• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan. ––Kolose 2:9

Anak Allah menjadi manusia agar manusia menjadi anak-anak Allah. ––C. S. Lewis

D

i seluruh dunia orang-orang merayakan klaim kebenaran kristiani yang menakjubkan pada hari Natal––Allah menjadi manusia di dalam

diri Yesus dari Nazaret. Mungkin banyak para partisipan di masa liburan

Natal itu tidak memahami signifikansi perayaan itu, tetapi inkarnasi tetap merupakan doktrin utama iman Kristen. Allah mengambil inisiatif dan menjadi manusia untuk menebus umat manusia yang penuh dosa.

Ajaran yang menyatakan bahwa Sang Juruselamat dunia itu adalah Allah sekaligus manusia merupakan klaim yang luar biasa. Meskipun dalam hal-hal tertentu kebenaran tentang inkarnasi terbuka untuk diana-lisis secara historis dan logis, fakta itu tetap diselimuti misteri. Untuk alasan inilah para kritikus sejarah kekristenan kerap salah paham dan salah menafsirkan inkarnasi tersebut. Watchtower Bible dan Tract

Soci-ety terang-terangan mengatakan bahwa doktrin tersebut bertentangan

dengan Alkitab, “Alkitab itu jelas dan konsisten mengenai hubungan antara Allah dan Yesus. Allah Yehovah saja yang disebut Allah Yang Mahakuasa. Dia menciptakan Yesus secara langsung. Jadi, Yesus memiliki awal

sehingga kedudukan-Nya takkan pernah bisa disamakan dengan Allah dalam hal kekuasaan atau kekekalan.”1

Filsuf pluralis John Hick mempertanyakan kelayakan inkarnasi itu, “Sampai sekarang hal itu belum dapat dibuktikan, setelah sekitar lima belas abad upaya pembuktian yang tak putus-putusnya, untuk memper-jelas pandangan bahwa Yesus memiliki dua natur yang lengkap, yakni sebagai manusia sekaligus sebagai Allah.”2

Kesalahpahaman dan distorsi seperti ini memunculkan berbagai pertanyaan kritis tentang dasar Alkitab, makna, perkembangan sejarah, dan koherensi doktrin inkarnasi. Menanggapi masalah-masalah ini dapat membantu orang untuk bertumbuh dalam pemahaman dan penghor-matannya kepada Allah yang sekaligus manusia itu.

Sejarah Doktrin Agama Kristen tentang Inkarnasi

Pernyataan pengakuan iman yang paling penting tentang inkarnasi adalah Kredo Kalsedon. Konsili Kalsedon (konsili ekumenis IV, tahun 451 M) meletakkan batas-batas dasar bagi pandangan ortodoks tentang pribadi dan natur Kristus. Menurut konsili ini, Yesus Kristus adalah pribadi Ilahi dalam dua natur (Allah dan manusia). Kredo Kalsedon menjadi dan masih menjadi standar normatif bagi doktrin ortodoks ten-tang Kristus. Seluruh umat Kristen (Katolik-Roma, Ortodoks Timur, dan Protestan) meneguhkan rumusan Kalsedon bahwa Yesus Kristus adalah Allah dan manusia. Kredo ini mengungkapkan doktrin tentang kedua natur Kristus dengan cara sebagai berikut:

Kami sepenuhnya mengakui Kristus Yesus Tuhan kami yang satu dan Anak Allah yang sama, yang sempurna dalam keilahian dan kema-nusiaan, Allah dan sekaligus manusia sejati yang terdiri atas tubuh dan jiwa yang berakal budi, yang sehakikat (konsubstansial) dengan Sang Bapa dalam keilahian-Nya dan sehakikat dengan kita dalam kemanusiaan-Nya, sama seperti kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa. Ia adalah Putra tunggal Bapa yang sudah ada sebelum segala zaman, dan telah lahir dari perawan Maria, theotokos [bunda Allah], demi kita dan demi keselamatan kita. Dalam relasinya dengan kemanusiaan, Ia adalah Kristus yang satu dan yang sama, Putra Allah, Tuhan, Anak Tunggal Allah yang satu-satunya yang diakui dalam dua natur, yang tidak ter-campuradukkan, tidak berubah, tidak terbagi, tidak terpisahkan. Perbedaan antarnatur tidak hilang oleh kebersatuannya, akan tetapi

karakter masing-masing dari kedua natur itu terlestarikan karena keduanya berada dalam satu pribadi (prosopon) dan satu subsistensi (hypostatic union), bukan seolah-olah Kristus telah dipisahkan atau dibagi menjadi dua pribadi. Dia tetap Sang Putra yang satu dan sama, dan satu-satunya Anak tunggal Allah, Sang Firman, Tuhan, Yesus Kristus. Dialah yang sejak mula dibicarakan oleh para nabi, dan yang Tuhan kita Yesus Kristus ajarkan kepada kami, dan yang Kredo para Bapa turunkan kepada kami.3

Rumusan Kalsedon tidak menjelaskan bagaimana kedua natur itu bersatu dalam satu pribadi, tetapi menetapkan parameter-parameter teologis yang penting bagi Kristologi Alkitab ortodoks (doktrin tentang pribadi dan natur Kristus). Dengan kata lain, pernyataan ini umumnya memberitahu apa yang doktrin inkarnasi maksudkan atau tidak maksud-kan, tetapi tetap membisu tentang betapa Kristus sebenarnya adalah Allah dan manusia.

Pandangan Teistis Kristen tentang Allah

Doktrin inkarnasi dapat dipahami dengan benar hanya dalam lingkup teologis yang lebih luas dari pandangan teistis Kristen. Allah yang disingkapkan di dalam Kitab Suci dan kemudian diucapkan di dalam kredo-kredo historis dan pengakuan iman Kristen adalah Tuhan satu-satunya yang berdaulat dan penuh kemulian. Jadi, sejarah kekristenan ini meneguhkan kepercayaan terhadap satu Allah yang kesempurnaan dan kekekalan-Nya tidak terbatas, juga kepercayaan kepada Allah dengan tiga pribadi, Sang Pencipta yang transenden, dan Pemelihara yang ber-daulat atas alam semesta. Allah tritunggal yang kekal sekaligus eksis sebagai tiga pribadi yang berbeda dan dapat dibedakan, tetapi bukan merupakan individu-individu terpisah dan otonom: Bapa, Anak, dan Roh Kudus (lih. bab 5). Ketiga pribadi itu berada dalam keilahian-Nya, atau keberadaan-Nya sebagai Allah, yang memiliki satu natur Ilahi yang sama, dan itu berarti Allah yang sama, yang sama kedudukannya dalam karak-teristik, natur, dan kemuliaan. Selanjutnya, doktrin inkarnasi muncul sesuai dengan pengajaran trinitas yang eksplisit ini.

Istilah inkarnasi, yang berasal dari bahasa Latin, secara harfiah berarti “menjadi daging” (in carne dalam bahasa Latin, en sarki dalam bahasa Yunani). Meskipun istilah ini tidak terdapat di dalam Kitab Suci sendiri,

padanan katanya dalam bahasa Yunani adalah (1Yoh. 4:2, “Yesus Kristus telah datang sebagai manusia” [en sarki]). Doktrin inkarnasi merupakan inti pemberitaan Injil di Alkitab, karena mengungkapkan pribadi dan natur sejati Tuhan dan Juruselamat Yesus Kristus.

Doktrin ini mengajarkan bahwa Logos yang kekal (Sang Firman), pribadi kedua Trinitas, tanpa mengurangi keilahian-Nya, telah sepenuh-nya mengambil natur manusia bagi diri-Nya. Secara lebih spesifik, dok-trin ini menjelaskan bahwa natur ilahi yang sepenuhnya dan tak berkurang sedikit pun dan natur manusia yang sepenuhnya dan sempurna telah bersatu tak terpisahkan di dalam satu pribadi yang historis dan Ilahi, yakni Yesus dari Nazaret. Menurut Kitab Suci, Yesus Kristus adalah Anak Allah di dalam daging manusia (theanthropos, Allah-manusia).

Persatuan Hipostasis

Sebagai Anak Allah yang berinkarnasi, Yesus Kristus adalah satu pribadi dengan dua natur. Sesuai dengan Pengakuan Kalsedon, kedua natur (Allah dan manusia) “tetap berbeda, utuh, dan tidak berubah, tanpa campuran atau kekeliruan, sehingga satu pribadi, Yesus Kristus, adalah Allah sejati dan manusia sejati.”4 Kristus sehakikat (homoousios) dengan Bapa dalam keilahian-Nya dan sehakikat dengan manusia dalam kemanu-siaan-Nya. Dua natur yang sempurna bersatu selamanya di dalam satu pribadi (hipostasis) Yesus Kristus. Oleh karena itu, persatuan hipostasis yang terjadi mengacu pada persatuan dua kodrat yang berbeda dalam satu pribadi Yesus Kristus (tanpa membagi pribadi itu atau mengacaukan kodratnya). Secara filosofis, sebagai Allah-manusia, Yesus Kristus adalah “dua Apa” (yakni, “apa” yang Ilahi [atau natur] dan “apa” yang manusia [atau natur]) dan “satu Siapa” (yakni, satu “pribadi” atau “diri”).

Kenosis

Konsep kenosis5 (dari kata Yunani ekenosen: Fil. 2:7 “melepaskan diri,” atau “mengosongkan diri”) merupakan upaya untuk menjelaskan bagaimana kedua natur Kristus berhubungan satu sama lain dalam kaitannya dengan Allah yang menjadi manusia. Meskipun ada banyak teori yang disebut sebagai teori kenosis di era modern, dua model teori dipertimbangkan secara singkat di sini.

Model kontemporer yang pertama menyatakan bahwa agar Yesus benar-benar menjadi manusia, Dia harus melepaskan diri dari atribut-atribut ilahi seperti mahakuasa, mahatahu, dan mahahadir. Teori kenosis ini menafsirkan “mengosongkan diri” dalam Filipi 2:7 bahwa Kristus melepaskan atribut-atribut Ilahi. Dengan demikian, Kristus yang ber-inkarnasi itu lebih rendah daripada Allah, dan oleh sebab itu tidak benar-benar setara dengan Allah.

Namun, posisi ini harus dianggap sebagai bidat karena jika setiap atribut ilahi dihilangkan dari Allah Anak, maka Dia jelas bukan Allah. Teolog Kristen, Bruce Milne mengidentifikasi persamaan bagi teori kenosis yang sesat ini sebagai “Inkarnasi=Allah minus.”6 Posisi ini ber-tentangan dengan Kitab Suci, juga berber-tentangan dengan banyak kredo yang ada, dan karena itu ditolak oleh umat Kristen yang ortodoks secara teologis.

Model teori kedua menunjukkan bahwa Kristus tidak melepaskan atribut-atribut Ilahi-Nya, tetapi mempertahankan semua atribut Ilahi melalui natur Ilahi-Nya. Namun, dalam persatuan dengan natur manusia, Dia bisa bebas memilih untuk tidak mengambil atribut tertentu (atau menggunakannya sesekali saja) selama tinggal di dunia sebagai manusia. Menurut posisi ini, keilahian Yesus tetap tak berkurang. Pandangan ini memahami Filipi 2:7 bukan sebagai pengosongan atribut secara harfiah, melainkan sebagai tanda kerendahan hati Kristus yang telah dengan suka-rela menyerahkan status dan kemuliaan yang menjadi milik-Nya di surga. Tindakan ini lebih merupakan penyerahan kedudukan Ilahi daripada kekuasaan Ilahi. Milne menamakan persamaan untuk pendekatan ini sebagai “Inkarnasi=Allah Plus”7 karena Kristus mempertahankan keila-hian-Nya namun mengenakan natur manusia sejati pada diri-Nya. Model teori kedua ini memiliki dukungan alkitabiah dan tetap konsisten dengan ortodoksi pengakuan iman.

Sepuluh Hal Penting tentang Inkarnasi

Sepuluh poin berikut ini meringkas informasi penting tentang inkar-nasi dan dapat membantu orang berpikir melalui unsur-unsur doktrin yang paling penting:8

1. Yesus Kristus adalah satu pribadi yang memiliki dua natur yang berbeda: natur yang sepenuhnya Allah dan natur yang sepenuhnya manusia (kesatuan dalam pribadi dan dualitas dalam natur). Dengan demikian, pribadi historis Yesus dari Nazaret adalah Allah-manusia.

2. Meskipun Kristus memiliki dua natur, Dia tetap merupakan kesatuan pribadi yang tunggal (bukan dua pribadi yang berbeda). Natur manusia-Nya hanya ada untuk tujuan persatuan ini, dan tidak memiliki subsistensi personal yang independen. Kristus adalah pribadi yang sama, baik sebelum dan sesudah inkarnasi. Perbedaannya sebelum inkarnasi Dia hanya memiliki satu natur, yakni natur Ilahi. Setelah inkarnasi, Anak Allah ini menambahkan satu natur lagi pada diri-Nya—natur manusia—yang ada bersama-sama dengan natur ilahi yang sudah dimiliki-Nya dan senantiasa dimiliki-Nya. Meskipun Yesus Kristus memiliki kesadaran Ilahi dan kesadaran manusia (dan dua kehendak, Ilahi dan manusia, karena adanya dua natur itu), tetapi Dia tetap satu pribadi. Orto-doksi Kristen menolak bidat Nestorian yang mengajarkan bahwa ada dua pribadi yang terpisah di dalam Kristus.

3. Melalui natur Ilahi-Nya, Yesus Kristus adalah Anak Allah, pribadi kedua dari Trinitas yang berinkarnasi, yang dengan sepenuhnya dan bersama-sama berbagi satu esensi Ilahi dengan Bapa dan Roh Kudus. Ortodoksi Kristen menolak bidat Arianisme yang meman-dang Yesus hanya sebagai makhluk yang menyerupai Allah. 4. Melalui natur manusia, Yesus Kristus adalah manusia

sepenuh-nya, dan memiliki semua karakteristik penting manusia sejati. Ortodoksi Kristen menolak Doketisme, yang menyangkal kemanusiaan sejati Kristus.

5. Sifat atau karakteristik kedua natur ini mungkin lebih tepat dise-but sebagai satu pribadi. Dengan kata lain, pribadi Yesus Kristus yang satu itu mempertahankan semua karakteristik kedua natur (mis., melalui natur Ilahi-Nya Dia mahatahu, sementara secara bersamaan melalui natur manusia-Nya Dia mungkin tidak memi-liki pengetahuan). Melalui konsepsi Kristus yang ajaib [oleh Roh Kudus], Dia tidak mewarisi natur keberdosaan manusia.

6. Persatuan kedua natur itu berbicara tentang persatuan pribadi, tidak sampai masuk ke dalam batin, atau kontak sekadarnya atau keberadaan dalam ruang. Hal ini mirip dengan penyatuan tubuh dan jiwa di dalam diri manusia.

7. Kedua natur itu sebagai satu substansi (coinhere) atau saling mema-hami (interpenetrate) dalam persatuan yang sempurna sehingga manusia tidak pernah tanpa Allah atau Allah tanpa manusia. Namun, natur-natur itu tidak bercampur atau berbaur.

8. Kedua natur, sebagai Allah dan manusia, berbeda tetapi bersatu dan tak terpisahkan dalam satu pribadi. Kedua natur memper-tahankan atribut atau sifatnya masing-masing dan dengan demi-kian tidak bercampur baur. Ortodoksi Kristen menolak bidat Eutychian yang mencampur dua natur Kristus bersama-sama untuk membentuk satu natur hibrida (Monofisitisme: satu natur). 9. Natur manusia tidak di-Allah-kan, dan natur dari Allah tidak

di-manusia-kan atau tunduk pada keterbatasan manusia.

10. Kata natur mengacu pada esensi atau hakikat, dan kedua natur ini tidak dapat dipisahkan, tidak dapat bercampur, dan tidak dapat berubah.

Pertanyaan-Pertanyaan Penting

Kesepuluh poin esensial dasar ini memicu timbulnya beberapa perta-nyaan penting tentang doktrin inkarnasi.

Karena tidak ada bagian di dalam PB yang menunjukkan Yesus Kristus benar-benar berkata “Akulah Allah,” bagaimana kekristenan merumuskan doktrin inkarnasi?

Doktrin ini muncul dari refleksi yang kritis dan berkelanjutan dari gereja Kristen terhadap bukti alkitabiah yang berlimpah yang menyatakan bahwa Yesus memang Allah dan manusia. Para rasul [Yesus] adalah penganut-penganut monoteisme Yahudi, tetapi mereka tetap yakin bahwa meskipun Yesus seorang manusia, Dia bukan hanya sekadar seorang manusia. Bahkan, rasul-rasul yang sama ini menempatkan Yesus sebagai

Yahweh dalam tulisan-tulisan mereka di Kitab Suci. Mereka sampai

pada keyakinan menakjubkan bahwa bertemu dengan Yesus dari Nazaret sama dengan bertemu dengan Allah dalam rupa manusia. Meskipun

tidak ada bagian khusus yang mencatat bahwa Yesus berkata “Akulah Allah,” setidaknya tujuh (dan mungkin sebanyak sepuluh) referensi spe-sifik PB menyebut Yesus sebagai Allah (Yun.: theos).9 Alkitab benar-benar mendukung keilahian dan kemanusiaan Yesus Kristus.

Ratusan ayat mendukung doktrin inkarnasi.10 Sebuah survei singkat yang mendasari materi doktrin Kristen yang khas dan penting, diberikan di bawah ini pada “Dukungan alkitabiah terhadap keilahian Kristus” dan “Dukungan alkitabiah terhadap kemanusiaan Kristus.” Selain teks, empat bagian khusus secara eksplisit mengajarkan doktrin inkarnasi (tetapi lih. juga Rm. 1:2-5, 9:5; 1Tim. 3:16; Ibr. 2:14, 5:7; 1Yoh. 1:1-3):

Dukungan alkitabiah terhadap keilahian Kristus

Alkitab membuktikan dengan berbagai cara tentang keilahian sepenuhnya dan tidak berkurang sedikit pun pada diri Yesus Kristus. Materi berikut ini hanya mewakili sebagian:11

Sebutan Ilahi yang dinyatakan oleh Yesus Kristus atau dikaitkan dengan-Nya12 Allah (Yoh. 1:1, 18; 20:28; Rm. 9:5; Tit. 2:13; Ibr. 1:8; 2Ptr. 1:1)

Tuhan (Mrk. 12:35-37; Yoh. 20:28; Rm. 10:9-13; 1Kor. 8:5-6; 12:3; Flp. 2:11) Mesias (Mat. 16:16; Mrk. 14:61; Yoh. 20:31)

Anak Allah (Mat. 11:27; Mrk. 15:39; Yoh. 1:18; Rm. 1:4; Gal. 4:4; Ibr. 1:2) Anak Manusia (Mat. 16:28; 24:30; Mrk. 8:38; 14:62-64; Kis. 7:56; bdk. Dan. 7:

13-14)

Hak prerogatif atau tindakan Allah di dalam PL yang dinyatakan oleh Yesus Kristus atau dikaitkan dengan-Nya

Ibadah Allah (Yes. 45:23 / Flp. 2:10-11) Keselamatan Allah (Yl. 2:32 / Rm. 10:13) Penghakiman Allah (Yes. 6:10 / Yoh. 12:41) Kodrat Allah (Kel. 3:14 / Yoh. 8:58) Kemenangan Allah (Mzm. 68:19 / Ef. 4:8)

Nama, perbuatan, atau peran Ilahi yang dinyatakan oleh Yesus Kristus atau dikaitkan dengan-Nya

Pencipta (Yoh. 1:3; Kol. 1:16; Ibr. 1:2,10-12) Pemelihara (1Kor. 8:6; Kol. 1:17; Ibr. 1:3)

Penguasa yang universal (Mat. 28:18; Rm. 14:9; Why. 1:5)

Pemberi pengampunan dosa (Mrk. 2:5-7; Luk. 24:47; Kis. 5:31; Kol. 3:13) Yang membangkitkan orang mati (Luk. 7:11-17; Yoh. 5:21; 6:40)

Objek penyembahan (Mat. 28:16-17; Yoh. 5:23; 20:28; Flp. 2:10-11; Ibr. 1:6) Objek iman yang menyelamatkan (Yoh. 14:1; Kis. 10:43; 16:31; Rm. 10:8-13) Gambar dan representasi Allah (Kol. 1:15; Ibr. 1:3)

Karakteristik atau sifat Ilahi yang dinyatakan oleh Yesus Kristus atau dikaitkan dengan-Nya

Keberadaan kekal (Yoh. 1:1, 8:58; 17:5; 1Kor. 10:4; Kol. 1:17; Ibr. 13:8) Keberadaan diri (Yoh. 1:3; 5:26; Kol. 1:16; Ibr. 1:2)

Kekekalan (Ibr. 1:10-12; 13:8)

Mahahadir (Mat. 18:20; 28:20; Ef. 1:23; 4:10; Kol. 3:11) Mahatahu (Mrk.2:8; Luk. 9:47; Yoh. 2:25; 4:18; 16:30; Kol. 2:3) Mahakuasa (Yoh. 1:3; 2:19; Kol. 1:16-17; Ibr. 1:2)

Kedaulatan (Flp. 2:9-11; 1Ptr. 3:22; Why. 19:16) Otoritas (Mat. 28:18; Ef. 1:22)

Kehidupan di dalam diri-Nya (Yoh. 1:4; 5:26; Kis.3:15)

Dukungan alkitabiah terhadap kemanusiaan Kristus

Alkitab membuktikan dengan berbagai cara tentang kemanusiaan sepenuhnya dan esensial pada diri Yesus Kristus. Materi berikut ini merupakan dukungan

alkitabiah terhadap kemanusiaan Kristus:13

Yesus Kristus menyebut diri-Nya (atau orang lain menyebut Dia sebagai) seorang manusia

Selama pelayanan-Nya di dunia (Yoh. 8:40; Kis. 2:22; 1Kor. 15:21; Flp. 2:7-8) Setelah kebangkitan-Nya (Kis. 17:31; 1Kor. 15:47; 1Tim. 2:5; Ibr. 2:14) Yesus Kristus dikandung secara adikodrati namun lahir secara alami (Mat.

1:25; Luk. 2:7; Gal. 4:4)

Yesus Kristus memiliki garis keturunan (Mat. 1; Luk. 3)

Yesus Kristus mengalami pertumbuhan dan perkembangan normal (Luk. 2: 40-52; Ibr. 5:8)

Yesus Kristus tunduk pada keterbatasan fisik yang nyata Kelelahan (Yoh. 4:6)

Kelaparan (Mat. 21:18) Perlu untuk tidur (Mat. 8:24) Haus (Yoh. 19:28)

Berkeringat (Luk. 22:44)

Mengalami pencobaan (Mat. 4:1-11) Kurang pengetahuan (Mrk. 5:30-32; 13:32)

Yesus Kristus mengalami sakit fisik dan kematian (Mrk. 14:33-36; Luk. 17:25; 22:63; 23:33; Yoh. 19:30)

Yesus Kristus menunjukkan betapa Dia memiliki berbagai macam emosi manusia

Sukacita (Luk. 10:21; Yoh. 17:13) Kesedihan (Mat. 26:37) Persahabatan (Yoh. 11:5) Belas kasihan (Mrk. 1:40-41) Menangis (Yoh. 11:35) Keheranan (Luk. 7:9) Kemarahan (Mrk. 3:5; 10:14) Kesepian (Mrk. 14:32-42; 15:34)

Yesus Kristus memiliki semua kualitas esensial manusia Tubuh (Mat. 26:12) Tulang (Luk. 24:39) Daging (Luk. 24:39) Darah (Mat. 26:28) Jiwa (Mat. 26:38) Kehendak (Yoh. 5:30) Roh (Yoh. 11:33)

Selain dukungan ayat Alkitab di atas, ada empat ayat Alkitab yang secara khusus mengajarkan doktrin inkarnasi.

1. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh.

1:14). Injil Yohanes secara eksplisit mengungkapkan bahwa Sang Firman (Kristus yang sudah ada sebelum berinkarnasi), yang bersama dengan Allah dan adalah Allah (Yoh. 1:1), kini telah menjadi manusia (sarx

egeneto). Ayat dalam bahasa Yunani itu dapat diterjemahkan secara

har-fiah, “Firman itu telah menjadi daging sebagai seorang manusia dan untuk sementara tinggal di antara kita.”14

2. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan” (Flp. 2:5-6). Di dalam ayat ini, rasul Paulus

berbicara tentang Yesus Kristus yang memiliki natur atau bentuk Allah (en morphe theou) sebelum menjadi manusia. Dia yang memiliki (dan tidak perlu “merebut”) hak prerogatif dan status Ilahi, telah merendahkan

diri-Nya dan, sebagai tindakan pelayanan, sepenuhnya mengambil natur manusia bagi diri-Nya.

3. “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (Kol. 2:9). Rasul Paulus menyatakan dengan tegas di sini

bahwa esensi-Nya yang sepenuhnya Allah itu berada dalam persatuan dengan natur manusia Yesus Kristus. Dalam konteksnya, Paulus menang-gapi langsung bidat Gnostik, yang mentah-mentah membantah bahwa Kristus telah datang sebagai manusia. Doktrin inkarnasi jelas merupakan ciri utama pengajaran Rasul Paulus.

4. “Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah,”

(1Yoh. 4:2). Di sini Rasul Yohanes juga menanggapi ajaran Gnostik dengan menegaskan bahwa ajaran Kristen yang benar harus mencakup doktrin inkarnasi. Bahkan, ia menegaskan bahwa inkarnasi adalah tes ortodoksi Kristen (keyakinan yang benar).

Jika Yesus Kristus adalah Allah dan karena itu natur-Nya setara dengan Bapa, lalu bagaimana menjelaskan beberapa ayat di dalam PB yang tampaknya menempatkan Kristus lebih rendah daripada Bapa?

Kelompok-kelompok tertentu, baik pada zaman dulu maupun seka-rang, menolak keilahian Kristus (dan tentunya juga doktrin Trinitas) karena mereka percaya bahwa Kristus lebih rendah (inferior) daripada Bapa di dalam natur atau esensi. Mereka yang menganut pandangan ini (subordinasionisme) biasanya menunjukkan beberapa ayat yang, pada pengujian awal, tampaknya memberi kesan bahwa Kristus lebih rendah dari Allah Bapa. Namun, ketika dipahami dalam konteks teologis yang tepat, ayat-ayat ini tidak mendukung pandangan tersebut. Sebelum menguji beberapa ayat ini, dua syarat teologis harus ditekankan.

Pertama, selama kehidupan-Nya di dunia, Yesus Kristus merendahkan diri, mengambil peran seorang hamba. Sebagai manusia, Yesus memilih untuk tidak mempertahankan status dan kemuliaan Allah. Oleh karena itu, dalam peran-Nya sebagai hamba, Dia menyerahkan kepada Bapa dan mengatakan bahwa Bapa lebih besar daripada-Nya. Namun, Bapa lebih besar hanya dalam kedudukan, peran, atau “pangkat” (fungsi), tetapi tidak lebih besar dalam hal natur (esensi).

Kedua, sebagai seorang manusia (melalui natur manusianya), Yesus Kristus selalu menghormati Bapa sebagai Allah-Nya. Kredo Athanasius menyatakan bahwa Kristus “setara dengan Bapa dalam keilahian-Nya, lebih rendah dari Bapa dalam kemanusiaan-Nya.”

Empat ayat yang disebut subordinasionis dan berbagai tanggapan atas keempatnya itu adalah sebagai berikut:15

1. “Bapa lebih besar daripada Aku” (Yoh. 14:28). Ketika Yesus

mengucapkan kata-kata ini kepada para murid pada saat berbicara di ruang atas (Yoh. 14), Dia secara langsung mengungkapkan suatu natur atau esensi yang lebih rendah. Di banyak kejadian yang dicatat di dalam Injil Yohanes, Yesus dengan jelas menempatkan diri-Nya setingkat dengan Yahweh (Yoh. 5:17; 8:58, 10:30). Sebaliknya, Dia juga berbicara tentang Bapa yang lebih besar daripada diri-Nya. Karena dengan berinkarnasi, Yesus telah merendahkan diri-Nya untuk melayani Bapa-Nya demi meme-nuhi rencana penebusan Ilahi. Dengan melepaskan hak-hak istimewa sebagai Allah dan menyelubungi kemuliaan Ilahi-Nya, Yesus menerima peran atau posisi sebagai manusia, lebih rendah daripada Bapa dalam hal pangkat, tetapi tidak pernah lebih rendah dalam hal esensi.

2. “Allah-Ku dan Allahmu” (Yoh. 20:17). Setelah Yesus bangkit dari

kematian dan menampakkan diri kepada Maria, Dia kemudian berkata, “Sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu” (Yoh. 20:17). Bagaimana mungkin Yesus bisa menyebut Bapa “Allah-ku” jika Dia adalah Allah? Jawabannya cukup sederhana. Yesus Kristus juga memiliki natur manusia, dan sebagai manusia Dia dapat menyebut Bapa sebagai Allah-Nya. Kredo Kalsedon dan Athanasius menyatakan bahwa berkenaan dengan kemanusiaan Kristus, Dia lebih rendah daripada Bapa di dalam natur. Bagian ini tidak mengungkapkan penolakan terhadap penyebutan Yesus Kristus sebagai Allah Anak di dalam agama Kristen yang historis itu.

3. “Yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan” (Kol. 1:15).

Mengenai Yesus Kristus, Rasul Paulus berkata, “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang dicip-takan.” Sebagian orang menafsirkan ayat ini sebagai penegasan bahwa Yesus Kristus memiliki awal dalam waktu dan karena itu Dia adalah

makhluk yang diciptakan oleh Allah. Namun, penelitian yang cermat