(1) Sosialisasi dan promosi kegiatan TSHE serta kegiatan dapur sehat melalui poster dan pembagian kaos
SEBAGAI SAINS DASAR BARU Md Santo
3. HASIL DAN DISKUSI
4.4 Tungku Sehat dan Hemat Energi (TSHE)
Selain biogas dari sampah organik, sebagian besar masyarakat (116 KK) di Desa Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo banyak memanfaatkan sampah berupa ranting kayu dan patahan dahan kayu dari pekarangan atau kebun untuk bahan bakar tungku sehat. Tungku sehat ini adalah inovasi dari tungku tradisionil. Pada awalnya masyarakat menggunakan tungku tradisionil secara turun temurun. Dengan Tungku sehat ini, penggunanya mendapatkan manfaat ganda, yaitu tidak terpapar oleh asap tungku dan panas yang dihasilkan tungku lebih baik, sehinga waktu untuk memasak menjadi lebih cepat. Keuntungan lainnya adalah bahan bakar kayu atau ranting yang digunakan lebih sedikit.
Pada awalnya program tungku sehat diprakarsai oleh Yayasan Dian Desa dengan pelatihan pembuatan tungku yang diselenggarakan di wilayah Yogyakarta, terutama di Kabupaten Kulon Progo, dan ditujukan terutama untuk usaha kecil pengolahan gula merah dan masyarakat sekitar. Penggunaan tungku sehat diketahui menghasilkan efisiensi bahan bakar hampir 60% dan tidak menyisakan asap di dalam ruang, karena cerobong asap dibuat langsung ke atas atap. Keberhasilan penyebarluasan tungku sehat antara lain disebabkan oleh komunikasi yang baik antar pelaksana program serta pelaksana kegiatan dengan keterbukaan masyarakat terhadap hal-hal baru. Inovasi tungku sehat terhadap aspek ekonomi dapat dilihat dari penghematan penggunaan kayu bakar, mengurangi dampak buruk kesehatan, dan memberikan alternatif pekerjaan/keterampilan bagi sebagian orang yang bekerja sebagai teknisi pembuat tungku.
182 4.5 Diskusi
Meskipun peraturan di tataran pemerintah cukup kondusif, namun dalam praktek di masyarakat, pemanfaatan sampah dan limbah ternak belum maksimal dilakukan. Pemanfaatan biomassa sampah organik untuk energi pada skala rumah tangga belum umum dilakukan, kecuali untuk pembakaran langsung dengan menggunakan tungku. Namun demikian, potensi pengembangan biogas dari sampah organik skala rumah tangga cukup baik, terutama di wilayah perdesaan, dimana penggunaan bahan-bahan organik masih tinggi, ketersediaan gas komersial dan bahan bakar (minyak tanah) masih tidak kontinu dan harganya cenderung naik dari waktu ke waktu. Selain memberikan manfaat berupa penyediaan gas bagi rumah tangga, pengurangan sampah di tingkat rumah tangga berdampak cukup besar terhadap jumlah timbulan sampah di kawasan tersebut. Apalagi jika masyarakat juga diperkenalkan teknik mendaur ulang sampah anorganik menjadi barang-barang bernilai tambah tinggi.
Pemanfaatan limbah ternak untuk biogas perlu terus disosialisasikan dan difasilitasi oleh pemerintah atau pihak lain yang berkepentingan, agar masyarakat/peternak/petani berkeinginan untuk membangun dan menggunakan biogas secara berkesinambungan sebagai sumber energi rumah tangga mereka. Pemberian secara cuma-cuma atau hibah yang diberikan kepada perorangan sebaiknya dihindari karena menimbulkan konflik diantara para petani/peternak dan tidak memacu motivasi untuk memiliki biogas. Dengan skema hibah banyak peternak tidak termotivasi membangun sendiri digester biogas, tetapi menunggu sampai dana hibah atau bantuan cuma-cuma menghampiri mereka. Pemberian bantuan
digester biogas tanpa syarat sebaiknya diberikan kepada kelompok tani skala besar yang dapat dinikmati oleh seluruh anggota kelompok. Biogas yang dihasilkan akan disalurkan kepada seluruh rumah tangga kelompok. Persoalan yang harus diantisipasi dalam kasus seperti ini adalah kinerja manajemen kelompok, agar biogas berkesinambungan dan tersalurkan dengan baik dan adil bagi seluruh anggota kelompok.
Untuk mempercepat pemanfaatan limbah ternak dan sampah organik untuk energi, fasilitas yang harus disediakan pemerintah diantaranya adalah pinjaman bersyarat ringan untuk pembangunan digester biogas. Selain fasilitas modal, Hivos juga telah memfasilitasi pembangunan biogas di Indonesia sejak tahun 2010. Kerja sama diantara berbagai pihak demi terwujudnya kemandirian energi melalui biogas bagi para petani/peternak kiranya dapat terwujud. Pemanfaatan limbah ternak dan sampah di tingkat rumah tangga tidak saja mendatangkan manfaat berupa penyediaan energi bagi rumah tangga, namun juga menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar, sekaligus berdampak langsung terhadap kesehatan fisik masyarakat sendiri. Dengan pemanfaatan sampah dan limbah, penyakit endemik, seperti demam berdarah dapat berkurang. Pengguna biogas juga mendapatkan dampak ekonomi dari hasil samping biogas berupa slurry atau pupuk organik yang dapat dijual atau digunakan langsung di kebun petani.
5. KESIMPULAN
Dari seluruh lokasi survei teridentifikasi bahwa kegiatan pemanfaatan limbah ternak untuk energi di tingkat rumah tangga telah dilakukan oleh masyarakat. Sampah dapat dibuat menjadi energi biogas dan bahan pakan ternak. Meskipun biogas dari limbah ternak atau sampah organik ini bukan merupakan teknologi baru, namun kesadaran peternak dan masyarakat dalam memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas tidak mudah. Lambat namun pasti terjadi perubahan budaya, etos kerja, dan nilai-nilai ekonomi yang mendorong tumbuhnya kesadaran akan pentingnya membangun biogas baik dari limbah ternak maupun sampah organik untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga. Untuk mempercepat pemanfaatan limbah ternak dan sampah organik pada skala rumah tangga diperlukan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa sosialisasi terpadu terutama antara institusi yang terkait dengan peternakan, lingkungan, kesehatan, dan energi. Selain sosialisasi, banyak peternak/petani masih
183
memerlukan dukungan modal untuk pembangunan biogas. Pada beberapa daerah, dukungan modal yang diberikan dalam bentuk pinjaman lunak lebih efektif dan membuat teknologi biogas lebih berkesinambungan dalam penggunaannya dibandingkan dengan pemberian hibah atau bantuan tunai tidak mengikat. Hal lain yang dapat dilakukan adalah Pemerintah Kota/Kabupaten bekerja sama dengan LSM dan Swasta dalam melakukan program sosialisasi dan membangun lebih banyak proyek percontohan pengelolaan dan pemanfaatan sampah untuk tingkat rumah tangga di berbagai kota. Kegiatan ini haruslah dilakukan secara serius, konsisten, dan berkesinambungan. Selain itu diperlukan penyebarluasan praktek terbaik dari pengelolaan dan pemanfaatan sampah di tingkat rumah tangga secara luas dengan mengupas lebih dalam model-model bisnis pengelolaan sampah yang menguntungkan masyarakat, pemerintah, dan lingkungan sekitar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Para Peneliti Pappiptek, terutama kepada Dra. Hartiningsih, MA; Ir. Ikbal Maulana, MM.; Ishelina Rosaira, SE; Ir. Purnama Alamsyah ,SE.; dan Ir. Sigit setiawan, MM. yang telah bersama-sama dan turut membantu melakukan survei biogas, sampah kota, dan tungku di beberapa kota di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, K. 2002. Biomass Energy Potentials And Utilization in Indonesia. IPB,Bogor.
Ariati, R. 2009. Kebijakan Pemerintah di Bidang Energi Alternatif, Presentasi pada Pertemuan Pendayagunaan Potensi Sumber Daya Alam dan Buatan, Ditjen Potensi Pertahanan, Departemen Pertahanan RI, Jakarta, 15 Juli 2009.
Damanhuri, E. dan Tri Padmi, 2010. Diktat Kuliah TL-3104 “Pengelolaan Sampah”. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Bandung
Hozairi, Bakir dan Buhari. 2012. Pemanfaatan kotoran hewan menjadi energi biogas untuk mendukung pertumbuhan UMKM di Kabupaten Pamekasan. Prosiding InSiNas, 2012 Hermawati, W., Ishelina Rosaira, dkk. 2011. Pola Pembiayaan Litbang dan Implementasi
Energi Baru Terbarukan di Indonesia. Kasus: PLTMH dan Biogas. PAPPIPTEK-LIPI. Jakarta.
Kementerian ESDM, 2010. Rencana Strategis Kementerian ESDM 2010-2014, hal. 20
Korhaliller, S. 2010. The UK’s Biomass Energy Development Path. International Institute for Environment and Development (IIED).
Kurniawan. 2010. Pengelolaan sampah Indonesia dalam
http://www.kebersihan.bandaacehkota.go.id/i/index.php?id=artikel&kode=28 KLH. 2009 Kementerian Lingkungan Hidup. 2008. Statistik Persampahan Indonesia Lubis R,. 1994. Masalah sampah di Indonesia dan solusinya, dalam
gbioscience05.wordpress.com/.../masalah-sampah-di-indonesia-dan-s... akses tanggal 2 Juli 2012
Nitikesari, P.E.. 2005. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Penanganan Sampah Secara Mandiri di Kota Denpasar. Tesis Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.
184
Trihadiningrum, Y. 2010. Perkembangan Paradigma Pengelolaan Sampah Kota dalam Rangka Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), dalam MDGs Sebentar lagi, Penerbit Buku Kompas.
Wibowo, A. 2009. Kondisi Persampahan Kota di Indonesia. Untuk peringatan Hari Bumi PMPA KOMPOS FP UNS “Workshop dan Ngeblog Lingkungan Hidup”.
185
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Kreativitas dan Inovasi Terhadap Program Mahasiswa Wirausaha di Perguruan Tinggi (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Andalas)
Insannul Kamil1,2 dan Mego Plamonia2
1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang Indonesia
Kampus Limau Manis Padang
2) Pusat Studi Inovasi Universitas Andalas, Padang Indonesia
Gedung Teknik Industri Lt.1 Kampus Limau Manis Padang Email: [email protected]
ABSTRAK
Universitas Andalas secara konsisten sejak November 2007 menyelenggarakan kegiatan Kuliah Umum Kewirausahaan yang bertujuan agar mahasiswa mampu mengembangkan kreativitas dan inovasinya untuk membangun semangat kewirausahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel kreativitas dan inovasi terhadap program wirausaha mahasiswa. Populasi yang dipilih yaitu mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Andalas dan jumlah responden sebanyak 95 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Variabel terikat penelitian yaitu kreativitas (X1) yang terdiri dari 13 indikator dan inovasi (X2) yang terdiri dari 5 indikator, sementara variabel bebas yaitu orientasi kewirausahaan (Y) yang terdiri dari 5 indikator. Hipotesis penelitian yaitu H1: kreativitas berpengaruh signifikan terhadap orientasi kewirausahaan, H2: inovasi berpengaruh signifikan terhadap orientasi kewirausahaan dan H3: kreativitas dan inovasi secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap orientasi kewirausahaan. Analisis yang dilakukan adalah regresi sederhana dan analisis regresi berganda. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel kreativitas berpengaruh signifikan terhadap orientasi kewirausahaan mahasiswa, sementara variabel inovasi tidak berpengaruh signifikan terhadap orientasi kewirausahaan mahasiswa. Hasil uji F menunjukkan bahwa ada pengaruh antara kreativitas dan inovasi terhadap orientasi kewirausahaan mahasiswa. Koefisien determinasi bernilai 0,429. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa orientasi kewirausahaan mahasiswa dipengaruhi oleh kreativitas dan inovasi sebesar 42,9 %.
Kata kunci: Kreativitas, Inovasi, Program Mahasiswa Wirausaha, Universitas Andalas
1. PENDAHULUAN
Era globalisasi yang penuh dengan persaingan menuntut hadirnya SDM yang berkualitas, kompeten dan kompetitif. Kewirausahaan telah dikenal secara luas sebagai konsep yang mendorong munculnya SDM-SDM tersebut. Kewirausahaan disebut-sebut sebagai salah satu roda penggerak ekonomi suatu negara. Kewirausahaan merupakan komponen vital dalam pembangunan ekonomi (Shumpeter, 1934), merupakan sebuah komponen vital produktifitas dan pertumbuhan (Baumol, 1993), berperan dalam peningkatan investasi, new business creation (Gartner, 1985), memunculkan job training (Brown et al., 1976) dan bersama dengan kapasitas manajemen sangat menentukan kesuksesan usaha (farm performance) (Priyanto dan Sandjojo, 2005). Tingginya tingkat kewirausahaan dan inovasi yang lebih efektif dianggap kunci mesin pertumbuhan ekonomi (Holcombe, 2006; Sternberg dan Wennekers, 2005). Kewirausahaan menjadi “motor penggerak” yang berperan dalam pembangunan industri. Dalam proses industrialisasi diperlukan sikap kewirausahaan dalam pembangunan ekonomi (Anderson, 1982; Armstrong dan Taylor, 2000).
186
Walaupun pemaknaan kewirausahaan memiliki sejarah panjang sejak abad ke 11, hingga saat ini pemaknaan kewirausahaan telah berkembang tidak hanya pemaknaan seseorang sebagai “pengusaha” namun orang yang mampu mengelola diri dan lingkungannya sehingga akan dihasilkan ide, inovasi, penemuan baru, kreativitas, semangat baru dan pasar yang baru (Priyanto, 2009). Meredith (2000) yang menyatakan bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki karakter utama sebagai wirausaha, yaitu inovatif dan kreatif. Pada dasarnya, inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif . dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang (Drucker, 2002). Kewirausahaan adalah kemapuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Beberapa literatur manajemen memberikan landasan dimensi-dimensi dari kecenderungan organisasional untuk proses manajemen kewirausahaan, salah satunya yaitu kemampuan inovasi (Weerawerdeena, 2003, p.411). Kemampuan inovasi berhubungan dengan persepsi dan akitvitas terhadap aktivitas-aktivitas bisnis yang baru dan unik. Kemampuan berinovasi adalah titik penting kewirausahaan dan esensi dari karakteristik kewirausahaan. Beberapa hasil penelitian dan literatur kewirausahaan menunjukan bahwa orientasi kewirausahaan menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan lebih signifikan mempunyai kemampuan inovasi daripada yang tidak memiliki kemampuan dalam kewirausahaan (Koh, 1997,p.9).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dunia kewirausahaan adalah pendidikan dan pelatihan kewirausahaan. Pendidikan dan latihan, mentoring dan belajar dari pengalaman merupakan faktor pembentuk pembelajaran kewirausahaan yang signifikan. Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli tentang pembelajaran wirausaha (Rae, 2000; Minniti dan Bygrave, 2001), proses pendidikan dan pelatihan (Ulrich dan Cole, 1987; Gibb, 1997; Leitch dan Horrison, 1999) maupun pembelajaran wirausaha dari pengalaman (Henderson, 1993; Rae, 2000).
Universitas Andalas secara konsisten sejak November 2007 telah mengembangkan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan dengan menyelenggarakan kegiatan Kuliah Umum Kewirausahaan kepada mahasiswa setiap minggu dengan menghadirkan pembicara-pembicara yang sukses sebagai wirausahawan. Hal tersebut sesuai dengan motto Universitas Andalas yaitu “The Leader in Character Building and Entrepreneurship” yang menunjukkan peran Universitas Andalas dalam membangun karakter dan jiwa kewirausahaan mahasiswa disamping proses pendidikan dan pembelajaran formal yang dilaksanakan. Namun sejauh ini program tersebut belum berdampak signifikan terhadap peningkatan minat wirausaha mahasiswa, terbukti dengan jumlah lulusan yang menjadi wirausahawan masih sedikit. Kurangnya inovasi dan kreativitas diperkirakan menjadi penyebab hal tersebut Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana variabel kreativitas dan inovasi berpengaruh terhadap program wirausaha mahasiswa Universitas Andalas, dalam hal ini orientasi kewirausahaan mahasiswa.
2. RUANG LINGKUP DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif dan penelitian eksplanatori. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menjelaskan atau memberi paparan pada variabel yang diteliti dan ketergantungan variabel pada sub variabelnya (Umar 2005:22). Penelitian eksplanatori yaitu penelitian yang membuktikan adanya sebab akibat dan hubungan yang mempengaruhi atau dipengaruhi dari dua atau lebih variabel yang diteliti (Umar 2005:33).
Populasi dalam penelitian adalah mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Andalas yang aktif per tahun ajaran 2013/2013 yang berjumlah 2.049 orang. Sampel yang digunakan dihitung menurut rumus Slovin sebagai berikut:
187 n = N Dimana: n = ukuran sampel 1 + Ne2 N = jumlah populasi
e = 10 % kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditoleransi
Sehingga,
n = 2049 = 95,34 1 + 2049(0,1)2
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian soft methodology berupa kuesioner. Variabel terikat penelitian yang digunakan adalah kreativitas (X1) dan inovasi (X2), sementara variabel bebas yaitu orientasi kewirausahaan (Y). Variabel kreativitas (X1) terdiri dari 13 indikator sesuai yang digunakan oleh Munandar (1992), yaitu (1) Dorongan rasa keingintahuan yang besar, (2) Sering mengajukan pertanyaan yang baik, (3) Banyaknya gagasan atau usul yang diberikan terhadap suatu masalah, (4) Kebebasan dalam menyatakan pendapat, (5) Rasa keindahan yang tinggi, (6) Menonjol dalam salah satu bidang seni, (7) Kemampuan mengungkapkan pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, (8) Selera humor yang tinggi, (9) Daya imajinasi yang kuat, (10) Keaslian (orisinalitas) yang tinggi dalam hal ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya, (11) Dapat bekerja sendiri, (12) Kesenangan mencoba hal-hal baru, dan (13) Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi). Variabel inovasi (X2) terdiri dari 5 indikator sesuai yang digunakan oleh Amabile (1996), yaitu (1) Inovasi teknis dalam menghasilkan produk, (2) Perubahan desain sesuai keinginan konsumen, (3) Daya kreativitas untuk menciptakan atau mengembangkan ide-ide baru, (4) Perubahan sistem distribusi produk, dan (5) Sistem administrasi pembayaran. Variabel orientasi kewirausahaan (Y) sebagai variabel bebas terdiri dari 5 indikator sesuai yang digunakan oleh Weerawerdena (2003), yaitu (1) Kemauan mengambil risiko, (2) Fleksibel dalam berbagai hal sesuai dengan keinginan konsumen, (3) Antisipatif terhadap segala perubahan, (4) Proaktif terhadap peluang dan komitmen untuk inovasi, dan (5) Pengalaman berusaha.
Hipotesis penelitian dikembangkan sebagai berikut:
H1 : kreativitas berpengaruh segnifikan terhadap orientasi kewirausahaan H2 : inovasi berpengaruh signifikan terhadap orientasi kewirausahaan
H3 : kreativitas dan inovasi secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap orientasi kewirausahaan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Instrumen Penelitian