• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syahrul Aminullah¹, Eko Prasojo², Roy V Salomo³

Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia &Kepala Bidang Industri, Asdep Investasi IPTEK, Kementerian Riset dan Teknologi.

Ilmu Administrasi i Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia2

Program Pasca Sarjana Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia3

Email: [email protected]

ABSTRAK

Proses pembangunan nasional di tengah-tengah persaingan global saat ini memerlukan terobosan baru, terutama terobosan yang dilakukan oleh para aktor politik yang berperan dalam pengambil keputusan di negeri ini. Terobosan tersebut adalah terobosan yang mampu mengangkat harkat martabat bangsa dalam waktu yang relatif lebih singkat dengan mengedepankan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sebagai peubah sentralnya. Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, yang disebut pembangunan koridor ekonomi, merupakan salah satu program terobosan yang sedang menjadi prioritas. Dokumen MP3EI tersebut mencakup 22 aktivitas ekonomi utama Indonesia dan merupakan adaptasi serta integrasi dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2004-2025, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014. Program pembangunan koridor ekonomi ini memerlukan dukungan komitmen politik oleh para aktor untuk menjadikan litbang iptek sebagai motor penggerak pembangunan dalam rangka mendorong inovasi diberbagai bidang. Jalan terjal pencapaian program MP3EI di 6 Koridor akan terkendala dengan masih minimnya anggaran litbang Iptek yang mendukungnya, potret belanja litbang nasional distandarkan oleh UNESCO yaitu minimal 1% dari PDB nasional. Belanja litbang iptek pemerintah provinsi dan perguruan tinggi di enam koridor juga masih belum menggembirakan. Kendala lainnya adalah belum sinerginya antara Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan pencapaian visi & misi pembangunan daerah oleh pimpinan daerah dengan program MP3EI yang prestisius itu. Tujuan penelitian ini untuk membuat skenario anggaran litbang iptek dalam mendukung program MP3EI. Manfaat dari penelitian ini untuk memperkaya kajian ilmu administrasi publik, khususnya yang berkenaan dengan proses penentuan kebijakan publik didalam proses dan mekanisme penganggaran serta sebagai bahan masukan dalam mekanisme proses formulasi penentuan anggaran pembiayaan litbang iptek dalam mendukung program MP3EI. Metodologi yang digunakan adalah diskriptif kualitatif, data yang digunakan adalah melalui penelusuran dokumen dan literatur, kemudian dilakukan analisis data dengan cara contentanalysis(kajian isi) dan selanjutnya dilakuan pembuatan skenario. Penyusunan tiga skenario yang komprehensif yang dibangun meliputi skenario Burung Garuda Terbang Menembus Angin dimana peran anggaran litbang iptek dalam mendukung MP3EI semakin adaptif dan efektif tetapi MP3EI dipandang sebagai sebuah program ekonomi jangka panjang dan penerapan dengan sistem pemerintahan terpusat. Skenario Burung Garuda Terbang Memimpin, dimana peran anggaran litbang iptek dalam mendukung program MP3EI semakin adaptif dan efektif dan program MP3EI dipandang sebagai sumber peluang bisnis dan menciptakan kemakmuran. Skenario Burung Garuda Belum Bertelur, dimana peran anggaran litbang iptek gagal dalam mendukung tata kelola MP3EI bertemu dengan kompleksitas tantangan pertumbuhan daerah dan MP3EI dipandang belum bersinergi dengan pembangunan daerah yang telah disusun dalam RPJMD masing-masing daerah.

113 1. PENDAHULUAN

Pilihan kebijakan pembangunan nasional saat ini oleh Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II,telah menetapkan inovasi teknologi sebagai pilihan prioritas program pada urutan nomor 11. Adanya komitmen membangun inovasi teknologi ini, sesungguhnya merupakan sesuatu yang menarik untuk dikaji lebih mendalam secara akademik. Selain memilih inovasi teknologi, pemerintah juga melakukan terobosan kebijakan dengan memilih program Master Plan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang selanjutnya disebut pembangunan koridor ekonomi. Dokumen MP3EI tersebut mencakup 22 aktivitas ekonomi utama Indonesia dan merupakan adaptasi serta integrasi dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2004-2025, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014. Beberapa pertanyaan yang terkait dengan dipilihnya kebijakan tersebut dikaitkan dengan anggaran pendukungnya dan bagaimana skenarionya akan digambarkan dalam tulisan ini.

Dalam upaya melaksanakan inovasi teknologi berbasis penelitian ilmiah yang dilakukan untuk meningkatkan daya saing nasional merupakan peluang bagi para peneliti yang tersebar di lembaga litbang Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), Perguruan Tinggi, Badan Usaha, dan Industri dari Merauke sampai Sabang. Sementara pembangunan koridor ekonomi difokuskan di enam wilayah NKRI mulai dari Sumatera, Jawa, Bali-NTT-NTB, Kalimantan, Sulawesi, Maluku-Papua.

Pelaksanaan inovasi teknologi dan pelaksanaan pembangunan koridor ekonomi memberikan peluang kepada peneliti untuk turut andil berkontribusi sesuai dengan kompetensi masing-masing, bahkan dapat membentuk kelompok secara bersama didalam melakukan penelitian dan pengembangan. Terlihat begitu besar peluang untuk mendharmabhaktikan ilmu yang didapat guna mendukung kemajuan pembangunan di koridor-koridor ekonomi yang akan dibangun. Pemerintah telah mengajak swasta untuk melakukan investasi yang luar biasa besarnya dalam kegiatan MP3EI ini. Sebanyak 36 proyek dari 55 rencana proyek Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) telah menjalani proses peletakan batu pertama (ground breaking) per Juli 2012. Sampai dengan Juli tahun 2012 ini dari 55 proyek yang direncanakan telah terealisasinya sebanyak 36 proyek sekitar Rp140 trilyun dari rencana 55 proyek Rp370 trilyun (Kompas, 8 Agustus 2013).

Bagaimana dukungan anggaran penelitian dan pengembangan iptek dikaitkan dengan pembangunan koridor ekonomi yang sedang berjalan. Potret anggaran penelitian dan pengembangan iptek di Kementerian, LPNK, Badan Penelitian Provinsi, Perguruan Tinggi, Kementerian Badan Usaha Milik Negera (BUMN), dan di Industri, menjadi faktor pendorong dalam membangun skenario terkait anggaran iptek dalam mendukung pembangunan koridor ekonomi. Melalui Perpres No. 32 tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, telah ditetapkan strategi pelaksanaan MP3EI dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu: (1) mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua–Kepulauan Maluku; (2) memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global (locally integrated, globally connected); dan (3) memperkuat kemampuan SDM dan Iptek nasional untuk mendukung pengembangan program utama di setiap Koridor Ekonomi.

Pembahasan terkait skenario anggaran litbang iptek dalam mendukung pembangunan enam koridor ekonomi Indonesia nampaknya belum dihitung secara komprehensif. Melalui pendekatan skenario ini dapat diperkirakan mengenai sesuatu yang akan terjadi dimasa depan terkait dengan akibat dramatis dan turunannya maupun akibat positif yang memberikan stimulus pembangunan ekonomi kewilayahan. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan membuat perkiraan yang sangat cermat dan mempertimbangkan berbagai faktor sehigga

114

kejadian-kejadian di masa depan dalam kemajuan litbang iptek guna mendukung program MP3EI dapat diantisipasi.

Ringland (1998), konsep skenario bukan hal yang baru dan telah dikembangkan sejak akhir perang dunia kedua dengan berbagai istilah dan model. Menurut Porter (1994), skenario adalah wawasan yang konsisten, tentang apa yang akan terjadi di masa datang. Skenario adalah cerita tentang apa yang mungkin terjadi. Berbeda dengan proyeksi, skenario tidak perlu menggambarkan masa depan seperti apayang kita harapkan. Sebaliknya skenario berusaha untuk merangsang pemikiran kreatifyang membantu orang melepaskan diri dari pola pandang yang sudah mapan terhadap berbagai situasi dan merencanakan tindakannya. Sementara menurut Sutirto (2007), kata skenario dapat memiliki dua arti. Pertama, skenario merupakan satu garis besar dari suatu dramatika atau teater yang memberikan gambaran dari suatu adegan, ciri atau karakter, dan situasi. Kedua, skenario adalah perkiraan mengenai sesuatu yang akan terjadi pada masa depan. Bila perkiraan itu dibuat sangat cermat dan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, dapat memengaruhi kejadian-kejadian di masa depan. Dalam scenario planning, skenario diberi arti sebagai suatu lorong-lorong pilihan yang mungkin tersedia menuju masa depan.

Scenario secara umum bermanfaat untuk mengungkap dan menyampaikan keinginan, rencana dan pandangan seseorang terhadap perubahan maupun membantu orang untuk memutuskan bagaimana menyesuaikan diri terhadap perubahan dan mencapai visi mereka tentang masa depan. Skenario adalah bagian penting dalam pengelolaan secara adaptif karena membantu orang untuk mengambil keputusan sekarang tentang perubahan yang mungkin akan terjadi di masa depan.

Ditambahkan oleh Sparingga yang menyatakan Scenario planning merupakan usaha-usaha untuk menggambarkan kemungkinan yang dapat terjadi pada masa depan tanpa melakukan ekstrapolasi keadaan masa kini ke masa depan. Scenario planning dikaitkan dengan ketidakpastian masa depan oleh karena itu skenario planning seringkali terdapat

scenario alternative (Ringland.1988). Secara umum pengertian scenario planning adalah sebuah narasi atau cerita yang mengenai kemungkinan masa depan yang berisikan tentang apa yang mungkin terjadi atau bukan apa yang harus terjadi yang tidak dapat diprediksi atau bukan ramalan mengenai masa depan yang dideskripsikan secara jelas di masa mendatang.

Scenario Planning digunakan sebagai alat yang ampuh dalam proses perencanaan strategis. Ada beberapa prinsif dalam penyusunan Scenario Planning. Fahey dan Randal (1998) berpendapat ada empat komponen pokok dalam penyusunan skenario, yaitu faktor pendorong (driving forces). Logika (logics), alur cerita (plot), dan hasil akhir (end state).

Sumber: Fahey dan Randal, 1988:10 Gambar 1 Elemen Kunci Skenario

Faktor Pendorong dalam skenario bukan semata-mata kegiatan kreatif untuk merekayasa sebuah cerita, melainkan merupakan konstruksi dan beberapa faktor pendorong

Flot of

Story End State

Logics The Explanation or rationale for the

content of the plot Current

115

yang selanjutnya membentuk sebuah alur cerita tertentu. Faktor pendorong dihasilkan oleh dua kekuatan, yaitu kekuatan lingkungan terdiri atas faktor ekonomi, sosial, budaya, ekologi, teknologi, tren dan pembangunan. Sedangkan, kekuatan institusi berkaitan dengan kegiatan dan organisasi bisnis, partai politik, agen pemerintah serta badan-badan tingkat regional dan internasional. Mars (1998) menyebutkan faktor pendorong sebagai predetermined elements, yaitu sejumlah peristiwa atau kejadian yang terjadi saat ini dan selanjutnya mempengaruhi dan diperkirakan menghasilkan kejadian lanjutan di masa mendatang.

Secara etimologis perkataan anggaran bersumber dari kata ”anggar” atau ”kira-kira” atau ”perhitungan”, sehingga pengertian anggaran negara berarti perkiraan atau perhitungan jumlah suatu pengeluaran atau belanja yang akan dikeluarkan oleh negara. Menurut Goedhart (1973) anggaran disebut begrooting yang berasal dari bahasa Belanda kuno groten yang berarti mengirakan. Istilah ini kemudian diambil alih oleh undang-undang dasar Negeri Belanda tahun 1814. Di Inggris anggaran disebut budget yang berasal dari Bahasa Perancis bouge atau

bougette yang berarti ”tas” dipinggang yang terbuat dari kulit. Kemudian kata budget ini di Inggris berkembang artinya menjadi tempat surat yang terbuat dari kulit, khususnya tas kulit tersebut digunakan oleh Menteri Keuangan untuk menyimpan surat-surat anggaran.

Lebih lanjut Wildavsky (1982) mendefinisikan angaran sebagai berikut.

Budgeting in concerned with translating financial resources into human purpose. A budget, therefore, may also be characterized as a series of goals with price tags attached. Since funds are limited and have to devided in one way or another, the budget becomes a mechanism for making choices among alternative expenditures”

Lebih lanjut Wildavsky (1982) menyatakan anggaran merupakan penghubung antara sumber daya keuangan dan perilaku manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penentuan anggaran dapat terjadi di beberapa tingkatan mulai dari pimpinan organisai, anggota kongres, kepala departemen, dan sebagainya juga antara atasan dan bawahan, antara bagian dalam organisasi juga akan melakukan dengan tawar-menawar. Seorang kepala departemen berharap dapat menggunakan anggaran untuk kepentingan bagiannya. Anggota Dewan akan memperjuangan keinginan konstituennya. Kementerian/Lembaga akan memperjuangkan anggaran untuk kepentingannya.

Menurut Suparmoko (2003) yang dimaksud dengan anggaran/budget adalah: ”suatu daftar atau pertanyaan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran Negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu; yang biasanya adalah satu tahun. Ada budget yang disusun berdasarkan atas tahun kalender yaitu mulai tangal 1 Januari dan ditutup pada tanggal 31 Desember dari tahun yang bersangkutan. Biasanya lembaga eksekutif yang mempersiapkan rencana penerimaan dan pengeluaran/belanja termasuk pos-posnya, kemudian diajukan kepada lembaga legislatif untuk diperhitungkan dan kemudian diputuskan serta ditetapkan sebagai undang-undang”

Ditekankan bahwasannya pokok-pokok anggaran harus mencerminkan politik pengeluaran pemerintah yang rasional baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif yang terlihat adanya pengeluaran pemerintah yang dapat dipakai sebagai pertimbangan didalam menentukan pola penerimaan pemerintah yang pada ahirnya menentukan pula tingkat distribusi penghasilan dalam ekonomi.

Anggaran (budget) pada umumnya dapat dipakai sebagai alat untuk mempengaruhi kecepatan peningkatan penghasilan nasional. Mengenai budget mana yang dipakai tergantung pada keadaan perekonomian yang dihadapi. Dalam keadaan deflasi biasanya dipergunakan budget yang defisit, dalam keadaan inflasi dipergunakan budget yang surplus dan dalam

116

keadaan normal dipergunakan budget yang seimbang, jadi jelasnya budget disini dapat dipergunakan sebagai alat politik fiskal. Dalam arti yang paling integral, anggaran yaitu upaya untuk mengalokasikan sumber daya keuangan yang terbatas melalui proses politikal dalam rangka mewujudkan visi yang berbeda dari kehidupan yang baik terletak di pusat dari proses politik.

Menurut Salomo (2002), pengertian anggaran secara umum adalah:

”merupakan suatu rencana mengenai pengeluaran-pengeluaran yang akan dilakukan pada satu periode tertentu dimasa yang akan datang dan bagaimana pengeluaran-pengeluaran itu akan dibiayai. Dengan demikian anggaran menggambarkan seluruh aktivitas suatu badan (baik badan-badan pemerintahan maupun badan-badan swasta) dimasa yang akan datang dana bagaimana

aktivitas tersebut akan dibiayai”.

Fungsi-fungsi pemerintahan hanya dapat dilaksanakan bila tersedia anggaran yang mencukupi. Tanpa anggaran yang mencukupi segala aktivitas pemerintah tidak dapat berlangsung dengan baik. Oleh sebab itu, ketersediaan anggaran merupakan salah satu unsur pokok dalam melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan. Ketersediaan anggaran bagi pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan tersebut akan tercermin dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk pemerintah pusat dan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk pemerintah daerah.

Salomo(2002) mengemukakan bahwa sebagai sistem penganggaran yang berorientasi kepada keluaran dan memakai output measurements, performance budgeting tidak sekedar membutuhkan indikator-indikator keberhasilan, tetapi sistem tersebut juga membutuhkan

performance management yang diterapkan secara luas dalam organisasi. Alasannya adalah karena isu utamanya adalah pencapaian keberhasilan organisasi yang menyangkut

performance management yang Iebih luas. Hal ini berarti performance budgeting

membutuhkan suatu sistem administrasi publik modern yang telah mengalami reformasi panjang yang berkelanjutan. Politik anggaran di Indonesia masih di dominasi oleh eksekutif, mulai dari proses perencanaan sampai pada proses evaluasi.

Sejalan dengan hal tersebut Schick (1998) menjelaskan bahwa suatu anggaran yang realistik terwujud ketika anggaran itu berbasis pada asumsi yang kuat terhadap kemungkinan yang akan terjadi dan pada saat perumusannya disusun dengan intensitas untuk melaksanakan pendapatan dalam jangka waktu kebijakan yang spesifik. Anggaran tidak kebal terhadap segala tekanan dari luar, tetapi anggaran tersebut merupakan pelaksanaan rencana (anggaran) pada saat asumsi hendak diwujudkan atau manakala gangguan yang relatif kecil mulai ada.

Anggaran yang realistis tergantung pada kemampuan dasar dalam perencanaan, pengawasan dan pencatatan dana publik. Hal ini meliputi adanya perencanaan anggaran secara matang dan adanya pengawasan dalam pemerintahan yang membangun disiplin fiskal dan pengeluaran, pengawasan penggunaan input, lembaga penasehat untuk peningkatan efisiensi, manajemen kas dan hutang pemerintah, dan memastikan bahwa pengeluaran yang terjadi sesuai dengan jumlah yang dianggarkan. Pada saat ini hal tersebut telah diterapkan sehingga memungkinkan untuk menerapkan bagian lain dan manajemen pengeluaran publik.

Anggaran biasanya dinyatakan dengan angka-angka. Dalam Salomo (2002), walaupun anggaran dinyatakan dalam bentuk angka-angka, namun sebenarnya anggaran juga merupakan cerminan dari politik pengeluaran pemerintah baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu dalam anggaran terkandung: i). Pertanggungjawaban pemungutan pajak dan pungutan lainnya oleh pemerintah dari seluruh rakyat, ii). Hubungan antara pengguna dana dengan cara penarikannya atau cara-cara memperoleh dana tersebut, dan iii).

117

Pola pengeluaran pemerintah yang dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan pola penerimaan pemerintah yang pada akhirnya menentukan pula tingkat distribusi penghasilan perekonomian.

Terlibatnya beragam aktor sepanjang proses penganggaran, mulai dari perencanaan dan penyusunan di lingkungan birokrasi, sampai pengesahaanya di DPR RI, menjadikan anggaran sebagai arena kontestasi politik penting setelah Pemilu. Tidak mengherankan, banyak pihak menilai anggaran sebagai proses politik arena perebutan sumber daya publik antara berbagai kepentingan, baik aktor‐aktor di dalam lingkaran sistem politik yang berlaku maupun kelompok kepentingan lain yang memiliki pengaruh terhadap keputusan politik anggaran.

Berdasarkan berbagai sudut pandang terhadap pengertian anggaran diatas, penulis merumuskan pengertian anggaran negara adalah: perkiraan atau perhitungan jumlahnya pengeluaran atau belanja yang akan dikeluarkan oleh negara, yang berisi kata-kata dan angka berisi usulan pengeluaran yang realistis dan memadai dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan untuk objek tertentu dengan tujuan yang berkepastian yang akan dilakukan pada satu periode tertentu. Anggaran dalam hal initerkait dengan anggaran litbang iptek yang diusulkan oleh eksekutif dan disetujui oleh legilatif berupa undang-undang APBN untuk dilaksanakan oleh eksekutif. Proses untuk mendapatkan anggaran iptek nasional tersebut diperlukan suatu strategi melalui proses pilihan rasional.

Potret Anggaran Penelitian dan Pengembangan di Enam Koridor

Dari penggalian data yang dilakukan misalnya pada koridor Sumatera, anggaran penelitian dan pengembangan di Univesitas Sumatera Utara tahun 2010-2013 baru membelanjakan sebesar 0,18% dari keseluruhan anggaran operasional Universitas Sumatera Utara yang mencapai sebesar Rp. 570 miliar. Anggaran Badan Penelitian Provinsi (BPP) Sumatera Utara tahun 2010-2013 hanya berkisar 0, 25% dari total anggaran APBD Pemerintah Provinsi Sumut sebesar Rp8 Trilyun.

Anggaran Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 hanya berkisar 0,66% dari keseluruhan anggaran APBD Provinsi Riau sebesar Rp8,1 trilyun. Sementara itu, anggaran lembaga penelitian dan pengembagan pemerintah provinsi Sumatera Selatan, tahun 2008 sd 2013 hanya berkisar 0,21% dari keseluruhan anggaran APBD Provinsi Sumatera Selatan sebesar Rp5,8 trilyun. Anggaran bidang penelitian dan pengembangan Bappeda Provinsi Lampung hanya berkirar 0,04% dari keseluruhan anggaran APBD Provinsi Lampung sebesar Rp. 4 trilyun. Sedangkan anggaran penelitian dan pengembangan di Universitas Bandar Lampung baru membelanjakan sebesar 2% dari total anggaran APBD.

Pada koridor Jawa, belanja Badan Penelitian Provinsi Banten tahun 2008-20012 baru berkisar 0,14% dari keseluruhan anggaran APBD Provinsi Banten sebesar Rp6,1 triliun.Badan Penelitian dan Pengembagan Daerah (Balitbangda) Pemerintah Provinsi Jawa Barat dari tahun 2010sd 2013 hanya sekitar 0,004% jika dibandingkan dengan keseluruhan anggaran ABPD Provinsi Jawa Barat sebesar Rp51,4 trilyun. Anggaran Balitbang Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 sd 2013 sekitar 0,14% dari total APBD Jawa Tengah sebesar Rp17,7 trilyun. Anggaran Balitbang Provinsi Jawa Timur tahun 2009 sd 2013 hanya sekitar 0,19 % jika dibandingkan dengan keseluruhan anggaran ABPD Provinsi Jawa Timur sebesar Rp14,9 trilyun.

Sementara dukungan anggaran litbang di perguruan tinggi besar di koridor Jawa misal anggaran Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Indonesia total anggaran DPRM Universitas Indonesia pada tahun 2008 hanya berkisar 2%, pada tahun 2009 berkisar 2% dan untuk tahun 2010-2012 meningkat menjadi 4% dari keseluruhan pagu anggaran Universitas Indonesia sebesar Rp1,3 trilyun. Anggaran Lembaga Penelitian dan Pengabdian

118

Masyarakat Institut Teknologi Bandung 2010-2011 baru berkisar 5,78 persen dari total pagu anggaran ITB sebesar Rp1,1 trilyun. Anggaran Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesiatahun 2013, baru mencapai sebesar 3,05% dari pagu anggaran UPI sebsar Rp0,6 trilyun. Anggaran Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Universitas Gajah Mada tahun 2009-2012 mencapai 3,18% dari pagu UGM sebesar Rp.1,9 trilyun. Anggaran Lembaga Penelitian Universitas Airlangga tahun 2009-2012 jika dibandingkan dengan total keseluruhan anggaran Unair baru berkisar 5,5% dari pagu UNAIR sebesar Rp 0,9 trilyun. Potret Anggaran Lembaga Penelitian Institut Teknologi Surabayatahun 2009 sd 2013 hanya sebesar 3,71% dari pagu anggaran ITS mencapai Rp 0,8 trilyun.

Pada koridor Kalimanan, tergambarkan saat ini belanja Kantor Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Barat dari total anggaran APBD Provinsi Kalbar terhadap Anggaran Kantor Litbang tahun 2010-2012, hanya berkisar 0,12% dari keseluruhan total anggaran APBD Kalbar sebsar Rp 2,1 trilyun. Potret Anggaran Balitbang Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009-2012 hanya berkisar 0,11% dari keseluruhan total anggaran APBD Kalsel sebesar Rp4,5 trilyun. Balitbang Provinsi Kalimantan Timur tahun 2009-2013 berkisar 0,21% dari keseluruhan anggaran APBD Provinsi Kaltim sebesar Rp13 trilyun. Potret Anggaran Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Tanjungpura tahun 2009 sd 2013 hanya berkisar 0,16% dari keseluruhan anggaran Universitas sebesar Rp0,4 trilyun. Potret Anggaran Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Lambungmangkurat tahun 2009-2013 hanya berkisar 2,1% dari keseluruhan pagu anggaran operasional universitas Lambungmangkurat sebesar Rp 0,3 trilyun.

Pada koridor Sulawesi, potret belanja Badan Penelitian Dan Pengembagan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan 2009-2012 berkisar 0,2 % dari keseluruhan anggaran APBD Sulsel sebesar Rp5,6 trilyun. Sementara belanja litbang pada Universitas Hasannudin tahun 2009-2012berkisar 2,3% dari keseluruhan anggaran operasional UNHAS sebesar Rp1,3 trilyun.

Koridor Bali dan Nusa Tenggara Barat dan Timur, belanja Litbang Universitas Cendana