• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksploitasi dari Segi Upah

Dalam dokumen Exploitation of Working Children in Indonesia (Halaman 104-109)

VI. EKSPLOITASI TERHADAP ANAK YANG BEKERJA

6.1. Tingkat Keparahan Eksploitasi terhadap Anak yang Bekerja

6.1.2. Eksploitasi dari Segi Upah

Anak-anak bekerja dikatakan tereksploitasi dari segi upah apabila upah perjam yang mereka terima nilainya lebih kecil dibandingan nilai Upah Minimum Provinsi (UMP) perjam yang berlaku di wilayah tersebut. Produktivitas anak yang berumur kurang dari 15 tahun diasumsikan 0,5 kali produktivitas orang dewasa (Basu dalam Todaro dan Smith, 2006), sedangkan anak yang berumur 15-17 tahun produktivitasnya sama dengan produktivitas tenaga kerja dewasa.

Berdasarkan data SAKERNAS 2011, dari keseluruhan anak yang bekerja, terdapat 20,88 persen anak yang tereksploitasi dari segi upah. Sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, anak-anak yang berumur 15-17 tahun sudah masuk dalam kategori tenaga kerja yang berhak mendapatkan upah/gaji sesuai dengan ketentuan yang berlaku selayaknya pekerja dewasa. Namun ternyata dari keseluruhan anak yang tereksploitasi dari segi upah, sebagian besar (85,59 persen) adalah anak yang berumur 15-17 tahun, hal ini menunjukkan bahwa walaupun sudah ada undang-undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan, namun masih terdapat pelanggaran terhadap hak tenaga kerja, yaitu pemberian upah yang tidak layak.

Tabel 17 memperlihatkan bahwa secara umum persentase anak laki-laki yang tereksploitasi dari segi upah lebih besar daripada anak perempuan, yaitu 65,71 persen, sedangkan anak perempuan sebesar 34,29 persen. Hal ini dapat

terjadi karena jumlah anak laki-laki yang bekerja jauh lebih besar dibandingkan anak perempuan sehingga jumlah anak laki-laki yang tereksploitasi juga lebih besar dibandingkan anak perempuan.

Tabel 18 Persentase anak yang tereksploitasi dari segi upah menurut jenis kelamin dan kelompok umur di Indonesia, tahun 2011

Jenis Kelamin

Kelompok Umur

< 15 tahun 15-17 tahun 10-17 tahun

Laki-laki 61,24 66,46 65,71

Perempuan 38,76 33,54 34,29

L+P 14,14 85,59 100,00

Sumber: data diolah dari BPS, 2011

Apabila dilihat menurut daerah tempat tinggal, sebesar 52,31 persen anak yang tereksploitasi dari segi upah tinggal di daerah perdesaan, sedangkan 47,69 persen tinggal di daerah perkotaan. Hal ini diduga terjadi karena adanya perbedaan tingkat upah antara perdesaan dan perkotaan, tingkat upah di perdesaan biasanya lebih rendah daripada di perkotaan. Untuk daerah perkotaan, proporsi anak yang teresploitasi baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan tidak terlalu jauh berbeda, namun untuk daerah perdesaan terlihat perbedaan yang nyata, dimana anak laki-laki yang teeksploitasi sebesar 75,15 persen, sedangkan anak perempuan sebesar 24,85 persen.

Tabel 19 Persentase anak yang tereksploitasi dari segi upah menurut jenis kelamin dan daerah tempat tinggal di Indonesia, tahun 2011

Jenis Kelamin

Daerah Tempat Tinggal

Perdesaan Perkotaan D+K

Laki-laki 75,15 55,35 65,71

Perempuan 24,85 44,65 34,29

L+P 52,31 47,69 100,00

Anak yang tereksploitasi dari segi upah sebagian besar bekerja di lapangan usaha nonpertanian, sebanyak 71,86 persen, sedangkan 28,14 persen anak bekerja di lapangan usaha pertanian. Demikian juga apabila dilihat menurut daerah tempat tinggal, baik di daerah perdesaan maupun perkotaan proporsi anak yang tereksploitasi dari segi upah di lapangan usaha nonpertanian menunjukkan persentase yang lebih besar. Bahkan untuk daerah perkotaan, proporsi anak yang tereksploitasi dari segi upah sangat didominasi oleh anak yang bekerja di lapangan usaha nonpertanian, yaitu sebesar 90,49 persen.

Tabel 20 Persentase anak yang tereksploitasi dari segi upah menurut lapangan usaha dan daerah tempat tinggal di Indonesia, tahun 2011

Jenis Kelamin

Daerah Tempat Tinggal

Perdesaan Perkotaan D + K

Pertanian 45,12 9,51 28,14

Nonpertanian 54,88 90,49 71,86

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: data diolah dari BPS, 2011

Apabila dibedakan berdasarkan status kedudukan dalam pekerjaan, terdapat 61,82 persen anak yang tereksploitasi dari segi upah bekerja di sektor formal, yaitu sebagai buruh/karyawan/pegawai, sedangkan 38,18 persen anak bekerja di sektor informal (Tabel 20). Anak-anak yang bekerja di sektor formal biasanya telah terikat dengan peraturan ditempat kerja baik perusahaan maupun pabrik, termasuk aturan mengenai jam kerja. Mereka bekerja layaknya pekerja dewasa dengan jam kerja normal bahkan bisa melebihi batas jam kerja normal, namun upah yang mereka terima tidak sama atau lebih rendah dengan upah yang diterima pekerja dewasa. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Tjandraningsih (1995), bahwa majikan mempekerjakan anak-anak karena anak-anak mau dibayar murah, sehingga para majikan dapat melipatgandakan keuntungannya. Jika upah tenaga kerja anak-anak dibandingkan dengan upah tenaga kerja dewasa, maka upah tenaga kerja anak-anak akan selalu lebih kecil dibandingkan upah tenaga kerja dewasa dalam sektor lapangan usaha yang sama.

Tabel 20 memperlihatkan perbedaan proporsi anak-anak yang tereksploitasi dari segi upah yang dilihat dari status kedudukan dalam pekerjaan untuk daerah perdesaan dan perkotaan. Di daerah perdesaan, persentase anak yang tereksploitasi dari segi upah yang bekerja di sektor informal lebih besar daripada mereka yang bekerja di sektor formal, namun di daerah perkotaan terjadi sebaliknya.

Tabel 21 Persentase anak yang tereksploitasi dari segi upah menurut status pekerjaan dan daerah tempat tinggal di Indonesia, tahun 2011

Sumber: data diolah dari BPS, 2011

Tingkat keparahan eksploitasi dari segi upah ditunjukkan pada Tabel 21. Nilai Indeks FGT Indonesia dari segi upah sebesar 0,07. Terdapat 10 provinsi yang memiliki tingkat keparahan melebihi nilai indeks nasional. Tingkat keparahan eksploitasi dari segi upah terbesar dialami oleh anak-anak yang bekerja di Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jambi, Jawa Barat, dan Sumatera Selatan, sedangkan tingkat keparahan eksploitasi upah terkecil terjadi di Provinsi Jawa Tengah dan Papua. Tingkat keparahan eksploitasi dari segi upah tertinggi yang terjadi di DKI Jakarta bisa dihubungkan dengan besarnya persentase anak-anak yang tereksploitasi dari segi jam kerja di provinsi tersebut. Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan persentase anak-anak yang tereksploitasi dari segi jam kerja terbesar di Indonesia, yaitu 76,23 persen, dan UMP tertinggi keempat setelah Papua Barat, Papua, dan Aceh, yaitu sebesar Rp. 1.290.000,00 (atau Rp. 4.031,50 per jam). Dari data SAKERNAS 2011 didapat rata-rata upah anak perjam di DKI Jakarta adalah Rp. 2.588,20, besaran ini nilainya jauh di bawah UMP perjam, padahal anak-anak bekerja sesuai jam kerja normal bahkan lebih besar dari jam kerja normal pekerja dewasa.

Status Pekerjaan

Daerah Tempat Tinggal

Perdesaan Perkotaan D+K

Informal 51,47 23,60 38,18

Formal 48,53 76,40 61,82

Tabel 22 Tingkat keparahan eksploitasi dari segi upah menurut provinsi di Indonesia, tahun 2011

Sumber: data diolah dari BPS, 2011

Provinsi

Tingkat Keparahan Eksploitasi dari Segi

Upah Aceh 0,05 Sumatera Utara 0,04 Sumatera Barat 0,06 Riau 0,09 Jambi 0,15 Sumatera Selatan 0,09 Bengkulu 0,05 Lampung 0,08

Kep. Bangka Belitung 0,07

Kep. Riau 0,09 DKI Jakarta 0,33 Jawa Barat 0,13 Jawa Tengah 0,01 DIY 0,05 Jawa Timur 0,08 Banten 0,16 Bali 0,06 NTB 0,07 NTT 0,07 Kalimantan Barat 0,07 Kalimantan Tengah 0,06 Kalimantan Selatan 0,07 Kalimantan Timur 0,06 Sulawesi Utara 0,07 Sulawesi Tengah 0,04 Sulawesi Selatan 0,09 Sulawesi Tenggara 0,05 Gorontalo 0,02 Sulawesi Barat 0,03 Maluku 0,02 Maluku Utara 0,03 Papua Barat 0,03 Papua 0,01 Indonesia 0,07

Dalam dokumen Exploitation of Working Children in Indonesia (Halaman 104-109)

Dokumen terkait