan moral. Rasul Paulus menga-takan bahwa orang-orang secara sadar “menindas kebenaran dengan kelaliman” (Rm. 1:18). Orang-orang mengisi hidup mereka dengan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan mereka mengabaikan atau mene-kan tanggung jawab moral dan spiritual mereka yang sudah dibawa sejak lahir.

Pemikir Kristen abad XVII, Blaise Pascal (1623-1662 M) muncul dengan pendekatan provokatif dan kontroversial untuk mengguncangkan